Anda di halaman 1dari 41

PETUNJUK PRAKTIKUM

FITOKIMIA
Program Studi SI Farmasi

Disusun oleh:
1. Arista Wahyu N., S.Farm., M.Si., Apt.
2. Iif Hanifa N., S.Farm., M.Farm., Apt.
3. A'yunil Hisbiyah, S.Si, M.Si

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
SIDOARJO
2019
DAFTAR ISI

1 Kata pengantar…………………………………………………………………… Iii


2 Jadwal praktikum fitokimia……………………………………………………… Iv
3 Tata tertib praktikum fitokimia………………………………………………….. V
4 Keselamatan kerja di laboratorium kimia……………………………………….. Vii
5 Sistematika laporan praktikum fitokimia………………………………………... Ix
6 Asistensi praktikum……………………………………………………………… Xi
7 Alat-alat yang digunakan………………………………………………………... 1
8 Zat-zat kimia yang digunakan dalam praktikum………………………………… 4
9 Ekstraksi………………………………………………………………………… 6
10 Percobaan 1……………………………………………………………………… 9
11 Percobaan 2……………………………………………………………………… 10
12 Percobaan 3……………………………………………………………………… 11
13 Percobaan 4……………………………………………………………………… 12
14 Percobaan 5……………………………………………………………………… 14
15 Percobaan 6……………………………………………………………………… 15
16 Percobaan 7……………………………………………………………………… 17
17 Percobaan 8……………………………………………………………………… 19
18 Percobaan 9……………………………………………………………………… 21
19 Percobaan 10…………………………………………………………………….. 24
20 Seminar hasil…………………………………………………………………….. 27
21 Ujian akhir praktikum (UAP)/Responsi…………………………………………. 28
22 Daftar pustaka…………………………………………………………………… 29

ii
KATA PENGANTAR

Petunjuk Praktikum Fitokimia adalah buku petunjuk tata laksana praktikum Fitokimia
mahasiswa Program Studi SI Farmasi STIKes RS Anwar Medika semester 5. Petunjuk
Praktikum ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar pustaka
untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan tetap untuk
mempelajari buku-buku Fitokimia lain guna menambah pengetahuan dan memperkuat
pemahaman atas modul-modul yang dikerjakan.
Praktikum Fitokimia yang dilaksanakan terdiri atas beberapa materi percobaan
meliputi pengenalan alat, identifikasi gugus fungsi, isolasi minyak kemiri, rekristalisasi,
isolasi kafein, ekstraksi cair-cair, isolasi kurkumin, kromatografi lapis tipis, dan isolasi
minyak atsiri. Praktikum Fitokimia ini akan lebih menjelaskan teknik-teknik dasar
laboratorium untuk mengisolasi dan mengindentifikasi senyawa organik bahan alam.
Penyusunan Petunjuk Praktikum Fitokimia ini masih banyak kekurangan dan perlu
adanya penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun, sebagai bahan perbaikan di masa mendatang. Semoga
Petunjuk Praktikum Fitokimia ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.

Sidoarjo, Agustus 2019

Penulis

iii
Jadwal Praktikum Fitokimia Semester Gasal TA. 2019/2020
(5 September 2019-20 Desember 2019)

No Kelas B1 B2 Kelengkapan
Hari Praktek Jumat Kamis
Waktu 07.30-10.10 14.20-17.00
Materi
1 Asistensi Praktikum 6-9-2019 5-9-2019 Log book, APD
2 Pembuatan Simplisia 13-9-2019 12-9-2019 Log book, APD
3 Pembuatan serbuk simplisia 20-9-2019 19-9-2019 Log book, APD
4 Pembuatan ekstrak 27-9-2019 26-9-2019 Log book, APD
5 Uji alkaloid, flavonoid 4-10-2019 3-10-2019 Log book, APD
6 Uji polifenol, tannin & 11-10-2019 10-10-2019 Log book, APD
antrakuinon
7 Uji glikosida, saponin, 18-10-2019 17-10-2019 Log book, APD
triterpen & steroid
8 Diskusi 25-10-2019 24-10-2019 Log book
9 Fraksi kromatografi kolom 1-11-2019 31-10-2019 Log book, APD
10 Fraksi kromatografi kolom 8-11-2019 7-11-2019 Log book, APD
11 Diskusi 15-11-2019 14-11-2019 Log book
12 Isolasi kafein dari daun the 22-11-2019 21-11-2019 Log book, APD
13 Diskusi persiapan seminar 29-11-2019 28-11-2019 Log book, APD
14 Diskusi laporan 6-12-2019 5-12-2019 Log book, APD
15 Seminar 13-12-2019 12-12-2019 Log book,
Laporan akhir
16 UAP 20-12-2019 19-12-2019 Log book

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM FITOKIMIA
Sebelum masuk ke laboratorium
1. Praktikan harus sudah menyiapkan tiket masuk praktikum sesuai dengan percobaan yang
dilakukan pada hari itu. Tiket masuk praktikum meliputi penulisan dasar teori, metodologi
percobaan, dan tabel data pengamatan. Apabila tidak menyiapkan tiket masuk, tidak dapat
mengikuti praktikum.
2. Praktikan harus mengenakan jas laboratorium dan alat pelindung diri lainnya
3. Wajib menggunakan sepatu tertutup
4. Dilarang memakai make up berlebihan
5. Jika ke empat hal diatas tidak ditaati maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
6. Mahasiswa masuk ke laboratorium 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai, jika
terlambat masuk sesuai jadwal, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

Setelah masuk laboratorium


1. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
2. Mahasiswa wajib mengikuti pretest. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pretest, apapun
alasannya, maka dianggap tidak lulus percobaan tersebut.

Selama Praktikum Berlangsung


1. Melakukan praktikum dengan tertib, ikuti pengarahan dari instruktur, baik mengenai
prosedur praktikum maupun penggunaan peralatan gelas.
2. Pergunakan peralatan gelas sesuai dengan fungsinya.
3. Tidak diperkenakan keluar-masuk laboratorium, makan dan minum, membuat keributan,
serta menerima tamu.
4. Menjaga ketertiban dan keselamatan kerja, menjaga kebersihan, serta bersikap sopan
selayaknya seorang mahasiswa.

Setelah Praktikum Selesai


1. Bersihkan semua peralatan dan meja seperti kondisi semula.
2. Buat laporan singkat pada buku folio, dan kumpulkan H+1 praktikum dilaksanakan.
3. Periksa kembali kebersihan lemari, meja, dan lantai (tidak basah dan tidak ada sampah
yang tercecer)
4. Tinggalkan laboratorium dalam keadaan bersih dan rapi.

v
Laporan
1. Laporan dibuat sesuai petunjuk yang dilampirkan dalam buku petunjuk praktikum.
2. Laporan diserahkan paling lambat 1 hari setelah praktikum dilaksanakan.

Kehadiran
1. Semua praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum dari mulai pengarahan,
responsi, dan praktikum itu sendiri.
2. Jika tidak hadir pada saat pengarahan maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum

Penilaian
Hal yang dinilai adalah :
1. Pretest 10%
2. Keaktifan dan Keterampilan 20%
3. jurnal praktikum 10%
4. Seminar akhir praktikum 20%
5. Laporan praktikum 20%
6. Ujian Akhir Praktikum 20%

Pemecahan Alat
1. Setiap peralatan gelas yang dipecahkan harus diganti dengan jenis, merek, dan ukuran
yang sama.
2. Penggantian alat yang dipecahkan paling lambat 2 minggu setelah pemecahan.
3. Jika hingga akhir semester peralatan gelas tidak diganti, maka nilai praktikum tidak akan
dikeluarkan (E)

vi
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

Laboratorium Kimia bukan tempat yang berbahaya, sepanjang kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar. Untuk itu hendaknya ditaati aturan-aturan yang berlaku.

ALAT PELINDUNG DIRI


1. Jas Laboratorium
Jas Laboratorium yang dipakai harus berlengan panjang, terbuat dari kain yang tebal.
2. Kacamata Laboratorium
3. Masker
4. Sarung Tangan
5. Sepatu Tertutup

API
 Api harus dihindari, semua senyawa organik bersifat volatile (mudah menguap) dan
mudah terbakar, karena itu hindarkan pemakaian api terbuka. Pakailah waterbath atau
heating mantle.
 Api di meja seringkali mudah dimatikan dengan lap basah, hati-hati jika ingin memakai
pemadam api, jangan mengenai orang lain.
 Pakaian terbakar, penting sekali untuk membaringakan dan menggulirkan penderita.
Tetap berdiri akan membahayakan pernapasan dan mata penderita. Dilarang memakai
pemadam api, pakailaih shower.

BAHAN KIMIA
Selain bahaya kebakaran oleh pelarut organik, bahan – bahan kimia dianggap berbahaya
karena korosif dan beracun. Karena itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
 Jika terkena bahan kimia korosif, baik pada kulit ataupun mata, cepat cuci dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian minta bantuan pengawas.
 Jangan mencoba mencicipi apapun ataupun mencium langsung asap/uap dari mulut
tabung, tapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda.
 Jangan memipet dengan mulut larutan-larutan korosif seperti asam-asam kuat (HCl pekat,
H2SO4 pekat, HNO3 pekat) basa-basa kuat (NaOH pekat, KOH pekat), dan larutan zat –
zat beracun (NaCN, air brom, dan lain-lain.

vii
 Jangan menggosok – gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin
sudah terkontaminasi bahan kimia.
 Bahan-bahan kimia dengan uap beracun atau merangsang selalu ditempatkan di lemari
asam. Semua pekerjaan yang menggunakan bahan-baha tersebut, harus dilakukan dalam
lemari asam tersebut.
 Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
 Beberapa bahan kimia memerlukan penanganan khusus, seperti asam dan basa pekat,
bromine, dimetil sulfat, fenol, sianida, H2S, pelarut beracun seperti diklorometana, dan
pelarut-pelart yang mudah terbakar seperti aseton.

PERALATAN GELAS
Kecelakaan karena kurang hati – hati dalam penanganan bahan gelas dihindari dengan
memperhatikan hal – hal berikut:
 Ujung gelas harus tumpul tidak tajam
 Sebelum memasang sumbat karet atau gabus pada pipa gelas, pastikan bahwa lubang
cukup besar dan telah dibasahi. Pegang gabus di antara ibu jari dan telunjuk, tidak telapak
tangan. Rangkum pipa gelas dekat ujungnya yang akan disumbat dan dorong pipa dengan
tekanan secukupnya. Gliserin lebih bagus sebagai pelumas dibanding air.
 Jangan melepas sumbat dengan kekerasan dari pipa gelas. Jika perlu, potong sumbat atau
tarik dengan bor gabus.
 Jangan coba memaksa memasukkan gabus yang terlalu besar.

Disamping hal – hal yang telah disebutkan diatas, untuk berhasilnya praktikum perlu
diperhatikan:
 Alat-alat praktikum harus bersih dan kering
 Pelajari dan pahami cara-cara penggunaan alat-alat.
 Pada setiap praktikum harus disiapkan program kerja secara matang, termasuk Prosedur
Kerja.
 Bila ada kesukaran selama percobaan, dapat ditanyakan pada pengawas praktikum.
 Catatlah hasil-hasil percobaan pada buku kerja dan kemudian buatlah laporan yang rapi
dan benar.

viii
SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
(P-………)
JUDUL PERCOBAAN

NAMA :
NIM :
TANGGAL :

1. Tujuan Percobaan
2. Dasar Teori : tidak sama dengan yang ada di buku petunjuk praktikum, cari referensi lain.
3. Tinjauan bahan
4. Metodologi percobaan
- Alat (dalam bentuk paragraf)
- Bahan (dalam bentuk paragraf)
- Prosedur kerja (dalam bentuk diagram alir dan ditulis dengan kalimat pasif)
- Rangkaian Alat
5. Data Hasil Percobaan (berisi data pengamatan yang diperoleh dan perhitungan)
6. Pembahasan
- Prinsip Percobaan
- Analisa Prosedur
- Analisa Hasil
7. Kesimpulan
8. Daftar Pustaka (minimal 5 pustaka, dilarang menggunakan pustaka Wikipedia, blogspot,
wordpress)
9. Lampiran, berisi dokumentasi hasil percobaan dan perhitungan (jika ada)

Catatan :
- Laporan ditulis di buku folio bersampul warna merah atau sesuai dengan kesepakatan
kelas.
- Laporan dikumpulkan maksimal 2 hari setelah percobaan dilakukan.
- Keterlambatan pengumpulan laporan berakibat pada pengurangan nilai laporan sebanyak
50%.

ix
- Laporan sifatnya perseorangan sehingga hanya metodologi percobaan yang sama dengan
orang lain. Apabila ada kesamaan laporan dengan praktikan lain, maka dianggap tidak
membuat laporan.

Contoh Penulisan Daftar Pustaka:


 Sumber pustaka internet
Agilent, 2007, Agilent J&W: GC Column Selection Guide, www.agilent.com/chem,
diakses tanggal 25 November 2012.
 Sumber pustaka buku
Bruckner, R., 2008, Advanced Organic Chemistry : Reactions Mechanism, Elsevier, India.
Silverstein, R.M., F.X. Webster, and D.J. Kiemle, 2005, Spectrometric Identification of
Organic Compounds, John Willey & Sons, Inc., New York.
 Sumber pustaka Jurnal Ilmiah
Chuah, G.K., Liu, S.H., Jaenicke, S., and Harisson, L.J., 2001, Cyclisation of Citronellal to
Isopulegol Catalysed by Hydrous Zirconia and Other Solid Acids, Journal of Catalysis,
200, 352 – 359.

Tabel Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan

x
ASISTENSI PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan wajib mengikuti asistensi dan mengikuti tata tertib yang ada.
2. Setiap praktikan wajib memiliki buku panduan praktikum.
3. Perkenalan, pengelompokan, koordinasi, dll
4. Penjelasan tata tertib, penilaian, format log book, laporan awal, dan laporan akhir:
a. Log book
 Satu mahasiswa peserta praktikum mempunyai 1 log book
 Bentuk : buku tulis ukuran A4, sampul hard cover, warna sampul log book yakni warna
merah.
 Pada sampul ditulis identitas mahasiswa yakni nama, NIM, dan kelas.
 Sebelum praktikum: log book berisi : Judul praktikum, Tujuan percobaan, Dasar teori,
Tinjauan Bahan Metodologi percobaan, dan Data hasil percobaan
 Setelah praktikum : log book berisi Hasil Praktik. Pembahasan, kesimpulan, Daftar
pustka dan Lampiran
b. Laporan akhir
 Laporan praktikum terdiri semua materi
 Satu kelompok praktikum ( 1 meja) menyusun 1 laporan awal
 Format laporan : Times new roman, 12, spasi 1,5 , margin 4333
 Bentuk : ditulis pada kertas HVS A5 dan dijilid soft cover warna kuning
 Halaman pertama cover berisi : judul praktik yakni : “Laporan Praktikum Fitokimia”
dan nama (NIM) penyusun
 Penyerahan laporan berupa soft copi dan hard copi, soft copi dikirim email :
ariessmkkes@gmail.com
 Hard copi diserahkan pada saat seminar hasil praktikum.
c. Seminar Hasil Praktikum
 Materi seminar tiap kelompok akan dibagi sesuai dengan materi praktikum.
 pembuatan ppt slide maksimal 15.
 waktu pemaparan praktikum maksimal 15 menit.
 Waktu diskusi maksimal 10 menit.

xi
d. Ujian Akhir Praktikum (UAP)
 Waktu pelaksanaan ujian dilakukan pada pertemuan terakhir
 Setiap kelompok ujian terdiri dari 3 peserta
 Waktu ujian 30 menit.

xii
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
PADA PRAKTIKUM FITOKIMIA

1. Perkolator
Perkolator adalah alat yang digunakan untuk mengekstraksi serbuk simplisia
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk yang telah dibasahi dengan
cairan penyari terlebih dahulu.

Gambar 1. Perkolator

2. Penguap Putar (Rotary evaporator)


Penguap putar digunakan untuk memisahkan atau menguapkan cairan penyari
dari bahan yang disari sehingga didapatkan sari (ekstrak) pekat. Dengan alat ini
proses penguapan cairan penyari terjadi melalui penurunan titik didihnya
dengan menurunkan tekanannya. Gambar dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 2.penguap putar

1
3. Kolom Kromatografi
Alat ini digunakan untuk memisahkan zat aktif dari komponen-komponen
lainnya dengan menggunakan prinsip kromatografi yaitu pemisahan campuran
komponen berdasarkan pada perbedaan migrasi kompnenkomponen tersebut
dari fase diam oleh pengaruh fase gerak. Kolom berupa tabung kaca dengan
diameter tertentu yang bagian bawahnya memiliki lubang pengalir. Gambar
beserta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
(Markham,1982)

Gambar 3. Kolom kromatografi


4. Penotol mikro
Alat ini digunakan untuk menotolkan sejumlah tertentu ekstrak pada lempeng
KLT.
5. Pipet tetes
Pipet tetes yang dipakai biasanya kecil. Pipet tetes berguna untuk
memindahkan air / zat-zat kimia dari botol ke atas papan tetes atau ke dalam
tabung.
6. Papan Tetes
Papan yang digunakan untuk mencampur ekstrak dengan pereaksi pada
skrining fitokimia.
7. Lampu Ultra Lembayung
Alat ini digunakan untuk melihat kromatogram pada KLT. Noda akan Nampak
berupa pendar atau mematikan pendar flour apabila dikenai sinar ultra
lembayung (UV-light) pada panjang gelombang 254 atau 360 nm.

2
8. Vial
Vial digunakan untuk menampung hasil ekstraksi pada separasi dengan
kromatografi kolom.

9. Lempeng Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Lempeng KLT yang digunakan untuk praktikum adalah lempeng KLT
aluminium yang berbentuk bujur sangkar, berukuran: 200 X 200 mm. Lempeng
KLT terbuat dari silika gel dengan ukuran tertentu dan dilapiskan pada sebuah
lempengan aluminium. Lempeng ini digunakan untuk memisahkan zat-zat
kimia yang akan diidentifikasi dengan prinsip pemisahan kromatografi.
10. Bejana Kromatografi
Bejana kromatografi digunakan sebagai tempat mengeluasi lempeng KLT.
Bejana KLT terbuat dari kaca pejal yang tidak memiliki sambungan di
sudutsudutnya. Bejana memiliki tutup yang terbuat dari kaca atau logam tahan
korosi. Bejana harus dapat menampung lempeng 200X200 mm dan tertutup
rapat.
11. Kertas saring
Kertas saring digunakan untuk melihat kejenuhan bejana kromatografi
12. Pinset
Pinset digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkan lempeng KLT dari
bejana kromatografi
13. Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan sebagai tempat mereaksikan ekstrak tumbuhan
dengan pereaksi (reagen) pada skrining fitokimia.
14. Seperangkat alat gelas
Beaker glas, erlenmeyer, dsb
15. Alat penyemprot Lempeng KLT
Alat ini digunakan untuk menyemprotkan penampak noda pada lempeng KLT.

3
ZAT-ZAT KIMIA YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM

Beberapa zat kimia yang digunakan dalam praktikum fitokimia, diantaranya:


1. Metanol, Etanol, Etil Asetat, Kloroform, Air, Heksana, Butanol, Toluena
Pelarut ini digunakan pelarut pengekstraksi, atau dapat juga digunakan sebagai
komponen penyusun fase gerak pada KLT.
2. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida digunakan untuk menetralkan basa, memberikan suasana asam
ataupun untuk menghidrolisis. Asam klorida yang digunakan untuk praktikum
ini HCl 2 N dan HCl pekat.
3. Pereaksi Wagner
Pereaksi Wagner digunakan untuk mengendapkan dan mendeteksi alkaloid.
Pereaksi ini dibuat dengan cara melarutkan 1,27 g I2 dan 2g KI dalam air hingga
diperoleh volume 100 mL.
4. Pereaksi Mayer
Pereaksi ini dapat mengendapkan alkaloid. Pereaksi Mayer dibuat dengan cara
mencampurkan 60 mL HgCl2 2,266 % b/v dengan 10 mL larutan KI 50% b/v,
kemudian ditambah air hingga volume 100 mL.Dengan pereaksi ini akan
terjadi endapan putih.
5. NH4OH (Ammoniak)
Uap amoniak murni digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi
flavonoid dengan KLT. Sedangkan larutan amoniak encer digunakan untuk
memberikan suasana basa pada suatu sampel.
6. Dragendorf
Larutan dragendorf dibuat dengan cara mencampurkan 20 mL Bismut nitrat
40% b/v dalam HNO3 p dengan 50 mL KI 54,4 % b/v. Campuran ini kemudian
didiamkan sampai memisah sempurna, selanjutnya diambil cairan yang
berwarna jernih dan diencerkan dengan air hingga volume 100mL. Pereaksi ini
digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi alkaloid dengan KLT,
terjadi bercak coklat /merah coklat.

4
7. Asam asetat anhidrat
Larutan (CH3.CO)2O murni pereaksi,mengandung tidak kurang 95,0%
C4H6O4.
8. Anisaldehid sulfat
Larutan segar yang diperoleh dengan mencampurkan 0,5 mL Anisaldehid
dalam 50 mL asam asetat glasial dan 1 mL H2SO4. Larutan ini digunakan
untuk mendeteksi adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Pereaksi ini
tidak tahan lama, jangan digunakan jika telah berubah warna menjadi merah
jingga. Setelah disemprotkan pada lempeng KLT, panaskan di oven pada suhu
-10 menit.
9. Antimon Klorida
Pereaksi ini digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi terpenoid dan
steroid yang dibuat dengan cara melarutkan 20 g antimon klorida dalam
kloroform atau etanol hingga volume 100 mL. Pengamatan noda dilakukan
setelah lempeng disemprot dan dipanaskan 5-
10. FeCl3
Larutan Feri klorida merupakan larutan 10 % FeCl3 dalam air. Larutan ini
digunakan sebagai penampak noda untuk senyawa golongan polifenol,akan
terjadi warna ungu tua atau biru tua.
11. KOH
Kalium hidroksida encer (5N) digunakan sebagai pemberi suasana basa
sedangkan KOH 10 % digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi
senyawa golongan antrakinon.

5
EKSTRAKSI

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan, dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang
ditetapkan . Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan
berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan
masa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari
sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Ada tiga macam
metoda penyarian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang
terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam caiaran penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan
bahan sejenis yang mudah mengembang.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan
kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dimodifikasi menjadi beberapa metode yaitu:
a. Digesti.

6
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40-50 0C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia
yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

b. Maserasi dengan mesin pengaduk


Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat 6-24 jam.
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah dienap-tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
d. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cara perkolasi lebih baik
dibandingkan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecapatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut:
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melaui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan dalam

7
perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler, dan daya geseran (friksi).
3. Ekstraksi dengan menggunakan Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Ekstraksi dengan menggunakan gas superkritis


Ekstraksi ini menggunakan gas superkritis seperti CO2, Metode ini sekarang
sering digunakan karena efisiensinya lebih baik dibandingkan berbagai metode
lainnya. Kelemahan dari metode ini peralatan yang cukup rumit dan mahal.

8
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN SIMPLISIA

Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia.

Bahan :
Tanaman obat

Prosedur Kerja
Pengumpulan rimpang kunyit yang akan dijadikan sebagai bahan baku simplisia.
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari rimpang. Rimpang kunyit
dicuci bersih dengan air mengalir . Rimpang kunyit yang telah bersih dirajang ±
1mm. Setelah dirajang, rimpang dikeringkan menggunakan wadah

9
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA

Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan serbuk
dari simplisia.

Bahan:
Simplisia

Prosedur Kerja
Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah. Simplisia yang telah kering lalu didisortasi
kering untuk menghilangkan kotoran yang masih ada. Simplisia ditimbang
kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan hingga halus.
Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam
wadah, diberi label.

10
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI

Tujuan
Mahasiswa mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi

Bahan :
Simplisia

Prosedur Kerja
Sebanyak 500 gram serbuk kering dimasukkan ke dalam maserator, ditambahkan
etanol 96% sebanyak 7 ½ kali bobot serbuk dan diaduk. Biarkan termaserasi
selama 2 hari dalam maserator tertutup dengan pengadukan setiap hari. Setelah itu
saring maserat dari ampas dengan corong Buchner. Maserat dienapkan selama 2
hari. Setelah itu pisahkan maserat dari enapan dengan hati-hati. Uapkan maserat
dalam cawan porselen diatas penangas air atau dengan penguap putar
(rotavapour) sehingga diperoleh ekstrak kental.

11
PERCOBAAN 4
UJI KUALITATIF GOLONGAN POLIFENOL DAN TANNIN

Tujuan Percobaan
Memahami teknik analisa kualitatif senyawa fenol dan tannin pada ekstrak
tumbuhan.

Bahan
Ekstrak simplisia “X”

Prosedur Kerja
1. Uji kualitatif tannin dan polifenol
a. Preparasi sampel
Sebanyak 1 gram sampel diekstraksi dengan 15 mL aquades panas kemudian
didinginkan. Setelah itu ditambah 5 tetes NaCl 10% dan disaring. Filtrat dibagi
menjadi 3 bagian => A, B, & C
b. Analisis
- Filtrat A => blanko
- Filtrat B => ditambahkan 3 tetes FeCl 3
- Filtrat C => ditambah garam gelatin
- Amati perubahan yang terjadi
2. Analisa kromatografi lapis tipis golongan tannin dan polifenol
- Ambil plat KLT ukuran 5 x 10 cm dan tandai dengan pencil 1,5 cm dari
batas bawah dan 0,5 dari batas atas.
- Siapkan chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen campuran
Kloroform-etil asetat-asam asetat (0,5:9:0,5)
- Totolkan ekstrak tumbuhan pada garis batas bawah dengan pipa kapiler
dan masukkan ke dalam chamber
- Lakukan elusi hingga mendekati garis batas atas
- Angkat plat KLT dan keringkan di udara

12
- Semprot plat KLT dengan pereaksi FeCl3 10% Jika timbul warna hitam
setelah penyemprotan pereaksi FeCl 10% menunjukkan adanya senyawa
polifenol dalam ekstrak.

13
PERCOBAAN 5
UJI KUALITATIF GOLONGAN FLAVONOID

Tujuan Percobaan
Menguasai teknik analisa kualitatif senyawa Flavonoid pada ekstrak tumbuhan.

Bahan
Ekstrak simplisia “X”

Prosedur kerja
A. Uji Kualitatif
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih.
Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4
bagian A, B, C, dan D.
1. Filtrat A sebagai blangko
2. Filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas
air, jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil
yang positif (metode Bate Smith-Metchalf).
3. Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi (metode Wilstater). Warna merah sampai
jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua diberikan oleh
flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau
glikosida.
4. Filtrat D digunakan untuk uji KLT.
B. Analisis senyawa flavonoid menggunakan KLT\
1. Filtrat D pada skrining fitokimia ditotolkan pada plat silika gel.
2. Kemudian plat dielusi dengan butanol:asam asetat:air = 3:1:1, kemudian
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
3. Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan diamati
kembali pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
4. Adanya warna kuning ketika disemprot dengan ammonia menunjukkan
adanya flavonoid.

14
PERCOBAAN 6
UJI KUALITATIF GOLONGAN ALKALOID

Tujuan Percobaan
Menguasai teknik analisa kualitatif senyawa Alkaloid pada ekstrak tumbuhan.

Bahan
Ekstrak simplisia “X”

Prosedur kerja
1. Preparasi Sampel
- Sebanyak 5 gram bahan tanaman diekstraksi dengan kloroform beramonia,
lalu disaring
- Tambahkan 1 mL Asam sulfat 2N kedalam filtrat. Kocok sampai terbentuk
2 lapisan.
- Ambil lapisan asam (lapisan atas) kemudian dibagi menjadi 4 bagian yaitu
filtrat A, B, C, dan D.
2. Analisa kualitatif
- Filtrat A sebagai blanko
- Filtrat B ditambahkan reagen Mayer 3 tetes, terbentuknya endapan putih
meunjukkan adanya alkaloid.
- Filtrat C ditambahkan reagen Dragendorf 3 tetes, terbentuknya endapan
warna coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid.
- Filtrat D ditambakan reagen wagner 3 tetes, terbentuknya endapan warna
coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid
3. Uji KLT senyawa alkaloid
- Pada Filtrat D hasil skrining fitokimia ditambahkan ammonia 25% hingga
pH 8 – 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dipekatkan diatas waterbath.
Fase klorofom ditotolkan pada plat KLT. Elusi dilakukan dengan eluen
Fase gerak: Etil asetat-metanol-air (6:4:2)
- Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan UV
366 nm. Kemudian disemprot dengan reagen Dragendroff, dikeringkan,

15
dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan UV 366 nm. Jika
timbul warna coklat atau jingga setelah penyemprotan pereaksi
Dragendorff menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak. Bila tanpa
pereaksi kimia, di bawah lampu UV 366 nm, alkaloid akan berfluoresens
biru, biru-hijau atau ungu.

16
PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID
DAN STEROID
Tujuan :
Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,
triterpenoid, dan steroid

Bahan :
Ekstrak simplisia “X”

Cara Kerja :
1. Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air
suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik. Tes buih positif
mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30 menit
dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.

2. Reaksi Warna
0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC

a. Uji Liebermann-Burchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan
diamati terjadinya perubahan warna. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan
adanya saponin steroid, warna merah ungu menunjukkan adanya triterpen
steroid dan warna kuning muda menunjukkan adanya saponin jenuh.

b. Uji Salkowski
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1 –
2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh
ditandai dengan timbulnya cincin berwarna merah.

17
3. Identifikasi sapogenin steroid atau triterpenoid secara KLT
Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCL 2 N, didihkan dan tutup
dengan corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin.
Setelah dingin, netralkan dengan ammonia, kemudian ekstraksi dengan 3 ml
nheksana sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml, totolkan pada
pelat KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampak noda :
- Anisaldehida asam sulfat
- Antimon klorida
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna:
- merah ungu (ungu) untuk anisaldehida asam sulfat
- merah muda untuk antimony klorida

4. Identifikasi terpenoid atau steroid bebas secara KLT


Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, totolkan
pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : n-heksana–etil asetat ( 4 : 1)
Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat
Adanya terpenoid atau steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah
ungu atau ungu

18
PERCOBAAN 8
IDENTIFIKASI SENYAWA GOL. ANTRAKINON

Tujuan :
Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan antrakinon

Bahan :
Ekstrak simplisia “X”

Cara Kerja :
1. Reaksi Warna
a. Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml air suling, saring, lalu
filtrat diekstraksi dengan 3 ml toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan
sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan dibagi menjadi
dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA sebagai blanko.
Larutan VB ditambah ammonia dan dikocok. Warna merah menunjukkan
adanya senyawa antrakinon.

b. Uji Modifikasi Borntrager


Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 1 ml KOH 5N dan 1 ml H2SO4
encer. Dipanaskan dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial, kemudian
diekstraksi dengan toluena. Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua
sebagai larutan VIA dan VIB. Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB
ditambah ammonia. Warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis
menunjukkan adanya antrakinon.

2. Kromatografi Lapis Tipis


Sampel ditotolkan pada fase diam dengan kondisi kromatografi lapis tipis
sebagai berikut:
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : toluena – etil – asam asetat (75 : 24 : 1)

19
Penampak noda : larutan 10% KOH dalam metanol.
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

20
PERCOBAAN 9
FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM
Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan kromatografi
kolom

Bahan :
Ekstrak Curcuma xanthorrhyza

Cara Kerja :
1. Pencucian Ekstrak
Ekstrak yang didapatkan dari latihan VII & VIII dimasukkan dalam gelas beker
dan ditambahkan etanol 96% panas. Biarkan sampai
kemudian disaring dengan corong buchner hingga tidak ada etanol yang menetes.
Prosedur diatas diulangi hingga diperoleh ekstrak kurkuminoid yang bebas dari
pengotornya (ditandai dengan perubahan warna ekstrak menjadi lebih cerah).
Ekstrak yang diperoleh kemudian diangin-anginkan di lemari asam hingga kering.
Ekstrak kering selanjutnya difraksinasi untuk mendapatkan isolat kurkumin.

2. Pemilihan Eluen untuk Fraksinasi


Standar kurkumin dan ekstrak kurkuminoid yang telah dicuci dilarutkan dalam
etanol 96% dan ditotolkan 2-
dieluasi dengan menggunakan eluen yang sesuai di dalam bak kromatografi
sampai batas yang ditentukan. Amatilah lempeng pada lampu UV 254 nm dan 365
nm. Eluen dipilih apabila ekstrak kurkuminoid yang ditotolkan terpisah menjadi 3
noda yaitu kurkumin, bisdemetoksi kurkumin dan desmetoksi kurkumin. Lihat
gambar dibawah ini.

21
Gambar 4. Lempeng KLT dengan ekstrak kurkuminoid

3. Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom


Langkah-langkah untuk fraksinasi dengan kromatografi kolom adalah sebagai
berikut:
a. Silika gel sebanyak 100 kali bobot ekstrak kurkuminoid dimasukkan dalam
Erlenmeyer dan ditambahkan dengan eluen ± 2 cm diatas permukaan silika gel,
dikocok pelan hingga merata dan masukkan dengan hati-hati ke dalam kolom
kromatografi yang pada bagian bawahnya telah diberi glass wool. Kolom tersebut
kemudian didiamkan selama 1 hari untuk memampatkan dan melihat ada tidaknya
keretakan (lihat gambar dibawah ini).

Gambar 5. Langkah-langkah pemisahan dengan kromatografi kolom

22
b. Apabila kolom tidak retak, tambahkan eluen 0,5 cm diatas permukaan silika gel
dan bila retak ulangi langkah a. Kemudian ke dalam kolom ditambahkan ekstrak
kurkuminoid (1% bobot silika) yang telah dicampur dengan silika gel.

c. Alirkan eluen dan tampung sebanyak ± 50 ml dalam Erlenmeyer (eluen ini


belum membawa zat kimia tanaman sehingga dapat dibuang). Selanjutnya kran
dibuka dan diatur penetesannya (1 tetes/detik) dan ditampung dalam vial atau
tabung yang telah diberi nomor masing-masing vial 5 ml (lihat gambar dibawah
ini).

Gambar 6. Sistem kromatografi kolom dasar

d. Pada setiap vial dengan kelipatan 10 dilakukan uji KLT untuk melihat noda
yang dihasilkan. Apabila menghasilkan noda yang sama vial-vial tersebut
digabung. Penetesan dihentikan apabila vial sudah tidak memberikan noda saat
diuji KLT.

23
PERCOBAAN 10
ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH

Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik isolasi kafein dari daun teh dengan metode maserasi dan
ekstraksi cai-cair

Metodologi Percobaan
Alat
 Hot plate stirrer
 Beaker glass
 Neraca analitik
 Corong Buchner
 Corong pisah
 Klem dan statif
 Pengaduk gelas
 Labu Erlenmeyer
 Corong gelas

Bahan
 Daun teh kering
 Natrium bikarbonat
 Kalsium klorida
 Kloroform
 Aquades
 Kertas saring

Prosedur Kerja
 Masukkan 25 gram daun teh kering ke dalam beaker glass 500 mL
 Tambahkan 20 gram natrium bikarbonat ke dalam beaker glass tersebut

24
 Tambahkan 250 mL air mendidih ke dalam beaker glass
 Aduk sebentar dan diamkan selama 10 menit
 Saring larutan tersebut dengan corong Buchner, pisahkan filtratnya dan letakkan
pada labu Erlenmeyer
 Dinginkan filtrat yang diperoleh pada suhu kamar
 Pindahkan ke dalam corong pisah, tambahkan 30 mL kloroform
 Kocok corong pisah selama 5 menit, sambil membuka tutup kran corong pisah
untuk mengeluarkan gas di dalamnya
 Diamkan sebentar hingga terpisah menjadi dua lapisan, pisahkan bagian lapisan
kloroform
 Ulangi lagi proses ekstraksi dengan 30 mL kloroform
 Kumpulkan fasa organik kloroform yang terbentuk ke dalam labu erlenmeyer
 Tambahkan 1 gram kalsium klorida anhidrat ke dalam labu Erlenmeyer, aduk
selama 10 menit
 Saring filtrat yang diperoleh dengan corong gelas
 Uapkan pelarut kloroformnya hingga diperoleh kristal
 Keringkan kristal yang diperoleh
 Timbang kristal dan hitung rendemennya.
 Lakukan uji organoleptik pada kristal kafein yang diperoleh

Rendemen Kafein
% kafein = massa kristal kafein (gram) x 100%
Massa teh (gram)

Poin Pembahasan Laporan


1. Prinsip Percobaan => tuliskan prinsip percobaan isolasi kafein dari daun teh
2. Analisa Prosedur
 Jelaskan fungsi alat
 Jelaskan fungsi bahan
 Jelaskan masing-masing fungsi perlakuan
3. Analisa Hasil
 Tuliskan prinsip isolasi kafein dari tanaman

25
 Tuliskan prinsip metode maserasi pada daun teh
 Tuliskan prinsip metode ekstraksi cair-cair pada filtrat teh
 Bahas hasil kristal kafein yang diperoleh berdasarkan nilai rendemen dan uji
organoleptik
 Bahas faktor-faktor yang mempengaruhi hasil percobaan

26
SEMINAR HASIL
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan penelitian, menyusun
laporan, dan mempresentasikan hasil penelitian bidang fitokimia.

B. Ketentuan:
1. Menyerahkan laporan akhir.
Laporan akhir dikumpulkan ke PJMK Mata Kuliah Fitokimia dalam bentuk
hard copi di jilid soft cover warna kuning ukuran A5. Untuk soft copi
dikumpulkan lewat email di : ariessmkkes@gmail.com
3. Membuat power point (ppt) materi dari laporan akhir yang dibuat.
4. 1 kelompok akan mendapat materi seminar 1 tema
5. Printout powerpoint dijilid mika dan digandakan untuk 3 dosen penguji.
6. Waktu untuk presentasi maksimal 10 menit
7. Waktu untuk diskusi maksimal 10 menit
8. Komting Prak.Fitokimia menyiapkan LCD, laptop untuk persiapan seminar
9. Moderator membuka sesi acara seminar

27
UJIAN AKHIR PRAKTIKUM / RESPONSI
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan penelitian, menyusun
laporan, dan mempresentasikan hasil penelitian bidang fitokimia.

B. Ketentuan:
1. Menyerahkan laporan akhir.
Laporan akhir dikumpulkan ke PJMK Mata Kuliah Fitokimia dalam bentuk
hard copi di jilid soft cover warna kuning ukuran A5. Untuk soft copi
dikumpulkan lewat email di : ariessmkkes@gmail.com
3. Log book dibawa ke ruang ujian
4. Memakai APD lengkap, jika APD tidak lengkap tidak bisa mengikuti UAP
5. Yang memiliki tanggungan alat harap diselesaikan dulu dengan pihak yang
terkait.
6. Waktu untuk UAP adalah 30 menit
7. UAP sifatnya ujian per individu.
8. 1 gelombang ujian terdiri dari 15 anak.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Claus EP.,1961, Pharmacognosy, 4 nd Ed., Lea and Febiger, Philadelpia Stahl, E.,

1973, Drug analysis by Chromatography and Microscopy, Ann Arbor Science

Publisher, Inc.

29

Anda mungkin juga menyukai