FITOKIMIA
Program Studi SI Farmasi
Disusun oleh:
1. Arista Wahyu N., S.Farm., M.Si., Apt.
2. Irvan Charles S.Klau.,M.Farm
ii
KATA PENGANTAR
Petunjuk Praktikum Fitokimia adalah buku petunjuk tata laksana praktikum Fitokimia
mahasiswa Program Studi SI Farmasi STIKes RS Anwar Medika semester 5. Petunjuk
Praktikum ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar pustaka
untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan tetap untuk
mempelajari buku-buku Fitokimia lain guna menambah pengetahuan dan memperkuat
pemahaman atas modul-modul yang dikerjakan.
Praktikum Fitokimia yang dilaksanakan terdiri atas beberapa materi percobaan
meliputi pengenalan alat, identifikasi gugus fungsi, isolasi minyak kemiri, rekristalisasi,
isolasi kafein, ekstraksi cair-cair, isolasi kurkumin, kromatografi lapis tipis, dan isolasi
minyak atsiri. Praktikum Fitokimia ini akan lebih menjelaskan teknik-teknik dasar
laboratorium untuk mengisolasi dan mengindentifikasi senyawa organik bahan alam.
Penyusunan Petunjuk Praktikum Fitokimia ini masih banyak kekurangan dan perlu
adanya penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun, sebagai bahan perbaikan di masa mendatang. Semoga
Petunjuk Praktikum Fitokimia ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.
Penulis
iii
Jadwal Praktikum Fitokimia Semester Gasal TA. 2021-2022
iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM FITOKIMIA
Sebelum masuk ke laboratorium
1. Praktikan harus sudah menyiapkan tiket masuk praktikum sesuai dengan percobaan yang
dilakukan pada hari itu. Tiket masuk praktikum meliputi penulisan dasar teori, metodologi
percobaan, dan tabel data pengamatan. Apabila tidak menyiapkan tiket masuk, tidak dapat
mengikuti praktikum.
2. Praktikan harus mengenakan jas laboratorium dan alat pelindung diri lainnya
3. Wajib menggunakan sepatu tertutup
4. Dilarang memakai make up berlebihan
5. Jika ke empat hal diatas tidak ditaati maka mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
6. Mahasiswa masuk ke laboratorium 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai, jika
terlambat masuk sesuai jadwal, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
v
Laporan
1. Laporan dibuat sesuai petunjuk yang dilampirkan dalam buku petunjuk praktikum.
2. Laporan diserahkan paling lambat 1 hari setelah praktikum dilaksanakan.
Kehadiran
1. Semua praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum dari mulai pengarahan,
responsi, dan praktikum itu sendiri.
2. Jika tidak hadir pada saat pengarahan maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum
Penilaian
Hal yang dinilai adalah :
1. Pretest 10%
2. Keaktifan dan Keterampilan 20%
3. jurnal praktikum 10%
4. Seminar akhir praktikum 20%
5. Laporan praktikum 20%
6. Ujian Akhir Praktikum 20%
Pemecahan Alat
1. Setiap peralatan gelas yang dipecahkan harus diganti dengan jenis, merek, dan ukuran
yang sama.
2. Penggantian alat yang dipecahkan paling lambat 2 minggu setelah pemecahan.
3. Jika hingga akhir semester peralatan gelas tidak diganti, maka nilai praktikum tidak akan
dikeluarkan (E)
vi
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA
Laboratorium Kimia bukan tempat yang berbahaya, sepanjang kita bekerja dengan hati-hati
mengikuti teknik yang benar. Untuk itu hendaknya ditaati aturan-aturan yang berlaku.
API
• Api harus dihindari, semua senyawa organik bersifat volatile (mudah menguap) dan
mudah terbakar, karena itu hindarkan pemakaian api terbuka. Pakailah waterbath atau
heating mantle.
• Api di meja seringkali mudah dimatikan dengan lap basah, hati-hati jika ingin memakai
pemadam api, jangan mengenai orang lain.
• Pakaian terbakar, penting sekali untuk membaringakan dan menggulirkan penderita.
Tetap berdiri akan membahayakan pernapasan dan mata penderita. Dilarang memakai
pemadam api, pakailaih shower.
BAHAN KIMIA
Selain bahaya kebakaran oleh pelarut organik, bahan – bahan kimia dianggap berbahaya
karena korosif dan beracun. Karena itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
• Jika terkena bahan kimia korosif, baik pada kulit ataupun mata, cepat cuci dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian minta bantuan pengawas.
• Jangan mencoba mencicipi apapun ataupun mencium langsung asap/uap dari mulut
tabung, tapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda.
• Jangan memipet dengan mulut larutan-larutan korosif seperti asam-asam kuat (HCl pekat,
H2SO4 pekat, HNO3 pekat) basa-basa kuat (NaOH pekat, KOH pekat), dan larutan zat –
zat beracun (NaCN, air brom, dan lain-lain.
vii
• Jangan menggosok – gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin
sudah terkontaminasi bahan kimia.
• Bahan-bahan kimia dengan uap beracun atau merangsang selalu ditempatkan di lemari
asam. Semua pekerjaan yang menggunakan bahan-baha tersebut, harus dilakukan dalam
lemari asam tersebut.
• Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
• Beberapa bahan kimia memerlukan penanganan khusus, seperti asam dan basa pekat,
bromine, dimetil sulfat, fenol, sianida, H2S, pelarut beracun seperti diklorometana, dan
pelarut-pelart yang mudah terbakar seperti aseton.
PERALATAN GELAS
Kecelakaan karena kurang hati – hati dalam penanganan bahan gelas dihindari dengan
memperhatikan hal – hal berikut:
• Ujung gelas harus tumpul tidak tajam
• Sebelum memasang sumbat karet atau gabus pada pipa gelas, pastikan bahwa lubang
cukup besar dan telah dibasahi. Pegang gabus di antara ibu jari dan telunjuk, tidak telapak
tangan. Rangkum pipa gelas dekat ujungnya yang akan disumbat dan dorong pipa dengan
tekanan secukupnya. Gliserin lebih bagus sebagai pelumas dibanding air.
• Jangan melepas sumbat dengan kekerasan dari pipa gelas. Jika perlu, potong sumbat atau
tarik dengan bor gabus.
• Jangan coba memaksa memasukkan gabus yang terlalu besar.
Disamping hal – hal yang telah disebutkan diatas, untuk berhasilnya praktikum perlu
diperhatikan:
• Alat-alat praktikum harus bersih dan kering
• Pelajari dan pahami cara-cara penggunaan alat-alat.
• Pada setiap praktikum harus disiapkan program kerja secara matang, termasuk Prosedur
Kerja.
• Bila ada kesukaran selama percobaan, dapat ditanyakan pada pengawas praktikum.
• Catatlah hasil-hasil percobaan pada buku kerja dan kemudian buatlah laporan yang rapi
dan benar.
viii
SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
(P-………)
JUDUL PERCOBAAN
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
1. Tujuan Percobaan
2. Dasar Teori : tidak sama dengan yang ada di buku petunjuk praktikum, cari referensi lain.
3. Tinjauan bahan
4. Metodologi percobaan
- Alat (dalam bentuk paragraf)
- Bahan (dalam bentuk paragraf)
- Prosedur kerja (dalam bentuk diagram alir dan ditulis dengan kalimat pasif)
- Rangkaian Alat
5. Data Hasil Percobaan (berisi data pengamatan yang diperoleh dan perhitungan)
6. Pembahasan
- Prinsip Percobaan
- Analisa Prosedur
- Analisa Hasil
7. Kesimpulan
8. Daftar Pustaka (minimal 5 pustaka, dilarang menggunakan pustaka Wikipedia, blogspot,
wordpress)
9. Lampiran, berisi dokumentasi hasil percobaan dan perhitungan (jika ada)
Catatan :
- Laporan ditulis di buku folio bersampul warna merah atau sesuai dengan kesepakatan
kelas.
- Laporan dikumpulkan maksimal 2 hari setelah percobaan dilakukan.
- Keterlambatan pengumpulan laporan berakibat pada pengurangan nilai laporan sebanyak
50%.
ix
- Laporan sifatnya perseorangan sehingga hanya metodologi percobaan yang sama dengan
orang lain. Apabila ada kesamaan laporan dengan praktikan lain, maka dianggap tidak
membuat laporan.
Tabel Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
x
ASISTENSI PRAKTIKUM
1. Setiap praktikan wajib mengikuti asistensi dan mengikuti tata tertib yang ada.
2. Setiap praktikan wajib memiliki buku panduan praktikum.
3. Perkenalan, pengelompokan, koordinasi, dll
4. Penjelasan tata tertib, penilaian, format log book, laporan awal, dan laporan akhir:
a. Log book /Jurnal Praktikum
• Satu mahasiswa peserta praktikum mempunyai 1 log book
• Bentuk : buku tulis ukuran A4, sampul hard cover, warna sampul log book yakni warna
merah.
• Pada sampul ditulis identitas mahasiswa yakni nama, NIM, dan kelas.
• Sebelum praktikum: log book berisi : Judul praktikum, Tujuan percobaan, Dasar teori,
Tinjauan Bahan Metodologi percobaan, dan Data hasil percobaan
• Setelah praktikum : log book berisi Hasil Praktik. Pembahasan, kesimpulan, Daftar
pustka dan Lampiran
b. Laporan akhir
• Laporan praktikum terdiri semua materi
• Satu kelompok praktikum ( 1 meja) menyusun 1 laporan awal
• Format laporan : Times new roman, 12, spasi 1,5 , margin 4333
• Bentuk : ditulis pada kertas HVS A4 dan dijilid soft cover warna kuning
• Halaman pertama cover berisi : judul praktik yakni : “Laporan Praktikum Fitokimia”
dan nama (NIM) penyusun
• Penyerahan laporan berupa soft copi dan hard copi, soft copi dikirim email :
ariessmkkes@gmail.com
• Hard copi diserahkan pada saat seminar hasil praktikum.
c. Seminar Hasil Praktikum
• Materi seminar tiap kelompok akan dibagi sesuai dengan materi praktikum.
• pembuatan ppt slide maksimal 15.
• waktu pemaparan praktikum maksimal 15 menit.
• Waktu diskusi maksimal 10 menit.
xi
d. Ujian Akhir Praktikum (UAP)
• Waktu pelaksanaan ujian dilakukan pada pertemuan terakhir
• Setiap kelompok ujian terdiri dari 3 peserta
• Waktu ujian 30 menit.
xii
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
PADA PRAKTIKUM FITOKIMIA
1. Perkolator
Perkolator adalah alat yang digunakan untuk mengekstraksi serbuk simplisia
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk yang telah dibasahi dengan
cairan penyari terlebih dahulu.
Gambar 1. Perkolator
1
3. Kolom Kromatografi
Alat ini digunakan untuk memisahkan zat aktif dari komponen-komponen
lainnya dengan menggunakan prinsip kromatografi yaitu pemisahan campuran
komponen berdasarkan pada perbedaan migrasi kompnenkomponen tersebut
dari fase diam oleh pengaruh fase gerak. Kolom berupa tabung kaca dengan
diameter tertentu yang bagian bawahnya memiliki lubang pengalir. Gambar
beserta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
(Markham,1982)
2
8. Vial
Vial digunakan untuk menampung hasil ekstraksi pada separasi dengan
kromatografi kolom.
3
ZAT-ZAT KIMIA YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM
4
7. Asam asetat anhidrat
Larutan (CH3.CO)2O murni pereaksi,mengandung tidak kurang 95,0%
C4H6O4.
8. Anisaldehid sulfat
Larutan segar yang diperoleh dengan mencampurkan 0,5 mL Anisaldehid
dalam 50 mL asam asetat glasial dan 1 mL H2SO4. Larutan ini digunakan
untuk mendeteksi adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Pereaksi ini
tidak tahan lama, jangan digunakan jika telah berubah warna menjadi merah
jingga. Setelah disemprotkan pada lempeng KLT, panaskan di oven pada suhu
100 C selama 5 -10 menit.
9. Antimon Klorida
Pereaksi ini digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi terpenoid dan
steroid yang dibuat dengan cara melarutkan 20 g antimon klorida dalam
kloroform atau etanol hingga volume 100 mL. Pengamatan noda dilakukan
setelah lempeng disemprot dan dipanaskan 5-6 menit pada suhu 110 C
10. FeCl3
Larutan Feri klorida merupakan larutan 10 % FeCl3 dalam air. Larutan ini
digunakan sebagai penampak noda untuk senyawa golongan polifenol,akan
terjadi warna ungu tua atau biru tua.
11. KOH
Kalium hidroksida encer (5N) digunakan sebagai pemberi suasana basa
sedangkan KOH 10 % digunakan sebagai penampak noda pada identifikasi
senyawa golongan antrakinon.
5
EKSTRAKSI
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan, dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang
ditetapkan . Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan
berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan
masa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari
sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Ada tiga macam
metoda penyarian yang dapat digunakan, yaitu:
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang
terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam caiaran penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan
bahan sejenis yang mudah mengembang.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan
kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dimodifikasi menjadi beberapa metode yaitu:
a. Digesti.
6
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40-50 0C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia
yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
7
perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler, dan daya geseran (friksi).
3. Ekstraksi dengan menggunakan Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
8
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN SIMPLISIA
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia.
Bahan :
Tanaman obat
Prosedur Kerja
Pengumpulan rimpang kunyit yang akan dijadikan sebagai bahan baku simplisia.
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari rimpang. Rimpang kunyit
dicuci bersih dengan air mengalir . Rimpang kunyit yang telah bersih dirajang ±
1mm. Setelah dirajang, rimpang dikeringkan menggunakan wadah
9
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan serbuk
dari simplisia.
Bahan:
Simplisia
Prosedur Kerja
Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah. Simplisia yang telah kering lalu didisortasi
kering untuk menghilangkan kotoran yang masih ada. Simplisia ditimbang
kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan hingga halus.
Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam
wadah, diberi label.
10
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI
Tujuan
Mahasiswa mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi
Bahan :
Simplisia
Prosedur Kerja
Sebanyak 500 gram serbuk kering dimasukkan ke dalam maserator, ditambahkan
etanol 96% sebanyak 7 ½ kali bobot serbuk dan diaduk. Biarkan termaserasi
selama 2 hari dalam maserator tertutup dengan pengadukan setiap hari. Setelah itu
saring maserat dari ampas dengan corong Buchner. Maserat dienapkan selama 2
hari. Setelah itu pisahkan maserat dari enapan dengan hati-hati. Uapkan maserat
dalam cawan porselen diatas penangas air atau dengan penguap putar
(rotavapour) sehingga diperoleh ekstrak kental.
11
PERCOBAAN 4
FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM
Tujuan :
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan kromatografi
kolom
Bahan :
Ekstrak
Cara Kerja :
1. Pencucian Ekstrak
Ekstrak yang didapatkan dari latihan VII & VIII dimasukkan dalam gelas beker
dan ditambahkan etanol 96% panas. Biarkan sampai dengan suhu 50 OC, kemudian
disaring dengan corong buchner hingga tidak ada etanol yang menetes. Prosedur
diatas diulangi hingga diperoleh ekstrak kurkuminoid yang bebas dari
pengotornya (ditandai dengan perubahan warna ekstrak menjadi lebih cerah).
Ekstrak yang diperoleh kemudian diangin-anginkan di lemari asam hingga kering.
Ekstrak kering selanjutnya difraksinasi untuk mendapatkan isolat kurkumin.
12
Gambar 4. Lempeng KLT dengan ekstrak kurkuminoid
13
b. Apabila kolom tidak retak, tambahkan eluen 0,5 cm diatas permukaan silika gel
dan bila retak ulangi langkah a. Kemudian ke dalam kolom ditambahkan ekstrak
kurkuminoid (1% bobot silika) yang telah dicampur dengan silika gel.
d. Pada setiap vial dengan kelipatan 10 dilakukan uji KLT untuk melihat noda
yang dihasilkan. Apabila menghasilkan noda yang sama vial-vial tersebut
digabung. Penetesan dihentikan apabila vial sudah tidak memberikan noda saat
diuji KLT.
14
PERCOBAAN 5
UJI KUALITATIF GOLONGAN POLIFENOL DAN TANNIN
Tujuan Percobaan
Memahami teknik analisa kualitatif senyawa fenol dan tannin pada ekstrak
tumbuhan.
Bahan
Ekstrak simplisia “X”
Prosedur Kerja
1. Uji kualitatif tannin dan polifenol
a. Preparasi sampel
Sebanyak 1 gram sampel diekstraksi dengan 15 mL aquades panas kemudian
didinginkan. Setelah itu ditambah 5 tetes NaCl 10% dan disaring. Filtrat dibagi
menjadi 3 bagian => A, B, & C
b. Analisis
- Filtrat A => blanko
- Filtrat B => ditambahkan 3 tetes FeCl3
- Filtrat C => ditambah garam gelatin
- Amati perubahan yang terjadi
2. Analisa kromatografi lapis tipis golongan tannin dan polifenol
- Ambil plat KLT ukuran 5 x 10 cm dan tandai dengan pencil 1,5 cm dari
batas bawah dan 0,5 dari batas atas.
- Siapkan chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen campuran
Kloroform-etil asetat-asam asetat (0,5:9:0,5)
- Totolkan ekstrak tumbuhan pada garis batas bawah dengan pipa kapiler
dan masukkan ke dalam chamber
- Lakukan elusi hingga mendekati garis batas atas
15
- Angkat plat KLT dan keringkan di udara
- Semprot plat KLT dengan pereaksi FeCl3 10% Jika timbul warna hitam
setelah penyemprotan pereaksi FeCl 10% menunjukkan adanya senyawa
polifenol dalam ekstrak.
16
PERCOBAAN 6
UJI KUALITATIF GOLONGAN FLAVONOID
Tujuan Percobaan
Menguasai teknik analisa kualitatif senyawa Flavonoid pada ekstrak tumbuhan.
Bahan
Ekstrak simplisia “X”
Prosedur kerja
A. Uji Kualitatif
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih.
Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4
bagian A, B, C, dan D.
1. Filtrat A sebagai blangko
2. Filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas
air, jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil
yang positif (metode Bate Smith-Metchalf).
3. Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi (metode Wilstater). Warna merah sampai
jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua diberikan oleh
flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau
glikosida.
4. Filtrat D digunakan untuk uji KLT.
B. Analisis senyawa flavonoid menggunakan KLT\
1. Filtrat D pada skrining fitokimia ditotolkan pada plat silika gel.
2. Kemudian plat dielusi dengan butanol:asam asetat:air = 3:1:1, kemudian
dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
3. Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan diamati
kembali pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
4. Adanya warna kuning ketika disemprot dengan ammonia menunjukkan
adanya flavonoid.
17
PERCOBAAN 7
UJI KUALITATIF GOLONGAN ALKALOID
Tujuan Percobaan
Menguasai teknik analisa kualitatif senyawa Alkaloid pada ekstrak tumbuhan.
Bahan
Ekstrak simplisia “X”
Prosedur kerja
1. Preparasi Sampel
- Sebanyak 5 gram bahan tanaman diekstraksi dengan kloroform beramonia,
lalu disaring
- Tambahkan 1 mL Asam sulfat 2N kedalam filtrat. Kocok sampai terbentuk
2 lapisan.
- Ambil lapisan asam (lapisan atas) kemudian dibagi menjadi 4 bagian yaitu
filtrat A, B, C, dan D.
2. Analisa kualitatif
- Filtrat A sebagai blanko
- Filtrat B ditambahkan reagen Mayer 3 tetes, terbentuknya endapan putih
meunjukkan adanya alkaloid.
- Filtrat C ditambahkan reagen Dragendorf 3 tetes, terbentuknya endapan
warna coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid.
- Filtrat D ditambakan reagen wagner 3 tetes, terbentuknya endapan warna
coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid
3. Uji KLT senyawa alkaloid
- Pada Filtrat D hasil skrining fitokimia ditambahkan ammonia 25% hingga
pH 8 – 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dipekatkan diatas waterbath.
Fase klorofom ditotolkan pada plat KLT. Elusi dilakukan dengan eluen
Fase gerak: Etil asetat-metanol-air (6:4:2)
- Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan UV
366 nm. Kemudian disemprot dengan reagen Dragendroff, dikeringkan,
18
dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm, dan UV 366 nm. Jika
timbul warna coklat atau jingga setelah penyemprotan pereaksi
Dragendorff menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak. Bila tanpa
pereaksi kimia, di bawah lampu UV 366 nm, alkaloid akan berfluoresens
biru, biru-hijau atau ungu.
19
PERCOBAAN 8
IDENTIFIKASI GLIKOSIDA SAPONIN, TRITERPENOID
DAN STEROID
Tujuan :
Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,
triterpenoid, dan steroid
Bahan :
Ekstrak simplisia “X”
Cara Kerja :
1. Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air
suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik. Tes buih positif
mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30 menit
dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.
2. Reaksi Warna
0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC
a. Uji Liebermann-Burchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan
diamati terjadinya perubahan warna. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan
adanya saponin steroid, warna merah ungu menunjukkan adanya triterpen
steroid dan warna kuning muda menunjukkan adanya saponin jenuh.
b. Uji Salkowski
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1 –
2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh
ditandai dengan timbulnya cincin berwarna merah.
20
3. Identifikasi sapogenin steroid atau triterpenoid secara KLT
Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCL 2 N, didihkan dan tutup
dengan corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin.
Setelah dingin, netralkan dengan ammonia, kemudian ekstraksi dengan 3 ml
nheksana sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml, totolkan pada
pelat KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampak noda :
- Anisaldehida asam sulfat
- Antimon klorida
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna:
- merah ungu (ungu) untuk anisaldehida asam sulfat
- merah muda untuk antimony klorida
21
PERCOBAAN 9
IDENTIFIKASI SENYAWA GOL. ANTRAKINON
Tujuan :
Mahasiswa mengatahui cara identifikasi senyawa golongan antrakinon
Bahan :
Ekstrak simplisia “X”
Cara Kerja :
1. Reaksi Warna
a. Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml air suling, saring, lalu
filtrat diekstraksi dengan 3 ml toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan
sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan dibagi menjadi
dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA sebagai blanko.
Larutan VB ditambah ammonia dan dikocok. Warna merah menunjukkan
adanya senyawa antrakinon.
22
Penampak noda : larutan 10% KOH dalam metanol.
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
23
SEMINAR HASIL
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan penelitian, menyusun
laporan, dan mempresentasikan hasil penelitian bidang fitokimia.
B. Ketentuan:
1. Menyerahkan laporan akhir.
Laporan akhir dikumpulkan ke PJMK Mata Kuliah Fitokimia dalam bentuk
hard copi di jilid soft cover warna kuning ukuran A4. Untuk soft copi
dikumpulkan lewat email di : ariessmkkes@gmail.com
3. Membuat power point (ppt) materi dari laporan akhir yang dibuat.
4. 1 kelompok akan mendapat materi seminar 1 tema
5. Printout powerpoint dijilid mika dan digandakan untuk 3 dosen penguji.
6. Waktu untuk presentasi maksimal 10 menit
7. Waktu untuk diskusi maksimal 10 menit
8. Komting Prak.Fitokimia menyiapkan LCD, laptop untuk persiapan seminar
9. Moderator membuka sesi acara seminar
24
UJIAN AKHIR PRAKTIKUM / RESPONSI
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan penelitian, menyusun
laporan, dan mempresentasikan hasil penelitian bidang fitokimia.
B. Ketentuan:
1. Menyerahkan laporan akhir.
Laporan akhir dikumpulkan ke PJMK Mata Kuliah Fitokimia dalam bentuk
hard copi di jilid soft cover warna kuning ukuran A4. Untuk soft copi
dikumpulkan lewat email di : ariessmkkes@gmail.com
3. Log book dibawa ke ruang ujian
4. Memakai APD lengkap, jika APD tidak lengkap tidak bisa mengikuti UAP
5. Yang memiliki tanggungan alat harap diselesaikan dulu dengan pihak yang
terkait.
6. Waktu untuk UAP adalah 30 menit
7. UAP sifatnya ujian per individu.
8. 1 gelombang ujian terdiri dari 15 anak.
25
FORM HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Simplisia
Nama Simplisia : Massa
Daun segar ………….kg
Serbuk simplisia …………. g
Kadar air …………. %
Susut pengeringan …………. %
Serbuk yang diekstraksi ………….g
2. Tabel Ekstraksi
Berat Serbuk Pelarut Berat Ekstrak Rendemen (%)
……….. g …………. liter ……………… g ……………. %.
3. Tabel Fraksinasi
Ekstrak Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat Fraksi Etanol
Etanol Berat Rendemen Berast Rendemen Berat Rendemen
………… g ………. g ……….. % ………. g ……….. % ………. g ……….. %
26
4. Tabel Skrining
No Senyawa Kualifikasi Fraksi Hasil Rf
F. n-heksan
1 Alkaloid F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
2 Flavonoid F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
3 Tanin F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
4 Terpenoid F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
5 Antrakuinon F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
6 Katekin F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
7 Polifenol F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
8 Saponin F. etil asetat
F. etanol
F. n-heksan
9 Steroid F. etil asetat
F. etanol
27
LAMPIRAN BAHAN SIMPLISIA
28
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Jakarta
Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Claus EP.,1961, Pharmacognosy, 4 nd Ed., Lea and Febiger, Philadelpia Stahl, E.,
Publisher, Inc.
29