Anda di halaman 1dari 22

KIMIA BAHAN ALAM

TERPENOID

Kelompok 1

Alpin Rohmani G1C014001


Ardian Yusron Hamzani G1C014002
Rizka Nurul Hasanah G1C01400
Suryawati Farida G1C01400
Vina Yada Ditya G1C01400

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiaran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat

waktu.

Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,disebabkan karena

keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari kesalahan. Makalah

ini penulis susun guna untuk melengkapi tugas Kimia Bahan Alam.

Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, oleh

karena itu, demi upaya peningkatan kualitas makalah ini, penulis senantiasa mengharapkan

konstribusi pemikiran pembaca, baik berupa kritik maupun saran yang bersifat membangun.

Mataram, 28 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................


DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................

B. Tujuan Penulisan ...................................................................


BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................

A. Defenisi Terpenoid.................................................................

B. Ekstraksi Terpenoid ..............................................

C. Uji Fitokimia Terpenoid..................................

D. Isolasi Terpenoid .............................................................

E. Karakterisasi Terpenoid ...........................


BAB III: PENUTUP................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................

B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fito berasal dari bahasa yunani yang berarti tanaman. Fitokimia merupakan senyawa-
senyawa kimia yang berasal dari tanaman yang mempunyai peranan penting bagi kesehatan.
(Anonim. 2010)

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada
ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8).

Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau
atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik
leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan
kimianya.

Penggunaan tumbuh-tumbuhan baik sebagai obat,bahan makanan,bumbu,


kosmetik,maupun sebagai bahan ramuan untuk upacara ritual keagamaan, telah di kenal sejak
zaman kuno seperti yang telah di 2 temukan di dalam berbagai catatan bangsa Cina, Mesir,
Mesopotamia, Yunani dan Roma. Bahkan penemuan terbaru di Pakistan membuktikan bahwa
penggunaannya telah berlangsung selama 5000 tahun. Walaupun demikian,penghargaan dan
penilaian terhadap tumbuhan tetap dan bahkan semakin tinggi. Karena itu,usaha untuk
menguasai perdagangannya, antara lain melalui usaha monopoli yang telah di lakukan oleh
para pengusaha kaya, antara lain dengan menguasai pusat-pusat produksi di berbagai benua,
dan pengangkutan atau transpornya ke berbagai belahan dunia (Wiryowidagdo. 2008).

Dengan kemajuan peradaban moderen, yang ditandai dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang lebih cenderung menggunakan produk artifisial, pemanfaatan
produk tumbuhan sempat mengalami kemunduran beberapa saat, kecuali untuk penggunaan
dan pemanfaatan sebagai bumbu dan rempah-rempah serta kosmetika (Wiryowidagdo. 2008).

Akan tetapi, situasi ini berubah secara global dalam 20 tahun terakhir yang mengarah
ke perubahan penggunaan bahan alam. Sebagai konsekuensinya, perhatian terhadap penelitian
tumbuhan untuk obat sangat meluas,baik dalam bidang maupun kedalaman penelitian,
sedangkan disiplin ilmu yang terlibat tidak lagi hanya farmasi dan kimia, melainkan juga
kedokteran, farmakologi, botani, ekologi, dan sebagainya. Selain itu, secara bersamaan
berkembang juga kepentingan ekonomi yang sangat besar dari 3 hasil pertanian tumbuhan
obat yang menyebabkan peningkatan penelitian yang di tandai dengan meningkatnya jumlah,
jenis dan mutu publikasi (Wiryowidagdo. 2008).

Perkembangan di bidang tumbuhan obat tersebut terjadi juga pada bahan alam
lain,apalagi dengan kemajuan di bidang teknik isolasi dan instrumentasi untuk analisis, seperti
perkembangan pesatnya kromatografi gas yang digabungkan dengan spektrofotometri massa
dan spektrofotometri inframerah, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), resonasi magnetik
inti (RMI), serta konsep baru lainnya. Semuanya ini merupakan inti perkembangan kimia
bahan alam yang sangat pesat yang dapat di buktikan dengan baragamnya publikasi
menyangkut berbagai jenis dan tipe senyawa baru yang di

temukan (Wiryowidagdo. 2008).

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang terpenoid

2. Untuk mengetahui bagaimana ekstraksi senyawa terpenoid

3. Untuk mengetahui uji fitokimia terpenoid

4. Untuk mengetahui isolasi terpenoid

5. Untuk mengetahui karakterisasi terpenoid


BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Terpenoid

Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.


Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan
sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga
dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa
isopren. Secara struktur kimia terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat
berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil
atau gugus fungsi lainnya (Lenny.S. 2006).

Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari
tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana yaitu dengan
perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan
terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa
organik yang kadang kala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan
(Lenny.S. 2006). Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. 5 Minyak atsiri adalah
bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat
dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah memisahkan minyak
atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan kedalam tumpukan
jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah
pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya
dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid atom
C10 dan seskuiterpenoid atom C15 (Lenny.S. 2006).

Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul
umum (C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai (n).
Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar
terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang
disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti
senyawa isopren. Struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren.
Pendapat ini dikenal dengan hukum isopren (Wallach. 1887).

Hukum Isopren:

1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono- ,seskui-,
di-. sester-, dan poli-terpenoid.

3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.

B. Ekstraksi Terpenoid

Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi.

Sokletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji
dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL
KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri.
Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu
lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL
n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan (ekstrak yang didapat diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana). lalu diuji fitokimia dan uji
aktivitas bakteri.

C. Uji Fitokimia

Secara kualitatif, berdasarkan terbentuknya endapan atau intensitas warna yang


dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia, diketahui bahwa kandungan senyawa metabolit
sekunder golongan triterpenoid merupakan komponen utama biji pepaya. Uji fitokimia
triterpenoid lebih lanjut terhadap ekstrak kental n-heksana menggunakan pereaksi
LiebermannBurchard juga menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid. Hal ini
memberi indikasi bahwa pada biji pepaya terkandung senyawa golongan triterpenoid bebas.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi
Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat.
Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform setelah. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang
paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul
air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan
turunan asetil tidak akan terbentuk.

D. Isolasi

Sumber jurnal : Isolasi dan karakterisasi senyawa terpenoid ekstrak methanol akar pohon
kayu buta-buta (excoecaria agallocha l.)

Sebelum pemisahan dan pemurnian dilakukan terlebih dahulu fraksi dianalisis


menggunakan KLT, analisis ini bertujuan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan
pada saat pemisahan dengan KVC dan KKG.
Fraksi metanol diuji kemampuan distribusinya menggunakan KLT untuk mendapatkan
pola pemisahan yang baik dengan pelarut n-heksana : etil asetat dan metanol dengan
perbandingan n-heksana : etil asetat (8:2)(6:4)(4:6)(2:8);etil asetat 100%; etil asetat : metanol
(8:2) (6:4) (4:6) (2:8); metanol 100%. Dari hasil KLT yang dilakukan didapatkan pola
pemisahan dan didapatkan eluen yang akan digunakan untuk KVC yaitu eluen dengan
perbandingan n-heksana : etil asetat dan metanol dengan perbandingan n-heksana : etil asetat
(8:2) (6:4) (4:6) (2:8) ; etil asetat 100%;etil asetat:metanol (8:2) (6:4) (4:6) (2:8); metanol
100%. Dalam hal ini eluen dengan kandungan n-heksan 100% tidak digunakan untuk
perlakuan selanjutnya dikarenakan pada n-heksan 100% tidak erdapat pola pemisahan pada
ekstrak yang digunakan. Pemisahan pertama dilakukan dengan menggunakan KVC dengan
diameter kolom 3 cm dan tinggi 16 cm. Kolom yang digunakan diisi dengan silika
terembankan dengan perbandingan 5gr : 5gr dan silika kosong dengan perbandingan 1:4 yaitu
5 gr : 20 gr dengan tinggi silika kosong 6 cm dan tinggi silika terembankan 1 cm, kemudian
dielusi dengan eluen yang telah didapat dari KLT preparatif dengan volume 100 mL setiap
kali elusi dan dihasilkan 10 fraksi.

Fraksi yang dihasilkan kemudian di KLT untuk melihat pola kromatogram yang sama
sehingga dapat digabungkan dan didapatkan 4 fraksi gabungan.
Penentuan senyawa terpenoid dilakukan dengan KLT menggunakan reagen semprot
Lieberman-buchard terhadap keempat fraksi gabungan. Dan didapatkan fraksi dengan kode
F2 sebanyak 5,0023 gr kemudian dilakukan pemurnian kembali dengan KKG dengan eluen
yang sama dengan yang digunakan untuk KVC. Hasilnya ditampung setiap 5 mL dan
didapatkan sebanyak 88 fraksi yang kemudian dilakukan KLT untuk melihat pola pemisahan
yang mempunyai kemiripan sehingga dapat digabungkan sehingga didapatkan 9 fraksi
gabungan.

Hasil yang didapatkan dari hasil KLT didapatkan adanya pendaran saat sampel disinari
UV254. Menurut Irianti, et al (2011), Suatu senyawa yang berpendar pada UV254
mengidentifikasikan adanya gugus karbonil, fenolik, atau gugus lain yang mengandung
setidaknya 2 ikatan rangkap terkonjugasi. Fraksi yang positif mengandung terpenoid dengan
noda tunggal ini kemudian dilakukan KLT kembali dengan eluen yang mempunyai perbedaan
kepolaran untuk melihat kemurniannya. Dalam ini digunakan eluen etil asetat:metanol (8:2).
Hasil KLT yang didapatkan, diperkirakan isolat F2,1 merupakan suatu isolat yang relatif
murni secara KLT yang selanjutnya akan dikarakterisasi dengan menggunakan Spektrometer
FT-IR.

E. Karakterisasi

1). Sumber jurnal : Isolasi dan karakterisasi senyawa terpenoid ekstrak methanol akar
pohon kayu buta-buta (excoecaria agallocha l.)

Analisis Spektrum Inframerah

Panjang gelombang (cm-1) Gugus


3456,44 hidroksil (-OH)
2924,09 regangan C-H dari CH3
2862,36 C-H
1712,79 karbonil (C=O)
1643,35 dan 1512,19 C=C aromatik.
1273,02 dan 1226,73 C-O

2). Sumber jurnal : Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi M 17
Ekstrak Metilena Klorida Kulit Batang Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi)

Spektrofotometer UV-Vis

Panjang gelombang (nm) Kromofor transisi


216 karbonil-,- tak jenuh (-C=C-C=O) *
diena terkonjugasi (-C=C-C=C-)
gugus karbonil (-C=O)

Sumber jurnal : Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi M 17 Ekstrak
Metilena Klorida Kulit Batang Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi)

Spektrum Infra Red


Pita serapan pada bilangan gelombang 3382 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ulur gugus
hidroksi (OH). Kedua serapan tersebut mengindikasikan adanya gugus hidroksi (OH) yang
terikat pada atom karbon. Munculnya vibrasi ulur C-H alifatik pada 2939 cm-1 dan 2872 cm-
1 memberi petunjuk kemungkinan adanya gugus metil (CH3) dan metilena (CH2). Data ini
diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk C-H pada bilangan gelombang 1457 cm-1 dan 1373
cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus gem dimetil sebagai ciri khas senyawa
triterpenoid. Adanya karbon ikatan rangkap (C=C) seperti ditunjukkan oleh spektrum UV
diperkuat oleh data spektrum IR dengan adanya vibrasi ulur (C=C) pada bilangan gelombang
1642 cm-1 dan vibrasi ulur karbonil (C=O) pada 1688 cm-1. Spektrum IR adanya vibrasi ulur
(C=C) dan vibrasi ulur karbonil (C=O) ini mirip seperti senyawa (22-E)-25,26,27-trinor-3-
hidroksisikloart-22-en-24-al yang memiliki vibrasi ulur (C=C) pada bilangan gelombang 1635
cm-1 dan vibrasi ulur karbonil (C=O) pada 1695 cm-1 yang berdekatan (Chiang, et al., 2001).
Data UV dan IR menunjukkan Senyawa 1 memiliki gugus hidroksil, karbon ikatan rangkap
(C=C), karbonil (C=O), gugus metilena (CH2), gugus metil (CH3) dan tidak memiliki
bilangan gelombang untuk (=C-H) aromatik pada 3000- 3100 cm-1.

Analisis spektroskopi 1H-NMR


Spektroskopi 1H-NMR berguna untuk menunjukkan posisi proton (H) pada struktur Senyawa
1. Spektrum 1H-NMR ini menunjukkan adanya enam metil muncul pada H 1,84 (3H, s),
0,96 (6H, s), 0,80 (3H, s) dan 0,90 (3H, t, J= 6.45) ppm, terdapat proton yang ciri khas untuk
metilen siklopropana, yaitu pada H 0,33 dan 0,55 (2H,d, J=3,9) ppm. Puncak dengan geseran
kimia H 3,33 (1H, m) ppm menunjukkan adanya proton metin karbinol. Spektrum ini
memiliki kesamaan dengan beberapa contoh senyawa triterpenoid, seperti 27-nor-3-
hidroksi-25-oksosikloartan, (22-E)-25,26,27- trinor-3-hidroksisikloart-22-en-24-al (Chiang,
et al., 2001) dan (23-E)-27-nor-3- hidroksisiklo-23-en-25-on (Zhang, et al., 2002).

Struktur dugaan Senyawa 1

Data hasil analisis spektrum UV, IR dan 1H-NMR serta dilanjutkan dengan uji Liebermann-
Burchard menunjukkan bahwa Senyawa 1 adalah senyawa triterpenoid. Triterpenoid ini
mengandung gugus karbonil- ,-tak jenuh, hidroksil dan siklopropana yang terdapat pada
Senyawa 1. Hasil studi literatur, senyawa ini diduga salah satu dari triterpenoid 27-nor-3-
hidroksi-25-oksosikloartan, (22-E)- 25,26,27-trinor-3-hidroksisikloart-22-en-24-al (Chiang,
et al., 2001) dan (23-E)-27-nor-3- hidroksisikloart-23-en-25-on (Zhang, et al., 2002), karena
memiliki pola spektrum 1H-NMR dan IR yang hampir sama, selain itu juga didukung oleh
spektrum UV. Struktur ketiga senyawa tersebut seperti pada Gambar
Ketiga senyawa di atas memperlihatkan bahwa triterpenoid tersebut terdiri atas 30 atom
karbon yang membentuk cincin utama. Sistem penomorannya seperti
Perbandingan antara 1H-NMR Senyawa 1 dan ketiga senyawa di atas menunjukkan bahwa
pola spektrum Senyawa 1 memiliki kemiripan dengan ketiganya. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa satu termasuk golongan triterpenoid sikloartan.

F. Bioaktivitas dan biosintesa terpenoid

Biosintesa Terpenoid

Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar yaitu:

1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.

2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester
dan poli-terpenoid.

3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis


Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan 13 rantai karbon bercabang
sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah
fosforilasi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif
bergabung secara kepada ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan
ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini
menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpen (Anonim. 2012). Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP menghasilkan farnesil
pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen.
Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal
dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula
(Anonim. 2012). Sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya.
Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi
dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, PP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis
reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi 14 sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa,
siklisasi,oksidasi,reduksi dan reaksireaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah
dalam suasana netral dan pada suhu kamar seperti isomerisasi,dehidrasi, dekarboksilasi dan
sebagainya (Anonim. 2012).

Bioaktivitas triterpenoid

Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-


tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup
meluas.

Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon


teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah
besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara
biosintesis semua senyaa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua
terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)CH==CH2 dan kerangka
karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu
dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak
atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15),
diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).
Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme
maupun pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid
merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom
karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh
tinggi dan aktif optic yang umumnya sukr dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.

Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :

v Fitoaleksin

v Insect antifectan, repellant

v Pertahanan tubuh dari herbifora

v Feromon

v Hormon tumbuhan

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai bioaktivitas terpenoid pada akar dan
daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena pada tanaman ini terkandung golongan senyawa
terpenoid dan juga pada ekstrak daun ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan.
Aktivitas tersebut dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan
2-epi-jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan aktifitas
antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu lathyrane diterpene
tanpa aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian dengan penelitian yang telah
diuji dari ekstrak daun dapat mengdentifikasi sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol.
Metabolit ini ternyata bisa digunakan sebagai aktifitas antioxidant.

Khasiat dari sebagaian besar pengobatan dapat ditunjukkan oleh jenis tumbuhan
dari Genus Jatropa (Euphorbiaceae). Misalnya latex/getah yang masih baru dari beberapa
tumbuhan genus ini digunakan dalam pengobatan masyarakat untuk perawatan bibir
melepuh, jerawat, dan scabies. Sedangkan infus dari daunnya digunakan untuk perawatan
bisul, infeksi luka dan diare. Untuk daun dan bijinya dipakai sebagai laksatif. Dari sifat
fisika kimia dari genus Jatropa, dikenali sebagai sumber daya yang paling penting dengan
jumlah struktur metabolit sekunder, contoh alkaloid, diterpene, lignin, triterpen, dan
peptide siklik. Jumlah aktivitas biologis dari Jatropa spp dapat dideteksi dalam bahan
alaminya, contoh antimikroba, antitumor dan sitoksik, dan aktivitas penghasil tumor.

Tumbuhan yang paling sering digunakan dalam pengobatan tradisional Yucatecan adalah
Jatropa gaumeri. Dalam bahasa Mayan disebut polmoche. Tumbuhan tumbuh pada
pantai di rimba Guatemala dan Belize, dan di Quintana Rood an Yucathan di Meksiko. Saat
dipotong eksudat resin seperti susu dari tanaman ini digunakan untuk mengurangi skin
rashes dan mulut melepuh. Dapat juga untuk perwatan demam dan patah tulang.
Eksudatnya merupakan bagian yang digunakan untuk skrining yang ditujukan untuk
pencarian metabolit aktif biologi dari tumbuhan Yucatecan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen
merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian
kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan
isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Uji
fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Karakterisasi
terpenoid dapat dlakukan dengan spektrofotometri infra merah (IR) dan spektrofotometri ultra
violet (UV) serta H-NMR dengan spektrum UV, IR dan 1HNMR menunjukkan senyawa
tersebut diduga (23-E)-27-nor-3-hidroksisikloart-23-en-25-on yang termasuk kedalam
golongan terpenoid.

B. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.Selain itu penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dwisari Fath, Harlia, dan Andi Hairil Alimuddin. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Terpenoid Ekstrak Metanol Akar Pohon Kayu Buta-Buta (Excoecaria Agallocha L.).
Pontianak : UniversitasTanjungpura,

Lenny, Solla. 2006, Sediaan Fitokimia Mifa: Bogor.

Prayitno, Budi, Kholifatu Rosyidah dan Maria Dewi Astuti. 2015. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Terpenoid dari Fraksi M 17 Ekstrak Metilena Klorida Kulit Batang
Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi). Banjarmasin : STKIP PGRI Banjarmasin.

Wiryowidagdo. 2008. Senyawa Kimia Tumbuhan Alam: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai