Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOGNOSI

ALKALOID

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VI :

 HELMINA TELAUMBANUA (1601011080)


 NENG BELLA (1601011143)
 RISKA RINANDA (1601011183)
 RIZKY ELVITASARI HAREFA (1601011186)
 VINCENSIUS KRISE WARUWU (1601011218)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ALKALOID-FARMAKOGNOSI”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, Oktober 2018

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil
sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar
yang sedikit.
Selanjutnya dalam Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa
alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh-tumbuhan, dan sering dibedakan
berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan
nitrogen, sebagian
besar diantaranya mengandung oksigen, sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali
(bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang electron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya (Hesse, 1981).
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-
obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh, tuan atau tapal, dan
racun selama 4000 tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan
obat-obatan hingga permulaan abad ke sembilan belas.
Obat-obatan pertama yang ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium
Papaver Somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan
sifat-sifatnya sebagai analgesic maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun 1803, derosne
mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Setumer pada tahun
1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin.
Pada tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang
memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas
kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur
molekulernya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditemukan
sifatsifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan
paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona.
Garam alkaloid dan allkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif,
dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beerapa
kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina. Sebagian
besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai sifat farmakologi.
Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina
berfungsi
sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf
(Ikan, 1969).

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah alkaloid dan klasifikasinya.
2. Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia senyawa alkaloid.
3. Untuk mengetahui pada tumbuhan apa saja alkaloid berada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sejarah
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-
obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh, tuan atau tapal, dan
racun selama 4000 tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan
obat-obatan hingga permulaan abad ke sembilan belas.
Obat-obatan pertama yang diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering
Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad
dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun 1803,
Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada
tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi
morfin.
Dalam tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di
Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Daintara alkaloid
yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin,
kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.
Pada tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang
memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas
kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur molekulnya
yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditentukan sifat-sifatnya (1870)
dan yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25
alkaloid hanya dari Chinchona. Kompleksitas alkaloid merupakan penghalang elusidasi
struktur molekul
selama abad ke sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah
Stikhnin yang ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan
struktur akhirnya dapat ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah
melakukan pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.
Perlu dicatat bahwa selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut,
menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan
alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia
organik adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa bahan
alam.
2.2.Defenisi
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari
cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai kereaktifan biologis
tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.
Misalnya kuinin, morfin dan sitiknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek
fisiologis dan psikologis. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti
biji, daun, ranting, dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil
dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen,
nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen. Senyawa alkaloid banyak terkandung
dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan.
Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuhtumbuhan dan digunakan
sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai
pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid
mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiospermae,
hewan, serangga, organisme laut dan mikroorganisme. Famili tanaman yang mengandung
alkaloid adalah Liliaceae, solanaceae, rubiaceae, dan papaveraceae (Tobing, 1989).

2.3.Sifat-sifat Alkaloid
a. Sifat-sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1
atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan
alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf
dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak
berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna
(contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod
dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut
dalam air.
b. Sifat-sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron
pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa
daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya,
bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus
karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang
ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa
yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut
sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama
atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
(tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah
dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk
garamnya.

2.4.Klasifikasi dan Pengolongan Alkaloida


Klasifikasi Alkaloida
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia.
Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf,
menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).
Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida
dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama
trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida.
Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur
molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan
alkaloida indol.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk
menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan.
Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau,
alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai
kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat
mempunyai struktur yang berbeda beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan
antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis cincin
heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya
beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida dapat dibedakan
atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alamin, tirosin dan 3,4-
dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin
heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom
nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-N) atau gugus amida (-
CO-NR 2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang
substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau
gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituensubstituen oksigen ini dan gugus N-metil
merupakan ciri sebagian besar alkaloida. Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola
oksigenasi tertentu. Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam
posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloida dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah
kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin
heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada bersifat basa
2. Protoalkaloida Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan
biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan
untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu
alkaloida steroidal dan purin (Achmad S.A, 1986).
Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur
nitrogen yang dikandungnya yaitu:
1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin
heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin,
alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid
isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin.
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.
3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.
4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.
5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina (Widi et al, 2007).
Adapun klasifikasi lain senyawa alkaloid seperti :
a) Berdasarkan taksonomi Berdasarkan taksonomi seperti Solanaceae, Papilonaceae tanpa
keterangan dari sifat kimianya.
b) Berdasarkan biosintesisnya Pengelompokan alkaloid berdasarkan biosintesis didasarkan
oleh typeprekursor atau senyawa pembangun yang digunakan tumbuhtumbuhan untuk
memsintesis struktur kompleks. Contoh : Morphine, Papaverine, Nicotine, Tubocurarin
dan Calchicins dalam Penilalanin dan basa Tirosin.
c) Berdasarkan klasifikasi kimia Pengelompokan ini didasari oleh struktur cincin :
a. Non heterosiklik alkaloid
Bisa juga disebut proto-alkaloid atau amina biologis. Ini jarang ditemukan di alam.
Molekul-molekul ini memiliki atom nitrogen yang bukan merupakan bagian dari
sistem cincin.
b. Heterosiklik alkaloid atau alkaloid khas
Struktural ini memiliki nitrogen sebagian dari sistem cincin siklik. Ini lebih umum
ditemukan di alam. Alkaloid heterosiklik kemudian dibagi lagi menjadi 14 kelompok
berdasarkan struktur cincin yang mengandung nitrogen.
Penggolongan Alkaloid
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini
adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas
ini adalah Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili
Solanaceae.

Gambar Conium maculatum

2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (NCH3).Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang
belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai
tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus
niger , Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia sp, Mandragora officinarum, Alkaloid
Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae).
Gambar Atropa belladona

3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah
:Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium
vivax.

Gambar Cinchona ledgeriana


4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada
famili Fabaceae termasuk Lupines ( Lupinus sp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan
Sophora secondiflora.
Gambar Spartium junceum
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan
psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari
Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy
untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin’s.

Gambar Rauvolia serpentine


6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.Alkaloid ini ditemukan pada famili
Rutaceae. Contohnya: Jaborandi paragua.

Gambar Jaborandi paragua


7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus
luteus (familia : Leguminocaea).

Gambar Lunpinus luteus


8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon.Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus
venenosus.

Gambar Zigadenus venenosus


9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan
sederhana dari feniletilamin dan senyawasenyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau
tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (familiaGnetaceae).

Gambar Ephedra sinica


10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi
(Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex
paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola
nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

Gambar Coffea arabica

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik


Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom
karbon pada rantai samping.
1. Alkaloid Efedrin (Alkaloid Amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom
karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus
pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica,
Cholchicum autumnale.

Gambar Lophophora williamsii


2. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ;Capsicum pubescens, Capsicum baccatum,
Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

Gambar Capsicum pubescens


DAFTAR PUSTAKA
 Hesse, M. 1981. Alkalo id Chem istry . Toronto: John Wiley and Sons, Inc.
 Padmawinata, K. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi . Bandung: Penerbit
ITB (Terjemahan dari Robinson, T. 1991. The Organic Const ituens of Higher Plant ,
6th ed).
 Ikan, R. 1969. Natural Product A Laboratory Guide. Jerussalem: Israel Universities
Press.
 Tobing, Rangke. 1989. Kim ia Bahan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga kependidikan
 Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka: Jakarta
 Anonim. Alkaloid . Situs Web Wikipedia
 Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU
Repository
 Portal.net . 2006.Tanaman Obat Indonesia
 Setiawan, Delimarta.2002 . Atlas Tanaman Obat Indonesia. Jogjakart
 Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Batang Kayu Kuning ( Arcangelisia Flava Merr ) (Screening and Identification of
Alkaloid Compounds in Kayu Kuning Stem (Arcangelisia Flava Merr)). Jurnal ILMU
DASAR, Vol. 8 No. 1.
 Hendrix, et al. 2008. Amino Acids. Redmond, WA: New York
 Hutapea, Johny Ria. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1.Badan
Penelitian dan Pengembangann Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
 Raina MH. 2011. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Absolut :
Yogyakarta
 Robbers.J.E., et al. 1996. Pharmacognosy and Pharmaco-biotechnology. PNAS : New
York

Anda mungkin juga menyukai