Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA BERACUN) DARI INDUSTRI


PERTAMBANGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan


Dosen Pengampu: Dr. Rinawati, S. Si, M. Si.

Disusun oleh:

1. Erlisa Aulia 2017011057


2. Fadhillah Nurul Aini 2017011073
3. Hani Khuzaimala 2017011015
4. Nurul Fajriyati 2057011007

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT. Hal ini memudahkan kami dan
memungkinkan kami untuk menyelesaikan makalahh ini tepat waktu.
Tanpa bantuan-Nya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Dan shalawat serta salam selalu tercurah pada junjunan Nabi
Besar kita Muhammad SAW yang syafaatnya kita tunggu di yaumil akhir
kelak.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia
Lingkungan yang berjudul "Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) dari
Industri Pertambangan" dengan baik.

Kami tentu menyadari bahwa peta ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kesalahan dan celah. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk makalah ini, sehingga dapat menjadi makalah yang
lebih baik. Jika ada banyak kesalahan dalam makalah ini, kami mohon
maaf dan mohon ampun kepada Allah. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua, khususnya di lingkungan sekitar kita.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, Atas perhatiannya kami ucapkan


terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, 1 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1. Pengertian Limbah B3 ............................................................................... 6
2.2. Karakteristik Limbah B3 dan Contohnya ............................................... 6
2.3. Definisi Pertambangan ............................................................................ 10
2.4. Jenis-Jenis Limbah Pertambangan ........................................................ 10
2.5. Identifikasi Limbah B3 Pada Pertambangan ........................................ 13
2.5.1 Limbah Padatan ................................................................................. 13
2.5.2 Limbah Cair ....................................................................................... 13
2.5.3 Limbah Batu Bara ............................................................................. 14
2.6. Pengolahan Limbah B3 Pada Pertambangan ....................................... 14
2.6.1 Pengolahan Limbah Padatan ............................................................ 14
2.6.2 Pengolahan Limbah Cair .................................................................. 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang melimpah,


sehingga pertambangan merupakan salah satu kegiatan industri yang
dapat diandalkan untuk mendatangkan devisa bagi Indonesia. Selain
itu, industri pertambangan juga menciptakan lapangan pekerjaan di
lingkungan dan kota yang menjadi sumber pendapatan asli daerah
(PAD) Dengan lingkungan pertambangan ini, orang Indonesia masih
bersaing untuk berada di sana, karena pertambangan adalah industri
yang mendunia dan bagi masyarakat Indonesia itu adalah industri
sebuah keberuntungan dalam dirinya sendiri.

Pengelolaan limbah B3 selain produk akhir juga harus memperhatikan


cara pengelolaan teknis dan non teknis: penyimpanan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan, jika dilakukan oleh perusahaan hanya
oleh pihak ketiga, juga harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengelolaan limbah B3 tidak selalu berkutat pada pendekatan end of
chain, namun limbah B3 kini dapat dianggap sebagai barang yang
bernilai ekonomis berkat fase daur ulang sebagai bagian dari
pendekatan hulu. setiap langkah pengelolaannya adalah identifikasi
limbah B3 di perusahaan.

Masalah lingkungan hidup menentukan kehidupan manusia dan


makhluk hidup lainnya, tetapi di sisi lain, manusia juga dapat
menentukan keadaan lingkungan yang dapat digunakan untuk
kepentingan manusia dalam mengejar kehidupan yang lebih baik dan
sehat, tidak selalu baik dan tidak sehat dan masih bisa sebaliknya, jika
penggunaannya tidak digunakan tergantung pada lingkungan,
kapasitas dan situasi.

4
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pertambangan?
2. Apa saja limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan?
3. Bagaimana klasifikasi limbah pertambangan berdasarkan kategori?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan pertambangan.
2. Untuk mengidentifikasi limbah yang dihasilkan dari pertambangan.
3. Untuk mengklasifikasikan limbah pertambangan berdasarkan
kategori.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Limbah B3


Sampah sebagai material sisa yang tidak lagi diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah juga kerap didefinisikan oleh manusia dan
dikategorikan berdasarkan kepada derajat keterpakaiannya. Pada suatu
proses-proses alam sesungguhnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama suatu proses alam
berlangsung. Maka pengertian limbah adalah sisa-sisa suatu proses produksi,
baik itu dalam skala industri, pertambangan, rumah tangga, dan lain
sebagainya. Bentuk limbah juga dapat dikategorikan dalam beragam jenisnya
mulai dari gas dan debu, padat atau cair. Di antara banyak jenis limbah,
terdapat limbah yang berbahaya sebab memiliki kandungan racun di
dalamnya atau lebih sebagai limbah (B3).

Limbah yang digolongkan dalam kategori ini mengandung zat yang sifat dan
konsentrasinya beracun, yang dapat membahayakan kesehatan manusia, juga
mencemarkan serta merusak lingkungan hidup. Limbah B3 sendiri terdapat
pada bahan baku yang beracun yang tidak digunakan lagi karena sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, rusak dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Termasuk dalam kategori B3 jika
sifatnya mudah terbakar, mudah meledak, reaktif, beracun, dapat
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang jika dilakukan
pengujian toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

2.2. Karakteristik Limbah B3 dan Contohnya


Dengan berbagai efek berbahaya yang dihasilkan, masyarakat seharusnya
lebih mengenal limbah B3, namun hingga kini masih belum banyak yang
mengetahui apakah limbah b3 itu?. Karakteristik Limbah B3 sendiri jika
digolongkan berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

6
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Pasal 5 diantaranya adalah: mudah
meledak, reaktif, mudah menyala, infeksius, korosif dan beracun.

1. Mudah meledak (explosive – E)


Limbah B3 mudah meledak (mudah meledak) adalah Limbah yang pada suhu
dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg
(tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat meledak, atau melalui
reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC)
atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau
Dibenzoilperoksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan
diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu
bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan
mudah meledak.

2. Mudah Menyala (ignitable – I)


Limbah B3 bersifat mudah menyala atau limbah B3 dalam bentuk cairan dengan
kandungan alkohol kurang dari 24% volume pada titik nyalanya. Limbah B3
juga biasanya tidak lebih dari 140℉ (seratus empat puluh derajat Fahrenheit)
atau 60℃ (enam puluh derajat Celcius) yang kemudian akan menyala jika
terjadi kontak langsung dengan percikan api atau berbagai sumber menyala lain
dalam tekanan udara 760 mmHg.

Pengujian sifat waste yang mudah menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan
dengan cara pensky martens closed cup, closed tester, atau berbagai metode lain
yang setara dan/atau Limbah yang bukan dalam bentuk cairan pada temperatur
dan tekanan standar yaitu 25℃ (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg
(tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury), selain itu juga mudah menyala
saat bergesekan, perubahan kimia dalam penyerapan uap air secara spontan dan
jika menyala kemudian tak kunjung padam atau menyebabkan nyala yang terus
menerus. Sifat ini sendiri kemudian dapat diketahui secara langsung tanpa harus
melalui tahapan-tahapan pengujian yang umumnya dilakukan di laboratorium.

7
3. Reaktif (reactive – R)
Limbah B3 reaktif merupakan Limbah yang tidak stabil bahkan dalam keadaan
normal sekalipun, ia mampu menyebabkan berbagai perubahan tanpa peledakan.
Limbah ini secara visual juga menunjukkan perubahan warna, gelembung gas,
asap, dan jika tercampur dengan air mampu menimbulkan ledakan, juga
menghasilkan uap, gas, atau asap. Sifat ini kemudian dapat diketahui secara
langsung tanpa melalui berbagai pengujian di laboratorium, Selain itu pada
Limbah sianida, sulfida yang terkandung di dalamnya diantaranya pH antara 2
(dua) dan 12,5 mampu menyebabkan gas, asap beracun, ataupun uap. Sifat ini
dapat diketahui melalui berbagai pengujian Limbah yang dilakukan secara
kualitatif.

4. Infeksius (infectious – X)
Limbah B3 juga bersifat infeksius khususnya pada limbah medis padat yang
terkontaminasi organisme patogen dalam jumlah dan virulensi yang cukup
mampu menularkan berbagai penyakit pada manusia. Termasuk ke dalam
Limbah infeksius diantaranya: Limbah yang berasal dari perawatan pasien
dengan kebutuhan isolasi penyakit menular, dan membutuhkan perawatan
intensif. Termasuk di antara limbah yang sifatnya infeksius diantaranya:
● Limbah laboratorium dalam bentuk benda tajam seperti diantaranya pada
perlengkapan intravena, jarum suntik, pipet pasteur dan yang terdapat pada
pecahan gelas
● Limbah patologi yang terdapat pada jaringan tubuh yang terbuang pada suatu
proses otopsi atau bedah
● Limbah yang berasal dari pembiakan, misalnya pada organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, atau telah terinfeksi dengan
bahan yang sangat infeksius; atau pada Limbah sitotoksik yaitu pada Limbah
dari bahan yang terkontaminasi dari pemberian obat sitotoksik untuk
kemoterapi kanker ini memiliki berbagai kemampuan membunuh atau dapat
menghambat pertumbuhan pada sel-sel hidup.

8
5. Korosif (corrosive – C)
Limbah B3 korosif atau Limbah B3 dengan kandungan pH sama atau kurang dari
2. Pada Limbah dengan sifat sam yang sama atau lebih besar dari 12,5 pada yang
bersifat basa. Sifat korosif dari Limbah padat sendiri dilakukan dengan
mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan metode-metode yang berlaku
dan jika limbah dengan pH terkecil atau sama dengan 2 untuk Limbah dengan
sifat asam juga pH lebih besar atau sama dengan 12,5 pada yang bersifat basa;
atau pada Limbah yang mampu menyebabkan iritasi seperti eritema kemerahan
atau pembengkakan (edema). Sifat ini sendiri dapat diketahui dengan melakukan
berbagai pengujian terlebih dahulu pada hewan dengan menggunakan berbagai
metode yang berlaku.

6. Beracun (toxic – T)
Limbah B3 yang beracun merupakan Limbah yang telah diuji penentuan
karakteristiknya melalui Uji Toksikologi LD50, TCLP, dan uji subkronis.
Penentuan karakteristik beracunnya diidentifikasi jika limbah ini memiliki
konsentrasi zat pencemar yang lebih besar dari TCLP-A. Ciri khas lainnya pada
Uji Toksikologi LD50 adalah Limbah yang diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 1 jika memiliki nilai yang sama dengan Uji Toksikologi LD50 oral
dengan sama atau lebih kecil dengan 50 mg/kg berat badan pada hewan uji
mencit.

Limbah kemudian diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika nilainya


kemudian lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 atau sama dengan 50
mg/kg berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan
5000 mg/kg berat badan hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 ini
dihasilkan melalui uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah dengan tahap
uji hayati untuk mengukur berbagai hubungan dosis-respon antara limbah dengan
kematian hewan uji.

9
2.3. Definisi Pertambangan
Pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengolahan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
menambang adalah menggali (mengambil) barang tambang dari dalam tanah.
Kemudian, Abrar Saleng menyatakan bahwa usaha pertambangan pada
hakikatnya ialah usaha pengambilan bahan galian dari dalam bumi.

2.4. Jenis-Jenis Limbah Pertambangan


Indonesia kaya akan sumbera daya alam terutama dari hasil pertambangan. jenis-
jenis benda yang disebut barang tambang, dapat dihasilkan dari pertambangan di
tanah air kita antara lain:

1. Limbah Padatan
a) Slag (terak nikel)

Slag adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel yang


membentuk liquid panas yang kemudian mengalami pendinginan sehingga
membentuk batuan alam yang terdiri dari slag padat dan slag yang
berpori. Berdasarkan bentuknya, Slag nikel dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu
high, medium, dan low slag. Terak nikelyang masuk kategori High diperoleh dari
proses pemurnian di converter berbentuk pasir halus berwarna coklat tua,
sedangkan kategori medium dan low slag diperoleh lewat tungku pembakaran
(furnace). Slag nikel berupa limbah padat yang dapat mengkontaminasi tanah.
Jumlahnya yang banyak dalam suatu pengolahan bijih di kegiatan pertambangan
dapat merusak suatu lahan tempat penampungan slag tersebut. Jika dibiarkan
secara terus-menerus dan mengalami oksidasi, saat terkena air hujan, akan
menghasilkan air lindian yang banyak mengandung unsur-unsur berbahaya, salah
satunya yaitu kromium yang merupakan unsur yang beracun. Contoh dari slag
(terak nikel) adalah peleburan dan pemurnian dari bijih besi.

b) Tailing

10
Tailing adalah batuan yang digiling halus dan sisa mineral lainnya sebagai hasil
dari pengolahan mineral. Karena cara mineral diproses, tailing dapat mengandung
konsentrasi bahan kimia pemrosesan. Ini dapat menjadikan tailing tambang
menjadi masalah lingkungan, sehingga transportasi dan pembuangan yang tepat
sangat penting. Akibatnya, langkah selanjutnya adalah memompa tailing tambang
dengan menggunakan pompa lumpur ke kolam tailing. Kolam tailing adalah
kolam penampung sedimentasi yang ditutup oleh bendungan dan pelapis untuk
menangkap dan menyimpan limbah. Tailing adalah satu jenis limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan
tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang
mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-mineral
berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena pengolahan
bijih untuk memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri
pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100%. Contoh dari
Tailing ini adalah peleburan bijih besi.

2. Limbah Cair
a) Air Tambang

Air tambang diproduksi dalam beberapa cara berbeda di lokasi tambang dan dapat
bervariasi dalam tingkat kontaminasi. Air yang terkena proses penambangan juga
sering bersifat asam dan dapat mencemari sumber air setempat dalam proses yang
disebut asam tambang drainase (AMD) atau acid rock drainage (ARD). Drainase
tambang asam adalah kontributor berat pencemaran air permukaan di seluruh
dunia. AMD terutama disebabkan ketika air mengalir di atas material berbahan
sulfida, membentuk larutan asam. Air di lokasi tambang biasanya sangat dipantau
dan strategi pengelolaan digunakan untuk tidak hanya mengurangi jumlah air
tambang yang dihasilkan tetapi juga untuk mengolah air sebelum dilepaskan
kembali ke lingkungan. Contoh limbah tambang cair diantaranya adalah Total
Dissolved Solid (TDS) atau logam terlarut, Total Suspended Solid (TSS), dan
limbah air asam tambang.

11
b) Water Treatment Sludge

Water treatment sludge yaitu jenis limbah cair tambang yang dihasilkan dari sisa
lumpur akibat proses pertambangan. Untuk kandungan asam yang ada di
dalamnya memang sedikit mirip dengan air tambang, namun ada kandungan
tambahan yang tidak kalah berbahaya bagi lingkungan. Contohnya zat kimia dan
bahan padat sisa pengolahan material tambang. Namun, yang juga harus diketahui
bahwa tidak semua limbah cair tambang berbahaya. Limbah yang berbahaya
adalah limbah yang tidak melalui proses pengolahan air limbah terlebih dahulu
dan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Untuk mengatasi bahaya
limbah cair sangatlah mudah, biasanya perusahaan tambang menghadirkan water
treatment plant yang dapat menghilangkan zat berbahaya di dalam limbah cair
sebelum akhirnya dibuang. Water treatment, perusahaan dapat mendapatkan air
limbah buangan yang telah sesuai dengan standar baku mutu dan memisahkannya
dari kontaminan.
3. Limbah B3
a) Batu bara

Batubara adalah akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang mati dan tidak sempat
mengalami pembusukan secara sempurna, yang kemudian terpreservasi dengan
baik dalam kondisi bebas oksigen (anaerobic) misalnya pada bagian bawah dari
suatu danau atau pada endapan/sedimen berbutir sangat halus. Banyak aktivitas
pertambangan batubara yang telah dilaksanakan sehingga semakin banyak juga
produksi Limbah (B3) yang dihasilkan. Limbah ini dalam pengelolaannya ada yang
telah dilaksanakan dengan baik dan ada yang tidak. Sehingga dalam penanganan
dampak limbah ini diperlukan langkah yang tepat agar dapat meminimalisir terhadap
lingkungan. Fly ash dan bottom ash (faba) sebagai limbah padat yang dihasilkan
dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik, sebenarnya masih dapat
dimanfaatkan lagi menjadi substitusi bahan baku atau sebagai substitusi sumber
energi bahkan bahan baku sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

12
2.5. Identifikasi Limbah B3 Pada Pertambangan

2.5.1 Limbah Padatan


a. Slag

Limbah jenis ini termasuk limbah B3 kategori 2 yang sudah tercantum dalam
tabel 4 pada peraturan pemerintah. Limbah ini termasuk limbah kronis yang
dapat berdampak bagi manusia dan lingkungan. Contohnya slag nikel yaitu
peleburan bijih nikel.

b. Tailing

Sama seperti limbah slag, limbah tailing merupakan limbah B3 kategori 2 yang
sudah tercantum dalam tabel 4 pada peraturan pemerintah. Tailing berupa
peleburan bijih seperti limbah debu EAF, PS Ball, dan lain - lain

2.5.2 Limbah Cair


a. Air Tambang

Limbah air tambah seperti air asam tambang (AAT) merupakan limbah B3
dalam kategori 2. Dimana air asam tambang ini dilakukan penetralan melalui
analisis kandungan fly ash.

b. Water Treatments Sludge

Limbah ini dikategorikan sebagai limbah B3 kategori 1, tercantum dalam


peraturan pemerintah tabel 3 yang termasuk limbah B3 dari sumber spesifik.

13
2.5.3 Limbah Batu Bara
Limbah B3 Batu bara menghasilkan fly ash dan/atau bottom ash yang
dikategorikan kedalam limbah kategori 2 tercantum dalam tabel 4 pada
peraturan pemerintah. Dimana fly ash dan/atau bottom ash merupakan proses
pembakaran pada batubara pada fasilitas pembangkitan listrik tenaga uap
(PLTU).

2.6. Pengolahan Limbah B3 Pada Pertambangan

2.6.1 Pengolahan Limbah Padatan


Limbah padatan yang merupakan hasil sisa dari pertambangan dapat dilakukan
pengolahan seperti halnya limbah slag nikel, fly ash hasil dari pertambangan batu
bara dioleh menjadi paving blok dengan metode sebagai berikut (alat dan bahan
serta diagram alir)
1. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan adalah cetakan paving block, timbangan,


wadah, sendok semen, alat uji tekan, kertas label, dan sarung tangan.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah slag nikel dan fly ash.

2. Preparasi sampel

- Sampel slag nikel

Bijih slag F3 dan F4

- Ditimbang sampel dengan beberapa


variasi

Hasil

14
- Sampel fly ash

Batubara

- Batubara ditiupkan dari bawah menggunakan blower

- Batubara dibakar dengan teknik fluidisasi yang paling efektif


dalam menghasilkan energi.
- Pasir atau corundum sebagai media pemanas dipanaskan.
- Pemansan menggunakan minyak bakar.

- Setelah temperature bakar batubara (300℃)

Hasil

3. Pembuatan paving block

Sampel slag dan flay ash


- Dimasukkan bahan ke tempat pengadonan yaitu slag nikel dan
fly ash dan semen aduk sampai rata.
- Diberikan air pada bagian tengah adonan serta biarkan selama
2-5 menit agar campuran saling mengikat.
- Setelah campuran homogen dan berwarna coklat tanah, adonan
dicetak dan dipress menggunakan vibrasi press.
- Paving block yang sudah dicetak diberikan nomor identitas
- Cetak paving block dengan menggunakan ukuran 20 cm x 10
cm x 6 cm
Hasil

2.6.2 Pengolahan Limbah Cair


Pengolahan Limbah cair pada pertambangan dapat dilakukan melalui beberapa
cara seperti pengolahan primer, sekunder dan tersier dalam hal ini pengolahan
limbah cair sludge dapat dioleh melalui pengolahan sekunder dengan metode
lumpur aktif (active sludge).

15
Pada metode lumpur aktif, mula-mula limbah cair disalurkan ke sebuah tangki. Di
dalam tangki tersebut limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri
aerob. Proses degradasi bahan organik oleh bakteri aerob yang berlangsung di
dalam tangki dibantu dengan pemberian gelembung oksigen (aerasi).

Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi bahan organik dalam
limbah cair. Dibutuhkan waktu selama beberapa jam sebelum limbah cair
disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan. Setelah
proses pengendapan selesai, selanjutkan limbah cair dapat dibuang ke lingkungan
atau diproses lebih lanjut, sedangkan lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Limbah adalah sisa-sisa suatu proses produksi, baik itu dalam skala
industri, pertambangan, rumah tangga, dan lain sebagainya. Bentuk limbah juga
dapat dikategorikan dalam beragam jenisnya mulai dari gas dan debu, padat atau
cair. Di antara banyak jenis limbah, terdapat limbah yang berbahaya sebab
memiliki kandungan racun di dalamnya atau lebih sebagai limbah (B3).
Karakteristik Limbah B3 sendiri jika digolongkan berdasarkan PP No. 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Pasal 5
diantaranya adalah: mudah meledak, reaktif, mudah menyala, infeksius, korosif
dan beracun.

Pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengolahan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Jenis-jenis limbah pertambangan adalah Limbah Padatan (Slag (terak
nikel) dan Tailing, Limbah cair (Air Tambang dan Water Treatment Sludge), dan
Limbah B3 (Batu bara).

17
DAFTAR PUSTAKA

Nandy. 2021. Limbah B3: Contoh Limbah B3, Pengertian & Karakteristik.
https://www.gramedia.com/literasi/limbah-b3/ . diakses 1 Desember 2021.

Pohan, P. M, et all. 2007. Penyelidikan Potensi Bahan Galian Pada Tailing Pt


Freeport Indonesia Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Proceeding
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan. Pusat Sumber
Daya Geologi.

Ganti, Abraham. 2008, “Potensi Pemanfaatan Low Nickel Slag Sebagai Pengganti
Semen dan Agregat Kasar”. Universitas Petra Surabaya Sugiri.

S., Khosoma, L.K, 1997, “Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat BetonMutu
Tinggi”. Thesis Program Magister. Institut Teknologi Bandung.

Sugiri, S., Soenardi, B. W., Sutha, G. P., Louis. 2005. “Penggunaan Terak Nikel
Sebagai Agregat Beton Pemberat Pipa Gas Lepas Pantai. Jurnal Teknik Sipil
Laporan keberlanjutan PT. Antam, Tbk Tahun 2012.

18

Anda mungkin juga menyukai