Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN STUDI LAPANGAN

REKAYASA LINGKUNGAN K-04


KELOMPOK 3

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI


PT. CD

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


BANDUNG
2018
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya,
kami dapat menyelesaikan laporan hasil studi lapangan dengan baik. Laporan ini ditulis dalam
rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Rekayasa Lingkungan TL4002. Tujuan penulis meneliti
hal tersebut supaya dapat lebih memahami prinsip dan mekanisme pengolahan limbah yang telah
dipelajari.
Kelancaran proses penulisan makalah ini adalah berkat bimbingan, arahan, dan petunjuk
serta kerjasama dari berbagai pihak, baik dari persiapan, penyusunan, hingga selesainya makalah
ini. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terima kasih kami ucapkan khususnya kepada yang kami hormati:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Dr. Asep Sofyan,S.T,M.T. sebagai dosen mata kuliah Rekayasa Lingkungan
berserta para asisten dosen.
3. Teman-teman kelompok 3 kelas 4.
4. Orangtua
Penulis menyadari bahwa adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
menerima saran dan masukan atas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bemanfaat untuk
menambah wawasan terutama tentang Pengolahan Limbah B3.

Bandung, 20 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 3 4
i. PENDAHULUAN 5
ii. STUDI LITERATUR 6
iii. KONDISI EKSISTING 8
iv. EVALUASI 10
v. KESIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 3

1. Eunike Kartika Salduna 10517015


2. Kristin Wihelmina 10517019
3. Duwika Octania 10517023
4. Salma Noor 10517024
5. Nadia Tiffanny 10517030
6. Carolina Virdilia 10517037
7. Cessoria Phianissha 10517059
8. Meutia Khanza 10517064
9. Diandra Sekar 10517077
10. Nur Cahyaningrum 10517101
PENGOLAHAN LIMBAH B-3 INDUSTRI
PT. CD

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan sifat bahayanya, limbah dibagi menjadi tiga macam, yaitu limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah non B-3, dan limbah domestic. Setiap jenis
tersebut berbeda dalam cara pengelolaannya. Salah satu pengelolaan yang paling perlu
diperhatikan khusus adalah pengelolaan limbah B-3 karena jika tidak dikelola dengan
benar, bahan-bahan kimia tersebut dapat membahayakan lingkungan bahkan
menyebabkan kematian.
B-3 adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B-3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Pengolahan limbah B-3 dibagi dua, yaitu On-Site Treatment dan Off-Side
Treatment. On-Site Treatment adalah penanganan atau pengolahan limbah padat atau
lumpur B-3 dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri. Teknologi pengolahan
setempat (on-site) dilaksanakan dengan menggunakan salah satu atau beberapa jenis
teknologi berikut: limbah lumpur B-3: perlakuan lumpur & chemical conditioning,
Incineration (metode thermal), solidification (stabilisasi), penanganan limbah padat
atau lumpur B-3, dan disposal (land fill dan injection well). Off-Side Treatment adalah
penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B-3 dilaksanakan oleh pihak
ketiga di pusat pengolahan limbah industri. Pengolahan oleh pihak ketiga (off-site)
dilaksanakan dengan menggunakan sekaligus beberapa teknologi-teknologi seperti
pada on-site treatment.
Kelompok kami memilih untuk meneliti pengolahan limbah B3 industri karena
sangat relevan dengan jurusan kami, yaitu Kimia, dimana dimasa depan banyak bekerja
memproduksi bahan-bahan kimia. Dalam memproduksi bahan-bahan/ senyawa kimia,
pasti dihasilkan limbah-limbah yang berbahaya (B3) sehingga perlu diketahui benar
pengelolaannya agar tidak merusak lingkungan dan membahayakan mahkluk hidup.
Dalam penelitian kami, kami diberi kesempatan untuk mengunjungi sebuah
Pabrik Kimia Sintetis untuk Industri Tekstil pertama di Indonesia yang kita sebut
dengan PT CD. Nama pabrik dirahasiakan atas permintaan general manager karena
alasan tertentu. Dalam kunjungan kami, kami dapat meneliti dan mengamati proses
pengolahan limbah B-3 hasil produksi secara langsung. PT. CD merupakan perusahaan
On-Site Treatment dan Off-Site Treatment. Selain itu, kami diberi wawasan baru
mengenai undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pengolahan limbah B3
oleh Bapak General Manager.
Laporan ini merupakan deskripsi dan analisis hasil kunjungan ke PT. CD dari
mekanisme pengolahan limbah B3, wawancara dengan pegawai teknisi dan general
manager, peraturan pemerintah tentang pengolahan limbah B3, serta lampiran berupa
gambar yang merupakan mekanisme pengolahan dan bukti fisis kunjungan.
II. STUDI LITERATUR
Limbah merupakan semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak
dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Secara umum, limbah dibagi ke dalam beberapa
kelompok:
1. Berdasarkan sumbernya, seperti: limbah kegiatan kota, industry, dan pertambangan
2. Berdasarkan fasanya/bentuknya: padat, berlumpur (sludge), cair, gas
3. Berdasarkan sifat bahayanya: limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah
non-B3, limbah domestic
Berdasarkan pengelompokkan di atas, dapat dilihat bahwa limbah B3 merupakan
salah satu limbah yang bersifat berbahaya. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.18
tahun 1999, B-3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Limbah B-3 adalah sisa suatu
usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan khusus untuk limbah B3.
Selain itu, terdapat beberapa alasan lain mengenai adanya pengelolaan B3. Pertama,
adanya peningkatan penggunaan bahan berbahaya dan beracun pada berbagai kegiatan,
antara lain pada kegiatan perindustrian, pertambangan, kesehatan, dan juga kegiatan
rumah tangga. Kedua, adanya kebutuhan industry penghasil limbah B3 terhadap
kesediaan fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3 yang berwawasan
lingkungan. Ketiga, yaitu meningkatnya upaya pengendalian pencemaran udara dan
pengendalian pencemaran air yang akan menghasilkan lumpur atau abu yang
berbahaya dan beracun. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan
tempat pembuangan limbah, maka pengelolaan limbah B3 ini benar-benar perlu
diperhatikan.
Pelaksanaan pengelolaan B3 di Indonesia diatur oleh UU No.23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3). Peraturan Pemerintah ini merupakan amandemen dari PP 18 dan 85 tahun
1999. Berdasarkan PP No. 101 tahun 2014, pengelolaan limbah B3 harus dilakukan
secara terpadu karena dapat menimbulkan kerugian terhadap manusia dan lingkungan
sekitar. Oleh sebab itu, perusahaan sebagai salah satu penghasil limbah B3
bertanggungjawab sejak limbah B3 dihasilkan hingga dimusnahkan (from cradle to
grave) dengan melakukan pengelolaan secara internal dengan benar dan memastikan
pihak ketiga pengelola limbah B3 memenuhi regulasi dan kompeten. Berdasarkan PP
101/2014 sumber limbah B3 terdiri dari:
1. Sumber spesifik (umum dan khusus);
2. Tidak spesifik
3. B3 kadaluarsa, tumpah, off spesifikasi, dan bekas kemasan B3
Sementara kategori bahaya limbah B3 dibagi ke dalam 2 kategori bahaya, yaitu:
1. Kategori bahaya I
2. Kategori bahaya II
Limbah B3 yang dihasilkan harus diuji dengan memperhatikan beberapa aspek terkait,
yaitu:
1. Analisis lumpur, yaitu bila limbah B3 berupa lumpur, yaitu: kandungan Total
Solids Residue (TSR), kandungan Fixed Residue (FR), kandungan volatile solids,
kadar air (sludge moisture content), volume padatan.
2. Karakteristik B3, yaitu sifat mudah meledak, terbakar, reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, korosif, maupun toksik.
3. Analisis komposisi kandungan komponen bahan kimia, yaitu senyawa dioksin,
nitrogen, sulfur/sulfide, halogen, logam berat, kromium valensi +6, sianida,
pestisida.
4. Nilai bakar
5. Total Residue (TSR), yaitu persen berat padatan terhadap total residu. Didapat
dengan menguapkan air hingga berat padatan konstan (1030C).
6. Fixed Residue (FR), yaitu kandungan padatan setelah pembakaran terukur sebagai
berat inorganic.
7. Volume Padatan, yaitu padatan dalam lumpur umumnya 1-10%~w dan sisanya air.
8. Volitale Solids Content (VS), yaitu VS terukur sebagai berat yang hilang saat
penguapan pada pengukuran kandungan air atau residu padatan. VS sebagai
karakterisasi kandungan organic dalam lumpur berguna untuk menunjukkan
efisiensi proses biologi dan indikasi/persyaratan proses insinerasi padatan.
III. KONDISI EKSISTING

Dari hasil pengamatan survey, PT. CD menghasilkan limbah B-3 berupa lumpur
hasil proses flokulasi dan proses sedimentasi dari penampungan sementara. Lumpur
tersebut akan menjadi padatan yang mengering. Padatan kering limbah B-3 ini yang
nanti akan diolah oleh pihak ketiga sesuai peraturan pemerintah (Off-Site Treatment),
sedangkan cairan B-3 hasil pengolahan limbah diolah oleh PT. CD yang jika sudah
dipastikan bersih akan dialirkan ke sungai.

PT. CD secara umum memiliki dua unit produksi yang beroperasi secara terpisah.
Lumpur limbah itu paling banyak diperoleh saat pembilasan alat/ mesin produksi. Pada
proses pembilasan ini, fasa limbah yang dihasilkan berupa cairan (liquid), sehingga
harus dialirkan melalui pipa-pipa penghubung antara sumber produksi dengan tempat
pengolah limbah yang benar-benar hanya berisi limbah kimia berbeda dengan saluran
air hujan. Limbah yang dihasilkan merupakan senyawa-senyawa kimia sehingga ketika
bercampur terjadi reaksi kimia yang menghasilkan endapan. Secara umum, proses
pengolahan limbah yang ada di PT. CD ini dapat dilihat pada began di bawah ini:

Proses pengolahan lumpur PT. CD cukup sederhana. Biasanya dilakukan sebanyak


2 kali dalam seminggu. Rata-rata limbah yang diolah dalam satu kali pengolahan adalah
20.000 liter. Pada fasa I, pertama-tama cairan limbah tersebut diisap oleh vacuum ke
sebuah kolam penampungan yang besar. Di bak penampungan ini, juga sudah terjadi
pemisahan fasa limbah cair dan padat secara alami. Beberapa padatan ada yang
mengapung dan mengendap pada bak penampungan ini. Padatan-padatan yang
mengendap dan mengapung nantinya dipisahkan dengan saringan dan dikumpulkan
untuk dikelola oleh pihak ketiga. Padatan-padatan ini biasanya berjumlah 1 ton per 5
tahun dan kemudian diolah oleh pihak ketiga dengan biaya yang ditanggung oleh
perusahaan penghasil limbah. Sedangkan cairan limbah yang telah dipisahkan dari
padatan, akan diisap kembali ke mesin flokuasi.

Pada mesin flokulasi terjadi mixing. Cairan limbah diaduk terus menerus oleh
pengaduk diiringi oleh penambahan zat-zat yang dapat memflokulasi partikel kecil
yang ada dalam cairan tersebut. Zat-zat yang ditambahkan, antara lain H2SO4
sebanyak satu jeriken (ukuran 500 gram) dan diaduk 30 menit. Manfaat penambahan
asam sulfat untuk menetralkan pH limbah yang sifatnya sangat basa. Kemudian
ditambahkan Polyaluminium Chloride (PAC) sebanyak setengah jeriken sekitar 30
menit, guna ditambahkan PAC sebagai koagulan zat kimia yang menyebabkan
destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi yang bisa membantu untuk
menjernihkan cairan. Kemudian ditambahkan CaCO3 sekitar setengah jeriken selama
15 menit untuk mengendapkan padatan, koagulan, dan menyebabkan reaksi redoks
antara zat kimia dan CaCO3 sehingga padatan kering terbentuk. Terakhir ditambahkan
garam NaCl untuk membunuh kuman dan menetralkan cairan. Jumlah reagen yang
ditambahkan bersifat opsional yang berarti disesuaikan dengan kondisi dan jumlah
limbah yang dihasilkan. Setelah itu cairan limbah didiamkan terus selama dua belas
jam agar endapannya mengendap sempurna. Dari mesin tersebut terdapat dua pipa.
Pipa-pipa tersebut berfungsi untuk memisahkan dua fasa: cairan dan padatan. Padatan
B3 akan dipindahkan ke tempat khusus, sedangkan cairan yang telah diolah dalam
mesin dialirkan ke mesin filtrasi dengan filter berupa arang dan ijuk tujuannya untuk
menyaring cairan limbah dari sisa-sisa zat pengotor. Terdapat proses filtrasi lanjutan
dengan menggunakan bak yang terdapat filter dibawahnya. Bak yang dibuat untuk
proses filtrasi lanjutan ditempatkan di ruang terbuka dengan tujuan untuk membantu
proses oksidasi secara alamiah antara air dengan matahari. Dalam bak-bak tersebut
tidak ada penambahan zat kimia sama sekali.

Kemudian cairan yang lolos saring dalam mesin filtrasi dialirkan kedalam bak-bak
yang disediakan. Ada 6 bak yang disediakan. Tiap-tiap bak memiliki indikator yang
berbeda-beda karena disesuaikan dengan tingkat kejenuhan zat kimia yang terkandung
di dalam tiap bak. Bak pertama hingga kelima memiliki kedalaman sekitar 2 m,
sedangkan bak keenam memiliki kedalaman yang lebih dari 2 m. Untuk bak pertama
dan dan bak kedua diberi indikator ikan lele, airnya masih memiliki warna serta
berbuih. Untuk bak ketiga dan bak keempat diberi indikator ikan gurami, ikan mujair,
dan ikan nila, airnya sedikit lebih jernih dan buihnya sudah berkurang. Untuk bak
kelima dan keenam diberi indikator ikan gapi, airnya sudah jernih dan tidak ada buih.
Bak pertama dan kedua memiliki tingkat kejenuhan zat kimia yang tinggi karena masih
belum difiltrasi lanjutan. Pada penghubung antara bak kedua dan bak ketiga terdapat
ijuk dan batu koral di dasar bak kedua sehingga sisa-sisa zat kimia tersaring di dasar
bak kedua. Begitu juga dengan bak keempat, di dasarnya juga terdapat batu koral dan
ijuk untuk penyaringan lanjutan sehingga di bak kelima dan keenam dihasilkan air yang
lebih jernih. Di setiap bak penampungan, indikator yang digunakan bisa bertahan hidup
dan jumlahnya tetap banyak. Setelah didapatkan air yang jernih dan aman untuk
lingkungan, air hasil pengolahan dikembalikan ke lingkungan dengan mengalirkannya
ke sungai.

IV. EVALUASI
Pada tahap terakhir pengolahan limbah, ada baiknya sebelum limbah tersebut dialirkan
ke sungai, terlebih dahulu dilakukan uji lab untuk memastikan limbah tersebut aman
secara kimia untuk dialirkan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


PT. CD memiliki pengolahan limbah dengan standar yang baik. Hal ini dapat dilihat
dari proses pengolahan limbah dan juga dapat dilihat dari indikator yang digunakan,
selain itu tidak adanya keluhan dari masyarakat sekitar terkait limbah yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.pelatihanlingkungan.com/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-
beracun-limbah-b3-berdasarkan-pp-101-tahun-2014/ diakses tanggal 21 November
2018 pukul 08.00
LAMPIRAN
Foto bersama staf PT CD Bak penampungan sementara

Pabrik PT CD Alat flokulasi

Bak keenam Bak kelima Penampungan B3 Padat

Tempat limbah B3 Bak pertama dan kedua

Anda mungkin juga menyukai