KERJA PRAKTIK
SISTEM PENGELOLAAN
LIMBAH PADAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
PT.PETROKIMIA GRESIK
DISUSUN OLEH
TRISNA AFRIADI M.
21080112110026
Gresik,Maret 2016
Trisna Afriadi M.
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
Batasan masalah pada kerja praktek ini yang berkaitan dengan pengelolaan
limbah padat B3 antara lain:
1. Kebijakan dan peraturan pengelolaan limbah padat bahan berbahaya dan
beracun (B3) di PT PETROKIMIA GRESIK.
2. Aspek teknis operasional, organisasi, dan legalitas pada pengelolaan limbah
padat B3 yang mencakup reduksi limbah, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan.
Aspek lain yang terkait pengelolaan limbah B3 yaitu pengolahan dan penimbunan
serta pembiayaan limbah B3 tidak akan dibahas pada laporan kerja praktek.
.
1.7 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan selama 30 hari kerja, terhitung mulai 1 Maret
2016 – 31 Maret 2016.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan masukan yang telah digunakan tidak bisa lagi pada proses produksi
tanpa proses ulang (LaGrega, 2001).
Produk itu sendiri
Bahan yang dihasilkan dalam proses spesifik pembuatan produk dan tidak
digunakan tanpa pengolahan lebih lanjut (LaGrega, 2001).
Pengolahan
Lumpur dari pengolahan limbah cair, pengendalian emisi udara, atau bahkan
dari pengolahan limbah berbahaya lainnya (LaGrega, 2001).
Produk kimia komersial
Produk yang sebenarnya yang menjadi limbah dari berbagai alasan :
1. Pembersihan peralatan pada proses, kadang-kadang dengan pembersih
kimia, seperti alkali, yang membahayakannya sendiri
2. Kegagalan untuk memenuhi spesifikasi pabrik karena startups
produksi dan shutdowns, kerusakan, atau faktor-faktor lain
3. Tumpahan yang disengaja atau kebocoran bahan baku atau produk
4. Residu dari wadah yang digunakan untuk bahan baku atau produk
3. Bersifat reaktif
Limbah yang bersifat reaktif pada air adalah limbah dengan salah satu sifat:
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
Limbah yang bila bercampur dengan air (termasuk uap air) menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang pada pH antara 2 dan 12,5
dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
II-7
Limbah yang dengan mudah dapat meledak atau bereaksi pada temperatur
dan tekanan standar.
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam temperatur
tinggi.
4. Beracun
Limbah yang beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
racun bagi manusia dan lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit, dan
mulut. Indikator sifat racun yang digunakan adalah TCLP (Toxicity
Characteristics Leaching Procedure), yang merupakan batas ambang yang
digunakan untuk indikasi B3.
5. Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari
laboratorium, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular.
6. Bersifat korosif
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja standar SAE-1020
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55oC
Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam, dan/atau pH ≥ 12,5 untuk B3
bersifat basa
Jika suatu limbah tidak termasuk ke dalam ketiga jenis limbah B3 menurut
sumbernya seperti di atas, maka identifikasi dilanjutkan dengan melakukan uji
karakteristik limbah B3. Limbah dinyatakan sebagai limbah B3 apabila setelah
pengujian memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik limbah B3 antara lain
mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun. Alur
II-8
LIMBAH
TIDAK
TIDAK
YA
Uji Toksikologi (uji TCLP, Limbah B3
LD50, dan Sub-kronis)
Limbah Non B3
Pengurangan Recycling
dari Sumber (on-site dan off-site)
2.5.3. Pelabelan
Penerapan pelabelan yang diterapkan di Indonesia mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang menggantikan peraturan
sebelumnya yaitu Keputusan Bapedal No. 05/Bapedal/09/1995.
Penandaan terhadap limbah B3 juga penting untuk penelusuran dan
penentuan pengelolaan limbah B3. Tanda yang digunakan ada 2 jenis yaitu simbol
limbah B3 dan label limbah B3.
Simbol limbah B3
Simbol limbah B3 berbentuk belah ketupat. Simbol limbah B3 yang
dipasang pada kemasan dengan ukuran paling rendah 10 cm x 10 cm, sedangkan
II-15
1 Mudah Meledak
II-16
4 Reaktif
5 Beracun
6 Korosif
7 Infeksius
II-17
Bahaya Terhadap
8
Lingkungan
Label limbah B3
Label limbah B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi
memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu
limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3 jenis label limbah B3 yang berkaitan dengan
sistem pengemasan limbah B3 yaitu:
1. Label limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan limbah B3
Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah B3, identitas limbah B3, serta kuantifikasi limbah B3 dalam kemasan
limbah B3. Label berukuran paling rendah 15 cm x 20 cm, dengan warna dasar
kuning serta garis tepi berwarna hitam.
2.5.4. Penyimpanan
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 berisi tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Menurut peraturan ini, “Penyimpanan
Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya”.
Lebih lanjut mengenai penyimpanan diatur dalam Bab IV pasal 12 sampai
II-19
dengan pasal 18. Kegiatan penyimpanan limbah B3 wajib memiliki izin operasi
yaitu izin penyimpanan limbah B3 dari kepala instansi yang bertanggung jawab,
dalam hal ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup; dan mengajukan
permohonan secara tertulis kepada bupati/wali kota dengan melampirkan
persyaratan izin meliputi:
Identitas pemohon;
Akta pendirian badan usaha;
Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan disimpan;
Dokumen yang menjelaskan tentang tempat Penyimpanan Limbah B3;
Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan Limbah B3; dan
Dokumen lain sesuai peraturan perundang-undangan.
disediakan.
Sarana lain yang harus tersedia adalah: peralatan dan sistem pemadam
kebakaran, pagar pengaman, pembangkit listrik cadangan, fasilitas
pertolongan pertama, peralatan komunikasi, gudang tempat penyimpanan
peralatan dan perlengkapan, pintu darurat, alarm.
ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan
mengarah ke atas (tidak ke samping).
Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal.
Desain bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung
masuk ke ruang gudang.
Rancang bangun khusus untuk penyimpan limbah B3 reaktif, korosif dan beracun:
Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan
pengamanan limbah B3 dalam keadaan darurat.
Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
2.5.5. Pengangkutan
Berdasarkan PP 18/1995, pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan alat
angkut khusus yang memenuhi persyaratan dengan tata cara pengangkutan yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Transportasi
bahan berbahaya yang bervolume besar (bulky) dapat dilakukan melalui segala
jenis angkutan, seperti melalui darat, kereta api, atau laut. Alat angkut yang
digunakan harus sesuai dengan peraturan tentang angkutan yang ada, yaitu:
perkereta-apian (UU 13/1992), angkutan darat (UU 14/1992), penerbangan (UU
15/1992), dan pelayaran (UU 21/1992). Setiap kegiatan pengangkutan harus
memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian
Perhubungan.
Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai
dokumen limbah B3. Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 dan
dokumen limbah B3 kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3. Penghasil limbah
pun dapat bertindak sebagai pengangkut limbah, dengan aturan-aturan yang
berlaku bagi pengangkut limbah B3. Cargo tank merupakan sarana yang biasa
digunakan di darat, dan biasanya terbuat dari baja, campuran alumunium, atau
dari bahan lain seperti titanium, nikel, atau stainless steel.
2.5.6. Pengolahan
Kegiatan pengolahan limbah B3 memiliki ketentuan yang juga diatur
dalam PP 18/1999. Pengolahan limbah B3 dilakukan oleh penghasil atau badan
usaha yang melakukan kegiatan pengolahan limbah B3. Pengolahan limbah B3
dapat menyimpan limbah B3 yang akan diolah dan limbah B3 yang dihasilkannya
paling lama 90 hari. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal,
stabilisasi dan solidifikasi, secara fisika, kimia, biologi dan/atau cara lainnya
sesuai dengan perkembangan teknologi.
II-27
2.5.7. Pemanfaatan
Dalam PP 18/1999 dijelaskan bahwa pemanfaat limbah B3 dilakukan oleh
penghasil atau badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3.
Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dan apabila limbah B3 tersebut
masih dapat dimanfaatkan, maka penghasil dapat memanfaatkannya sendiri.
Pemanfaatan limbah B3 meliputi perolahan kembali (recovery), penggunaan
kembali (reuse), dan daur ulang (recycle). Pemanfaatan limbah B3 bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan
harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin operasi, yaitu izin
pemanfaatan limbah B3, dari kepala instansi yang bertanggung jawab, dalam hal
ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup. Pemanfaat limbah B3 dapat
menyimpan limbah B3 sebelum dimanfaatkan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari. Pemanfaat limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan mencakup
sumber limbah B3 yang dimanfaatkan serta jenis, karakteristik, dan jumlah limbah
B3 yang dikumpulkan, dimanfaatkan, dan produk yang dihasilkan. Badan yang
memiliki kegiatan pemanfaatan sebagai kegiatan yang terintegrasi dengan
kegiatan utamanya wajib membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup.
izin yang dimiliki oleh suatu industri terhadap limbah B3 ini mengakibatkan
kurangnya pemanfaatan slag di Indonesia.
Selain slag, lindustri besi dan baja juga menghasilkan limbah lain seperti:
- Spill
Spill adalah baja cair yang tercecer di lantai kerja pada saat proses
peleburan.
- Skull
Skull adalah baja yang melekat pada dinding dan bibir ladle
- Hob
Hob adalah sisa baja dari ladle yang ditampung dalam pot
- Tundish
Tundish adalah sisa baja yang terperangkap dan menempel pada saat
proses casting
BAB III
METODOLOGI KERJA PRAKTIK
Sumber B3
2. Jenis limbah padat B3
yang dihasilkan
Mengetahui teknis operasional pelaksanaan pengelolaan
limbah padat B3 yang telah dilaksanakan di PT. Petrokimia
Gresik
a. Mengetahui Proses 1. Proses Produksi PT.
Produksi PT. Petrokimia Petrokimia Gresik Tbk.
2.
Gresik. 2. Proses pengelolaan
limbah B3
3. Tahapan-tahapan
b. Mengetahui teknis pengelolaan limbah
operasional padat B3 dari awal
sampai akhir
Membandingkan teknis operasional pelaksanaan
3. pengelolaan limbah padat B3 di PT. Petrokimia Gresik
dengan peraturan yang berlaku.
V-1
IV-2
dengan aturan penulisan laporan kerja praktik Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro.
Diagram tahap pelaksanaan kerja praktik disajikan dalam diagram berikut
ini (Gambar 3.1).
Mulai
Selesai
IV-4
pengelolaannya.
Undang-undang dan peraturan pemerintah
baik pusat maupun daerah yang berkaitan
2 Wawancara
dengan Limbah B3 dan baku mutu serta
pengelolaannya.
Gambaran umum dan sejarah singkat PT.
Mencatat atau
3 Petrokimia Gresik Tbk Struktur organisasi
Menyalin data
perusahan
Sumber : Analisis Penulis, 2016
BAB IV
GAMBARAN UMUM
V-1
IV-2
4.2.2 Misi
Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya
program swasembada pangan.
Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran
kegiatan operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri
kimia nasional dan berperan aktif dalam community
development.
4.2.3 Budaya Perusahaan
Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
operasional.
Memanfaatkan profesionalisme untuk peningkatan kepuasan
pelanggan.
Meningkatkan inovasi untuk memenangkan bisnis
Mengutamakan integritas di atas segala hal.
Berupaya membangun semangat kelompok yang sinergistik.
a. Bisnis Utama :
Merupakan Industri pembuatan pestisida (Insektisida,
Herbisida, Fungisida)
b. Saham PT. Petrokimia Gresik : 60%
4.4.2 Perusahaan Patungan (Joint Ventures
1. PT. KAWASAN INDUSTRI GRESIK (KIG)
Bisnis Utama :
Menyiapkan lahan, sarana, prasarana dan berbagai fasilitas yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan aneka industri, termasuk di
dalamnya Kawasan Berikat (Export Processing Zone).
Saham PT. Petrokimia Gresik : 35%
2. PT. PETRONIKA
Bisnis Utama :
Produsen bahan platicizer Diocthyl Phthalate (DOP)
Saham PT. Petrokimia Gresik : 20%
3. PT. PETROCENTRAL
Bisnis Utama :
Produsen Sodium Tripoly Phosphate (STPP)
Saham PT. Petrokimia Gresik : 9,8%
4. PT. PETROWIDADA
Bisnis Utama :
Produsen Phtalic Anhydride (PA) dan Maleic Anhydride (MA)
Saham PT. Petrokimia Gresik : 1,47%
5. PT. PETRO JORDAN ABADI
Bisnis Utama :
Produsen Asam Fosfat (Phosphoric Acid)
Saham PT. Petrokimia Gresik : 50%
6. PT. PADI ENERGI NUSANTARA
Bisnis Utama :
Bergerak dalam bidang industri pertanian khususnya industri beras.
Saham PT. Petrokimia Gresik : 13,79%
IV-7
Biuret : 1% maks
Bentuk : Kristal
Tahun
Pupuk Pabrik Kapasitas/Tahun
Beroperasi
1979, 1983,
Pupuk Fosfat 1 1.000.000 ton
2009
1972, 1984,
Pupuk ZA 3 650.000 ton
1986
Pupuk NPK :
Tahun
Non Pupuk Pabrik Kapasitas/Tahun
Beroperasi
4.8 Ketenagakerjaan
Tabel 2.2 Jumlah SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan (posisi akhir Juli 2013)
PENDIDIKAN JUMLAH
Sarjana 540
Sarjana Muda 72
SLTA 2.431
SLTP 181
SD 0
Total 3.335
Tabel 2.3 Jumlah SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Posisi Akhir Juli 2013)
PENDIDIKAN JUMLAH
Sarjana 540
Sarjana Muda 72
IV-19
SLTA 2.431
SLTP 181
SD 0
Total 3.335
Tabel 2.4 Jumlah SDM Berdasarkan Jenjang Jabatan (Posisi Akhir Juli 2013)
JABATAN JUMLAH
Direksi 5
Eselon I 26
Eselon II 74
Eselon IV 628
Eselon V 1.108
Pelaksana 1.248
Bulanan Percobaan 45
Total 3.335
Sarjana Muda 78 86 90
SD 1 4 8
Tabel 4.6 Jumlah SDM Berdasarkan Jenjang Jabatan (Posisi Akhir Desember 3
Tahun Terakhir)
Direksi 5 5 5
Eselon I 26 31 24
Eselon II 66 68 72
Bulanan Percobaan 0 1 54
4.10.3.2 Strategi
Strategi yang diterapkan untuk mencapai maksud dan tujuan adalah:
Pemilihan design/teknologi yang ramah lingkungan.
Mengoperasikan unit-unti produksi secara oPT.imal dengan efisiensi
tinggi, dengan memperhatikan Mutu, Lingkungan dan Keselamatan
Kerja
Mengoperasikan unit-unit pengendali dan pengolah limbah, serta
melakukan pemantauan rutin sebagai sarana pengendalian.
Melakukan upaya meminimalisasi buangan/limbah dengan melakukan :
- Source Reduction (material Substitution, Process Change &
Equipment Modification)
- On Site and Off Site Using (Recycle, Reuse & Recovery)
Selalu mengupdate & mengevaluasi peraturan yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan.
Melakukan penataan ruang sesuai kebutuhan dan berupaya
meningkatkan daya dukung lingkungan.
Membina kepekaan, kesadaran dan kepedulian lingkungan
Mengembangkan kerjasama dengan instansi terkait.
Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.
IV-25
4.10.3.3 Organisasi
Dibentuk Biro Lingkungan sebagai unti kerja yang secara khusus
menangani permasalahan lingkungan sejak tahun 1990.
BAB V
PEMBAHASAN
PT. Petrokimia Gresik adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di
lingkungan Departemen Perindustrian yang bergerak dalam bidang produksi
pupuk, bahan-bahan kimia, jasa engineering dan jasa lainnya, menghasilkan
produk yang berguna dan mempunyai nilai jual, juga menghasilkan limbah.
Limbah dihasilkan dari berbagai kegiatan industri sebagaimana digambarakan
pada bagan di bawah ini .
PROSES PRODUKSI
BAHAN BAKU PRODUK
Bocoran
Bocoran Bocoran
Of spec
Of spec Of spec
Expired
Hasil samping Expired
Kontaminan
Cleaning
Impurities
Maintenancey
V-1
V-2
1. EMISI
Setiap pabrik yang ada telah dilengkapi dengan sarana pengolah limbah gas /
debu sesuia dengan teknologi terbaru saat konstruksi pabrik.
Dengan fasilitas :
a. Gas Scrubber / dust collector
b. Electrostatic Precipitator (EP)
c. Cyclonic Separator / Bag Filter
2. BUANGAN CAIR
Masing-masing unit pabrik telah dilengkapi fasilitas pengolahan buangan cair
dan juga dilengkapi dengan fasilitas akhir sebelum dibuang ke laut.
Dengan fasilitas :
a. Chemical Treatment : Effluent Treatment, Neutalizer, Equalizer
b. Recycle baik lokal maupun dari buangan akhir.
3. BUANGAN PADAT
a. Recycle & reuse untuk proses produksi internal
b. Treatment untuk meningkatkan value sehingga mempunyai nilai jual
c. Ditampung sementara di disposal area
4. BUANGAN LIMBAH
buangan limbah B3 terbagi dua yaitu :
a Limbah B3
b Limbah Non-B3
V-3
terbakar (wiraswasta
gemilang
indonesia)
PT. Guna
Majun Mudah Terbakar
Purnama
PT. Guna
Serbuk Gergaji Bekas Mudah Terbakar
Purnama
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Drum Bekas
terbakar gemilang
indonesia)
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Oli Bekas
terbakar gemilang
indonesia)
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Grease Bekas
terbakar gemilang
TPS Departemen indonesia)
2 Pemeliharaan II PT. Guna
Majun Mudah Terbakar
Purnama
PT. Guna
Serbuk Gergaji Bekas Mudah Terbakar
Purnama
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Drum Bekas
terbakar gemilang
indonesia)
Departemen PT. WGI
TPS Toksik / Mudah
Oli Bekas Pemeliharaan (wiraswasta
3 terbakar
III gemilang
V-6
indonesia)
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Grease Bekas
terbakar gemilang
indonesia)
PT. Guna
Majun Mudah Terbakar
Purnama
PT. Guna
Serbuk Gergaji Bekas Mudah Terbakar
Purnama
PT. WGI
Toksik / Mudah (wiraswasta
Drum Bekas
terbakar gemilang
indonesia)
Dep.Har 1 2
3,bag. alat berat
Accu Bekas Toksik / Reaktif PT. muhtomas
TPS dan bag.
4 transport
Dep.Har I , II , PT. Guna
Majun Mudah Terbakar
III Purnama
Dep.Har I , II , PT. Guna
Serbuk Gergaji Bekas Mudah Terbakar
III Purnama
Dep.Har I , II ,
Minyak Trafo PCB Toksik / Karsinogenik PT. Sinerga
III
lab. Pabrik I , II PT. Pasadena
Limbah Laboraturium Toksik / Infeksius
, III metrik indonesia
PT. WGI
Toksik / Mudah Dep.Har I , II ,
Drum Bekas (wiraswasta
terbakar III
gemilang
V-7
indonesia)
*) Khusus untuk limbah B3 yang berasal dari Aktiva tetap, antara lain : Tube
reformer dan Trafo yang terkontaminasi minyak PCb di kelola sesuaiketentuan
PR-02-0055 ( Prosedur Prngrlolaan Barang Tidak Terpakai )
Unit-unit produksi dari sebuah industri selain menghasilkan produk yang
bermanfaat juga pasti akan menghasilkan buangan. Jika ditinjau dari hasil
produksi berupa pupuk yang berbahan dasar zat-zat kimia, seperti nitrogen,
V-9
phospat, amoniak, urea dan bahan-bahan organik lainnya tentu saja akan
menghasilkan limbah yang sifatnya tidak jauh dari bahan dasarnya. Namun tidak
semua limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3.Limbah B3
yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut :
2. Katalis Bekas
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia pada
suhu tertentu tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Unit produksi di PT Petrokimia Gresik membutuhkan katalis pada
proses produksi I dan III. Jenis katalis di unit produksi I antara lain adalah
CoMo (Cobalt Molibdenum) yang berfungsi membantu reaksi sulfur dari gas
alam dan gas H2 sehingga menjadi H2S (Hidrogen Sulfida). Katalis ZnO (Zinc
Oxide) berfungsi sebagai absorben terhadap kandungan sulfur dalam bentuk
H2S. Katalis Ni (Nikel) berfungsi membantu proses steam reforming gas alam
menjadi gas H2 dan CO2. Katalis Fe2O3 (Oksida besi) berfungsi membantu
reaksi CO2 dan steam menjadi gas H2 dan CO2. Katalis NiO (Nikel oksida)
berfungsi membantu reaksi sisa gas CO dan CO2 dengan gas H2 menghasilkan
CH4 dan H2O, katalis Fe mempunyai fungsi untuk membantu reaksi gas H2 dan
N2 menjadi amoniak. Katalis Al2O3 (Alumina ball) mempunyai fungsi sebagai
supporting katalis (tatakan bagi katalis) dip roses secondary reformer.
Jenis katalis yang di gunakan pada unit produksi III adalah V2O5
(Vanadium Pentaoksida) berfungsi untuk mengikat SO2 menjadi SO3.
Katalis yang sudah lama digunakan akan digantikan dengan katalis
yang baru setiap periode penggantian. Penggantian katalis tidak selalu
menghabiskan jumlah yang sama, mengingat katalis-katalis tersebut berbentuk
padatan (granular/tablet/silinder/lempengan) maka hanya katalis yang rusak
saja yang diganti dan dibuang, sementara sisanya yang masih dapat berfungsi
dengan baik tetap digunakan kembali.
V-11
3. Accu Bekas
Accu bekas atau dapat dibaca aki bekas dikenal dengan istilah
secondary lead acid battery tergolong limbah B3. Biasanya aki bekas
dimanfaatkan kembali atau diproses kembali (recycle) untuk diambil timahnya,
kandungan timah untuk aki bekas sebanyak ±65% dari berat netto aki bekas
bila diproses dengan menggunakan rotary furnace, dan hanya didapat 55%
apabila diproses dengan menggunakan metode tradisional. Timah hitam yang
didapat dari proses pembakaran biasanya tidak murni 99,99% tetapi fluktuatif
dikisaran 90% hingga 97% karena terdapat kandungan Sb, Sn, Se, dan As.
Pengelolaan aki bekas bekas PT Petrokimia Gresik dilakukan pengumpulan
dan penyimpanan sementara, kemudian dijual kepada perusahaan yang
mampu mengolah ataupun memanfaatkan kembali aki bekas tersebut.
4. Drum-drum Bekas
Drum bekas tersebut berasal dari drum bekas kemasan minyak trafo
PCB atau kemasan pelumas, drum tersebut dapat digolongkan dalam limbah
berbahaya karena terdapat kandungan minyak trafo PCB atau kemasan
pelumas yang bersifat toksik dan mudah terbakar. Drum bekas ini disimpan di
TPS LB3 untuk digunakan lagi sebagai kemasan dan kemudian diserahkan
kepada YPG untuk dikelola, lalu di ambil langsung oleh pihak pemanfaat atau
pengelola.
5. Limbah B3 Laboratorium
V-12
7. Kapur
Kapur digunakan sebagai bahan penetral pH pada proses pengolahan
limbah cair pada primary treatment. Pada lampiran PP No. 18 tahun 1999
daftar bahan berbahaya dan beracun, kapur tidak tergolong sebagai limbah
bahan berbahaya, tetapi oleh KLH hasil samping PT Petrokimia Gresik
tersebut tergolong sebagai limbah B3 karena jumlah yang melebihi kapasitas
pemanfaatan kembali. Limbah dapat dikategorikan sebagai bahan berbahaya
dan beracun dikarenakan jumlahnya yang berlebihan dan dapat berpotensi
membahayakan lingkungan hidup.
Pada ketentuan umum PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan/atau beracun disingkat LB3, adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
V-13
Pelaksanaan di
No Parameter Kep-01/Bapedal/09/1995 Keterangan
PT.Petrokimia Gresik
Ada pencatatan
4 Dokumentasi masuk harus dicatat dengan sesuai
limbah
baik dan benar
Pemberian
Setiap kemasan limbah B3
Ada simbol dan label
5 Simbol dan sesuai
harus diberi simbol dan label pada setiap kemasan
Label
Oli Bekas
Grease Bekas
Majun/Serbuk Gergaji
Bekas
Katalis Bekas
Fly Ash
V-17
Kualitas
ruang TPS
tidak langsung
lainnya
9 Tanpa plafon v
penyimpanan
11 Penerangan cukup v
Penerangan minimal 1 m di
12 v
atas kemasan
di luar bangunan
dokumen-dokumen limbah B3
Ada beberapa alasan mengapa TPS hanya diberi teralis besi dan tidak ada
penangkal petir. Pada TPS 1 , 2 , 3 dan 4 diberi teralis besi yang memungkinkan
burung – burung masuk ke dalam TPS karena pada TPS 1 samapai denganTPS 4
tidak ada limbah B3 yang dapat dibawa oleh burung seperti Limbah B3 berbentuk
granule atau butiran yang dapat dengan mudah dipindahkan oleh burung atau
hewan semacamnya.
TPS
5
Penangkal Petir
Gambar 5.3 Lokasi Pengangkal Petir Pada TPS 5
PT. Petrokimia Gresik memilki 6 buah TPS , dimana masing - masing TPS
tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan limbah B3 yang berbeda – beda
sesuai karakteristiknya , sehingga bangunanya di sesuaikan dengan muatan TPS
tersebut. seperti pada tabel di bawah ini tentang TPS 1 – 6
V-21
Nama
Luas Limbah B3 yang di simpan Lokasi Gambar
TPS
Oli Bekas
Drum Bekas
Oli Bekas
Drum Bekas
Oli Bekas
Drum Bekas
Katalis Bekas
Accu Bekas
7 m x 17 07° 09 ' 05,3 " LS
TPS 4 Majun/Serbuk Gergaji Bekas
m 112° 38' 27,5" BT
Minyak Trafo PCB
Limbah Laboraturium
V-22
Drum Bekas
2 m x 7,2
07° 08 ' 26,9 " LS
TPS 6 mx Fly Ash
112° 38' 39,4" BT
7,2 m
5.6 Pengangkutan
Pengangkut limbah tidak selalu penghasil limbah , tetapi ada juga penghasil
limbah yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah dengan aturan – aturan
yang berlaku unruk pengangkutan limbah B3. Selama perjalanan Limbah B3
harus mempunyai dokumen yang berasal dari penghasil limbah dimana dokumen
tersebut menjelaskan tentang karakteristik limbah tersebut yang selanjutnya akan
diserahkan pada pengolah limbah .
Menurut Kep-02/Bapedal/09/1995 , setiap pengangkutan limbah B3 harus disertai
dengan dokumen resmi . dokumen ini merupakan legalitas dari pengolahan
limbah B3 dan sarana pengawasan perpindahan dan penyebaran limbah B3 . PT.
Petrokimia Gresik juga melakukan pencatatan Limbah untuk setiap TPS dari
jumlah , waktu masuk , dan lainya . Dokumen Pengolahan Limbah B3 di
PT.Petrokimia gresik antara lain : PR-02-0056 tentang pengelolaan limbah B3
Pengangkut Limbah
( Lembar 1 )
Lembar 5
Lembar 6 Pengolah Limbah kopi
( Lembar 4 )
diserahkan kepada YPG yang bekerja sama dengan jasa transporter untuk dikirim
kepada pihak ke 3.
Pengolahan Limbah
Pembuangan Akhir
Intern Instansi
Perusahaan : Pemerintahan :
Dept. Lingkungan Kementrian
& K3 Lingkungan Hidup
Kegiatan
Pengolahan
Limbah B3
Kualitas
No. Parameter
Baik Cukup Kurang
1 Inventarisasi dan identifikasi
2 Reduksi limbah
Pengemasan dan
3 pengumpulan di area
produksi
4 Penyimpanan sementara
V-29
Rantai akhir dalam system ini adalah pengolahan dan disposal limbah .
pada umumnya pengolahan limbah bersasaran untuk merubah karakteristik dan
komposisi limbah agar tidak berbahaya bagi lingkungan lagi. Proses tersebut
mengunakan teknologi yang sesuai baik secara fisika , kimia maupun biologi .
Rantai pengelolaan yang paling akhir adalah penimbunan limbah B3 yang tidak
dapat diolah atau dimanfaatkan kembali yang harus dikubur dalam landfill limbah
B3 dengan system pelapis dasar.
VI-1
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami dapat dari hasil pengamatan lapangan yang
dilakukan tentang pengelolaan Limbah B3 PT. Petrokimia Gresik yang
dibandingkan dengan peraturan – peraturan yang berlaku , adalah :
VI-1
VI-2
6.2 SARAN
Setelah melakukan telaah dan kajian dari hasil pengamatan di lapangan
selama kerja praktek di PT Petrokimia Gresik, masih terdapat aspek yang perlu
perhatian dan perbaikan lebih lanjut, sehingga dari beberapa hal tersebut dapat
dibuat beberapa masukan untuk sistem pengelolaan limbah B3 di PT Petrokimia
Gresik.
1. Perlu dilakukan penertiban dokumentasi limbah B3 yang keluar masuk
TPS agar data-data hasil dan pendayagunaan limbah B3 di Petrokimia
Gresik dapat tercatat secara rapi dan jelas.
2. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih intens pada TPS limbah B3, agar
tidak terjadi penyalahgunaan fungsi tempat seperti yang terjadi di TPS II
yang dijadikan gudang sementara untuk meletakan berbagai alat mekanik
pabrik.
VI-2
VI-3
3. Perlu penkondisian lebih lanjut terkait dengan fasilitas TPS yang masih
belum terpenuhi.
VI-3