Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LIMBAH B3

Oleh:
Melsin 2010008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA


YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
yang berjudul “Pengolahan Sampah Dan Limbah B3” dapat tersusun dengan baik. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan tugas pada Mata Kuliah Pengolahan
Sampah Dan Limbah B3 oleh salah satu Dosen kami.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar, 15 January 2023

Naomi Palebangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut
berlangsung.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,
cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau
berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang
berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu
atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lainlain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Sampah dan Limbah B3
2. Akibat Sampah dan Limbah B3 bagi Manusia
3. Bagaimana Teknologi Pengolahan Sampah Dan Limbah B3
4. Metode Penanganan Limbah B3
5. Metode Pembuangan Limbah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Sampah dan Limbah B3
2. Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia
3. Dapat menjelaskan teknologi dalam Pengolahan Limbah B3
4. Mengetahui Penanganan Limbah B3
5. Mengetahui Metode Pembuangan Limbah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sampah dan Limbah B3

1. Pengertian
a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah seringkali mengacu kepada material sisa yang tidak diinginkan atau
tidak bermanfaat bagi manusia setelah berakhirnya suatu kegiatan atau proses domestik.
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika
dikelola dengan prosedur yang benar (Nugroho 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra 2007). Undang-Undang
Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat (RI 2008).
Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai
atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang.

b. Limbah B3
Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena
itu, pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat
dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan,
dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya. Limbah B3
bukan hanya dapat dihasilkan dari kegiatan industri. Kegiatan rumah tangga juga
menghasilkan beberapa limbah jenis ini. Beberapa contoh limbah B3 yang dihasilkan
rumah tangga domestik) di antaranya bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian,
deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai,
pengkilat kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu
baterai.

2. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,
pengemasan, dll.
Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan
yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.

3. Jenis-jenis Sampah dan Limbah B3


a. Sampah Organik
Sampah organik disebut sampah basah (garbage), karena sebagian besar cukup banyak
mengandung air. Sampah rumah tangga termasuk sebagian besar contoh bahan
organik.Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah terurai melalui proses
alami. Artinya, terurainya sampah organik bisa terjadi tanpa adanya campur tangan
manusia.
Sampah organik mudah diuraikan, karena sampah organik bisa didegradasi oleh
mikroba (bakteri pembusuk) atau bersifat biodegradable. Oleh sebab itu, sampah
organik sering dimanfaatkan menjadi kompos maupun pupuk organik cair.
Contoh sampah organik seperti sisa-sisa makanan, dedaunan, sisa buayh dan sayur,
kotoran hewan, kayu, dll.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati, baik
berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.
Sampah Anorganik juga adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit terurai.
Sampah anorganik yang tertimbun di tanah dapat menyebabkan pencemaran tanah.
Contoh sampah anorganik yaitu bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng.
c. Sampah Limbah B3
Merupakan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri, pertambangan dan sebagainya yang terkontaminasi zat
atau energi dan komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup,
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
Contoh : Deterjen dan pemutih pakaian, pembasi serangga, hair spray, batu baterai, oli
bekas dan semacamnya.
B. Akibat Sampah dan Limbah B3 bagi Manusia
Sampah dan Limbah B3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang
membahayakan. Hal ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita
tinggal, sehingga tanpa menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam
kesempatan ini mendapatkan sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang
cukup menarik di dalam mengenai akibat langsung dari sampah dan limbah B3 tersebut.
1. Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai
penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota
pesisir Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung
tujuh bulan, yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa
ke dalam perairan ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat
kering. Berbagai penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan
laut dan air yang mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan
Medan. Gejala keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah
dan teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas
penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otototot
lenyap. Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi
membengkak, dan diare terdapat secara meluas. Kematian terjadi infeksi sekunder
maupun kelemahan yang semakin parah.

2. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil
Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan
Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam
tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di
dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas.
Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun
titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.
Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung,
kasus keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang.
Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun.
Penyakit tersebut kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat
nyeri yang diikuti oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang
punggung yang multiple kematian dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.

Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat membahayakan
walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan penyakt
syphilis atau raja singa. Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin kebanyakan
mengutip dari uraian buku yang penulis dapat tetapi setidaknya dengan adanya
uraian tersebut dapat memberikan uraian yang cukup mengenai akibat dari Limbah
B-3 yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu diidam-idamkan masyarakat
selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk kepentingan uang semata, dimana
masyarakat merasa tidak peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan mungkin
menurut mereka sudah bisa makan sehari saja merupakan berkah tak ternilai. Hal
itu dikarenakan edukasi yang kurang yang diberikan oleh pihak yang seharusnya
memberikan informasi bahwa dalam bekerja kesehatan itu penting.

C. Teknologi Pengolahan Sampah Dan Limbah B3


Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan
incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah:
Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
Mendestruksi organisme pathogen
Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai
ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan
dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: a.
Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada
tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada
dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada
tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan
centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada
tahapan awal ini.
b. Treatment, stabilization, andconditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim
dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning,
anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation,
chemical conditioning, dan elutriation.

c. De-wateringanddrying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada
tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah
drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press. d. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atau injection well.

2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga
dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat
didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)
dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai
proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses
tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi
enam golongan, yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah
metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai
solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkanKep03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan
solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya
memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak
kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun,
insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen
limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu,
insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.

D. Metode Penanganan Limbah B3


1. Metode Pengolahan secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau
senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk
memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah,
sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan
tambahan dengan tujuan menurunkan kadar migrasi bahan pencemar dari limbah serta
untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut
seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan
yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan
bahan termoplastik.

2. Metode Pengolahan secara Fisik


Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan
terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien
dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendapkan partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

- Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung


seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya.
Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (
klarifikasi ) atau pemekatan endapan lumpur ( pengentalan lumpur ) dengan
memberikan aliran udara ke atas ( flotasi udara ).
- Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
menyelubungi proses adsorpsi atau proses reverse osmosis –nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam
air agar tidak mengganggu proses adsorpsi atau menyumbat membran yang tersedia
dalam proses osmosa.
- Proses adsorpsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama
jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
- Teknologi membran ( reverse osmosis ) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali
air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
- Penguapan pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur
dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Penguapan
berdasarkan sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa
lainnya.
- Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume
limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar
gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi
bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi
senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar
sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan syarat teknis
pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi
insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah
yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara
untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini bukan solusi terakhir
dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan
limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.

3. Metode Pengolahan secara Biologi


Proses pengolahan limbah B3 secara biologis yang berkembang menjadi dewasa saat
ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai limbah
B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan
mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat
bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan
lebih murah dibandingkan bahan kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih
memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup.

E. Metode Pembuangan Limbah


1. Sumur Dalam atau Sumur Injeksi ( deep well injection )

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan menerapkan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah
B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak mencemari tanah maupun air.
2. Injeksi Gambar Sumur
Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih menimbulkan kontroversi dan masih
diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data
menunjukkan bahwa pembuatan sumur yang diinjeksi di Amerika Serikat paling
banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang
dibangun setelah tahun 1980.
Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke
dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki
kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan
menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan
dalam pemilihan tempat adalah strktur dan stabilitas geologi serta hidrogeologi wilayah
setempat.

a. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundment


Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus
bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air menguap limbah, senyawa B3 akan tercapai dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan
pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.

b. Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfill


Limbah B3 dapat ditimbun di TPA , namun harus dengan pengamanan tingkat
tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill , limbah B3 dimasukkan ke dalam
drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk
mencegah pencemaran limbah B3. TPA harus dilengkapi peralatan monitoring
yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau.
Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3
yang efektif. Metode secure landfill merupakan metode yang memiliki biaya
operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan
solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :

Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang penting
dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah
menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut

Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori yaitu:
(1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan
susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan
system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis dapat
menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek mutagenik (pendorong
mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem
reproduksi.

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di
antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

B. Saran

Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari kesempurnaan, karena
masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya materi yang dikutip atau
disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga makalah ini dapat lebih
disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-materinya lagi,sehingga
makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi.

Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan
Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut tentunya dapat
menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila
dampak dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua
orang yang akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak
termasuk mungkin diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/2012/10/11/limbah-b3-bahan-berbahaya-beracunmakalah/

https://bogorkab.go.id/post/detail/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-
beracunb3#:~:text=Pengelolaan%20Limbah%20B3%20merupakan%20salah,Pengumpul%20
Limbah%20B3

https://multihanna.co.id/jenis-jenis-sampah-dan-penjelasannya/

Anda mungkin juga menyukai