PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kasus-kasus pencemaran limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) di Indonesia.
2. Mengetahui teknik pengolahan limbah berbahaya dan beracun (B3).
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah “Kasus Pencemaran limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3)” adalah:
1. Dapat mengetahui kasus-kasus limbah B3 yang di wilayah Indonesia.
2. Dapat mengetahui cara pengelolaan limbah B3 yang benar..
3. Dapat meningkatkan kepedulian segala pihak terhadap lingkumgan
BAB II
ISI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan
debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun
tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak,
misalnya sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Suatu bahan yang termasuk
limbah B3 dapat diketahui secara pasti melalui uji dengan toksilogi. uji
toksikologi limbah dilakukan melalui 2 tahap, yaitu LD50 untuk menentukan sifat
akut limbah dan penentuan sifat kronis. Selain itu, bahan juga dapat dikategorikan
limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik limbah B3.
Sungai Citarum di Jawa Barat, Indonesia adalah salah satu dari sungai yang paling
tercemar di negara ini. Sungai Citarum memiliki peran penting dalam
pembangunan ekonomi, tidak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya
tetapi juga bagi mereka yang tinggal ribuan km jauhnya disana. Citarum
merupakan sumber pasokan air minum bagi Provinsi padat penduduk Jawa Barat
dan Ibukota Jakarta. Daerah aliran sungai Citarum didominasi oleh sektor industri
manufaktur seperti tekstil, kimia, kertas, kulit, logam/elektroplating, farmasi,
produk makanan dan minuman, dan lainnya. Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah Jawa Barat (BPLHD Jabar) telah mengkonfirmasi bahwa limbah
industri jauh lebih intens dalam hal konsentrasi dan mengandung bahan-bahan
berbahaya. Sebanyak 48% industri yang diamati, rata-rata pembuangan limbahnya
10 kali melampaui baku mutu yang telah ditetapkan.
Kontaminasi bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun industri
dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Perhatian utama diberikan pada bahan kimia
beracun yang ditemukan di sungai, yaitu logam berat. Logam berat merupakan
elemen yang tidak dapat terurai (persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai
makanan (bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang merugikan pada
makhluk hidup.
Sebuah investigasi mengenai bioakumulasi mengungkapkan bahwa logam
berat seperti kadmium (Cd), tembaga (Cu), nikel (Ni), dan timbal (Pb) ditemukan
dalam kadar yang tinggi pada dua spesies ikan yang biasa dimakan, Oreochromis
nilotica dan Hampala macrolepidota.
Indonesia bukanlah negara satu-satunya yang sedang berjuang dengan
masalah ini. Perpindahan industri secara global dari ‘global utara’ ke ‘global
selatan’ membawa serta bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun bersamanya.
Greenpeace mengungkap kaitan antara pabrik-pabrik yang menyebabkan
pencemaran air dengan bahan-bahan kimia berbahaya di sungai-sungai di Cina
(Yangtze River Delta, Pearl River Delta) dengan banyak merek pakaian ternama
di dunia. Thailand (Sungai Chaopraya) dan Filipina (Danau Laguna) juga
melaporkan kejadian serupa pada sumber air ikonik mereka. Greenpeace secara
global menyerukan kepada pemerintah dan industri untuk berkomitmen mencapai
“Nol Pembuangan” (bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun) dalam satu
generasi.
Kontaminan Organik
Sangat penting dipahami bahwa aktivitas industri tekstil juga
merupakan penyumbang bahan organik yang sangat besar. Meskipun di
badan air bergabung dengan buangan dari kegiatan domestik, buangan
limbah cair industri tekstil yang mengandung bahan organic yang tinggi
turut memperburuk kualitas air sungai. Pada titik-titik sampling di sekitar
kawasan industri tekstil, nilai Biochemical oxygen demand (BOD) dan
chemical oxygen demand (COD) sangat tinggi melebihi baku mutu untuk
semua kelas air.
Dampak dari kontaminasi bahan organik sangat buruk, sebab
bahan-bahan organic mengkonsumi oksigen sampai pada level yang
mungkin membahayakan kehidupan organisme perairan. Organisme
konsumen seperti ikan-ikan, makroinvertebrata, dan zooplankton mungkin
tidak dapat bertahan pada kondisi oksigen terlarut yang rendah. Dengan
kata lain, kontaminasi bahan organik mengancam biodiversitas air.
Tabel 2.5 Kontaminasi logam berat pada Sungai Citarum Banyak kajian mengenai
toksisitas logam berat menunjukkan bahwa logam berat
Keterangan:
BM adalah Baku Mutu – diitampilkan kriteria mutu air berdasarkan PP. No. 82 thn 2001;
Untuk baku mutu limbah
industri dapat merujuk ke Keputusan Gubernur Jawa barat No. 6 Tahun 1999.
3. Kerugian Materil
4. Kerugian Immateril
c. Rekomendasi Perbaikan
Beberapa rekomendasi perbaikan yang dapat disarankan kepada PT Dong
Woo Environmental Indonesia yang telah mencemari lingkungan masyarakat
adalah antara lain :
1. Tindakan Secara Administrastif
Penanggulangan secara administratif melalui pengimplemtasian
Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Nomor 32 Tahun 2009 yang
telah diberlakukan oleh Pemerintah yang harus dipatuhi oleh PT Dong
Woo Environmental. Selain itu PT Dong Woo juga harus menerapkan
standar baku mutu lingkungan sebelum limbah cair yang telah diolah
dibuang ke lingkungan, sehingga segala bahan buangan yang beracun
perlu pengolahan (treatment) terlebih dahulu sebelum dibuang ke media
lingkungan warga agar dampak terhadap lingkungan dapat dibatasi.
tambahkan ruuuu…
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Agar lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya dan untuk mencegah
atau menanggulangi pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah
B3 perlu diperhatikan cara pengolahannya
DAFTAR PUSTAKA
Ashov, Ahmad B., dan Meutia H. 2012. Bahan Beracun Lepas Kendali. Jawa
Barat: Greenpeace Asia Tenggara