Anda di halaman 1dari 14

Bahan Beracun Berbahaya dan Komunikasi Bahasa K3

MAKALAH
K3 DAN ETIKA PROFESI

Yang dibina oleh


Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd

Disusun oleh:

Ashilah Nurfikriyah Ridwan (220512705313)

Bimo Aristia Subrata (220512709156)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNOLOGI REKAYASA MANUFAKTUR
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah
“Bahan Beracun Berbahaya dan Komunikasi Bahasa K3” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan waktu dan pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Pengantar K3. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan untuk memperluas pengetahuan tentang Bahan Beracun Berbahaya dan
Komunikasi Bahasa K3.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau tidak berbahaya
bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan biasanya hal tersebut umumnya
disebabkan oleh perbuatan manusia.

Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa limbah
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan.(1) Limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun)
bedasarkan PP 101 tahun 2014 pada pasal 1 adalah usaha dan / kegiatan yang
mengandung zat, energi, dan / atau resiko, baik secara langsung, dapat mencemarkan
dan / atau merusak lingkungan hidup, dan / atau lingkungan hidup, kesehatan, dan hidup
manusia.(2) Bedasarkan bahaya yang ditimbulkan, sifat limbah B3dikelompokkan
menjadi bahan beracun, bahan oksidator, bahan korosif, bahan yang reaktif terhadap air,
bahan mudah terbakar, bahan eksplosif, gas bertekan, bahan reaktif terhadap asam, serta
logam berat. Akibat yang ditimbukan dari bahan beracun ini dapat berupa gangguan pada
syaraf, gangguan pada hati dan ginjal, sesak nafas, gangguan paru-paru, serta
leukimia.Bahaya yang disebabkan dari bahan oksidator dapat menimbulkan kebakaran
karena zat ini sendiri bisa menghasilkan oksigen, bahan korosif bisa menimbulkan
bahaya jika kontak dengan kulit, merusak alat pernafasan.

Lain halnya dengan bahan yang reaktif terhadap air akan mengeluarkan panas dan mudah
terbakar, selain itu bahan yang mudah terbakar tentu akan menimbulkan kerusakan yang
besar (kebakaran), gas bertekanan mempunyai bahaya yang bersifat racun, aspiksian,
korosif dan muda terbakar. Bahan yang reaktif terhadap asam menghasilkan panas dan
gas yang mudah terbakar atau gas beracun dan korosif serta eksplosif.Bahan radioaktif
memiliki bahaya terkait dengan sinar radiasinya, radiasi ini apabila masuk kedalam tubuh
dapat menimbulkan efek somatik dan genetik.Efek somatik yang dimaksud bersifat akut
dan bisa juga sifat kronis, serta yang terakhir adalah logam berat, pengaruh logam berat
terhadap kesehatan adalah menghambat pembentukkan hemoglobin, ganguan syaraf, batu
ginjal, anemia.(3) Dampak yang ditimbulkan oleh limbah B3 yang langsung saja dibuang
kelingkungan dan tanpa melakukann proses pengelolaan sangatlah besar dan dapat
bersifat akumulatif. Sehingga dampak tersebut bersifat berantai mengikuti proses
pengangkutan (sirkulasi) bahan dan jarringjaring rantai makanan. Mengingat besarnya
resiko yang ditimbulkan tersebut maka pemerintahan telah berusaha untuk mengelola
limbah B3 secara menyeluruh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa dasar hukum yang mengatur tentang B3?
2. Siapa saja pengelola, pelaksana, pembina, pengawas B3?
3. Apa itu MSDS dan cara penggunaannya?
4. Apa itu komunikasi bahaya, tujuan dan tata caranya?
5. Apa saja standar tanda,gambar dan tulisan komunikasi bahaya?
6. Apa itu media dan tata cara komunikasi bahaya

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang B3
2. Mengetahui pengelola, pelaksana, pembina, pengawas B3
3. Mengetahui apa itu MSDS dan cara penggunaannya
4. Mengetahui komunikasi bahaya, tujuan dan tata caranya
5. Mengetahui standar tanda,gambar dan tulisan komunikasi bahaya
6. Mengetahui media dan tata cara komunikasi bahaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASARAN HUKUM
1. Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (7) dan Pasal 61 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
2. Mengingat :
i. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
ii. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)

B. PENGERTIAN

1. Pengertian Limbah B3

Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena itu, pengertian
limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan konsentrasinya
mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup
manusia serta organisme lainya. Limbah B3 bukan hanya dapat dihasilkan dari kegiatan industri.
Kegiatan rumah tangga juga menghasilkan beberapa limbah jenis ini. Beberapa contoh limbah
B3 yang dihasilkan rumah tangga domestik) di antaranya bekas pengharum ruangan, pemutih
pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai,
pengkilat kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu baterai.
Pemerintah juga membuat peraturan tentang pengelolaan Limbah bahan berbahaya dan beracun
tertera pada PP No. 101 Tahun 2014 dan diganti PP No. 22 Tahun 2021 yang ditekan oleh
Presiden RI Joko Widodo pada 2 Februari 2021.

2. Jenis Limbah B3

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari proses utama,
melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian,
pengemasan dan lain-lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu industri (kegiatan
utama).
3. Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak diduga, misalnya
prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
3. Sifat dan Klasifikasi Limbah B3

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia memiliki sifat-sifat tertentu,
di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah menyala, mengandung racun, bersifat
korosifmenyebabkan iritasi, atau menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti karsinogenik,
mutagenik,dsb.

a. Mudah meledak (explosive)

Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak
karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia
sederhana. Limbah ini sangat berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga
pembuangannya karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa diduga-duga. Adapun contoh
limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya limbah bahan eksplosif dan limbah
laboratorium seperti asam prikat.

b.Pengoksidasi (oxidizing)

Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena teroksidasi sehingga
menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya. Limbah ini jika tidak ditangani dengan
serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Contoh limbah b3 dengan sifat
pengoksidasi misalnya kaporit.

c. Mudah menyala (flammable)

Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang dapat terbakar karena
kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya meski dalam suhu dan tekanan standar.
Contoh limbah B3 yang mudah menyala misalnya pelarut benzena, pelarut toluena atau pelarut
aseton yang berasal dari industri cat, tinta, pembersihan logam, dan laboratorium kimia.

e. Beracun (moderately toxic)

Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang bersifat racun bagi
manusia atau hewan, sehingga menyebabkan keracunan, sakit, atau kematian baik melalui kontak
pernafasan, kulit, maupun mulut. Contoh limbah b3 ini adalah limbah pertanian seperti buangan
pestisida.

f. Berbahaya (harmful)

Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun gas yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun
oral.
g. Korosif (corrosive)

Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat menyebabkan iritasi pada
kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja, mempunyai pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥
12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang
digunakan dalam industri baja, limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih
sodium hidroksida pada industri logam.

h. Bersifat iritasi (irritant)

Limbah yang dapat menyebabkan iritasi adalah limbah yang menimbulkan sensitasi pada kulit,
peradangan, maupun menyebabkan iritasi pernapasan, pusing, dan mengantuk bila terhirup.
Contoh limbah ini adalah asam formiat yang dihasilkan dari industri karet.

i. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Limbah dengan karakteristik ini adalah limbah yang dapat menyebabkan kerusakan pada
lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau Chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari
mesin pendingin

j. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik (mutagenic)

Limbah karsinogenik adalah limbah yang dapat menyebabkan timbulnya sel kanker, teratogenik
adalah limbah yang mempengaruhi pembentukan embrio, sedangkan limbah mutagenik adalah
limbah yang dapat menyebabkan perubahan kromosom.

C. Pembinaan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Tujuan pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 antara lain untuk
memasyarakatkan peraturan pengelolaan limbah B3, meningkatkan ketaatan pengelolaan
limbah B3, meningkatkan kinerja pengelolaan limbah B3, dan tercegahnya pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh masing-
masing instansi pembina yang dikoordinasikan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD). Untuk kelancaran pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
maka dibentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Biaya yang dibutuhkan dalam pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan
limbah B3 dibebankan pada APBD dan sumber biaya lainnya yang sah dan tidak
mengikat.
Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan dalam peraturan ini dikenakan
sanksi administrasi berupa : teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara
kegiatan, dan pencabutan izin.
D. HOMEPAGE / KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA
(K3) / KOMUNIKASI BAHAYA (HAZARD COMMUNICATION)

Komunikasi Bahaya (Hazard Communication) – Komunikasi bahaya atau hazard


communication adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda atau area
mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu. Dengan adanya petunjuk terhadap bahaya
tersebut maka setiap orang yang akan melakukan pekerjaan dengan alat atau bahan yang
berbahaya tersebut atau bekerja pada area berbahaya tersebut dapat mengantisipasi
dengan langkah-langkah pencegahan atau preventif seperti alat perlindungan diri yang
sesuai.
Dasar hukum dari komunikasi bahaya atauhazard communication terdapat pada UU No.
1/1970 pasal 9 ayat 1 yang menyatakan telah menjdi syarat dan kewajiban perusahaan
untuk mengkomunikasikan bahaya ditempat kerja kepada pekerja/karyawan. Komunikasi
ini mencakup: 1) kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul pada tempat
kerja; Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; 4) Cara-cara dan
sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Lebih jauh di syaratkan dalam standar sistem manajemen K3 (OHSAS 18001), pasal
4.4.2 selain apa yang disyaratkan di UU no.1/1970, juga komunikasi ini mencakup
awareness atau kesadaran dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan
konsekuensi jika tidak menjalankan prosedur kerja yang ada termasuk apa yang harus
dilakukan dalam kondisi darurat.

Tujuan Komunikasi Bahaya adalah:


1. Melindungi Keselamatan dan Kesehatan pekerja, kontraktor, tanus-tamu perusahaan
2. Menyelenggarakan praktek sehat dan selamat
3. Memberikan informasi serta cara pencegahannya
4. Mengidentifikasi dan mengendalikan efek bahaya dari bahan kimia tersebut
Sesuai pasal 2 Kep. Menaker 187/MEN/1999, apabila pengurus menggunakan, menyimpan, memakai,
memnproduksi dan mengangkut bahan kima wajib melengkapi dengan MSDS dan Lebel Kimia. Sesuai
Kepmenaker tersebut Bahan Kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia, fisika atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi atau
lingkungan.
Pada dasarnya bahan kimaia berbahaya terdiri dari bahan beracun, bahan reaktif, bahan mudah meledak,
bahan oksidaor , cairan serta gas yang mudah terbakar.
Manfaat Penerapan Komunikasi Bahaya
Manfaat yang dapat dirasakan adalah:

1. Memudahkan mengetahui kandungan bahaya dalam suatu bahan atau area


2. Penanganan bahan berbahaya tersebut dapat dilakukan dengan tepat sesuai jenis bahan yang
bersangkutan
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri yang sesuai
4. Dapat dengan cepat mengetahui langkah-langkah pengobatan jika terkena bahan.
5. Penggunaan media pemadam yang sesuai dengan bahan .

MSDS (Material Safety Data Sheet)


MSDS adalah suatu sumber informasi yang komprehensif yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan serta
karyawan yang bersangkutan dalam menangani atau mengelola material tersebut. Pada umumnya
informasi. Bagian – Bagian Dalam MSDS Informasi apa yang terdapat dalam MSDS?
1. Informasi Perusahaan
2. Kandungan Bahaya
3. Data Fisik
4. Data Bahaya Api dan Ledakan
5. Data Bahaya Kesehatan
6. Reaktivitas
7. Prosedur kebocoran atau tumpahan
8. Informasi pencegahan khusus
9. Petunjuk khusus

E. STANDAR TANDA,GAMBAR DAN TULISAN KOMUNIKASI BAHAYA

 STANDAR ANSI Z535

Enam sub komite dibuat dan diberi tugas untuk memperbarui standar Z53 dan Z35. Berikut enam
standar dari seri ANSI Z535:
1. ANSI Z535.1: Safety Color Code (terbaru tahun 2017)
2. ANSI Z535.2: Environmental and Facility Safety Signs (terbaru tahun 2011-R2017)
3. ANSI Z535.3: Criteria for Safety Symbols (terbaru tahun 2011-R2017)
4. ANSI Z535.4: Product Safety Signs and Labels (terbaru tahun 2011-R2017)
5. ANSI Z535.5: Safety Tags and Barricade Tapes (for Temporary Hazards) (terbaru tahun
2011-R2017)
6. ANSI Z535.6: Product Safety Information in Product Manuals, Instructions, and Other
Collateral Materials (terbaru tahun 2011-R2017)
 STANDAR BS ISO 3864
BS ISO 3864 adalah standar mengenai penerapan tanda keselamatan
1. BS ISO 3864-1 Graphical symbols — Safety colours and safety signs—Part 1: Design
principles for safety signs and safety markings
2. BS ISO 3864-2 Graphical symbols — Safety colours and safety signs—Part 2: Design
principles for product safety labels
3. BS ISO 3864-3 Graphical symbols — Safety colours and safety signs — Part 3: Design
principles for graphical symbols for use in safety signs
4. BS ISO 3864-4 Graphical symbols — Safety colours and safety signs—Part 4:
Colorimetric and photometric properties of safety sign material

F. MEDIA DAN TATACARA KOMUNIKASI BAHAYA


Cara Mengkomunikasikan Bahaya
Ada beberapa cara dalam komunikasi bahaya, diantaranya yaitu :
1. Lisan dengan cara training atau pemberitahuan, kelemahannya adalah kurang
efektif karena orang mudah lupa.
2. Tulisan, dapat berupa MSDS serta Poster.
3. Visual, berupa Label, tanda, serta rambu.

Dari standar OSHA/ANSI versi


sebelumnya, terdapat beberapa komponen
baru di dalam standar rambu ini :

Gambar timeline perubahan standar dalam


rambu k3
Simbol Peringatan Keselamatan
Gambar flowchart pemilihan Kata Sinyal (signal word) untuk Rambu K3 versi OSHA/ANSI

Menunjukkan bahwa terdapat potensi cidera bagi orang. Hanya digunakan pada rambu
“BAHAYA”, “PERINGATAN”, dan “WASPADA”.

Kata Sinyal untuk Menyampaikan Pesan


Peringatan Keselamatan dan Bahaya
Kata “DANGER” (BAHAYA)

BAHAYA

Kata “WARNING” (PERINGATAN)

PERINGATAN

Kata “CAUTION” (WASPADA)

WASPADA

Kata “NOTICE” (PEMBERITAHUAN)


PEMBERITAHUAN

Kata “INSTRUKSI KESELAMATAN”

INSTRUKSI KESELAMATAN

Pictogram / Simbol Rambu K3

SIMBOL

Pesan Keselamatan Rambu K3

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas  dapat disimpulan sebagai berikut :

 Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang
penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya
malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut

 Komunikasi Bahaya(hazard communication) adalah suatu cara untuk menunjukkan


bahwasuatubendaatau area mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu. Dengan adany
a petunjuk terhadap bahaya tersebut maka setiap orang yang akan melakukan pekerjaan
denganalatatau bahan berbahaya tersebut atau bekerja pada area berbahaya tersebut dapat
mengantisipasi dengan langkahlangkah pencegahan atau preventif, seperti alat perlindung
an diri yangsesuai.

 MSDS adalah suatu sumber informasi yang komprehensif yang dapat dimanfaatkan oleh


perusahaan serta karyawan yang bersangkutan dalam menangani atau
mengelola material tersebut. Pada umumnya informasi mengenai
bahaya dan pencegahannya harus lebih difokuskan

3.2. Saran

Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari kesempurnaan, karena
masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya materi yang dikutip atau
disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga makalah ini dapat lebih
disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-materinya lagi,sehingga makalah
ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi.

Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan
Beracun,dan juga komunikasi bahaya K3 maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal
tersebut tentunya dapat menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita
semua, karena apabila dampak dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya
satu ataupun dua orang yang akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap
orang banyak termasuk mungkin diri kita sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
http://www.ampl.or.id/digilib/read/pembinaan-dan-pengawasan-pengelolaan-limbah-bahan-
berbahaya-dan-beracun/47529
https://safetysignindonesia.id/mengenal-standar-ansi-z535-dan-bs-iso-3864-apa-saja-
perbedaannya/
https://datapolis.id/apakah-rambu-ditempat-kerja-sesuai-standar-npfa-osha-ansi-iso/
https://anakkatiga.blogspot.com/2021/01/komunikasi-bahaya-hazard-communication.html
https://nuruddinmh.wordpress.com/2012/04/01/komunikasi-bahaya-kimia-di-tempat-kerja/

Anda mungkin juga menyukai