Anda di halaman 1dari 21

漢 サン PGSD

Selasa, 15 Januari 2013

Makalah PLH : Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada berbagai kegiatan antara lain
kegiatan perindustrian, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga dapat dipastikan akan menghasilkan
limbah B3. Limbah tersebut akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun
kesehatan manusia bila tidak dikelola dengan benar. Keberadaan limbah B3 sebagian besar memang
berasal dari sektor industri, namun limbah B3 dari sektor domestik atau yang disebut dengan sampah B3
permukiman juga perlu mendapat perhatian. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah
B3, adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena
sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan merusakkan lingkungan hidup, sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Peraturan Pemerintah No. 18 Pasal 1 Tahun
1999).

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik dari bahan kimia B3?

2. Bagaimana efek limbah B3 terhadap kesehatan manusia?

3. Bersumber darimanakah limbah B3?

4. Bagaimana hukum dalam penanganan B3?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik dari bahan kimia B3.

2. Untuk mengetahui efek limbah B3 terhadap kesehatan manusia.

3. Untuk mengetahui sumber limbah B3.

4. Untuk mengetahui hukum dalam penanganan B3.

BAB II

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

A. Karakteristik Bahan Kimia

Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Bahan Kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (Pasal 5 ayat 1 Pemerintah) sebagai
berikut:

1. Mudah meledak (explosive).

2. Pengoksidasi (oxidizing).

3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable).

4. Sangat mudah menyala (highly flammable).

5. Amat sangat beracun (highly flammable ).

6. Sangat beracun (highly beracun).

7. Beracun (mederately toxic).

8. Korosif (corrosive).

9. Bersifat Iritasi (irritant).

10. Berbahaya bagi lingkungan(dangerous to the environment).


11. Karsinogenik (carcinogenic).

12. Teratogenik (teratogenic).

13. Mutagenik (mutagenic).

Untuk mendeteksi kandungan B3 dalam limbah dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji
kualitatif adalah Screening test atau Fingerprint test. Uji kualitatif ini untuk mengetahui karakteristik
suatu limbah dengan maksud untuk mengantisipasi langkah-langkah dan penanganan limbah tersebut
serta untuk membedakan/mengidentifikasi suatu jenis limbah dengan limbah lainnya. Uraian beberapa
parameter dalam Screening test / Fingerprint test yang dapat dijadikan indikasi awal karakteristik limbah
B3 dijelaskan sebagai berikut:

1. pH

Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang lebih sama dengan 12,5, maka
limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai golongan limbah B3 karena bersifat korosif.

2. Reaktifitas Air

Reaktifitas air ini merupakan suatu parameter untuk menguji reaktifitas menggunakan air. Suatu limbah
dapat dinyatakan bersifat reaktif apabila dalam pengujiannya terjadi gejala-gejala seperti adanya
pelepasan gas, terbentuknya emulsi, perubahan temperatur dan lain-lain.

3. Pengoksidasi

Dalam pengujian pengoksidasi ini apabila suatu limbah menunjukan adanya kandungan senyawa oksidan
(oksidan positif), maka dapat diambil kesimpulan bahwa limbah tersebut mempunyai indikasi sebagai
limbah B3. Karena apabila senyawa oksidan bercampur dengan senyawa organik dapat bereaksi secara
spontan menghasilkan panas, gas atau bahkan menimbulkan ledakan.

4. Mudah Terbakar

Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah mudah meledak atau mudah
terbakar. Sehingga ketika suatu limbah didekatkan pada suatu nyala api , apabila sampel langsung
terbakar maka dapat diindintikasi limbah tersebut memiliki karakteristik mudah terbakar.

5. Kandungan Amonia

Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun. Apabila suatu limbah
mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam
limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu basa maka akan bersifat reaktif.

6. Kandungan Sianida
Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu
limbah mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan
termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.

7. Kandungan Sulfida

Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu limbah mengandung sianida
positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3,
karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.

Limbah B3 memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, dan limbah tersebut bisa berupa gas, cair, cair
ataupun padat dengan karakteristik yang berbeda.

Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai beberapa sifat berikut : 1) limbah
yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. 2) limbah
yang dapat bereaksi hebat dengan air. 3) apabila tercampur air akan meledak, menghasilkan gas, uap,
asap beracun yang membahayakan bagi manusia dan lingkungan. 4) limbah sianida, sulfida, atau
amoniak yang dapat membahayakan kesehatan manusia. 5) limbah yang mudah meledak atau bereaksi
pada suhu dan tekanan standar (25˚C,760 mmHG). 6) limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepas/menerima oksigen.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat beracun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit, atau mulut. Limbah yang menyebabkan infeksi ialah bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau
limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah yang bersifat korosif adalah
limbah yang bersifat : 1) menyebabkan iritasi pada kulit. 2) menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35mm/tahun dengan temperatur 55˚C. 3) mempunyai
pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5 untuk bersifat basa.

B. Sumber Limbah B3

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 1 PP 85/1999) yaitu limbah B3
yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.

2. Limbah B3 dari sumber spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 2 PP 85/1999) yaitu sisa proses suatu
industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi (sebagaimana lampiran I tabel 3 PP 85/1999).

C. Dampak B3 terhadap Kesehatan Manusia

Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan / biota yang mempengaruhi
secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak teratur. Limbah B3 meracuni
makhluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan organisme (tumbuhan, hewan dan
manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.

Limbah B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan,
kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut dan kronis) bagi manusia. Zat
toksik (racun) yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh manusia melalui :

a. Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai peredaran darah.

b. Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran darah.

c. Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah.

d. Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.

Dampak limbah B3 terhadap kesehatan manusia salah satu contohnya yaitu kasus Penyakit Minamata :
Dipinggir teluk Minamata di Jepang bermukim rakyat nelayan. Para nelayan rupanya telah terbiasa
mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk tersebut. Akan tetapi teluk tersebut sudah tercemar limbah,
yang diakibatkan oleh beberapa industri membuang limbah ke teluk Minamata. Para ahli kimia pabrik
mengatakan bahwa limbah pabrik mengandung methylmercury yang tidak berbahaya, namun
kenyataannya fitoplankton, zooplankton dan ikan yang ada di teluk tetap hidup. Namun, setelah
terakumulasinya methylmercury sekitar 10 tahun, tanpa disadari telah berlipat ganda ribuan kali
mercury di dalam tubuh nelayan. Karena methylmercury termasuk logam berat, maka akan
menimbulkan dampak kesehatan yaitu keturunan dari nelayan yang telah mengkonsumsi ikan dari teluk
Minamata mengalami cacat jasmani dan mental. Jadi penyakit sejenis penyakit Minamata dapat terjadi
dimana saja, melalui proses akumulasi dan penggandaan biologik.

D. Toksikologi Limbah B3

Menurut PP No. 85 tahun 1999, selain berdasarkan sumber dan uji karakteristik, suatu limbah B3 dapat
juga diidentifikasi berdasarkan uji toksikologi. Uji toksikologi digunakan untuk mengetahui sifat akut atau
kronik limbah yang dimaksud. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur
hubungan dosis - respons antara limbah dengan kematian hewan uji, untuk menetapkan nilai LD50.
LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat Badan) yang dapat menghasilkan 50%
respons kematian pada populasi hewan uji. Nilai tersebut diperoleh dari analisis data secara grafis dan
atau statistik terhadap hasil uji hayati tersebut. Sifat kronis limbah B3 (toksik, mutagenik, karsinogenik,
teratogenik) ditentukan dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam limbah
dengan cara mencocokkan zat pencemar tersebut dengan lampiran III PP 85/1999.

E. Hukum dalam Penanganan Limbah B3

Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar meningkat. Dengan
beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi kasus-kasus kecelakaan, keracunan, atau
gangguan kesehatan serta lingkungan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : penanganan
dan penggunaan pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran bahan kimia berbahaya yang sudah
dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan dan penandaan (simbol/label yang tidak
memadai), sistem penyimpanan yang tidak memenuhi persyaratan teknis.

Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 yang baik dan benar.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan,
pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil
pengolahan tersebut (PP No.18 & 85 tahun 1999). Dengan Pengolahan limbah sebagaimana tersebut di
atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai
penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi.

Penanganan limbah B3 secara umum dapat dilakukan dengan cara, diantaranya :

1. Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku dengan metoda daur ulang
atau recovery.

2. Pembakaran (Insinerator) yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada alat pembakar
khusus.

3. Proses detoksifikasi dan netralisasi dengan mengurangi kadar racun.

4. Penimbunan / penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan dilakukan terhadap limbah


padat dan residu dari proses solidifikasi, sisa dari proses daur ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis,
ter, lumpur padat (sludge) dan berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses lagi.

BAB III

KESIMPULAN
Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan dapat dengan melakukan uji kualitatif
dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif dapat menggunakan parameter pH, reaktifitas air, pengoksidasian,
mudah terbakar, kandungan amonia, kandungan sianida dan kandungan sulfida.

Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga yang dibuang ke
lingkungan sangat berbahaya dan dapat merusak lingkungan. Maka dari hal tersebut tidak hanya
berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah
dampak negatif dari limbah B3, yang salah satu caranya yaitu dengan pengelolaan limbah B3 yang baik
sesuai dengan Peraturan Pemerintah : PP No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999. Dan penanganan limbah B3
harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, guna mencegah
peredaran limbah B3 yang berbahaya ini.

DAFTAR PUSTAKA

Koosbandiah, Hertien Surikarti. (2011). Tosikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati. Bandung : Rizqi
Press.

Anonim. (2010). Pengelolaan limbah B3. [Online]. Tersedia :


http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan.html. [ 20 Maret
2012 ]

Anonim. (2011). Zat-zat Berbahaya dan Beracun. [Online]. Tersedia :


http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan
%20Belajar/Pengetahuan%20Populer/view&id=181&uniq=1477. [ 13 Maret 2012 ]

makalah argonomi
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.

Jumat, 13 Mei 2016

makalah bahan berbahaya dan beracun (B3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Industri merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pembangunan guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia. Akan tetapi kegiatan industri selain berdamapak positif juga dapat berdampak negatif.
Dampak positfnya menghasilkan barang dan jasa, meningkatkan lapangan kerja sedangkan dampak
negatifnya menhasilkan limbah dan pencemaran lingkungan serta dapat merusak sumber daya alam dan
menurunkan kualitas hidup karena lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Untuk itu dalam melakukan
pembangunan industri harus sudah diperhitungkan dampak negatifnya

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak negatif industri antara lain dengan
menganjurkan teknologi bersih, memasang alat pencegah pencemaran, melakukan proses daur ulang,
dan menetapkan wajib pengelolahan limbah bagi industri-industri. Sayangnya upaya-upaya tersebut
belum dapat berjalan secara optimal karena alasan kurang biaya terutama untuk industri-industri kelas
menengah ke bawah (modal kecil) atau karena ketidaktahuan dari pemilik industri.

Berbagai jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke lingkungan
merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk menghindari terjadinya dampak
akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya
pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usaha dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik perlu di buat dan diterapkan suatu sistem manajemen
pengelolaan, terutama pada sektor industri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberlakukan
peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai dasar dalam pelaksanaannya. Dengan
diberlakukannya peraturan tersebut maka hak, kewajiban dan kewenangan dalam pengelolaan limbah
B3 oleh setiap orang/badan usaha maupun organisasi kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh hukum.
Untuk menunjang pelaksanaan program-program tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
menguasai manajemen pengelolaan limbah B3, hak dan kewajiban instansi/badan usaha yang dipimpin
dan kesadaran untuk melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran dan perusakan.

Oleh karena masalah-masalah diatas penulis tertarik untuk membahas tentang pencemaran limabah
bahan berbahaya dan beracun (B3) oleh industri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu apa definisi limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) industri, bagaimana pencegahan dan penanggualangannya?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), dampak pencemaran B3 industri
terhadap lingkungan, pencegahan dan penanggulangannya.

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui definisi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), dampak pencemrannya terhadap
lingkungan, pencegahan serta penanggulangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau Konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah
tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang
bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia

Menurut PP No. 18 tahun 1999,yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Menurut RCRA (RESOURCE CONSERVATION and RECOVERY ACT ) Limbah (Solid) atau gabungan berbagai
limbah yang karena jumlah dan konsentasinya, atau karena karakteristik fisik-kimia-dan ndaya
infeksiusnya bersifat :

· Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak dapat
disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan

· Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan


manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan baik

Sumber Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah B3 menurut sumbernya (PP.05/1999):

1. Sumber Tidak Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 1, PP 85 /1999)


2. Sumber Spesifik (berdasarkan Lampiran I, tabel 2, PP 85/1999)

3. Bahan kimia kadaluarsa; Tumpahan; sisa kemasan; buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi

Gambar 1. Identifikasi Limbah B3

Keterangan :

· Limbah B3 dari sumber tidak spesifik : Limbah B3 yang berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.

· Limbah B3 dari sumber spesifik : Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.

· Limbah B3 dari sumber lain : bahan Kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Berdasarkan Karakteristik Limbah B3

Karakteristik Limbah B3 menurut PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria,
yaitu:

• Mudah meledak

• Mudah terbakar

• Bersifat reaktif

• Beracun

• Menyebabkan infeksi

• Bersifat korosif

2.2 Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri

Ø Jangka Pendek
1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih, berubah
menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat
sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum.

2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang
ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi
berikut.

3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat
kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di
beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.

6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.

Ø Jangka Panjang

Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah cukup lama bahan
pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang ekologik, seperti yang terjadi pada
kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat lebih dari 100 orang meninggal atau cacat
karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal
dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan,
dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink
Disease/acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome.

2.3 Dampak Pencemaran Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3) Industri

1. Limbah industri pangan

Gambar.2 Limbah industri pangan

Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain : tahu, tempe, tapioka dan
pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral,
dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya
limbah industri tahu, tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan
bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.

Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand
(BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila
efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan
bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.

2. Limbah industri kimia dan bahan bangunan

Gamabar 3. Limbah industri kimia dan bahan bangunan

Industri kimia seperti alkohol, parfum & minyak pelumas (oli) dalam proses pembuatannya
membutuhkan air sangat besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke
lingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung zat kimia
berbahaya, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan
yang terbentuk selama proses permentasi berlangsung.

Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa pencucian peralatan,
limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas berupa uap alkohol. Kategori limbah
industri ini adalah limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang mencemari air dan udara.

Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik:

a. Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam tubuh melalui
mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalan
dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut
dan sebagainya.

b. Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil
tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka
panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.

Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja apabila menghirup zat dalam
udara selama bekerja apabila tidak sesuai denganThreshol Limit Valued(TLV) gas atau uap beracun dari
industri juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar.
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang menggunakan bahan baku dari
barang galian seperti batako putih, genteng, batu kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran
timbul sebagai akibat dari penggalian yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah-
kubah yang sudah tidak mengandung hara sehingga apabila tidak direklamasi tidak dapat ditanami untuk
ladang pertanian.

3. Limbah industri sandang kulit dan aneka

Gambar 4. Limbah industri sandang kulit dan aneka

Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kulit dapat mengakibatkan
pencemaran yang beresiko tinggi terhadap lingkungan karena dalam kegiatannya proses pencucian
terhadap bahan-bahan bakunya memerlukan air sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini
menimbulkan air buangan (bekas Proses) yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa
warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).

4. Limbah industri logam dan elektronika

Gambar 4. Limbah industri logam dan elektronika

Bahan buangan yang dihasilkan dari industr besi baja seperti mesin bubut, cor logam dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu, asap dan
gas yang mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan buangan, kebisingan yang
ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan sekitarnya. Kadar bahan
pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia
baik yang bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar.

Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini mencemari air karena
buangannya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang berasal dari prosespicklinguntuk
membersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat dapat dimanfaatkan kembali.

Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihasilkan dari proses-proses dalam industri besi-
baja/logam terhadap kesehatan yaitu :

Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas

Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan otot, menurunnya


kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja.
Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan
sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila
keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian.

Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas
pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.

Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.

Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila bahan
pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan sebagainya.

Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan gas CO2,
SO2, maka akan memberikan pengaruh yang membahayakan seperti yang telah diuraikan diatas.

2.4 Upaya Pencegahan Pencemaran Limbah (B3) Industri

Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan dalam mengatasi Pencemaran limbah B3 industri
adalah sebagai berikut:

- Mengatur sistem pembuangan industri sehingga tidak mencemari lingkungan

- Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk

- Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan kimia
lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran

- Melakukan penghijauan

- Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari lingkungan

- Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) agar tidak
mencemari lingkungan

2.5 Penanggulangan Pencemaran Limbah B3 Industri

Jenis-Jenis Proses Pengolahan Limbah secara Fisik dan Kimia

Jenis-jenis proses pengolahan limbah secara fisik dan kimia antara lain :

1. Proses pengolahan secara kimia :


· Reduksi-Oksidasi

· Elektrolisasi

· Netralisasi

· Presipitasi / Pengendapan

· Solidifikasi / Stabilisasi

· Absorpsi

· Penukaran ion, dan

· Pirolisa

2. Proses pengolahan limbah secara fisik :

· Pembersihan gas : Elektrostatik presipitator, Penyaringan partikel, Wet scrubbing, dan Adsorpsi
dengan karnbon aktif

· Pemisahan cairan dengan padatan : Sentrifugasi, Klarifikasi, Koagulasi, Filtrasi, Flokulasi, Floatasi,
Sedimentasi, dan Thickening

· Penyisihan komponen-komponen yang spesifik : Adsorpsi, Kristalisasi, Dialisa, Electrodialisa, e,


Leaching, Reverse osmosis, Solvent extraction, dan Stripping

Penerapan Sistem Pengolahan Limbah B3

Penerapan sistem pengolahan limbah harus disesuaikan dengan jenis dan karakterisasi dari limbah yang
akan diolah dengan memperhatikan 5 hal sebagai berikut :

1. Biaya pengolahan murah,

2. Pengoperasian dan perawatan alat mudah,

3. Harga alat murah dan tersedia suku cadang,

4. Keperluan lahan relatif kecil, dan

5. Bisa mengatasi permasalahan limbah tanpa menimbulkan efek samping terhadap lingkungan.
Gambar 5. Alternatif proses Pengolahan Limbah B3

Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya
ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

a. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical
conditioning ialah:

· menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

· mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

· mendestruksi organisme patogen.

· memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion.

· mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima
lingkungan

Chemical Conditionig terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan
kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid
bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar
airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan
centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

2. Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses
stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian
secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia
dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan
adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada
tahapan ini ialahlagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite
flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

3. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus
mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan
filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt
press.

4. Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3
dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3
umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atauinjection well.

b. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk


mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah
dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah
serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama.

Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

· Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam
matriks struktur yang besar

· Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar


terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

· Precipitation

· Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.

· Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat

· Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat
toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, danplant mixing.
Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995
dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

c. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan
limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang
dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain
menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value
juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang
paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized
bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari
semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah
limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup

Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan. Hal ini
sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. Para
aparat penegak hukum juga perlu diberi pengetahuan sebesar-besarnya tentang permasalahan
pencemaran lingkungan ini.

Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan limbahnya. Pelaku
industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi
bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting
harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak
meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan
penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai
jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk
pencegahan masalahnya.

Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapi masalah lingkungan yang
disebabkan oleh sisa kegiatan industri. Masyarakat tidak bisa menyerahkan sepenuhnya masalah ini
kepada pemerintah dan pelaku industri. Hal ini mutlak perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat
tinggal disekitar areal industri. Dampak dari buangan kegiatan industri sangatlah kompleks. Pada
dasarnya limbah industri akan mencemari lingkungan udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan
tercemar akan merusak penciuman dan paru-paru.

Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan dan ketersediaan
sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan tanah itu sendiri dan apapun yang
hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan mengganggu dan mencemari air tanah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Limbah B3 industri dapat menghasilkan bahan toksik yang berbahaya bagi lingkungan

2. Limbah industri yang mengandung bahan pencemar akan berpengaruh terhadap lingkungan baik
jangka pendek maupun jangka panjang

3. Limbah industri berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia

4. Pencegahan pencemaran limbah B3 industri dapat dilakukan dengan Mengatur sistem pembuangan
industri sehingga tidak mencemari lingkungan

· Menempatkan industri atau pabrik terpisah atau jauh dari pemukiman penduduk

· Melakukan pengawasan atau penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan kimia
lain yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran

· Melakukan penghijauan

· Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku yang mencemari lingkungan

· Pengaturan pembuangan limbah dengan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) agar tidak
mencemari lingkungan

5. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan pengolahan limbah selain itu dalam mengatasi
pencemaran sangat di perlukannya peran pemerintah dan kesadaran masyarakat.
3.2 Saran

1. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan Pemerintah Daerah.

2. Perlu diberikan sanksi bagi industri-industri yang membuang limbahnya di sungai, di laut yang dapat
menimbulkan pencemaran dan dampak buruk bagi lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CD8QFjAE&url=http%3A%2F
%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Frekayasa_lingkungan
%2Fbab7_sistem_pengelolaan_limbah_b3.pdf

http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/

http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html

Anda mungkin juga menyukai