Oleh:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
1
1. LATAR BELAKANG
2. DEFINISI OPERASIONAL
a. Penyakit Infeksi
2
infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus,
bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang menyimpang yang
dikenal sebagai prion. Patogen-patogen ini merupakan penyebab epidemi
penyakit, dalam artian bahwa tanpa patogen, tidak ada epidemi infeksi terjadi.
b. Diare
3. PENYEBAB DIARE
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis diare sebagai
berikut:
a. Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travellers diarrhea yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada
mukosa usus, merusak, sehingga kapasitas resorpsi menurun. Diare yang
terjadi bertahan sampai beberapa hari, sesudah virus lenyap akan sembuh
dengan sendirinya, biasanya 3-6 hari.
b. Diare bakterial (invasif), agak sering terjadi tetapi mulai berkurang
berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri
tertentu pada keadaan tertentu, misalnya pada bahan makanan yang terinfeksi
kuman menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa. Penyebab terkenal
dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan
jenis Coli tertentu.
3
c. Diare parasiter, seperti protozoa Entamuba histolytica, Giardia lambia, dan
Cyclospora yang terutama terjadi di daerah subtropis. Diare ini biasanya
bercirikan mencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama dari satu
minggu.
d. Diare akibat enterotoksin, diare jenis ini lebih jarang terjadi. Penyebabnya
adalah kuman yang membentuk enterotoksin, yang terpenting adalah E.coli
dan Vibrio cholerae, jarang terjadi oleh Salmonella dan Shigella. Diare jenis
ini juga bersifat self limiting yang akan sembuh dengan sendirinya lebih
kurang 5 hari. Penyebab diare lainnya diantaranya alergi makanan atau
minuman, gangguan gizi, kekurangan enzim tertentu, dan dapat pula
pengaruh psikis (diare non spesifik), (Tjay dan Rahardja, 2002)
4. KLASIFIKASI DIARE
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), jenis diare dibagi menjadi
empat yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinanterjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut
dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti
demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi
akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-
4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari
90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan
disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi
4
disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim
disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain.
Hubungan status gizi dan kejadian diare menurut Brown, K.H. (2003),
kekurangan gizi dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi karena dampak
negatif terjadi perubahan pada perlindungan yang diberikan oleh kulit dan selaput
lendir serta menginduksi perubahan fungsi kekebalan tubuh.
5
Hubungan antara gizi anak dan penyakit infeksi adalah hubungan dua arah,
yaitu penyakit yang sering dapat mengganggu status gizi dan status gizi yang
buruk dapat meningkatkan resiko infeksi. Pada penelitian menunjukkan bahwa
efek merugikan dari infeksi tertentu (misalnya diare) pada pertumbuhan dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan memperbaiki gizi. Intervensi meningkatkan
gizi menjadi lebih baik dapat mencegah dan mengendalikan infeksi. Hal ini adalah
cara yang paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan anak (Dewey &
Mayers, 2011).
6. PENCEGAHAN
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan
nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau
6
susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera
setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat
lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh
mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak
diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan
diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi
ASI (Depkes, 2000). Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas
dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB)
mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang selain
mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan keduanya
mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan-bulan
pertama kehidupan (Suryono, 1988).
1. Berikan Oralit
7
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
a. Keadaan Umum : baik
b. Mata : Normal
c. Rasa haus : Normal, minum biasa
d. Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
8
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot
study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %
(Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus
diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
9
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
10
8. BEBERAPA MAKANAN YANG BAIK UNTUK DIKONSUMSI SAAT
ANDA MENGALAMI DIARE.
1. Diet BRAT
Makanan terbaik sebagai anti diare adalah pisang, nasi, saus apel,
dan roti panggang (Banana, Rice, Applesauce, and Toast BRAT). Keempat
makanan ini mudah dicerna, sehingga tidak menyebabkan iritasi lebih lanjut pada
sistem pencernaan. Beberapa diantara makanan tersebut juga dianggap sebagai
pengikat, yang berarti dapat menyebabkan sembelit. Tapi saat mengalami diare,
makanan tersebut dapat membantu membuat tinja menjadi lebih keras. Makanan
ini dapat dimakan oleh siapapun yang berusia di atas 12 bulan, sedangkan anak
kecil yang berusia di bawah 12 bulan direkomendasikan untuk berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter anak.
2. Yogurt
Saat diare atau tinja menjadi cair, tubuh cenderung cepat mengalami
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Cara terbaik mengatasi diare adalah dengan
meningkatkan asupan cairan dan kaldu yang bisa merehidrasi dan menggantikan
elektrolit tubuh yang hilang. Hindari jus prune atau tipe jus yang dapat
meningkatkan gerakan usus. Selain itu, hindari kafein karena menyebabkan iritasi
pada sistem pencernaan.
11
4. Pilih Makanan Rendah Serat dan Tinggi Natrium
12
3. Tiga, jangan mengkonsumsi gula sintetis. Gula buatan seperti yang
banyak digunakan pada permen terbukti dapat menyebabkan diare.
Fungsi normal usus dapat terganggu hanya dengan mengkonsumsi 50
gram makanan yang mengandung gula buatan. Selain permen, gula
buatan juga banyak digunakan dalam produk makanan ringan lain.
4. Makanan yang kaya serat. sebaliknya, pada saat terkena diare dan
gangguan pencernaan, biji-bijian, buah, dan sayur yang dikenal kaya
serat harus dihindari karena menyebabkan kembung. Hal tersebut akan
memperburuk masalah pada sistem pencernaan. Setelah diare reda,
tingkatkon konsumsi makanan berserat Anda secara bertahap. Meski
demikmian, ada jenis makanan berserat yang disarankan untuk
dikonsumsi saat diare yaitu oat. Serealia tersebut dipercaya efektif
mencegah diare.
5. Kacang-kacangan. Kacang tidak disarankan untuk dikonsumsi pada saat
pencernaan bermasalah karena mengandung gula yang sulit dicerna
shingga dapat menyebabkan kembung dank ram. Bakteri dalam usus
menghasilkan gas dalam jumlah besar karena pada saat diare tubuh
kehilangan enzim pencerna gula pada kacang-kacangan.
6. Kol dan sayuran berjenis kubis. Seperti halnya kacang, kol, brokoli, dan
beragam kubis memiliki kandungan gula yang sulit dicerna sehingga
memicu gas yang berlebihan dalam usus. Selain itu, kubis juga
mengandung banyak serat sehingga dapat memperburuk diare.
7. Dalam kondisi normal fruktosa bisa memicu diare, kembung, kram, dan
masalah gangguan pencernaan lain. Jadi permen, soda, kue kecil, serta
makanan lain yang mengandung fruktosa juga sebaiknya tidak
dikonsumsi karena dapat memperburuk diare dan masalah pencernaan.
8. Makanan pedas. Cabai mengandung capsaicinyang dapat memicu rasa
panas dalam perut. Hal tersebut bisa menimbulkan rasa mulas pada orang
yang tengah mengalami gangguan pencernaan.
9. Susu dan produk olahannya juga sebaiknya tidak dikonsumsi selama
terserang diare dan gangguan pencernaan terutama penderita intoleransi
laktosa. Diare dapat semakin parah karena tubuh kehilangan enzim
13
laktase yang seharusnya berfungsi mencerna laktosa. Untuk
mengatasinya, Anda bisa menggunakan suplemen untuk mengganti
enzim laktase yang hilang.
10. Peppermint. Daun yang menimbulkan efek dingin tersebut sepertinya
cocok untuk meredakan panas pada lambung. Sayangnya anggapan itu
justru salah. Peppermint bisa menyebabkan refluks asam dan mulas.
Cokelat dan kopi juga memiliki pengaruh seperti peppermint jika
dikonsumsi pada saat diare atau mengalami gangguan pencernaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Rosari Alania, Eka Agustia Rini, Masrul. 2013. Hubungan Diare dengan
Status Gizi Balita di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang. Padang : Jurnal Kesehatan Andalas. 2013;
2(3 )
Siagian, Albiner. 2010. Gizi, Imunitas, dan Penyakit Infeksi. Medan: USU e-
Jurnal. Vol. 10 No. 2 Desember 2006.
15