Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan


zaman pada awal abad 21 ini. Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam.
Semakin banyak manusia tinggal di suatu daerah maka kebutuhan hidup juga
bertambah. Dengan bertambahnya manusia yang berperan sebagai konsumen, para
produsen memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan konsumen
mereka. Sedangkan semakin banyak produk yang dikeluarkan oleh industri
mengeluarkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Limbah inilah yang
mengakibatkan kerusakan alam khususnya pada lingkungan hidup.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Lingkungan hidup menururt UU no. 32 tahun 2009,
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan
mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri”. Kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lain:. Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang
sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya
ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini.
Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan atau hayati
sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan (KMNLH, 1998). Kerusakan lingkungan hidup terjadi di darat, udara
maupun di air.
Menurut S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf mengartikannya dengan semua
faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organism Prof. Dr. Ir. Otto
Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya
sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Prof. Dr St.
Munadjat Danusaputro, SH, ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar
Hukum Lingkungan Universitas Padjadjaran mengartikan lingkungan hidup
sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah
perhuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan
mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Manusia modern dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat melepaskan diridari
penerapan teknologi. Jumlah sumber daya alam yang dibutuhkan semakin
diperbesar lagi olehpertumbuhan populasi manusia dan penemuan-penemuan baru
berkat perkembangan sains dan teknologi. Akibatnya, sumberdaya alam
dikurasserta kegiatan produksi dan konsumsi benda-benda keperluan sehari-
hariakan dihasilkan tetapi ada juga produk sampingannya berupa limbah yang dapat
mencemari lingkungan. Sebagai akibat lebih lanjut dari pencemaran,terjadi
kerusakan dan mungkin kepunahan komponen biotik dalam ekosistem. Kerusakan
komponen biotik menyebabkan daur biogeokimiawi, yaitu daur-daur materi dan
aliran energi dalam ekosistem terganggu.
Ketimpangan daur ekosistem akan mengakibatkan sumberdaya alam semakin
turun kualitasnya dan juga kuantitasnya, yang akan dipuncaki dengan kepunahan
sumberdaya alam tersebut. Jika hal ini terjadi maka daya dukung lingkungan untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya akanmenjadi turun, sehingga
(kelestarian) populasi manusia menjadi terancam. Dengan demikian untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia darigenerasi ke generasi sampai
pada akhir zaman perlu dilakukan pengelolaan lingkungan yang bijaksana sehingga
terciptalah lingkungan hidup yang ideal.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hanya kan berhasil baik jika
bertumpu pada pengembangan sains dan teknologi, sehingga penerapan teknologi
pada masyarakat tidak semata-mata teknologi eksploitasi,melainkan juga teknologi
yang mampu mengarahkan perencanaan dan pengelolaan lingkungan dan sekaligus
memberikan kontribusi dalam menciptakan lingkungan hidup yang ideal.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Lingkungan Hidup


Hamparan laut biru yang luas, dataran, bukit-bukit, pegunungan, langit yang
biru yang disinari matahari, semuanya merupakan lingkungan alam. Lingkungan
hidup mencakup lingkungan alam yang meliputi lingkungan fisik, biologi, dan
budaya.
Lingkungan hidup menururt UU no. 32 tahun 2009, “Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri”.
Lingkungan hidup sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang tersebut
merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam
nonhayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial. Semua komponen-komponen
lingkungan hidup seperti benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup berhimpun
dalam satu wadah yang menjadi tempat berkumpulnya komponen itu disebut ruang.
Pada ruang ini berlangsung ekosistem, yaitu suatu susunan organisme hidup
dimana diantara lingkungan abiotik dan organisme tersebut terjalin interaksi yang
harmonis dan stabil, saling memberi dan menerima kehidupan.
Interaksi antara berbagai komponen tersebut ada kalanya bersifat positif dan
tidak jarang pula yang bersifat negatif. Keadaan yang bersifat positif dapat terjadi
apabila terjadi keadaan yang mendorong dan membantu kelancaran berlangsungnya
proses kehidupan lingkungan.
Cara mengambil hasil hutan agar tetap terjaga kelesteriannya misalnya dengan
sistem tebang pilih yaitu pohon yang ditebang hanya pohon yang besar dan tua,
agar pohon-pohon kecil yang sebelumnya terlindungi oleh pohon besar, akan cepat
menjadi besar menggantikan pohon yang ditebang tersebut.
Interaksi yang bersifat negatif terjadi apabila proses interaksi lingkungan yang
harmonis terganggu sehingga interaksi berjalan saling merugikan.
Adanya gangguan terhadap satu komponen di dalam lingkungan hidup, akan
membawa pengaruh yang negatif bagi komponen-komponen lainnya karena
keseimbangan terhadap komponen-komponen tersebut tidak harmonis lagi.

2.2 Arti Penting Lingkungan Hidup Bagi Manusia


Bumi ini diwariskan dari nenek moyang kita dalam keadaan yang sangat
berkualitas dan seimbang. Nenek moyang kita telah menjaga dan memeliharanya
bagi kita sebagai pewaris bumi selanjutnya, sehingga kita berhak dan harus
mendapatkan kualitas yang sama persis dengan apa yang didapatkan nenek moyang
kita sebelumnya. Bumi adalah anugerah yang tidak ternilai harganya dari Tuhan
Yang Maha Esa karena menjadi sumber segala kehidupan. Oleh karena itu, menjaga
alam dan keseimbangannya menjadi kewajiban kita semua secara mutlak tanpa
syarat.
Masyarakat jaman dahulu telah menyadari benar bahwa lingkungan hidup
merupakan bagian kehidupannya. Dari catatan sejarah diketahui bahwa pada abad
ke-7, masyarakat di Indonesia sudah membentuk suatu bagian yang bertugas
mengawasi hutan, yang hampir sama fungsinya dengan jabatan sekarang yang
disebut dengan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA). Masyarakat
seperti ini sering kita sebut masyarakat tradisional.
Kawasan hutan mereka bagi menjadi beberapa bagian, ada yang boleh digarap
yang disebut hutan rakyat, ada pula yang boleh diambil hasil hutannya dengan
syarat harus terlebih dahulu menggantinya. Kawasan hutan ini sering disebut hutan
masyarakat yang berfungsi sebagai hutan produksi. Akan tetapi, ada pula hutan
yang tidak boleh digarap sama sekali. Hutan yang tidak boleh digarap ini
merupakan hutan adat. Kawasan hutan adat ini sangat tertutup, dan masyarakatnya
percaya bahwa hutan inilah yang menjaga wilayah mereka dari segala bencana
alam.
Pada hutan masyarakat, pohon boleh ditebang untuk keperluan masyarakat,
akan tetapi sebelum ditebang harus menanam terlebih dahulu pohon yang sama
jenisnya di samping pohon yang akan ditebang sehingga mereka tetap mewariskan
lingkungan alam yang sama terhadap anak cucunya. Hal ini menunjukkan betapa
baiknya mereka menjaga lingkungan untuk diteruskan kepada generasi yang akan
datang.
Perkembangan jumlah penduduk yang cepat serta perkembangan teknologi
yang makin maju, telah mengubah pola hidup manusia. Bila sebelumnya kebutuhan
manusia hanya terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder, kini kebutuhan
manusia telah meningkat kepada kebutuhan tersier yang tidak terbatas. Kebutuhan
manusia tidak hanya sekedar kebutuhan primer untuk dapat melangsungkan
kehidupan seperti makan dan minum, pakaian, rumah, dan kebutuhan sekunder
seperti kebutuhan terhadap pendidikan, kesehatan, akan tetapi telah meningkat
menjadi kebutuhan tersier yang memungkinkan seseorang untuk memilih
kebutuhan yang tersedia. Kebutuhan tersier telah menyebabkan perubahan yang
besar terhadap pola hidup manusia menjadi konsumtif.
Bagi yang mampu, semua kebutuhan dapat dipenuhi sekaligus, dan bagi yang
memiliki kemampuan terbatas harus memilih sesuai kemampuannya. Akan tetapi,
semua orang yang telah tersentuh oleh kemajuan jaman akan berusaha
mendapatkannya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak sekedar terpenuhi akan tetapi selalu
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan.

2.3 Bentuk-bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup dan Faktor Penyebabnya


Meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan tersier yang semakin banyak
sebagai akibat perkembangan teknologi yang pesat, telah menyebabkan tekanan
terhadap sumber daya alam dan lingkungan semakin berat. Jumlah penduduk dunia
yang sekarang telah lebih dari 6 miliar jiwa, tidak hanya memerlukan kebutuhan
primer dan sekunder, akan tetapi juga memerlukan kebutuhan tersier dalam jumlah
besar. Pertumbuhan penduduk dalam jumlah besar, telah banyak mengubah lahan
hutan menjadi lahan permukiman, pertanian, industri, dan sebagainya. Hal ini
mengakibatkan luas lahan hutan terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun,
terutama di negara-negara miskin dan negara berkembang. Demikian pula
kebutuhan tersier yang terus mengalami peningkatan, baik dalam jumlah maupun
kualitasnya, menyebabkan industri-industri berkembang dengan pesat.
Perkembangan industri yang pesat, membutuhkan sumber daya alam berupa
bahan baku dan sumber energi yang sangat besar pula. Sebagai akibatnya, sumber-
sumber bahan baku dan energi terus dikuras dalam jumlah besar. Cadangan sumber
daya alam di alam semakin merosot, hutan-hutan semakin rusak karena banyaknya
pohon yang diambil untuk kebutuhan bahan baku industri, apalagi bila tidak
diimbangi dengan usaha reboisasi akan menimbulkan bencana pencemaran
terhadap udara, air, dan tanah, yang akhirnya menganggu kehidupan manusia.
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia tahun 1972 di Stockholm
(Swedia), telah mengangkat masalah lingkungan hidup tidak hanya menyangkut
masalah suatu negara akan tetapi merupakan masalah dunia. Konferensi yang
diadakan pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm, diikuti oleh 113 negara dan
puluhan peninjau, merupakan pertemuan besar dan sangat penting bagi masa depan
lingkungan hidup manusia. Dari salah satu hasil konferensi Stockholm itu,
dibentuklah satu badan PBB yang menangani masalah-masalah lingkungan yang
disebut “United Nations Environment Programme” atau UNEF. Konferensi juga
menetapkan tanggal 5 Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup Sedunia”.
Pencemaran lingkungan yang terjadi di suatu negara, akan berdampak pula
pada negara lain bahkan dunia. Untuk itu selalu diperlukan kerja sama yang baik
antara negara-negara di dunia untuk menangani masalah lingkungan. Kerusakan
hutan di Indonesia tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan iklim di Indonesia,
akan tetapi berakibat pula terhadap perubahan iklim global (dunia secara
menyeluruh).
Peningkatan karbon dioksida (CO2) di udara menyebabkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca adalah alih bahasa dari Greenhouse effect. Greenhouse adalah
rumah atau bangunan yang atap dan dindingnya terbuat dari kaca, hanya rangkanya
terbuat dari besi atau kayu. Rumah ini bukan untuk tempat tinggal tetapi digunakan
oleh petani di daerah dingin atau subtropik untuk bercocok tanam. Walaupun suhu
di luar sangat dingin pada musim gugur dan musim dingin, tetapi di dalam rumah
kaca udaranya tetap hangat sehingga tanaman di dalamnya tetap hijau. Suhu udara
yang hangat di dalam rumah kaca walaupun pada musim gugur dan musim dingin
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Radiasi sinar matahari pada siang hari menembus kaca masuk ke dalam rumah
kaca. Radiasi sinar matahari yang diterima benda dan permukaan rumah kaca
dipantulkan kembali berupa sinar infra merah. Tetapi pantulan tersebut tertahan
oleh dinding dan atap kaca sehingga panas yang dapat keluar dari rumah kaca itu
hanya sebagian kecil sedangkan sebagian besar terkurung di dalam rumah kaca.
Akibatnya udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun di luar udaranya
sangat dingin.
Di permukaan bumi yang berfungsi sebagai atap kaca adalah gas-gas yang ada
di atmosfer. Atmosfer bumi mengandung berbagai macam gas dan partikel-partikel
berupa benda-benda padat seperti debu. Di antara berbagai gas di udara, yang
berfungsi sebagai gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), metana (CH4),
gas nitrogen, ozon (O3), Klorofluorokarbon (CFC), dan lain-lain. Di antara gas-gas
tersebut yang paling dominan berfungsi sebagai rumah kaca adalah karbon dioksida
(CO2) yang disebut pula dengan gas rumah kaca.
Perkembangan industri yang begitu pesat, telah mengganggu keseimbangan
gas karbon dioksida di udara. Pembakaran minyak tanah, bensin, solar, batu bara,
untuk menggerakkan pabrik-pabrik. Demikian pula kendaraan bermotor yang
menggunakan bensin atau solar sebagai bahan bakar, pembakaran lahan dan
kebakaran hutan, dan tain-lain, telah menambah jumlah karbon dioksida di udara.
Gas rumah kaca sebenarnya sangat diperlukan dalam mengatur suhu di
permukaan bumi, yaitu menyerap dan memantulkan kembali sinar matahari. Bila
gas ini tidak ada di udara beserta dengan gas-gas lainnya yang berfungsi sebagai
gas rumah kaca maka sinar matahari yang diterima bumi akan di pantulkan
semuanya ke ruang angkasa sehingga pada malam hari suhu di permukaan bumi
sangat dingin, dan pada siang hari sangat panas sekali seperti di bulan sehingga
tidak dapat dijadikan tempat tinggal.
Masalah gas rumah kaca muncul karena kegiatan manusia semakin banyak
menghasilkan gas rumah kaca, terutama karbon dioksida. Menurut hasil penelitian
para ahli, semakin banyak gas karbon dioksida dilepaskan ke udara dari hasil
kegiatan manusia, akan semakin mempercepat kenaikan suhu di permukaan bumi.
Kenaikan suhu di permukaan bumi akan mempengaruhi iklim di bumi, dan akan
berdampak negatif pada kehidupan di muka bumi.
Suhu global (secara keseluruhan) rata-rata meningkat 0,6 °C. Hal ini
berpengaruh pula terhadap iklim global yaitu iklim di seluruh permukaan bumi.
Kenaikan suhu di permukaan bumi menyebabkan lapisan es yang berada di
kutub banyak yang mencair, dan pada akhirnya dapat menenggelamkan kawasan-
kawasan yang rendah seperti dataran-dataran pantai, dan pulau-pulau yang rendah.
Peningkatan gas karbon dioksida yang terus berlangsung, dan tanpa ada
tindakan manusia untuk menguranginya, diramalkan 100 tahun yang akan datang
suhu bumi akan naik antara 3°-4°C. Kenaikan suhu sebesar ini akan menyebabkan
perubahan iklim yang cukup berarti, dan akan disertai pula dengan berbagai
bencana alam seperti angin badai, naiknya permukaan laut, mencairnya es di
puncak-puncak gunung dan es di kutub, punahnya flora dan fauna yang tidak tahan
terhadap perubahan, dan sebagainya.
Permasalahan pemanasan global seperti diuraikan di atas, tentunya sangat
mengkhawatirkan dunia Internasional. Untuk membicarakan hal ini, diadakan
“Konvensi Perubahan Iklim” (United Nations Frame Work Convention on Climate
Change) di Kota Kyoto (Jepang) pada tahun 1997 yang dihadiri oleh 170 negara
untuk membahas pembatasan-pembatasan gas-gas penyebab efek rumah kaca. Pada
sidang tersebut, para ilmuwan PBB melaporkan bahwa pemanasan global akan
meningkatkan penyakit, mengakibatkan kegagalan panen, dan meningginya
permukaan laut.
Pada waktu kebakaran hutan secara meluas di Indonesia beberapa waktu yang
lalu telah terjadi emisi gas karbon dioksida terbesar yang dihasilkan dari kebakaran
tersebut.
Kita harus ingat istilah “Hanya Satu Bumi”, yang berarti bumi tidak
membedakan apakah emisi gas karbon dioksida itu berasal dari negara A atau B,
dari negara maju atau negara berkembang, tetapi yang jelas peningkatan gas karbon
dioksida terjadi di bumi.
Pertemuan Kyoto merupakan langkah awal untuk mengurangi polusi karbon
dioksida di udara dengan mengurangi penggunaan bahan bakar seperti minyak
bumi, gas alam, batu bara, yang disebut dengan bahan bakar fosil dan
menggantikannya dengan bahan bakar yang dapat diperbarui, misalnya sumber
energi yang berasal dari tenaga surya dan angin. Selain itu, pabrik-pabrik yang
menggunakan energi fosil perlu diganti dengan pabrik-pabrik baru yang
berteknologi tinggi, yang lebih bersih terhadap lingkungan. Permasalahannya
sekarang adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengurangan gas
rumah kaca tersebut sangat besar sekali, mencapai ratusan bahkan ribuan miliar
dollar. Suatu nilai yang sangat menakjubkan.
Untuk mengurangi gas rumah kaca, diperlukan dana yang sangat besar.
Kendaraan-kendaraan bermotor yang selama ini menggunakan bahan bakar minyak
atau gas, bila diganti dengan energi lain menyebabkan harga kendaraan menjadi
sangat mahal sehingga konsumen akan keberatan. Hal ini merupakan kendala utama
untuk menuju program langit biru, yaitu program yang menjadikan udara bersih
dari polusi, masih jauh dari harapan.
Masalah lingkungan hidup sebenarnya tidak hanya pada emisi gas karbon
dioksida. Permasalahan lingkungan hidup cukup kompleks. Penebangan hutan yang
menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air oleh limbah-limbah industri,
pembuangan sampah ke dalam sungai (termasuk sampah rumah tangga),
pencemaran terhadap tanah, dan sebagainya, merupakan ancaman bagi kehidupan
manusia.
Ancaman banjir setiap musim hujan di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia, adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri yang menebang hutan
untuk mengejar keuntungan sesaat. Berbagai wilayah di Indonesia setiap musim
hujan dilanda banjir dan tanah longsor, baik kota maupun luar kota.
Penataan ruang kota yang kurang memperhatikan dampak lingkungan, serta
kehancuran hutan-hutan di daerah tangkapan air, menjadi penyebab utama banjir di
Jakarta.
Penanggulangan banjir seperti di Jakarta dan kota-kota lainnya, tidak hanya
diperlukan penataan di dalam kota seperti pembuatan saluran pembuangan air dan
tempat penampungan air, akan tetapi daerah tangkapan air hujan di daerah hulu
sungai perlu di tata kembali, hutan-hutan yang rusak perlu direhabilitasi.
Luas hutan di Pulau Jawa telah berada jauh di bawah luas hutan yang ideal
yaitu ± 40% dari luas wilayah. Luas hutan di Jawa Barat (termasuk Provinsi Banten)
hanya tinggal 21%, Jawa Tengah 20%, Jawa Timur 28%, rata-rata luas hutan di
Pulau Jawa tinggal 23%. Demikian pula halnya hutan di pulau-pulau lainnya seperti
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain, kerusakan hutan terus bertambah
luas karena faktor manusia. Satwa-satwa yang ada di dalam hutan hidupnya
semakin terancam dan merana karena habitat mereka yang merupakan tempat
hidupnya telah dirusak oleh manusia untuk memperoleh keuntungan.
Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yaitu sekitar 3,5 juta
hektar dari total luas hutan mangrove dunia sebesar 15 juta hektar. Tetapi luasnya
terus mengalami kemerosotan karena telah berubah fungsi. Hutan mangrove yang
berfungsi sebagai benteng terhadap abrasi (kikisan air laut), serta tempat hidup dan
bertelur berbagai jenis ikan laut, banyak yang telah berubah fungsi menjadi tambak-
tambak ikan, dan kepentingan-kepentingan lainnya. Kayu-kayu di hutan mangrove
ditebangi untuk dijual dan dijadikan kayu arang. Akibatnya kerusakan hutan bakau
yang terus meningkat tidak terhindarkan. Di pantai utara Pulau Jawa diperkirakan
90% telah rusak, demikian pula halnya pada pantai-pantai lainnya walaupun belum
seberat kerusakan hutan bakau di Pantai Utara Jawa.
Malapetaka alam seperti intrust (penyusupan) air laut ke daratan, abrasi dan
banjir sulit dihindari. Demikian pula kegiatan masyarakat pantai yang menangkap
udang, ikan, kepiting, dan lain-lain, akan semakin sulit akibat rusaknya lingkungan
hutan mangrove.
Tindakan-tindakan manusia di atas telah menimbulkan dampak yang sangat
buruk bagi lingkungan, dan pada akhirnya akan memberikan dampak buruk pula
terhadap manusia sendiri.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan berbagai faktor sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya, akan menimbulkan berbagai dampak yang sangat
merugikan dan mengganggu kehidupan manusia. Flora dan fauna akan banyak yang
punah, meningkatnya penyakit pada manusia, penurunan hasil panen, kemarau
yang berkepanjangan. Atau sebaliknya, curah hujannya sangat tinggi yang
menimbulkan banjir besar, kekeringan air pada musim kemarau, rusaknya terumbu
karang, dan sebagainya.
“Manusia harus sadar betapa pentingnya arti lingkungan hidup bagi
kehidupan. Keserakahan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup harus
dibayar dengan sangat mahal”.

2.4 Bentuk-bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup yang Disebabkan oleh


Proses Alam dan Kegiatan Manusia
Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan, baik dalam hal kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan kata lain, lingkungan hidup dapat mengalami penurunan
kualitas dan penurunan kuantitas. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan ini
menyebabkan kondisi lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk
mendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Kerusakan
lingkungan hidup dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan penyebabnya, kerusakan lingkungan dapat dikarenakan proses
alam dan karena aktivitas manusia.
1. Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam
Kerusakan lingkungan hidup oleh alam terjadi karena adanya gejala atau
peristiwa alam yang terjadi secara hebat sehingga memengaruhi keseimbangan
lingkungan hidup. Peristiwa-peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan
lingkungan, antara lain meliputi hal-hal berikut ini.
a. Letusan Gunung Api
Letusan gunung api dapat menyemburkan lava, lahar, material-material padat
berbagai bentuk dan ukuran, uap panas, serta debu-debu vulkanis. Selain itu, letusan
gunung api selalu disertai dengan adanya gempa bumi lokal yang disebut dengan
gempa vulkanik.
Aliran lava dan uap panas dapat mematikan semua bentuk kehidupan yang
dilaluinya, sedangkan aliran lahar dingin dapat menghanyutkan lapisan permukaan
tanah dan menimbulkan longsor lahan. Uap belerang yang keluar dari pori-pori
tanah dapat mencemari tanah dan air karena dapat meningkatkan kadar asam air
dan tanah. Debu-debu vulkanis sangat berbahaya bila terhirup oleh makhluk hidup
(khususnya manusia dan hewan), hal ini dikarenakan debu-debu vulkanis
mengandung kadar silika (Si) yang sangat tinggi, sedangkan debu-debu vulkanis
yang menempel di dedaunan tidak dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini
menyebabkan tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis sehingga lambat laun
akan mati. Dampak letusan gunung memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat
kembali normal. Lama tidaknya waktu untuk kembali ke kondisi normal tergantung
pada kekuatan ledakan dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Akan tetapi,
setelah kembali ke kondisi normal, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang
subur karena mengalami proses peremajaan tanah.
b . Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang ditimbulkan karena adanya gerakan endogen.
Semakin besar kekuatan gempa, maka akan menimbulkan kerusakan yang semakin
parah di muka bumi. Gempa bumi menyebabkan bangunan-bangunan retak atau
hancur, struktur batuan rusak, aliran-aliran sungai bawah tanah terputus, jaringan
pipa dan saluran bawah tanah rusak, dan sebagainya. Jika kekuatan gempa bumi
melanda lautan, maka akan menimbulkan tsunami, yaitu arus gelombang pasang air
laut yang menghempas daratan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Masih
ingatkah kalian dengan peristiwa tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam di
penghujung tahun 2004 yang lalu? Contoh peristiwa gempa bumi yang pernah
terjadi di Indonesia antara lain gempa bumi yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004 di Nanggroe Aceh Darussalam dengan kekuatan 9,0 skala richter. Peristiwa
tersebut merupakan gempa paling dasyat yang menelan korban diperkirakan lebih
dari 100.000 jiwa. Gempa bumi juga pernah melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah
pada bulan Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 skala richter.
c. Banjir
Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang unik. Dikatakan unik
karena banjir dapat terjadi karena murni gejala alam dan dapat juga karena dampak
dari ulah manusia sendiri. Banjir dikatakan sebagai gejala alam murni jika kondisi
alam memang memengaruhi terjadinya banjir, misalnya hujan yang turun terus
menerus, terjadi di daerah basin, dataran rendah, atau di lembah-lembah sungai.
Selain itu, banjir dapat juga disebabkan karena ulah manusia, misalnya karena
penggundulan hutan di kawasan resapan, timbunan sampah yang menyumbat aliran
air, ataupun karena rusaknya dam atau pintu pengendali aliran air. Kerugian yang
ditimbulkan akibat banjir, antara lain, hilangnya lapisan permukaan tanah yang
subur karena tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan rusaknya berbagai bangunan
hasil budidaya manusia. Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang
hampir setiap musim penghujan melanda di beberapa wilayah di Indonesia. Contoh
daerah di Indonesia yang sering dilanda banjir adalah Jakarta. Selain itu beberapa
daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada awal tahun 2008 juga dilanda banjir
akibat meluapnya DAS Bengawan Solo.
d. Tanah anah Longsor
Karakteristik tanah longsor hampir sama dengan karakteristik banjir. Bencana
alam ini dapat terjadi karena proses alam ataupun karena dampak kecerobohan
manusia. Bencana alam ini dapat merusak struktur tanah, merusak lahan pertanian,
pemukiman, sarana dan prasarana penduduk serta berbagai bangunan lainnya.
Peristiwa tanah longsor pada umumnya melanda beberapa wilayah Indonesia yang
memiliki topografi agak miring atau berlereng curam. Sebagai contoh, peristiwa
tanah longsor pernah melanda daerah Karanganyar (Jawa Tengah) pada bulan
Desember 2007.
e. Badai/Angin Topan
Angin topan terjadi karena perbedaan tekanan udara yang sangat mencolok di
suatu daerah sehingga menyebabkan angin bertiup lebih kencang. Di beberapa
belahan dunia, bahkan sering terjadi pusaran angin. Bencana alam ini pada
umumnya merusakkan berbagai tumbuhan, memorakporandakan berbagai
bangunan, sarana infrastruktur dan dapat membahayakan penerbangan. Badai atau
angin topan sering melanda beberapa daerah tropis di dunia termasuk Indonesia.
Beberapa daerah di Indonesia pernah dilanda gejala alam ini. Salah satu contoh
adalah angin topan yang melanda beberapa daerah di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
f. Kemarau Panjang
Bencana alam ini merupakan kebalikan dari bencana banjir. Bencana ini terjadi
karena adanya penyimpangan iklim yang terjadi di suatu daerah sehingga musim
kemarau terjadi lebih lama dari biasanya. Bencana ini menimbulkan berbagai
kerugian, seperti mengeringnya sungai dan sumber-sumber air, munculnya titik-
titik api penyebab kebakaran hutan, dan menggagalkan berbagai upaya pertanian
yang diusahakan penduduk.

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Aktivitas Manusia


Dalam memanfaatkan alam, manusia terkadang tidak memerhatikan dampak
yang akan ditimbulkan. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang dipengaruhi
oleh aktivitas manusia, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
a. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahan-bahan
pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahan-
bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari aktivitas
manusia dalam pembangunan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran dapat dibagi
menjadi empat, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan
pencemaran suara. Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh ulah manusia antara
lain, disebabkan oleh asap sisa hasil pembakaran, khususnya bahan bakar fosil
(minyak dan batu bara) yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, mesin-mesin
pabrik, dan mesin-mesin pesawat terbang atau roket. Dampak yang ditimbulkan
dari pencemaran udara, antara lain, berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara,
menipisnya lapisan ozon (O3), dan bila bersenyawa dengan air hujan akan
menimbulkan hujan asam yang dapat merusak dan mencemari air, tanah, atau
tumbuhan. Pencemaran tanah disebabkan karena sampah plastik ataupun sampah
anorganik lain yang tidak dapat diuraikan di dalam tanah. Pencemaran tanah juga
dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk atau obat-obatan kimia yang digunakan
secara berlebihan dalam pertanian, sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang
justru dapat menjadi racun bagi tanaman. Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah
semakin berkurangnya tingkat kesuburan tanah sehingga lambat laun tanah tersebut
akan menjadi tanah kritis yang tidak dapat diolah atau dimanfaatkan.
Pencemaran air terjadi karena masuknya zat-zat polutan yang tidak dapat
diuraikan dalam air, seperti deterjen, pestisida, minyak, dan berbagai bahan kimia
lainnya, selain itu, tersumbatnya aliran sungai oleh tumpukan sampah juga dapat
menimbulkan polusi atau pencemaran. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran
air adalah rusaknya ekosistem perairan, seperti sungai, danau atau waduk,
tercemarnya air tanah, air permukaan, dan air laut. Pencemaran suara adalah tingkat
kebisingan yang sangat mengganggu kehidupan manusia, yaitu suara yang
memiliki kekuatan > 80 desibel. Pencemaran suara dapat ditimbulkan dari suara
kendaraan bermotor, mesin kereta api, mesin jet pesawat, mesin-mesin pabrik, dan
instrumen musik. Dampak pencemaran suara menimbulkan efek psikologis dan
kesehatan bagi manusia, antara lain, meningkatkan detak jantung, penurunan
pendengaran karena kebisingan (noise induced hearing damaged), susah tidur,
meningkatkan tekanan darah, dan dapat menimbulkan stres.
b . Degradasi Lahan
Degradasi lahan adalah proses berkurangnya daya dukung lahan terhadap
kehidupan. Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat
pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan
lingkungan. Bentuk degradasi lahan, misalnya lahan kritis, kerusakan ekosistem
laut, dan kerusakan hutan.
1). Lahan kritis dapat terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun karena
eksploitasi penambangan yang besar-besaran.
2). Rusaknya ekosistem laut terjadi karena bentuk eksploitasi hasil-hasil laut
secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jala
pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk menangkap ikan atau
terumbu karang. Rusaknya terumbu karang berarti rusaknya habitat ikan,
sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatu daerah dapat berkurang.
3). Kerusakan hutan pada umumnya terjadi karena ulah manusia, antara lain,
karena penebangan pohon secara besar-besaran, kebakaran hutan, dan praktik
peladangan berpindah. Kerugian yang ditimbulkan dari kerusakan hutan,
misalnya punahnya habitat hewan dan tumbuhan, keringnya mata air, serta
dapat menimbulkan bahaya banjir dan tanah longsor.
2.5 Usaha-usaha Pelestarian Lingkungan Hidup
Beberapa usaha yang dilakukan untuk pelestarian lingkungan hidup antara lain
yaitu sebagai berikut.
1. Bidang Kehutanan
Kerusakan hutan yang semakin parah dan meluas, perlu diantisipasi dengan
berbagai upaya. Beberapa usaha yang perlu dilakukan antara lain :
a. Penebangan pohon dan penanaman kembali agar dilakukan dengan
seimbang sehingga hutan tetap lestari.
b. Memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar, dan
memberikan hukuman yang berat kepada mereka yang terlibat dalam
kegiatan tersebut.
c. Penebangan pohon harus dilakukan secara bijaksana. Pohon yang ditebang
hendaknya yang besar dan tua agar pohon-pohon yang kecil dapat tumbuh
subur kembali.
d. Melakukan reboisasi (penanaman hutan kembali) pada kawasan-kawasan
yang hutannya telah gundul, dan merehabilitasi kembali hutan-hutan yang
telah rusak.
e. Memperluas hutan lindung, taman nasional, dan sejenisnya sehingga
fungsi hutan sebagai pengatur air, pencegah erosi, pengawetan tanah,
tempat perlindungan flora dan fauna dapat tetap terpelihara dan lestari.
2. Bidang Pertanian
a. Mengubah sistem pertanian berladang (berpindah-pindah) menjadi
pertanian menetap seperti sawah, perkebunan, tegalan, dan sebagainya.
b. Pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat
teras-teras (sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil.
c. Mengurangi penggunaan pestisida yang banyak digunakan untuk
pemberantasan hama tanaman dengan cara memperbanyak predator
(binatang pemakan) hama tanaman karena pemakaian pestisida dapat
mencemarkan air dan tanah.
d. Menemukan jenis-jenis tanaman yang tahan hama sehingga dengan
demikian penggunaan pestisida dapat dihindarkan.
3. Bidang Industri
a. Limbah-limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun
perairan harus dinetralkan terlebih dahulu sehingga limbah yang dibuang
tersebut telah bebas dari bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, setiap
industri diwajibkan membuat pengolahan limbah industri.
b. Untuk mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh asap industri
yang berasal dari pembakaran yang menghasilkan CO (Karbon
monooksida) dan CO2 (karbon dioksida), diwajibkan melakukan
penghijauan di lingkungan sekitarnya. Penghijauan yaitu menanami lahan
atau halaman-halaman dengan tumbuhan hijau.
c. Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi dengan sumber energi
yang lebih ramah lingkungan seperti energi listrik yang dihasilkan PLTA,
energi panas bumi, sinar matahari, dan sebagainya.
d. Melakukan daur ulang (recycling) terhadap barang-barang bekas yang
tidak terpakai seperti kertas, plastik, aluminium, best, dan sebagainya.
Dengan demikian selain memanfaatkan limbah barang bekas, keperluan
bahan baku yang biasanya diambil dari alam dapat dikurangi.
e. Menciptakan teknologi yang hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan.
f. Menetapkan kawasan-kawasan industri yang jauh dari permukiman
penduduk.
4. Bidang Perairan
a. Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-
benda lainnya ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat
pembuangan sampah.
b. Perlu dibuat aturan-aturan yang ketat untuk penggalian pasir di laut
sehingga tidak merusak lingkungan perairan laut sekitarnya.
c. Pengambilan karang di laut yang menjadi tempat berkembang biak ikan-
ikan harus dilarang.
d. Perlu dibuat aturan-aturan penangkapan ikan di sungai/laut seperti
larangan penggunaan bom ikan, pemakaian pukat harimau di laut yang
dapat menjaring ikan sampai sekecil-kecilnya, dan sebagainya.
5. Flora dan Fauna
Untuk menjaga kepunahan flora dan fauna langka, beberapa langkah yang
perlu dilakukan antara lain :
a. Menghukum yang seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang bagi mereka
yang mengambil flora dan memburu fauna yang dilindungi.
b. Menetapkan kawasan perlindungan bagi flora dan fauna langka seperti Taman
Nasional, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan lain-lain.
6. Perundang-undangan
Melaksanakan dengan konsekuen UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan memberikan sanksi hukuman yang berat bagi pelanggar-
pelanggar lingkungan hidup sesuai dengan tuntutan undang-undang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup banyak diakibatkan oleh manusia. Diantaranya
kebakaran hutan, penebangan liar yang mengakibatkan hutan gundul. Majunya
teknologi seperti mobil, pabrik, dan sepeda motor membuat udara tercemar dan
lapisan ozon berlubang karena asap kendaraan. Lapisan ozon yang berlubang
membuat sinar matahari langsung ke bumi yang menyebabkan suhu di bumi naik.
Karena suhu di bumi naik es di kutub utara mulai mencair. Hal tersebut membuat
permukaan air laut meningkat. Oleh karena itu, manusia harus segera
menanggulangi kerusakan ini sebelum kerusakan semakin meluas. Selain
menanggulangi manusia harus sadar dan mengintrospeksi diri mereka agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama seperti merusak lingkungan.

3.2 Saran
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
Karena pada saat ini pemerintah masih berpangku tangan atas apa yang terjadi
dengan lingkungan. Pemerintah harus tegas dalam menentukan tindakan untuk
menanggulangi kerusakan lebih lanjut seperti kerusakan hutan, kebakaran, asap
pabrik yang membuat lapisan ozon berlubang dan banyak kerusakan lain yang
disebabkan oleh manusia dengan cara reboisasi, penyuluhan tentang pentingnya
lingkungan hidup bagi kehidupan manusia.
Referensi

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkugan. Yayasan Mutiara. Jakarta


Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan
Idayu. Jakarta.
Indra Maulana. 2011. Buku Kerja Siswa. Surakarta. Suara Media Sejahtera
Wardiyatmoko. 2006. Geografi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta. Erlangga
Perbedaan AMDAL dengan KLHS

KLHS merupakan instrumen yang digunakan untuk menyempunakan KRP dan


menjamin tercapainya pengarus-utamaan hasil pembangunan berkelanjutan. KRP
merupakan acuan dalam menentukan opsi-opsi kegiatan yang dapat dilakukan dan
menjadi rambu-rambu terhadap usulan suatu rencana usaha dan atau kegiatan untuk
dapat dilakukan.
Sedangkan AMDAL adalah instrumen yang digunakan untuk memastikan
kelayakan suatu rencana usaha dan atau kegiatan riel yang usulkan. Dengan kata
lain KLHS diterapkan pada ranah/tataran strategi pembangunan, sementara
AMDAL pada ranah/tataran operasional pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai