Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu fenomena dengan tidak
hanya memandang dari satu atau dua sisi tertentu. Berpikir sistem berarti bagaimana
memahami bahwa suatu fenomena akan dipengaruhi oleh banyak fenomena lainnya.
Dalam perspektif pendekatan sistem, sistem sosial tidak bisa dipahami dengan
menguraikan bagian-bagian masalah satu persatu. Menguraikan bagian-bagian sistem sosial
dapat menghilangkan jati diri sistem yang terletak pada interaksi antar bagian bagian
tersebut. Berpikir sistem bukan dengan menguraikan yang kompleks menjadi lebih
sederhana, tetapi melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks
antar subsistem dapat terlihat. Elemen-elemen sistem merupakan bagian-bagian yang
berinteraksi dalam hubungan timbal balik, merespons satu sama lain dalam konteks peran-
peran. Interaksi (Reciprocity) berarti komunikasi antara satu bagian dengan bagian yang lain.
Interaksi berarti kedua pihak saling mempengaruhi ketika berinteraksi satu sama lain. Roles
berarti suatu karakter atau fungsi yang diemban oleh suatu bagian. Berpikir sistem (system
thinking) berbeda dengan berpikir sistematik (systematic thinking) dan berpikir sistemik
(systemic thinking).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari system thinking ?
2. Bagaimana pola piker system thinking ?
3. Bagaimana Hierarki sistem dari Boulding ?
4. Apa saja manfaat dari system thinking ?
5. Kapan sistem thinking sebaiknya digunakan ?
6. Bagaimana cara kerja system thinking ?
7. Bagaimana system thinking tool ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari system thinking
2. Untuk mengetahui pola pikir system thinking
3. Untuk mengetahui hierarki sistem dari Boulding
4. Untuk mengetahui manfaat dari system thinking

1
5. Untuk mengetahui waktu penggunaan sistem thinking
6. Untuk mengetahui cara kerja system thinking
7. Untuk mengetahui system thinking tool
1.4 Manfaat
Dari penulisan karya tulis ilmiah ini penulis berharap agar pembaca dapat lebih
mengetahui dan menambah pengetahuan terkait System thingking.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian System Thinking


Sistem adalah kumpulan dari beberapa komponen yang saling bekerja sama dengan
menjalankan fungsinya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga bila salah
satu komponen tersebut tidak berfungsi, maka tatanan tersebut akan tidak berfungsi dan tidak
akan bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan cara berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar
manusia dapat memandang persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan
dengan demikian pengambilan keputusan dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada
sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif.
Menurut Peter Singe, system thinking adalah suatu kerangka kerja untuk melihat
keseluruhan proses, melihat hubungan saling keterkaitan dan mengenali pola-pola daripada
melihat potret terpotong-potong yang statis.
Syarat awal untuk memulai system thinking adalah adanya kesadaran untuk
mengapresiasi dan memikirkan sesuatu kejadian sebagai sebuah sitem (system approach).
Kejadian apapun, baik fisik maupun non fisik, dipikirkan sebagai unjuk kerja dan
keseluruhan interaksi antara bats lingkungan tertentu (Forrester, 1968).
System thinking dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami suatu
permasalahan secara keseluruhan dan akurat sebelum bertindak, sehingga bisa mengajukan
pertanyaan yang lebih baik sebelum melompat ke kesimpulan.
2.2 Pola Pikir Sistem (systems thinking)

System Thinking adalah suatu proses untuk memahami bagaimana satu individu dapat
mempengaruhi individu lain atau komunitas tempat dia berada. Salah satu contoh
penggunaan System Thinking adalah bagaimana memahami ekosistem di alam yang terdiri
dari berbagai elemen seperti udara, air, gerakan, tumbuhan, dan hewan yang saling
bergantung satu sama lain dalam siklus hidup sistem tempat mereka berada. Dalam
organisasi, sistem terdiri dari orang, struktur, dan proses yang bekerja sama dan saling
menentukan sehat atau tidaknya organisasi tersebut.

3
System Thinking dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami suatu
permasalahan, dengan melihat “masalah” sebagai bagian dari sistem keseluruhan, bukan
sebagai bagian terpisah yang tidak terkait dengan elemen-elemen yang lain di sekelilingnya.
Pendekatan menggunakan System Thinking adalah metode dengan melihat sistem secara
holistik dan menganalisanya melalui hubungan sebab akibat dari setiap elemen yang terkait.

Dalam memahami sistem, ada dua cara yang umum dilakukan yaitu:

a. Proses analisis mempelajari bagaimana bagian-bagian dari sistem bekerja sehingga


didapatkan hasil berupa knowledge mengenai kerja sistem tersebut.
b. Proses sintesis melihat sistem secara keseluruhan sehingga mendapatkan hasil berupa
pemahaman akan sistem tersebut. Cara kedua inilah yang sesuai dengan prinsip dasar dari
system thinking
Contoh system thinking :

Dalam konteks industri manufaktur pada galibnya, sebuah sistem dapat digambarkan
sebagai berikut, di mana proses pemahamannya harus dimulai dengan menetapkan tujuan
yang jelas (Purpose), dan kemudian ditarik mundur ke belakang sampai ke pemasok
(supplier).

Gambar di atas menunjukkan bahwa systems thinking berarti memikirkan seluruh


komponen dalam gambar tersebut, memperhatikan peran masing-masing komponen, dan
bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain untuk satu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pemimpin. Interaksi yang harmonis atau tidak harmonis antara komponen
yang satu dengan komponen yang lain, antarindividu dalam satu departemen dan individu
dalam departemen yang lain, antara kolega, dan antara atasan dan bawahan, akan
mempengaruhi hasil keluaran (output) dan berdampak pada tercapai atau tidak tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.

4
Fakta-fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa hasil kerja suatu sistem selalu
ditentukan oleh komponen yang paling lemah. Karena itu pemimpin dan komponen lainnya
harus memikirkan bagaimana cara membantu komponen yang paling lemah itu agar hasil
secara keseluruhan menjadi lebih baik.
2.3 Hirarki Sistem dari Boulding
Hirarki sistem dari Boulding Hirarki boulding adalah hasil pengklasifikasian sistem yang
di kaji kedalam suatu hirarki berdasarkan kompleksitas organisasi dari pada berbagai unsur
yang termasuk dalam sistem. Hirarki boulding diklasifikasikan dengan susunan/tingkatan
sebagai berikut:

 Tingkat 1. Framework atau disebut tingkat kerangka kerja. Contoh : peta.


 Tingkat 2. Clockwork merupakan terjadinya gerakan yang sudah di tentukan sebelumnya.
Contoh : tata surya, jam, mesin cuci dan lain sebagainya.
 Tingkat 3. Cybernetics atau mekanisme pengendali. Yang paling penting pada tingkatan
ini adalah terjadinya pemancaran dan penafsiran informasi.
 Tingkat 4. Open Systems.Tingkat sel pada tingkatan ini sistem dapat memelihara dirinya
dengan kata lain sel pada tingkatan ini mampu memancarkan informasi dan mampu
berkembang biak.
 Tingkat 5. Genetic-societal.Pada tingkatan ini di tandai dengan adanya tumbuh-tumbuhan
dan telah mempunyai pembagian kerja, sehingga totalitas di bagi dalam berbagai fungsi.
Contoh : tumbuhan memiliki akar, batang dan daun.
 Tingkat 6. Animal.Pada tingkatan ini ditandai dengan adanya binatang dan adanya
mobilitas yang besar serta memiliki kesadaran mengenal eksistensinya. Hal ini

5
menunjukkan sistem memiliki organ khusus untuk memasukkan informasi dari
lingkungannya.
 Tingkat 7. Human.Pada tingkatan ini ditandai dengan adanya sistem sebagai manusia.
Selain itu manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir secara abstrak.
 Tingkat 8. Social Organization.Tingkatan ini merupakan tingkat sistem social seperti
organisasi.
 Tingkat 9. Tingkatan ini merupakan tingkat sistem trasendental, ini digunakan oleh
boulding sebagai atap hirarkinya walaupun ia sendiri belum dapat menjelaskannya.
Contoh Hirarki Sistem

 Sistem Pemrosesan Transaksi (transaction processing system atau TPS).


 Sistem Informasi Manajemen (management information system atau MIS)
 Sistem Otomasi Perkantoran (office automation system atau OAS)
 Sistem Pendukung Keputusan (decision support system atau DSS)
 Sistem Informasi Eksekutif (executive information system atau EIS)
 Sistem Pendukung Kelompok (group support system atau GSS)
 Sistem Pendukung Cerdas (intelligent support system atau ISS)

Sistem Fungsi Pemakai

TPS Menghimpun dan menyimpan informasi transaksi Orang yang memproses


transaksi

MIS Mengkonversi data yang berasal dari TPS Semua level manajemen
menjadi informasi yang berguna untuk
mengelola organisasi dan me-mantau kinerja

6
DSS Membantu pengambilan keputusandengan Anaiis. manajer, dan
menyediakan informasi. model, atau perangkat profesional
untuk menganalisa informasi

EIS Menyediakan informasi yang mudah diakses Manajemen tingkat


dan bersifat interaktif, tanpa mengharuskan menengah dan atas
eksekutif menjadi ahli analisis

ES Menyediakan pengetahuan pakar pada bidang Orang yang hendak


tertentu untuk membantu pemecahan masalah memecahkan masalah yang
memerlukan
kepakaran

OAS Menyediakan fasilitas untuk memproses dokumen Staf maupun manajer


maupun pesan-pesan sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara efisien dan efektif

2.4 Manfaat System Thinking


Mengapa perlu belajar sysyem thinking, sebab dengan belajar dan menguasai ilmu
berpikir sistem, dapat dianalisa setiap masalah dalam penugasan secara ilmiah, tepat guna
dan berhasil guna (efektif dan efesien).
Manfaat dari System thinking antara lain:
a. Memberi pemahaman atas keterkaitan elemen-elemen yang mempengaruhi
kinerja.

b. Menjadi bahasa bersama untuk dialog tentang struktur dan proses sistem

c. Memetakan dan simulasi apa yang dipahami bersama.

d. Fenomena dasar yang berkembang dengan memerhatikan interaksi dari


berbagai yang berkaitan.

e. Penyelesaian masalah dengan pendekatan antar disiplin yang bekerja sama


secara sinergis sebagai pemecah masalah

7
f. Keterbukaan menerima hal-hal baru yang berkembang cepat, untuk
meningkatkan efektivitas dari keluarga dan organisasi.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan apabila tidak menguasai system


thinking, yaitu:
a. Dampak yang tidak diharapkan; efek samping atau dampak tak terduga terjadi
karena kita tidak memahami dengan baik struktur persoalannya, sehingga luput
dari perhatian.

b. Fokus pada satu bagian, mengabaikan keseluruhan; diakibatkan karena masing-


masing manusia tidak paham persoalan keseluruhannya maka masing-masing
manusia punya keputusan yang berbeda untuk persoalan yang sama, atau
sebaliknya, memilih keputusan sama untuk persoalan yang berbeda.

2.5 Kapan System Thinking sebaiknya digunakan


Masalah yang cocok untuk diterapkan pada system thinking mempunyai beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai isu yang penting.

2. Permasalahannya sudah kronis dan terus menerus terulang, bukan peristiwa yang
terjadi hanya di satu waktu.

3. Permasalahannya sudah dikenal atau akrab serta memiliki sejarah yang dikenal

4. Permasalahan ini telah dipecahkan sebelumnya dan mengalami kegagalan.

2.6 Bagaimana Cara Kerja System Thinking

Dalam memahami sistem, ada dua cara yang umum dilakukan yaitu:
a. Proses analisis mempelajari bagaimana bagian-bagian dari sistem bekerja
sehingga didapatkan hasil berupa knowledge mengenai kerja sistem tersebut.

b. Proses sintesis melihat sistem secara keseluruhan sehingga mendapatkan hasil


berupa pehamanan akan sistem tersebut.

8
Cara berpikir sistem adalah kemampuan untuk melihat melalui lensa yang berbeda.
Lensa-lensa tersebut adalah time horizon (rentang waktu) dan space horizon (rentang
tempat). Pemilihan lensa akan mempengaruhi isu yang diangkat dan cara penangganan
masalah. Para pemikir sistem mengubah tingkat perhatian (level of perspective) mereka dari
masalah kepada sistem yang memuat masalah tersebut. Tingkat ini dapat mencakup
paradigma, data, perilaku, struktur sebab akibat, kebijakan, maupun institusi dan budaya.
Pada setiap tingkat diperlukan pemahaman tersendiri akan sistem yang dimaksud.
2.7 System Thinking Tool

Salah satu konsep yang digunakan oleh system thinker untuk melakukan analisis adalah
“system iceberg” disebut dengan model gunung es. Model gunung es ini adalah alat sistem
berpikir yang dirancang untuk membantu individu atau kelompok dalam menenmukan pola
perilaku, struktur pendukung dan model mental yang mendasari suatu peristiwa tertentu.
Model gunung es memiliki tiga tingkatan; kejadian (event), perilaku (pattern), dan
struktur (systemic structure). Semakin ke dalam, analisis semakin susah karena konsep yang
digunakan semakin abstrak. Namun jika dilakukan dengan baik, solusi yang tersedia akan
lebih baik.
1. Event – Pendekatan Reaktif.

Jenjang ini adalah yang paling kasat mata, biasanya ditangkap oleh panca indera.
Pada gunung es, “event” terletak di atas permukaan laut, sehingga semua orang akan bisa
melihatnya. Analisis dan pemecah masalah yang bekerja pada level ini akan bertindak
reaktif, seperti pemadam kebakaran. Jika ada kejadian kemudian akan beraksi. Kejadian
demi kejadian akan terlihat seperti kejadian acak tanpa telihat ada kaitannya. Karena
kejadian demi kejadian terlihat acak, maka mereka akan sangat sibuk memadamkam api
yang sedang terjadi, yang menyebabkan semua energi dan waktu akan terkuras untuk
pekerjaan rutin “memadamkan apiyang tak habis-habisnya”.
Seseorang hidup di dunia yang penuh dengan peristiwa-peristiwa. Sesuatu terjadi
dan ia kemudian meresponnya. Tanpa adanyan suatu pemahaman yang mendasai
penyebab dari peristiwa ini, masing-masing peristiwa tersebut dapat menciptakan
peristiwa lainnya dalam hubungan sebab-akibat yang tak berujung. Pad tingkat

9
pemahaman ini, semua yang dapat dilakaukan adalah beraksi terhadap segala sesuatu
yang terjadi.
2. Patterns – Pendekatan Adaptive

Tingkatan yang lebih mendalam yang bisa dilakukan adalah dengan mengamati
perilaku sistem. Satu faktor penting yang harus diperhatikan pada level ini adalah waktu.
Kumpulan kejadian-kejadian bisa dilihat dalam rentetan waktu sehingga akan terlihat
pola-pola tertentu.
Jika dunia ini mulai dipandang sebagai pola perilaku terhadap waktu, maka
sebuah peristiwa dapat diantisipasi dan diakomodasi. Pengelolaan pada tingkatan ini
membolehkan untuk melakukan antisipasi terhadap kecenderungan yang terjadi dan
mengakomodasinya. Pada tingkatan ini, respon yang dilakukan masih terhadap peristiwa-
peristiwa yang terjadi, namun dalam bentuk yang lebih proaktif.
3. Systemic Structure – Pendekatan Generative

Untuk memecahkan setiap kasus permasalahan, perlu pendekatan (1) dan (2)
sebelum menyelam ke pendekatan (3). Pada pendekatan ini, analisis perlu melihat
keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lain. Faktor yang saling mengait inilah yang
nantinya memunculkan pola atau kecenderungan yang biasa ditangkap analisis level (2).
Melihat struktur sebuah sistem tidaklah mudah. Kadang hubungan antar faktor terpisah
oleh lokasi dan waktu. Sistem juga berubah setiap waktu dan tidak jelas batasnya.
Apa yang membuat perilaku-perilaku yang dapat diamati dapat mulai dilihat dan
kemudian diambil tindakan untuk mengubah struktur-struktur ini. Ini membolehkan
seseorang untuk mengubah sumber suatu permasalahan daripada berhadapan dengan
gejalanya saja. Kekuatan system thinking lebih memusatkan perhatian pada tingkatan
struktur sistemik, dimana ia merupakan letak pengungkit terbesar untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan kompleks.
Jadi menyelesaikan sebuah permasalahan atau persoalan itu mengubah kondisi
real (existing) menjadi kondisi yang diinginkan. Dalam dunia nyata sering
dikompromikan, oleh karena kondisi real susah diubah sesuai yang diinginkan, maka
keinginan itu diturunkan atau didekatkan menjadi tidak terlalu jauh dengan kondisi real.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dengan system thinking ini, membolehkan seseorang untuk mengubah sumber suatu
permasalahan daripada berhadapan dengan gejalanya saja. system thinking dapat membantu
membuka simpul-simpul permasalahan yang ada dengan membantu menggambarkan
kembali permasalahan tersebut dari suatu perspekif yang berbeda secara fundamental.
Dengan menggunakan analogi “gunung es”, bagian yang terlihat oleh manusia adalah
peristiwa yang terjadi dikehidupan. Dan masalahnya adalah, seperti gunung es, yang 90%
tidak terlihat. Jadi semakin bisa memahami apa yang terjadi di bawah permukaan, semakin
bisa dipengaruhi bagaimana sistem bekerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Ross D. 2015. Jurnal. A Definition of System Thinking : A System Approach. USA :
Elsevier B.V
Forrester, J.W. 1968. Principles of System. Pegasus Communication, Inc: New York.
Goodman, Michael. System Thinking:What, Why, When, Where,and How?. Artikel diambil
pada tanggal 22 Oktober 2016 dari (https://thesystemsthinker.com/systems-thinking-
what-why-when-where-and-how/)
Nur Fuad Abdullah. 2012. Cara Berpikir Sistem. Artikel diambil pada tanggal 21Oktober 2016,
dari (share.its.ac.id/mod/resource/view.php?id=6240)
Richmond, Barry. The “Thinking” in System Thinking” How Can We Make It Easier To
Master?”. Artikel diambil pada tanggal 22 Oktober 2016 dari
(https://thesystemsthinker.com/the-thinking-in-systems-thinking-how-can-we-make-it-
easier-to-master/)

12

Anda mungkin juga menyukai