KAJIAN TEORETIS
sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan,
peran serta. Partisipasi secara formal didefinisikan sebagai turut wewenang baik
yang mendasar untuk bekerjasama yang memerlukan waktu dan usaha, agar
menjadi mantap dan hanya berhasil baik dan terus maju apabila ada kepercayaan.
Disamping itu, (Gultom, 2001: 12) memberikan batasan partisipasi sebagai suatu
11
12
sanaan dari gejala sesuatu yang berpusat pada kepentingannya dan juga ikut
kewajibannya.
kelompok dapat disebut partisipasi individual. Selain itu partisipasi dapat disebut
karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil
bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat
berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Disebut partisipasi
horisontal, karena pada suatu saat tertentu tidak mustahil masyarakat mempunyai
berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha
bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja
pikiran maupun materi) dan tanggung jawabnya terhadap setiap keputusan yang
Pertama, dari segi basisnya, yaitu partisipasi karena desakan (impetus) dan
partisipasi karena adanya insentif. Kedua, segi bentuk yaitu partisipasi
terjadi secara terorganisasi, ada pengarahan dari pimpinan kelompok, dan
partisipasi yang dilakukan secara langsung oleh individu itu sendiri.
Ketiga, segi keluasannya, yaitu partisipasi terjadi dengan mengorbankan
waktu dan dengan menambah kesibukan di luar untuk kepentingan
pribadinya. Keempat, dari segi efektivitasnya, yaitu dengan menjadi
partisipan berharap bisa memberikan masukan/saran atau kontribusi yang
tentunya pada akhirnya akan memberi manfaat terhadap dirinya.
Dari keempat segi partisipasi tersebut di atas bila dilihat dari prakarsa
terjadinya partisipasi maka bisa digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu partisipasi
14
yang datang dari atas (top down), dan partisipasi yang datang dari bawah (bottom
up).
Sastropoetro (1986: 27) adalahlah status sosial, kegiatan program dan keadaan
yang direncanakan dan dikendalikan oleh kelompok yang dapat berupa organisasi
faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat
a. Kepemimpinan
kepemimpinan.
b. Pendidikan
program.
15
c. Komunikasi
dukungan bila hal tersebut mudah diketahui dan dimengerti oleh masyarakat.
Sementara Gultom (2001: 27), bahwa terdapat beberapa hal yang berhu-
yang sedini dan seteliti mungkin sebelum keputusan terakhir diambil seseorang
alternatif lain yang dapat diambil, dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari seseorag serta
akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh 3 faktor
pendukungnya yaitu: adanya kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk
berpartisipasi (Hardjasoemantri, 1993: 44).
memberikan peluang. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari
memberikan peluang, maka partisipasipun juga tidak akan terjadi. Demikian juga,
jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak adanya ruang atau kesempatan
Menurut peneliti, kondisi yang sama dapat terjadi antara partisipasi orang
pendidikan juga memberikan ruang atau kesempatan kepada orang tua atau
Beberapa sifat dari partisipasi antara lain: positif, kreatif, kritis, korektif
berarti keterlibatan yang berdaya cipta, tidak hanya melaksanakan program yang
maupun cara baru yang lebih efektif dan efisien. Partisipasi dapat dikatakan kritis,
yang lebih baik. Partisipasi yang realistis mempunyai arti bahwa keikutsertaan
partisipasi adalah:
18
1. Kehadiran
Kehadiran merupakan varian partisipasi tingkat pertama yang lebih
mudah menjadi tolok ukurnya sebab jika seseorang hadir dalam suatu
kegiatan maka ia dapat dikatakan telah berperan serta. Tolok ukur varian
pertama peran serta adalah kehadiran yang bersifat kuantitatif.
2. Representasi
Representasi merupakan varian kedua dari peran serta yang secara
kualitatif lebih tinggi dan mendalam jika dibandingkan dengan varian
pertama. Ini meliputi aktivitas penentuan masalah, perumusan masalah,
perumusan metode dan pendekatannya serta pembuatan keputusan.
Individu dikatakan berperan serta dalam varian ini apabila terlibat dalam
penentuan masalah.
3. Pemilikan dan pengendalian
Pemilikan dan pengendalian merupakan varian tertinggi dari peran
serta secara kualitatif. Individu yang berperan serta pada varian ini tidak
hanya hadir dan berpresentasi tetapi lebih dari itu, yakni memiliki (sense
of belonging).
Menurut tata bahasa, orang tua adalah ayah, ibu kandung, orang yang
Lingkungan yang pertama dikenal oleh individu (anak) adalah orang tua
yang terdiri dari ayah dan ibu. Maka dengan sendirinya ayah dan ibu
sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang anak (Markum, E, M, 1991: 7).
manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial di dalam
Sujanto (1988:78) menyatakan bahwa orang tua adalah lembaga kesatuan sosial
terkecil yang secara kodrati berkewajiban mendidik anaknya. Orang tua mendidik
anak secara tradisional dan turun temurun. Selain itu Kartono (2003:53)
menyatakan bahwa orang tua merupakan unit sosial terkecil yang memberikan
19
fondasi primer bagi perkembangan anak. Karena itu baik buruknya orang tua dan
tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan pendidikan pertama bagi setiap
individu.
anak. Pola asuh orang tua paling berperan dalam ini. Perilaku orang tua, yang
telah terasa dan teramati sejak keluar dari rahim sang ibu, telah tertanam pada diri
anak. Pengalaman interaksi anak dengan orang tua akan menentukan perilaku
pada anak terhadap orang lain maupun lingkungan sosial. Mulai dari belajar untuk
bicara hingga mengenal berbagai norma yang harus mereka patuhi dan
laksanakan.
dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orangtua kerena
setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya
bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah setiap orang yang bertanggung
jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-
hari lazim disebut dengan ibu bapak atau ayah dan ibu. Mereka inilah yang
terutama dan utama memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah
20
tangga. Dengan demikian orang tua sebagai penanggung jawab dalam proses
pendidikan keluarga mempunyai peranan yang paling utama dan pertama dalam
masyarakat.
yang bertanggung jawab kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya jasmani dan rohani. Orangtua adalah bagian dari keluarga yang
merupakan penanggung jawab utama dalam pembinaan atas bagian keluarga yang
lain termasuk anak. Bentuk pendidikan orang tua terhadap anak seperti
bimbingan, tuntunan, dan keteladanan serta nasihat (Fuad Ihsan, 2003: 4).
pada tahap institusi. Hal itu merupakan jembatan meniti bagi generasi yang akan
datang. Orang tua merupakan sistem yang paling khusus dan tersendiri. Karena, di
bersama orang tua itulah tempat tinggal pertama bagi anak untuk melakukan
21
tidak berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Sebagai peletak
watak dan kepribadian anak, maksudnya bahwa watak dan kepribadian tergantung
kepada pendidikan awal yang berasal dari orang tua terhadap anaknya.
Konsekwensinya apabila anak telah memasuki usia pra-sekolah menjadi tugas dan
Hal yang menjadi tanggung jawab orang tua adalah menyediakan alat-alat
masalahnya.
perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua sangat menunjang bagi
keberhasilan pendidikan anak. Salah satu wujud nyata dari perhatian dan tanggung
anak mereka, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak.
Semua dilakukan atas dasar kerjasama kedua orang tua (ayah dan ibu).
Salah satu yang mempengaruhi minat belajar anak baik di rumah maupun
di sekolah adalah seberapa besar motivasi yang diberikan orang tuanya. Untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, orang tua dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar anak, sehingga terbentuk perilaku belajar anak yang efektif.
memotivasi anak agar menunjukan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul
diakui bahwa upaya menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk
dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana,
anak, baik yang terkait dengan faktor-faktor internal maupun keadaan eksternal
yang mempengaruhinya.
petunjuk umum bagi orang tua dalam rangka meningkatkan motivasi belajar bagi
orang tua berhak mendapatkan jaminan bahwa anaknya dididik secara sungguh-
sungguh di sekolah. Dapat juga dilakukan melalui komite, orang tua dapat
fungsinya dalam memegang amanah dari para orang tua mendidik anak-anak kita
diselenggarakan pemerintah dalam membantu anak usia dini agar mereka tumbuh
1. Dasar Hukum
Pendidikan.
7. Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, tugas dan fungsi
Tujuan bermain anak menurut Hakim Lukman (2003: 71) adalah: a) lebih
Bruner (Donar, 2009: 74) menekankan bahwa: “Fungsi bermain bagi anak
biasa”.
Menurut Freency (Mardiyanto Didi, 2009: 51) bahwa bermain bagi anak
itu mempunyai arti yang sangat penting karena: a) dengan bermain anak dapat
karena bermain mempunyai nilai yang sangat penting bagi perkembangan fisik,
Dengan bermain pikiran berdaya artinya dengan bermain pikiran anak itu
jalan/aktif. Kegiatan anak sehari-hari itu selain tidur, makan, popok dan bermain.
Saat bermain itulah pikiran anak itu aktif, sehingga timbul ide-ide baru/gagasan
26
baru yang pada gilirannya menimbulkan sebuah kreatifitas. Bermain juga dapat
Dari teori diatas dapat dikatakan bahwa dengan bermain dapat membantu
koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah.
dari bermain.
Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manfaat bermain
bagi anak adalah sebagai berikut: dapat memicu kreatifitas, mencerdaskan otak,
melakukan penemuan.
27
Permaianan bagi anak adalah alat untuk menjelajahi dunianya, dari yang ia
tidak kenali sampai yang ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya
sampai mampu melakukannya. Oleh sebab itu para pakar psikologis anak menga-
takan cara yang paling efektif mendidik anak usia dini yaitu: mendidik anak lewat
cara bermain. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat
bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan (Cosby
berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta bahasa. Lewat bermain,
anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam
sarana bagi timbulnya pikiran anak yang berdaya. Pikiran berdaya merupakan
Pikiran berdaya artinya bahwa dengan bermain pikiran anak itu jalan, sam-
pai dia melahirkan gagasan baru, ide-ide baru yang akhirnya menjelma menjadi
sebuah kreatifitas. Situasi ketika anak serius dengang permainannya nampak anak
dan kesantaian.
1. Perencanaan
yang ingin dicapai, tujuan pelaksanaan, materi belajar, bahan belajar, metode
indikator keberhasilan.
2. Perorganisasian
3. Pelaksanaan
kegiatannya, sehingga program yang disusun mengacu pada konsep belajar sambil
29
pendidikannya.
3). Makan bersama yang tujuannya untuk melatih kemandirian anak dan
kebersamaan anak.
Tabel 2.1
Pengembangan bidang-bidang dalam Program Kelompok Bermain
Bidang Contoh
Mengasah motorik halus dan kasar anak, daya
a. Keterampilan
cipta, daya pikir dan bahasa.
Pengembangan kesadaran pentingnya kebersihan,
b. Fisik
kesehatan dan kebugaran pada diri anak.
c. Kemampuan interaksi Pengembangan kemampuan bersosialisasi, berko-
social munikasi, solidaritas, dan nilai keagamaan.
Mengembangkan kemandirian pada diri anak,
d. Karakter
sportifitas, tanggung jawab dan kerjasama.
Penilaian adalah proses pemberian nilai atau tindakan atau upaya untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.
Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan hasil belajar itu sendiri adalah
belajar.
30
Howard Kingsley (Purwanto, 1998: 56) mambagi tiga macam hasil belajar,
yakni:
1) Pengetahuan dan pengertian yang meliputi: menulis dan membaca, untuk itu
biasanya guru menggunakan tes secara tertulis.
2) Keterampilan dan kebiasaan seperti menggambar, menyusun balok,
kemampuan berbahasa, kewajiban sosial dan sebagainya tes berupa ujian
praktek.
3) Sikap: kemandirian, kreatifitas, bersosialisasi, resolusi konflik, negosiasi dan
sebagainya, untuk aspek ini bisa digunakan dengan cara pengamatan guru
terhadap perilaku siswa.
1974). Dengan demikian kata partisipasi dapat didefinisikan sebagai aksi atau
tindakan untuk terlibat atau berperan serta. Dari beberapa literatur ditemukan
kelompok.
segala sesuatu yang berpusat pada berbagai kepentingan. Orang-orang juga ikut
(1) tersedianya waktu untuk berpartisipasi; (2) orang yang berpartisipasi harus
berpartisipasi; (4) tersedianya biaya yang cukup; (5) tidak merugikan orang lain;
dan (6) adanya keterikatan anggota dengan tujuan yang akan dicapai.
orangtua dapat diartikan sebagai keterlibatan atau peran serta orangtua dalam
usia dini tetapi juga kualitas keterlibatan orangtua dalam ikut mengupayakan
pendidikan. Orang tua tersebut dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan seperti Kelompok Bermain. Oleh karena itu, orang tua
Bila dilihat dari konsep pendidikan, orang tua dengan berbagai ragam
kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
pendidikannya, makin baik pendidikan orang tua, makin baik pula kualitas
Kelompok Bermain, maka kualitas orang tua pun harus baik, agar saling
menunjang antara satu dan lainnya, jika kualitas pendidikan orang tua baik maka
akan menghasilkan keluaran atau hasil didik yang baik pula secara keseluruhan.
hakikatnaya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi anak usia dini. Dalam hal ini Program
Kelompok Bermain sebagai system social merupakan bagian integral dari system
33
social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Olehnya hubungan antara Kelompok
Bermain dan orang tua yang terjalin baik dapat mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Artinya jika hubungan Lembaga pendidikan seperti Kelompok
Bermain dengan orang tua berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan
partisipasi orang tua untuk memajukan Kelompok Bermain juga akan baik dan
tinggi.
Berdasarkan teori tersebut bahwa selain peran orang tua sebagai anggota
Bermain telah disadari oleh banyak fihak, kebijakan manajemen berbasis sekolah
(MBS) dalam reformasi pendidikan pun menempatkan peranan orang tua sebagai
usia dini. Padahal dalam implementasi syarat berpartisipasi, seharusnya orang tua
merasa bahwa tidak hanya menjadi user (pengguna), tetapi sebagai subyek yang
34
Partisipasi orangtua ini terlihat dalam berbagai wujud kegiatan, antara lain:
menyediakan berbagai bentuk bantuan finansial dan non finansial untuk
mendukung pelaksanaan program Kelompok Bermain, memberikan
kontribusi pemikiran, melakukan kontrol dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program Kelompok Bermain sesuai standar kurikulum yang
berlaku, dan menyediakan dukungan dana bagi peningkatan anggaran
pendidikan sesuai dengan standar yang di sepakati.
paling sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung pendidikan
ada tujuh jenis (bentuk) partisipasi orang tua dalam pembelajaran di lembaga
pendidikan, yaitu:
3. Menerima secara pasif apa pun yang diputuskan oleh pihak pengelola PAUD
yang terkait dengan peningkatan pengelolaan Kelompok Bermain.
4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan
Kelompok Bermain. Misalnya, kesamaan persepsi antara pendidik dengan
orang tua dalam hal membelajarkan anak, konsultasi tentang keselamatan anak
dalam penggunaan faslitas permainan, dan lain-lain.
5. Menghadiri pelayanan tertentu. Misalnya, Kelompok Bermain bekerja sama
dengan mitra tertentu seperti Puskesmas untuk memberikan penyuluhan kepada
orag tua tentang perlunya Posyandu, sarapan pagi bagi anak sebelum sekolah,
atau pentingnya makanan bergizi dan lain-lain.
6. Melaksanakan kegiatan yang telah didelegasikan atau dilimpahkan Kelompok
Bermain kepada orang tua dalam mengajak ornga tua lain yang belum
mengikutkan anaknya dalam Kelompok Bermain ataupun untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat umum tentang pentingnya pendidikan anak
usia dini atau hal-hal penting lainnya untuk kemajuan bersama.
7. Mengambil peran dalam pengambilan keputusan pada berbagai jenjang
kegiatan dalam Kelompk Bermain. Misalnya orang tua siswa ikut serta
membicarakan dan mengambil keputusan tentang rencana kegiatan ekstra
korikuler anak, baik dalam pendanaan, pengembangan fasilitas bermain anak
dan lain-lain.
Dari teori tersebut dapat dikatakan bahwa, orang tua adalah salah satu
mitra Kelompok Bermain yang dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu
dan kualitas pendidikan anak. Melalui orang tua kegiatan belajar anak di mana
saja dapat dipantau. Bahkan orang tua dapat menjadi bagian dari paguyuban para
orang tua siswa yang dapat memberi masukan dan dukungan dalam merencanakan
Bermain.
bahwa partisipasi orang tua terhadap pendidikan anak usia dini dapat terjadi
dalam:
Orang tua tidak saja membantu belajar anak di rumah, bisa juga dilakukan di
lembaga pendidikan seperti Kelompok Bermain. Bahkan kalau perlu orang tua
yang memiliki pengetahuan dan keahlian khusus, misalnya ahli dalam melukis
atau seni musik atau seni rupa, dengan koordinasi yang baik dengan pihak
pengelola Kelompok Bermain, para orang tua ini bisa saja membantu mengadakan
Kelompok Bermain.
Misalnya saja ada orang tua siswa yang kebetulan seorang dokter, yang
memahami betul apa itu arti hidup sehat. Dia dapat memberikan masukan yang
pengaturan kamar mandi dan toilet yang sehat, penataan warung jajan sehat bagi
Keterlibatan orang tua siswa dalam pengelolaan kelas memiliki arti yang
sangat luas bukan berarti orang tua turut masuk ke ruang belajar. Tetapi,
bentuk patisipasi yang dapat diberikan orang tua dalam terhadap pengembangan
sesuai dengan karakteristik tiap orang tua ataupun latar belakang status sosial
yang bersangkutan. Atau dapat dikatakan bahwa partisipasi orang tua dapat
tergantung pada luas tidaknya produk serta kualitas pendidikan yang dihasilkan
potensi anak maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi orang tua,
pengembangan potensi anak, itu juga jadi masalah tidak saja bagi output yang
bersangkutan tapi berpengaruh bagi persepsi orang tua serta tingkat partisipasi
orang tua.
38
Dari beberapa teori dan konsep yang telah diuraikan diatas maka indikator
partisipasi orang tua terhadap program Kelompok Bermain yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah: 1) partisipasi orang tua dalam mengikutkan anak