Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN K3

PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3)

AGNES GEOVANNI ARIYESTI GLORIA 12190860N


ARUM KUSUMA PUTRI 12190861N
HARIYANTO JAFAR 12190874N
IRFAN LUTHFIAN NURAFIF 12190877N
NANANG ADI WIBOWO 12190885N
SUGIYANTO DAPA LANGGA 12190895N

DIV ALIH JENJANG ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi seperti industri yang mencemari dan
rumahtangga yang menghasilkan berbagai limbah lingkungan dan mengganggu kesehatan
masyarakat.Jenis limbah yang paling berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan adalah
limbah yang dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Pencemaran limbah B3 dapatmelalui tanah, air, maupun udara. Pencemaran tersebut
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Salah satu limbah B3 yang harus menjadi
perhatian adalah limbah-limbah yang mengandung logam berat yaitu Timbal (Pb), Merkuri
(Hg), dan Arsen (As). Limbah logam beratini bersifat racun dan persisten, sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Salah satu dampak yang
signifikan bagi kesehatan manusia adalah penurunan IQ terutama bagi anak –anak dan
balita, merusak produksi haemoglobin darah, menyebabkanketidaksuburan bagi wanita/
pria, keguguran, dan bayi meninggal dalam kandungan.
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan
berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang
lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal
tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah
(B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan
penanganan yang salah dalam menangani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah
B3 tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi
lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan
makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak
yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin meningkat jumlahnya.
Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya. Banyak
orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan jumlah yang banyak serta
tidak dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah tersebut termasuk limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan mengupas semua tentang
limbah B3 dan bagaimana system pembuangannya yang baik
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud definisi Limbah B3?
2. Menjelaskan jenis dan karakteristik Limbah B3?
3. Bagaimana cara pengelolaan Limbah B3?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi Limbah B3
2. Mengetahui jenis dan karakteristik Limbah B3
3. Mengetahui cara pengelolaan Limbah B3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.

B. Tujuan Pengelolaan Limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik
penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi
semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah
B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

C. Identifikasi Limbah B3
1. Sumber Limbah B3
a. Sumber spesifik
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya :
Jenis Industri Sumber Pencemaran Pencemar Utama
Proses produksi amonia, - Logam berat (As, Hg)
Pupuk
urea dll - Sulfida/seny. amonia
- Logam berat (As, Cd,
Proses finishing, dyeing,
Tekstil Cr, Cu dll)
printing dll
- Pigmen, zat warna dll
- Pelarut organik
Proses pencetakan dan
Kertas - Logam berat dari
pewarnaan
tinta/pewarna

b. Sumber tidak spesifik


Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dan lain-lain. Contohnya:
 Pelarut Terhalogenisasi
 Tetrakloroetilen
 Klorobenzen
 Karbon tetraklorida
 Pelarut yang tidak terhalogenisasi
 Dimetilbenzen
 Aseton
 Metanol
 Asam/Basa
 Yang tidak spesifik lainnya
 PCB’s
 Limbah minyak diesel
 Pelumas bekas
c. Bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk yang tidak
memenuhi spesifik. Contohnya:
 Asetal Dehida (D3001)
 Asetamida ( D3002)
 Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
 Aseton (D3004)
 Asetonitril (D3005)
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses
tersebut.
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
2. Karakteristik Limbah B3
a. Mudah meledak
Yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau mekanisme lain,
misalnya dinamit.
b. Mudah terbakar
Yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara
cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen,
methane.
c. Bersifat reaktif
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau amonia.
d. Beracun
Yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu
kesehatan, seperti hidrogen sianida.
e. Menyebabkan infeksi
Yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang
terkena infeksi. Misalnya hepatitis dan kolera.
f. Bersifat Korosif
Bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila berkontak
dengannya.
3. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik
D. Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan
alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau
lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100
kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses
dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi
limbah.

E. Hasil pengolahan limbah B3


Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan
pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah
tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.
Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3,
harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

F. Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer
di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama
dari chemical conditioning ialah:
 menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
 mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
 mendestruksi organisme pathogen
 memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai
ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
 mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan
dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:


a. Concentration thickening Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang
akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini
pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada
tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener
dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada
tahapan awal ini.
b. Treatment, stabilization, and conditioning Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan
senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui
proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan
reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialahlagooning, anaerobic
digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical
conditioning, dan elutriation.
c. De-watering and drying De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat
pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan
adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
d. Disposal Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atauinjection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai
proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering
dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan
mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
 Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
 Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
 Precipitation
 Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
 Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
 Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ
mixing, danplant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan
di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang
dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah
padat, cair, dan gas secara simultan.

G. Usaha-Usaha Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang
memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang
bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi di
lingkungan pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara
preventif tersebut adalah sebagai-berikut:
1. Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa perencanaan,
organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.
2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus, krim kulit,
sepatu, dsb)
3. Ventilasi yang baik.
4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol, dan
sebagainya.
5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
6. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses produksi, dan
mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap tahap
produksi yang menghasilkan debu.
8. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahayadisendirikan.
9. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta analisis
keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam
pemaparan.
11. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan bahan
kimia beracun.
12. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.

13. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta monitoring
biologis (darah, tinja, urine, dansebagainya).
14. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian,
pengontrolan.
15. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas
kesehatan, desinfektan, dan sebagainya.
16. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
17. Enclosing, menangani sumber bahaya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
2. Proses teknologi untuk pengolahan limbah B3, meliputi secara fisika, kimia biologi atau
kombinasi. Itu semua dilakukan dengan menggunakan teknik pengolahan tertentu.
Berikut ini macam-macam teknik pengolahan limbah B3:
a. Netralisasi
b. Pengendapan
c. Koagulasi dan flokulasi
d. Oksidasi-Reduksi (Redoks)
e. Insenerasi

B. Saran
Penulis menyarankan agar limbah B3 dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya sebelum dibuang ke lingkungan,
hendaknya diolah terlebih dahulu agar tidak menimbulkan dampak buruk khususnya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai