Anda di halaman 1dari 156

IV-1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Salah satu bidang industri yang saat ini semakin maju perkembangannya adalah industri tinplate. Pertumbuhan industri nasional yang berkembang dan menyebar di berbagai daerah, semuanya sangat membutuhkan produk tinplate, terutama sebagai bahan baku kemasan produk makanan maupun produk lainnya. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tinplate tersebut maka penyusun merasa tertarik untuk mengambil tema pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3) di industri tinplate, mengingat semakin meningkatnya pertumbuhan industri maka akan semakin bertambah pula limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Salah satu limbah yang menjadi permasalahan dalam industri tinplate adalah limbah B3. Apabila limbah B3 tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran itu sendiri adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan dan sebagian besar disebabkan karena tindakan manusia, dengan mengubah pola penggunaan energi dan materi, tingkat radiasi, bahan kimia maupun fisika, serta jumlah organisme (Sastrawijaya,2000). Masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan dengan konsentrasi yang besar akan menurunkan kualitasnya, oleh karena itu diperlukan penanganan serius sehingga permasalahan ini tidak berlarut-larut dan mengancam kehidupan manusia. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT. Latinusa Tbk, merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi dengan standar internasional. PT Latinusa didirikan pada 19 Agustus 1982 berdasarkan Akta Perseroan No.45. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk memiliki

IV-2

komitmen yang kuat terhadap masalah lingkungan, salah satunya dengan mengelola limbah B3 dari hasil proses produksinya. Selain itu perusahaan ini juga menetapkan kebijakan dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga komitmennya agar proses produksi tidak berdampak buruk terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan keseimbangan ekosistem. 1.2. Dasar Kegiatan Pelaksanaan Praktek Dasar kegiatan kerja praktek ini adalah : 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai bagian dari pendidikan 2. Kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
3. Mata kuliah kerja praktek yang harus diambil oleh mahasiswa.

1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktek Adapun ruang lingkup kerja praktek ini meliputi analisis dan evaluasi teknis pengelolaan limbah B3, dari mulai peraturan yang dipakai, identifikasi sumber, dan pengelolaan yang dilakukan yang meliputi inventarisasi, reduksi, penyimpanan sementara, pelabelan dan simbol, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. 1.4. Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari kerja praktek ini yaitu :
1. Mengidentifikasi limbah B3 yang dihasilkan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. 2. Mempelajari dasar-dasar sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk.

IV-3

3. Mengetahui besarnya tingkat pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah

Nusantara Tbk.
4. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap sistem pengelolaan limbah B3 PT.

Pelat Timah Nusantara Tbk berdasarkan peraturan pemerintah terkait pengelolaan limbah B3. 1.5. Kegunaan Kerja Praktek Kegunaan dari kerja praktek ini yaitu : 1. Sebagai wahana aplikasi ilmu pengetahuan tentang sistem pengelolaan limbah B3. 2. Memperkenalkan dunia kerja yang menjadi salah satu bidang keahliannya khususnya bagi mahasiswa peserta kerja praktek. 3. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolaan limbah B3, khususnya pengelolaan limbah B3 yang ada di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. 4. Menjalin hubuangan baik antara Universitas Diponegoro dan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk.

IV-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ) 2.1.1 Pengertian Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ) adalah limbah atau kombinasi limbah yang karena kuantitas, konsentrasi, atau sifat fisika dan kimia atau yang memiliki karakteristik cepat menyebar, mungkin yang merupakan penyebab meningkatnya angka penyakit dan kematian, juga memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan ketika tidak sesuai pada saat diperlakukan, dalam penyimpanan, transportasi, atau dalam penempatan dan pengolahan ( Damanhuri, 1994 ). Menurut PP No. 74 Tahun 2001, bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat merusak lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup serta kesehatan manusia. Limbah B3 maupun bahan berbahaya dan beracun tidak saja dihasilkan atau digunakan oleh kegiatan industri tetapi juga dari berbagai aktifitas manusia lainnya, misalnya dari kegiatan pertanian, rumah tangga dan rumah sakit. Untuk itulah perlu dikelola secara benar sehingga tidak mencemari dan mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan limbah B3 menurut PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,

IV-5

dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (KLH, 2002). Environmental Protection Agency (EPA) lebih lanjut mendefinisikan limbah B3 sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Menyandang karakteristik sebagai limbah B3 sesuai dengan

definisi yang diberikan oleh uji protokol dan prosedur analisis standar. Termasuk dalam daftar yang tercantum dalam subtitle- C RCRA Campuran dari limbah dalam daftar tersebut dengan limbah lain Belum dikeluarkan dari aturan RCRA sebagai limbah B3 5. Produk samping dari pengolahan setiap limbah B3 ( Damanhuri, 1994 ). Secara konvensional, terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu:
1. Materi mudah terbakar ( flammable material )

Yaitu zat padat, gas, uap atau cair yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat apabila dipaparkan pada sumber nyala; misalnya jenis pelarut (solvent) benzene, ethanol, debu alumunium, gas hidrogen dan methane
2. Materi yang spontan terbakar ( spontaneously ignitable material )

Yaitu zat padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, misalnya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi atau kegiatan lain ( misalnya: aktivitas mikrobiologis ). Contoh materi yang bersifat spontan terbakar ini adalah fosfor putih
3. Peledak ( explosive )

Materi kimia yang dapat meledak karena kejutan ( shock ), panas, atau mekanisme lainnya. Contoh materi ini adalah dinamit dan Trinitrotoluene ( TNT
4. Pengoksidasi ( oxidizer )

IV-6

Yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas. Contoh materi ini adalah Amonium nitrat dan Benzoyl Peroksida 5. Materi korosif Yaitu materi padat atau cair seperti asam kuat atau basa kuat yang dapat membakar dan merusak jaringan kulit bila berkontak dengannya.
6. Materi toxic

Yaitu racun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu kesehatan, seperti karbon monokside dan hidrogen sianida. 7. Materi radioaktif Dicirikan dengan transformasi yang berlangsung dalam inti atom. Misalnya uranium heksafluorida ( Damanhuri, 1994 ). 2.1.2 Limbah Industri Elektroplating dan Galvanis Industri tinplate merupakan salah satu jenis industri elektroplating dan galvanis dimana juga menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tabel 2 tentang limbah B3 dari sumber yang spesifik maka limbah industri electroplating dan galvanis termasuk kedalam kode D215 dimana limbah B3 yang dihasilkan berupa sludge pengolahan dan pencucian, larutan pengolah bekas, larutan asam (pickling), dross, slag, pelarut bekas, sludge dari IPAL. Berikut ini diberikan table daftar limbah untuk industri electroplating dan galvanis berdasarkan PP No 18 Tahun 1999.

IV-7

Tabel 2.1 Daftar Limbah Sumber Spesifik Industri Elektroplating dan Galvanis Kode Limbah D215 Jenis industri/kegiatan Elektroplating dan Galvanis Mencakup kegiatan pelapisan logam pada permukaan dengan proses elektris Kode kegiatan 2892 Sumber pencemaran - Semua proses Asal/uraian limbah - Sludge pengolahan dan pencucian - larutan - larutan asam (pickling) Dross,slag Pelarut bekas (terklorinasi) larutan bekas proses degreasing Sludge dari IPAL Residu dari larutan batch Pencemaran utama - Logam dan logam berat (terutama Cd,Cr,Cu,Pb,A Zn,Sn) Sianida - Senyawa amonia Florida - Fenol - Nitrat -

2710/2720 yang berkaitan 2811/2812 dengan kegiatan 2891/2893 pelapisan logam 2899/2911 termasuk proses 2912/2915 perlakuan : 2924/2925 etching,polishing, 2926/2927 chemical 2930/3110 conversion coating, 3120/3190 anodising. 3210/3220 Pretreatment : 3230/3410 pickling,degreasing 3420/3430 ,stripping,cleaning, 3530/3591 grinding,sand 3592/3610 blasting,weld 3699/4520 cleaning,depainting IPAL mengolah effluen proses elektroplating dan galvanis

pengolah bekas s,Ba,Hg,Se,Ni,

logam atau plastik 2919/2922 phospating,

Sumber : PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999

2.1.3 Peraturan Tentang Limbah B3

IV-8

2.1.3.1 Peraturan Internasional Tentang Limbah B3 Sejarah peraturan internasional terkait dengan pengelolaan limbah B3 menurut US EPA adalah:
1. National Environmental Policy Act (NEPA) disusun pada tahun 1969, berisi

tentang analisis dampak lingkungan.


2. Solid Waste Disposal Act (1965) dan Resource Recovery Act (1970) mengatur

pengolahan dan pendaur-ulangan buangan padat.


3. Occupational Safety and Health Act (OSHA) disusun pada tahun 1970, berisi

tentang keselamatan kerja.


4. Marine Protection Research and Sanctuary Act (1972), peraturan untuk

pencegahan atau mengurangi pembuangan limbah ke laut.


5. Resource Conservation and Recovery Act (RCRA) disusun pada tahun 1976

oleh EPA, mengatur pengelolaan limbah B3, konsep cradle to grave.


6. Toxic Substances Control Act (TSCA) disusun pada tahun 1976, mengenai

penggunaan bahan kimia berbahaya yang baru dihasilkan.


7. Clean Water Act (CWA) disusun pada tahun 1977, mengatur pencemaran air. 8. Hazardous and Solid Waste Amendments (HSWA) disusun pada tahun 1984,

mengatur pembuangan limbah B3 ke tanah.


9. Comprehensive Environmental Response, Compensation and Liability Act

(CERCLA) disusun pada tahun 1980 dan Superfund Amendments and Reauthorization Act (SARA) disusun pada tahun 1986, berisi tentang pengaturan dan pendanaan pembersihan lokasi pembuangan B3 yang sudah tidak beroperasi.
10. Emergency Planning and Community Right-To-Know Act (EPCRA) disusun

tahun 1986, berisi tentang perlindungan keselamatan, kesehatan masyarakat dan lingkungan dari zat kimia berbahaya.

IV-9

11. Pollution Prevention Act (PPA) disusun pada tahun 1990, berisi tentang

strategi penanganan pencemaran limbah B3 dengan prioritas pada minimasi limbah. Dari sekian banyak peraturan perundang-undangan tersebut di atas, maka yang berkaitan erat dengan masalah limbah B3 adalah TSCA (1976), RCRA (1976), HSWA (1984), CERCLA (1980), dan SARA (1986). 2.1.3.2 Peraturan Nasional Tentang Limbah B3 Peraturan Nasional yang terkait pengelolaan limbah B3 yang berlaku di Indonesia antara lain:
1.

Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup . Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan ini juga sebagai revisi PP. No.19 tahun 1994 Jo. PP No. 12 tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah B3.

2.

3.

Keputusan Bapedal No. 09 tahun 1995 i. Keputusan kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995 mengenai tata cara teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. ii. Keputusan kepala Bapedal 02/Bapedal/09/1995 mengenai dokumen limbah B3, mengatur pula tentang tata cara pengisian form dokumen limbah B3 iii. Keputusan kepala Bapedal 03/Bapedal/09/1995 mengenai persyaratan teknis pengolahan limbah B3. iv. Keputusan kepala Bapedal 04/Bapedal/09/1995 mengenai Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3 v. Keputusan kepala Bapedal 05/Bapedal/09/1995 mengenai Simbol dan Label Limbah B3.

IV-10

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kepdal

68/BAPEDAL/05/1994

tentang

Tata

Cara

Memperoleh

Ijin

Pengelolaan limbah B3. Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3. Kepdal 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program kendali B3. Kep. Memperindag. No.. 254/MPP/KEP/7/2000 tentang Tata niaga impor dan peredaran bahan berbahaya tertentu. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1998 tentang: Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah. 10. Keputusan Kepala Bapedal No 3 Tahun 1998 tentang Program Kemitraan dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 11. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 12. Peraturan Daerah Kota Cilegon No 2 Tahun 2004 Tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. 13. Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 Tentang Izin Penyimpanan Sementara dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kota Cilegon. 2.1.4 Identifikasi Limbah B3 Berdasarkan No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999, langkah pertama yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3 adalah mengklasifikasikan limbah dari penghasil tersebut apakah termasuk limbah B3 atau tidak. Pengklasifikasian ini akan memudahkan pihak penghasil, pengangkut, atau pengolah dalam mengenali limbah B3 tersebut sedini mungkin. Mengindentifikasi limbah sebagai limbah B3 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

IV-11

1. Identifikasi jenis limbah yang dihasilkan; 2. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, dan apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka limbah tersebut termasuk limbah B3;
3. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka periksa apakah

limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah meledak atau mudah terbakar atau beracun atau bersifat reaktif atau menyebabkan infeksi atau bersifat korosif. Apabila tidak memiliki karakteristik sebagaimana tersebut huruf c, maka dilakukan uji toksikologi. Dalam Identifikasi limbah B3 berdasarkan No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 adalah sebagai berikut : 1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang bukan

berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarut perak, pengemasan, dan lain-lain. 2.
3.

Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses industri Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau

atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. buangan produk yang sudah tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat dimanfaatkan kembali dan demikian juga untuk bahan-bahan kimia yang kadaluarsa. Dalam menganalisa suatu limbah termasuk B3 atau tidak, dapat dilihat dari bahan yang digunakan dalam proses produksinya. Bahan dalam proses produksi ini dianalisa termasuk bahan B3, berdasarkan lampiran PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan B3. Selain itu, metode analisa lainnya adalan dengan mencocokkan limbah yang diidentifikasi dengan melihat lampiran I No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tabel 1 untuk limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik dan tabel 2 untuk limbah B3 dari sumber yang spesifik.

IV-12

Jika suatu limbah tidak terdapat pada lampiran I tabel 1 dan 2, tidak berarti bahwa limbah tersebut tidak termasuk limbah B3 tetapi harus dilakukan uji karakteristik limbah B3 yaitu: a. Mudah meledak b. Mudah terbakar c. Bersifat beaktif d. Menyebabkan infeksi e. Bersifat korosif
f. Pengujian toksikologi untuk menetukan sifat akut dan atau kronis
LIMBAH

Limbah B3

Ya

PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 (tabel 1 dan 2) Tidak Uji karakteristik limbah B3 (mudah meledak, mudah terbakar, infeksius, reakti, korosif, beracun) Tidak

Limbah B3

Ya

Limbah B3

Ya

Uji Toksikologi Tidak Limbah Non B3

Gambar 2.1 Diagram Identifikasi Limbah B3 Sumber: PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 Keterangan : Ya Tidak = sesuai dengan isi kotak = tidak sesuai dengan isi kotak

IV-13

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa limbah yang terdapat dalam daftar limbah B3 pada lampiran PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tergolong limbah B3, tetapi limbah yang tergolong limbah yang terdapat dalam daftar lampiran limbah B3 PP No. 18 tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 dapat dinyatakan bukan limbah B3 jika telah melalui serangkaian uji karakteristik dan atau uji toksikologi, yang menyatakan bahwa limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh instansi berwenang setelah melakukan koordinasi dengan instansi teknis, lembaga peneliti terkait (laboratorium) dan penghasil limbah tersebut (KLH, 1999). Uji toksisitas biasa dikenal dengan uji TCLP (Toxicity Characteristis Leaching Procedur) yang diadopsi dari uji yang dilakukan di USA. Menurut EPA uji TCLP adalah salah satu evaluasi toksisitas limbah untuk bahan-bahan yang dianggap berbahaya dan beracun dengan penekanan pada nilai leachate . Setelah uji toksisitas biasa, dilakukan juga uji toksisistas akut yang biasa disebut uji LD50 (Lethal Dose 50). Uji LD50 merupakan perhitungan dosis berat pencemar (gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan (KLH,1999). Jika nilai LD50 dari pengujian limbah lebih besar dari 15 gram per kilogram berat badan, maka limbah yang diuji tidak termasuk limbah B3 (KLH, 1999). 2.1.5 Karakteristik Limbah B3 Menurut KLH (2002), pengujian karakteristik limbah B3 dilakukan sebelum limbah tersebut diolah. Secara umum karakteristik limbah B3 adalah sebagai berikut:

IV-14

L BH I A M

L BHI AB M 3

Y A

MA U H D M EA ED L K TA I K D

L BHI AB M 3

Y A

MA U H D TR KR EB A A TA I K D

Y A L BHI AB M 3

BRFT ES A I R KF E T A I TA I K D

L BHI AB M 3

Y A

BR U ( J EA N I C U TL &D0 C P L 5) TA I K D

L BHI AB M 3

Y A

M YBBA E E KN N A I FKI N S E TA I K D

L BHI AB M 3

Y A

BRFT ES A I KRS O I OF TA I K D

Y A L BHI AB M 3

L BH I A M O AI R N G K BR U EA N C TA I K D

Y A L BHI AB M 3

L BH I A M AO AI NR N G K BR U EA N C TA I K D

Y A L BHI AB M 3

M YBBA E E KN N A PR AA EU H B N G EK E T NI TA I K D

L BH OB I A NN M 3

Gambar 2.2. Diagram Identifikasi Limbah B-3 Sumber: Tchobanoglous, et al, 1977

IV-15

Keterangan : Ya Tidak 1. Mudah meledak

= sesuai dengan isi kotak = tidak sesuai dengan isi kotak

Limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia maupun fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang merusak lingkungan sekitarnya dengan cepat. 2. Mudah terbakar Limbah dikatakan mudah terbakar apabila memiliki salah satu sifat sbb:
a.

Limbah yang berupa cairan, mengandung alkohol kurang dari 24% volume atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala jika kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

b.

Limbah yang bukan berupa cairan, jika pada temperatur dan tekanan standar dapat menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

c. d. 3. Bersifat reaktif

Limbah yang bertekanan dan mudah terbakar. Limbah pengoksidasi.

Limbah bersifat reaktif jika memiliki salah satu sifat sebagai berikut: a. b. c. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

IV-16

d.

Merupakan limbah sianida, sulfida atau amonia yang pada kondisi pH antara 2 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

e. f. tinggi. 4. Beracun

Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu

Merupakan limbah yang mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. 5. Menyebabkan infeksi Merupakan limbah yang berasal dari organ tubuh manusia yang diamputasi, cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah. 6. Bersifat korosif Limbah bersifat korosif apabila mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: a.
b.

Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55oC.

c.

Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

IV-17

2.1.6

Pengelolaan Limbah B3 Menurut PP No. 18 Tahun 1999, pengelolaan limbah B3 merupakan

rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan hasil pengolahan limbah B3. Pengelolaan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan hidup serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali (KLH, 2002). Penghasil limbah B3 adalah orang yang kegiatannya menghasilkan limbah B3. Setiap penghasil limbah B3 wajib mengolahnya sesuai dengan teknologi yang ada, tetapi jika tidak mampu diolah di dalam negeri dapat diekspor ke negara lain. Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari atau lebih dari 90 hari, jika limbah B3 yang dihasilkan <50 kg per hari, sebelum diserahkan kepada pihak pengumpul, pemanfaat, pengolah, penimbun limbah B3 (KLH, 2002). Menurut RCRA ada 3 kategori penghasil limbah B3 yaitu:
a.

Penghasil skala besar atau large quantity generators (LQG), yang

menghasilkan limbah B3 >1000 kg per bulan, atau >1 kg limbah B3 akut per bulan.
b.

Penghasil skala kecil atau small quantity generators (SQG), yang

menghasilkan limbah B3 antara 100 1000 kg per bulan dan <1 kg limbah B3 akut per bulan, akumulasi <6000 kg limbah B3 setiap waktu.
c.

Penghasil skala kecil dengan pengecualian atau conditionally exempt

small quantity generators (CESQG), yang menghasilkan limbah B3 <100 kg per bulan dan <1 kg limbah B3 akut per bulan, akumulasi <1000 kg limbah B3 setiap waktu. 2.1.7 Teknik Minimasi Limbah B3

IV-18

Pada awalnya, limbah B3 dikelola secara end-of-pipe treatment. Tetapi untuk saat ini lebih menekankan pada minimasi limbah atau pencegahan pencemaran, yang diimplementasikan dengan berbagai cara termasuk perubahan proses untuk mencegah timbulan limbah (Watts, 1997). Untuk lebih memahami konsep minimasi limbah B3 dapat dilihat pada gambar berikut:
T E KNIK M INIM ASI L IM BAH B3

PE NGURANGA N DI SU MBE R

DAUR UL A NG (ON SIT E DAN OFF SIT E )

PE NG OL AH AN L IM BAH

PE RUBA HAN PRODUK - Substitusi produk - Konserva si produk - Kom posisi produk

KON T ROL DI SU MBE R

RE COVE RY D AN RE USE - Dike m balikan ke prose s a wa l - Substitusi untuk prose s lain

RE KL AM ASI - Diprose s untuk re covery - Diprose s sebagai produk sam ping

RE COVE RY E NE RGI/ MA T ERIAL

PE M BUANGAN AKHIR

PE RUBA HAN PE RUBAHAN M AT E RIAL IN PUT T E KNOL OGI - Substitusi m ate ria l - Proses - Pe m urnian m a teria l - L a yout, pe rpipa an da n perala tan - Otom a tisasi - Kondisi ope ra siona l

PRAKT E K O PE RASIONAL Y ANG BAIK - Pe ngukuran prosedural - Pe nce gaha n kebocora n - M ana je m en - Pe m isahan lim bah da ri sum ber - Pe nja dwalan produksi

Gambar 2.3. Teknik Minimasi Limbah B3 Sumber: La Grega et al., 1994 Dari gambar tersebut, teknik minimasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Substitusi material

Salah satu langkah efektif dalam minimasi limbah adalah dengan substitusi (menukar) bahan baku dengan yang tidak atau kurang beracun, seperti yang terdapat pada peraturan yang berlaku (La Grega et al., 1994). b. Daur Ulang

IV-19

Merupakan alternatif yang paling efektif dari segi pembiayaan. Teknik ini dapat menghilangkan biaya pembuangan limbah, mengurangi biaya pembelian bahan baku dan memberikan pendapatan untuk limbah yang laku dijual (Freeman, 1989). Akan tetapi tidak semua limbah dari proses produksi dapat diminimasi dengan cara daur ulang, sehingga diperlukan alternatif lain untuk destruksi limbah B3 (Watts, 1997). c. Pemisahan limbah

Limbah yang terdiri dari berbagai senyawa kimia berbeda menyulitkan dalam pengelolaannya. Sehingga diperlukan pemisahan sejak terbentuknya limbah untuk menghindari pencampuran (La Grega et al., 1994). d. Modifikasi proses

Bertujuan untuk mengurangi timbulan limbah, reaksi yang berhubungan dengan proses kimia menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi produk samping yang berpotensi bahaya (Watts, 1997). 2.1.8 Persyaratan Pengolah Limbah B3 Dengan Metode Pembakaran (Insinerasi) Instrument insinerator yang digunakan hendaknya memiliki spesifikasi yang sesuai dengan karakteristik dan besarnya jumlah limbah yang akan diolah. Outlet buangan udara hasil pembakaran harus dilengkapi dengan pengendalian pencemaran udara yang hasilnya harus memenuhi standar emisi cerobang serta peraturan baku mutu udara yang berlaku. Adapun effisiensi proses pembakaran harus memenuhi tingkat efisiensi 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan sebagai berikut : 1. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyorganic hydrocarbons (POHCs) sebesar 99,99%

IV-20

2. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated biphenyl (PCBs) sebesar 99,9999% 3. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated dibenzofurans sebesar 99,9999% 4. Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated dibenzo-pdioxins sebesar 99,9999% Akhir dari proses pembakaran, residu pada abu insinerator harus ditimbun dengan mengikuti ketentuan prosedur stabilisasi dan solidifikasi atau penimbunan (landfill). Pengoperasian insinerator dilakukan dengan berbagai tahapan agar diperoleh hasil yang memadai dan tidak mencemari lingkungan. Adapun tahapan tersebut adalah : 1. Sebelum mulai membangun atau memasang incinerator fasilitas

pengolahan limbah B3, pemilik harus memberikan data-data spesifikasi teknis seperti dibawah ini : a. b. persamaan c. operasi. d. 2. Menyerahkan laporan administrasi yang berisi tentang poin diatas Sebelum insinerator dioperasikan secara terus menerus atau continue, kepada instansi yang berwenang. pengelola insinerator (pemilik) harus melakukan uji coba pembakaran (trial burn test) minimal selama 14 hari secara teru menerus dan tidak boleh putus serta Spesifikasi insinerator Memperkirakan tingkat maksimum ambient konsentrasi pada distribusi GAUSS dan/atau pengembangannya dengan

permukaan tanah akibat emisi udara dari incinerator dengan memakai mempertimbangkan kondisi klimatologi dan meteorologi setempat. Memberikan uraian tentang jadwal konstruksi, mulai dari tahap prakonstruksi, pelaksanaan, penyelesaian konstruksi, dan tahap persiapan

IV-21

menyusun laporan. Metode uji coba pembakaran ini bertujuan untuk memperoleh : a. biologi. b.

Deskripsi kualitatif dan kuantitatif sifat fisika, kimia, dan Menentukan kondisi operasi : Suhu di ruang pembakaran sesuai dengan jenis limbah B3. Waktu tinggal (residence time) gas di zona/ruang bakar minimum Konsentrasi dari excess oxsigen di exhaust pengeluaran. Menentukan kondisi meteorologi yang spesifik seperti arah Langkah terakhir adalah menentukan efisiensi penghancuran Dalam kondisi darurat terutama apabila terjadi kondisi pengoperasian

selama 2 detik. c. d. 3.

angin, kecepatan angin, curah hujan, kelembaban, temperatur, dll. dan penghilangan. tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan maka perlu digunakan sistem pemutus otomatis pengumpan limbah B3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengoperasian incinerator untuk mendegradasi limbah B3 adalah sebagai berikut : a. Pada saat pengoperasian : Memeriksa/mengecek insinerator dan peralatan pendukungnya Menjaga agar tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi (pompa, conceyor, pipa dan lainnya) secara berkala. sesaat pada saat proses insinerasi berlangsung agar diperoleh kualitas pembakaran yang sempurna. Mempersiapkan penggunaan pemutus otomatis pengumpan limbah B3 jika kondisi pengoperasian tidak mencapai spesifikasi yang telah ditetapkan.

IV-22

Memastikan DRE yang harus dicapai oleh insinerasi sama Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan proses

dengan/lebih besar dari standar baku yang berlaku. pembakaran maksimum selama kurun waktu tertentu pada saat start up sebelum melakukan operasi pengolahan secara kontinue. b. Mengantisipasi limbah yang hanya boleh dilakukan dengan Mengelola abu dari proses pembakaran dengan metode Pada saat pemantauan : Secara terus menerus mengukur dan mencatat beberapa faktor pembakaran seperti suhu di ruang bakar, laju umpan limbah, kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran, dan partikel debu di cerobong. Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi sekurang-kurangnya 2 kali dalam sebulan yang meliputi arah dan kecepatan angina, kelembaban, temperature dan curah hujan. c. Pada saat pelaporan : Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah dilakukan proses pembakaran sesuai ijin yang dimiliki. penimbunan sesuai dengan persyaratan landfilling B3 yang berlaku.

selama 3 bulan terakhir sejak digunakan pengujian kembali setiap 3 bulan untuk menjaga nilai minimum DRE. Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum DRE harus sesuai dengan peraturan yang ada dan dilaporkan secara periodik 3 bulan ke instansi yang berwenang untuk mengedalikan B3. 2.2 Limbah Padat B3 Secara umum limbah padat diartikan sebagai semua limbah yang timbul akibat kegiatan manusia dan hewan yang berbentuk padat dan dibuang sebagai

IV-23

sesuatu yang tidak berguna dan tidak diinginkan (Tchobanoglous,1993). Menurut Resource Conservation and Recovery Act (RCRA), limbah dikatakan berbahaya (hazardous) bila sesuai dengan 40 CFR (Code of Federal Regulation) 261, yaitu limbah padat (solid waste) atau kombinasi limbah padat, karena kuantitas, karakterisitik fisik, kimiawi dan keinfeksiannya dapat: 1. 2. Menyebabkan atau secara signifikan memberikan kontribusi Menimbulkan bahaya yang potensial pada kesehatan manusia

pada peningkatan mortalitas atau penyakit yang serius. atau lingkungan bila tidak diolah, disimpan, diangkut, disingkirkan atau cara pengelolaan lainnya secara tepat (La Grega et al., 1994). Sedangkan yang dimaksud dengan limbah padat adalah setiap sampah, lumpur dari sarana pengolahan air, pencegahan pencemaran udara serta bahan lainnya dalam bentuk padat, cair, semi solid atau mengandung gas dari kegiatan industri, komersil, tambang, pertanian dan dari aktivitas komunal (Watts, 1997). Pengelolaan limbah padat adalah suatu upaya yang dilakukan dalam sistem manajemen persampahan dengan tujuan untuk: 1. 2. Meningkatkan efisiensi operasional. Mendaur ulang bahan bahan yang kurang bermanfaat untuk ditingkatkan kembali manfaatnya.
3.

Mendaur ulang material untuk diubah menjadi produk lain seperti kompos, energi / biogas. Menurut Tchobanoglous et al (1993), aspek-aspek yang tercakup dalam

elemen pengelolaan limbah padat terdiri dari: 1. Bahan terbuang (timbulan) 2. Pemisahan, penyimpanan dan pengolahan pada sumber 3. Pemindahan dan pengangkutan 4. Pemisahan, penyimpanan dan pengolahan limbah yang terkumpul

IV-24

5. Pembuangan akhir
Timbulan

Pemisahan, penyimpanan, pengolahan pada sumber

Pengumpulan Pemisahan, penyimpanan, pengolahan limbah terkumpul

Transfer dan pengangkutan

Pembuangan

Gambar 2.4. Hubungan Antar Elemen Pengelolaan Limbah Padat Sumber: Tchobanoglous et al., 1993 Berdasarkan Pollution Prevention Act (1990) , seharusnya penimbunan

adalah merupakan jalan paling akhir yang ditempuh bila ada timbulan limbah B3, substitusi bahan atau minimasi limbah pada bahan yang akan masuk proses produksi dapat mengurangi jumlah timbulan limbah pada akhir produksi dan meminimalka n dampak lingkungan yang akan muncul serta meminimalkan biaya operasional untuk pengolahan limbah. Dalam manajemen pengelolaan limbah B3, prinsip dasar dari pengelolaan yang baik seharusnya sesuai dengan hirarki limbah yang ditunjukkan pada gambar 2.5 berikut :

MINIMASI LIMBAH

REUSE , RECYCLE , RECOVERY

PENGOLAHAN & INSENERASI

LANDFILL

Gambar 2.5 Hirarki Pengelolaan Limbah B3

IV-25

Sumber: Pollution Prevention Act, 1990 Prinsip-prinsip dasar pengelolaan limbah B3 adalah: 1. Minimasi limbah Minimasi limbah merupakan usaha yang sekarang digalakkan di seluruh bagian dunia, karena cara ini disinyalir akan mengurangi tingkat pencemaran baik tanah, air maupun udara. Dalam usaha pengurangan jumlah limbah dikenal beberapa cara yaitu End of pipe, teknologi bersih dan zero waste. 2. Polluters pay principle Prinsip polluter pays principle adalah mengenai orang/usaha yang bertanggung jawab terhadap biaya biaya akibat dari dampaknya. 3. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 di dekat sumber Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3, sebaiknya dilakukan di lokasi dekat dengan sumber untuk menghindari ceceran, pencemaran dan gangguan terhadap kesehatan serta menghindari adanya dampak negatif pada lingkungan sekitar. 4. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan tidak lepas dari aspek kelestarian lingkungan dan pemberdayaan alam. 5. Konsep Cradle to Grave dan Cradle to Cradle Konsep cradle to grave adalah upaya pengelolaan limbah B3 secara sistematis yang mengatur, mengontrol dan memonitor perjalanan limbah dari mulai terbentuknya limbah sampai terkubur pada penanganan akhir. Dalam penerapan konsep ini di Indonesia, perjalanan limbah B3 yang dihasilkan sampai ke penanganan akhir disertai 7 lembar dokumen perjalanan limbah yang diberikan kepada pihak pihak yang berhubungan dengan pengelolaan limbah tersebut sehingga keberadaan limbah tersebut selalu terkontrol. Sedangkan konsep cradle to cradle adalah suatu model dari sistem industri dimana material/bahan mengalir

IV-26

sesuai dengan konsep limbah yang digunakan sesuai dengan yang dikonsumsi sehingga menimbulkan efek yang positif terhadap lingkungan alam.
PERATURAN PENGAWASAN PERIJINAN

PENGELOLAAN LIMBAH B 3

PEMBIAYAAN TEKNIS OPERASIONAL

INSTITUSI

Gambar 2.6 Aspek-Aspek Terkait dengan Pengelolaan Limbah B3 Sumber : Pollution Prevention Act, 1990 Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Pengaturan (legal) Peraturan yang mengatur tentang prosedur pengelolaan limbah B3 secara benar sehingga tidak menimbulkan perusakan lingkungan hidup yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. 2. Institusi, Perijinan dan Pengawasan Pihak-pihak yang terkait dengan proses pengelolaan limbah B3 tersebut (Badan Institusi kontrol, penghasil, pengumpul, pengangkut, pendaur, pengolah, pemusnah, dan pemerintah). 3. Teknis operasional Cara pengelolaan limbah B3 secara benar di lapangan agar tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar. Aspek yang terkait dengan teknik operasional ialah: a) b) Identifikasi (Identification) limbah B3 Penyimpanan (Storage) limbah B3

IV-27

c) d) e) f) g) 4.

Pengumpulan (Collect) limbah B3 Pengangkutan (Transport) limbah B3 Pengolahan (Treatment) limbah B3 Pelabelan ( labelling ) limbah B3 Pemusnahan (Dispose) limbah B3 Faktor yang sangat berpengaruh pada proses pengelolaan limbah B3 di

Pembiayaan Indonesia karena biaya untuk melaksanakan prosedur pengelolaan secara benar masih cukup mahal sehingga mengakibatkan masih banyak industri yang tidak mampu melaksanakan prosedur tersebut.
2.3 Pengelolaan Limbah B3

2.3.1 Sub Sistem Pengemasan/Pewadahan Menurut Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1995, pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan pengumpulan limbah B3 dari penghasil dan pemanfaat limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara untuk diserahkan kepada pengolah limbah B3. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

Gambar 2.7 Kemasan Penyimpanan Limbah B3, (A) Cair; (B) Padat atau sludge

IV-28

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995

Berdasarkan lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002), persyaratan pengemasan limbah B3 adalah sebagai berikut: 1. a. b. c. d.
2.

Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus: Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa

akan disimpan.

dilakukan pemindahan atau pengangkutan. drum atau tong dengan volume 50, 100 atau 200 liter, dapat pula berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 2, 4 atau 8 m3. 3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau memiliki karakteristik sama atau saling cocok dengan limbah lain. Kemasan yang telah diisi penuh harus ditandai dengan label yang sesuai, tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan melakukan penambahan atau pengambilan limbah di dalamnya, serta disimpan di tempat yang tepat. 2.3.2 Sub Sistem Pengumpulan Menurut Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1995, pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan pengumpulan limbah B3 dari penghasil dan pemanfaat limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara untuk diserahkan kepada pengolah limbah B3. Pengumpulan limbah B3 bertujuan untuk dikirim ke tempat pengolahan atau pembuangan, yang biasanya dikelola oleh pihak penghasil limbah B3 itu sendiri atau pihak ketiga (Tchobanoglous et al., 1977). Adapun

IV-29

persyaratan

lokasi

pengumpulan

limbah

B3

menurut

lampiran

Kep-

01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002) adalah: 1. 2. bebas banjir.


3.

Luas tanah termasuk bangunan penyimpanan dan fasilitas Secara geologis area pengumpulan merupakan daerah Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu.
a. b.

lainnya sekurang-kurangnya 1 hektar.

Jarak terdekat yang diperkenankan adalah: 150 m dari jalan utama atau jalan tol, 50 m dari jalan lainnya. 300 m dari fasilitas umum seperti: daerah pemukiman,

perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.
c.

300 m dari perairan seperti: garis pasang tertinggi laut, badan

sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll. d. 300 m dari daerah yang dilindungi seperti: cagar alam, hutan lindung, kawasan suaka, dll. Sedangkan persyaratan bangunan pengumpulan limbah B3 sesuai peraturan tersebut adalah: 1. 2. Hanya untuk menyimpan satu karakteristik limbah, Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan

dilengkapi dengan bak penampung tumpahan. peralatan dan sistem pemadam kebakaran, pembangkit listrik cadangan, fasilitas pertolongan pertama, peralatan komunikasi, gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan, serta pintu darurat dan alarm.

IV-30

Gambar 2.8 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Sementara Limbah B3 Sumber : Keputusan Kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995 3. mudah terbakar: a. dalam fasilitas pengumpulan. b. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api, berupa beton bertulang (tebal 15 cm), bata merah (tebal 25 cm) dan blok-blok tak bertulang (tebal 30 cm). c. tidak mudah terbakar. Rangka pendukung atap dari bahan yang Berjarak minimal 20 m dari bangunan penyimpan limbah karakteristik lain atau dengan bangunan-bangunan lain Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3

IV-31

d. cukup. e. pecah, kedap air.


f.

Sistem penerangan dan ventilasi udara yang Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak Pada bagian luar diberi simbol limbah B3

mudah terbakar. 4. mudah meledak: a. b. suhu. c. d. e. 5. korosif, reaktif, beracun:


a. Konstruksi dinding harus mudah dilepas. Untuk limbah korosif dan reaktif,

Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 Lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap ledakan. Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur Sistem penerangan dan ventilasi udara yang cukup. Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak pecah dan kedap air. Pada bagian luar diberi simbol limbah B3 mudah meledak. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3

konstruksi bangunan harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan panas. b. Sistem penerangan dan ventilasi udara yang cukup. c. Lantai bangunan tidak bergelombang, tidak pecah dan kedap air. d. Pada bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai karakteristiknya.

IV-32

Gambar 2.9 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 2.3.3 Sub Sistem Penyimpanan Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama sembilan puluh ( 90 ) hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pengolah limbah B3. Limbah ini disimpan dalam suatu kontainer, tangki dengan sistem blok atau tumpukan (Anonim, 2006). Berdasarkan lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 (KLH, 2002), persyaratan penyimpanan kemasan limbah padat B3 atau sludge adalah sebagai berikut: 1. Dibuat dengan sistem blok, dengan 2 x 2 kemasan tiap blok. 2. Lebar gang blok untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan untuk lalu lintas pengangkutan disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

IV-33

Gambar 2.10 Pola Penyimpanan Drum dengan Palet Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 3. Tumpukan maksimum 3 lapis untuk kemasan dari drum logam (isi 200 liter) dengan dilapisi palet. Untuk kemasan dari plastik, tumpukan dapat lebih dari 3 lapis, tetapi harus digunakan rak. 4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

Gambar 2.11 Pola Penyimpanan Kemasan Dengan Rak Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang

IV-34

sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain. Sedangkan persyaratan untuk bangunan penyimpanan kemasan limbah B3 adalah: 1. Terlindung dari hujan, dibuat tanpa plafon dengan ventilasi udara dan penerangan memadai.

Gambar 2.12 Sirkulasi Udara Dalam Bangunan Penyimpan Limbah B3 Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 2. 3. 4. 5. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan. Pada bagian luar diberi simbol (penandaan). Lantai bangunan kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran, pagar pengaman, pembangkit listrik cadangan, fasilitas pertolongan pertama, peralatan komunikasi, gudang penyimpan peralatan, perlengkapan dan pintu darurat, dan penangkal petir. 6. Lokasi bangunan penyimpanan harus merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari banjir, serta jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 20 m.

IV-35

Gambar 2.13 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3 Sumber : Keputusan Kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995 2.3.4 Sub Sistem Pengolahan Berdasarkan lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Keputusan 03 /Bapedal/09 tahun 1995, Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi. Wentz (1995) dan Freeman (1998) menyebutkan bahwa pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun. Proses pengubahan karakteristik dan komposisi limbah B3 dilakukan agar limbah tersebut tidak berbahaya dan beracun. Menurut Kep-03/Bapedal/09/1995 pengolahan limbah

IV-36

B3 dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Perlakuan terhadap limbah B3 dapat dilakukan dengan proses pengolahan sebagai berikut: 1. Pengolahan secara kimiawi Pada dasarnya pengolahan secara kimiawi adalah dengan melakukan penambahan senyawa-senyawa sehingga terjadi proses yang merubah limbah B3 tersebut menjadi tidak berbahaya, antara lain: a. Netralisasi Pengolahan secara netralisasi didasarkan pada pengaturan pH sehingga menjadi netral yang bertujuan untuk mempermudah pengolahan berikutnya. Contoh : pengolahan dengan menetralisir limbah B3 yang bersifat asam dengan alkali. Limbah yang asam dapat dinetralisir misalnya dengan kapur Ca(OH)2, NaOH, atau soda abu Na2CO3 sedangkan limbah alkalin dapat dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4, CO2 atau HCl. Kontrol terhadap pH dan pengaduk dibutuhkan dalam proses ini. b. Pengendapan Proses ini biasa dilakukan untuk limbah cair B3 yang mengandung logam berat cukup tinggi. Penyingkiran logam berat dari cairannya dilakukan dengan pengendapan. Logam-logam tersebut akan mengendap pada pH tertentu yang tergantung dari ion-ionnya untuk menghasilkan garam tak larut. Netralisasi limbah asam akan menyebabkan pengendapan dari logam berat ini disingkirkan sebagai lumpur melaui klarifikasi atau filtrasi. c. Koagulasi dan Flokulasi Prinsip pengolahan ini adalah proses pengendapan logam berat dapat dipercepat dengan penambahan bahan kimia yang larut dalam air dan atau penambahan polimer sehinga terjadi koagulasi dan flokulasi. Koagulan yang digunakan Al2(SO4)3, FeCl3, Fe2(SO4)3, PAC, Al(OH)3.

IV-37

d. Desinfeksi Desinfeksi adalah mereduksi mikroorganisme pathogen yang dapat

menyebabkan penyakit.Desinfektan yang sering digunakan adalah khlor dengan proses khlorinasi, desinfektan lain adalah ozon. 2. Pengolahan Secara Fisis a. Screening Tahap awal pengolahan limbah untuk menyingkirkan padatan yang besar. Misalnya dengan penggunaan batang batang logam ( bar ), strainer, dan sebagainya. b. Sedimentasi dan klarifikasi Penyingkiran padatan tersuspensi dari cairannya secara gravitasi. Kecepatan aliran dipertahankan sampai waktu retensi dalam bak sedimentasi cukup untuk mengendapkan padatan secara gravitasi. Laju pengendapan dipengaruhi oleh karakteristik padatan seperti : ukuran, bentuk, densitas dan lain-lain. Klarifikasi bertujuan menghasilkan cairan yang jernih. Proses ini digunakan untuk menghasilkan sedimentasi secara gravitasi yang lebih cepat.

c. Flotasi Flotasi merupakan proses penghembusan udara ke dalam limbah cair sehingga membentuk gelembung-gelembung udara yang akan mengangkat partikel-partikel ke permukaan yang kemudian akan dipisahkan dengan skimming. d. Filtrasi Filtrasi merupakan proses melewatkan limbah cair melalui media berpori dengan diameter antar pori sedemikian rupa sehingga materi tersuspensi dapat tertahan dalam media tersebut. Media berpori yang biasa digunakan misalnya pasir.

IV-38

3. Pengolahan Secara Biologis Pengolahan biologis digunakan untuk mengolah limbah B3 yang

biodegradable dengan bantuan mikroorganisme. Proses ini dapat bekerja secara aerobik atau anaerobik. Mikroorganisme yang digunakan dapat tumbuh dengan baik jika kondisi lingkungan memenuhi syarat. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur, pH, nutrisi, kelembapan, dan senyawa toksik. a. Sistem anaerobik Pada sistem ini mikroorganisme membutuhkan oksigen terikat seperti NO3 untuk menguraikan senyawa organik, bukan oksigen bebas yang terdapat di udara. Energi panas yang terbentuk relatif kecil dibandingkan dengan sistem aerobik, karena konversi energi menjadi bentuk lain yaitu gas methan (CH4). Keuntungan sistem aerobik dibandingkan dengan sistem aerobik ialah beban penguraian lebih besar, lumpurnya sedikit, dan menghasilkan gas methan yang dalam jumlah banyak dapat dipergunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sedangkan kerugiannya ialah menghasilkan bau.

2.3.5 Sub Sistem Pengangkutan Berdasarkan PP no.19 tahun 1994 Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. Sedangkan Pengangkutan limbah B3 adalah proses pemindahan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul dan/atau ke pengolah termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan alat - alat angkut. Pengangkutan limbah B3 dapat dilakukan badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. Penghasil limbah B3 dapat juga bertindak sebagai pengangkut limbah B3. Namun apabila penghasil limbah B3 bertindak sebagai

IV-39

pengangkut limbah B3, maka wajib memenuhi ketentuan yang berlaku bagi pengangkut limbah B3. Menurut lampiran Kep-02/Bapedal/09/1995, setiap pengangkutan limbah B3 harus disertai dengan dokumen resmi. Dokumen ini merupakan legalitas dari kegiatan pengelolaan limbah B3 dan sarana pengawasan rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3 (KLH, 2002). Sarana pengangkutan yang biasanya digunakan adalah truk silindris. Pengangkut bertanggung jawab terhadap kecelakaan dan persebaran limbah B3 yang terjadi selama proses pengangkutan (Watts, 1997). Berdasarkan PP no.19 tahun 1994 pasal 17, Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan alat angkut khusus yang memenuhi persyaratan dan tata cara pengangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dalam ketentuan ini antara lain Pasal 33 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1993 tentang Perkeretapian, Pasal 87 Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pasal 14 dan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan dan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya. Bahan-bahan berbahaya apabila akan diangkut ke tempat lain, harus dilengkapi surat keterangan atau shipping papers yang terdapat dalam berbagai format. Contoh form dokumen pengangkutan limbah B3 dapat dilihat dalam lampiran. Surat keterangan/dokumen pengangkutan pada intinya berisi informasi tentang:

Nama yang tepat untuk bahan yang dikirin ( Shiping name ) Kelas bahaya ( Hazard class ) Nomor identifikasi ( Identification number ) Kelompok kemasan ( Packing group )

IV-40

Kuantitas ( Berat, volume, dan sebagainya )

Surat dokumentasi pengangkutan tersebut ditempatkan di kendaraan angkut sedemikian rupa sehingga cepat didapat apabila diperlukan dan tidak tercampur dengan surat lain.
2.3.6 Sub Sistem Pembuangan Akhir

Metode pembuangan yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 agar efektif dan efisien. Metode pembuangan limbah yang umum diterapkan adalah penimbunan (landfilling). Landfill didesain untuk menampung limbah, serta mengurangi penyebaran kontaminan ke lingkungan (Watts, 1997). Menurut lampiran Kep-04/Bapedal/09/1995, limbah B3 yang dapat ditimbun di landfill harus memenuhi baku mutu uji TCLP, telah diproses sebelumnya, tidak mengandung zat organik melebihi 10%, PCB, dioxin, radioaktif, tidak berbentuk cair atau lumpur, tidak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif dan tidak menyebabkan infeksi. 2.4 Label dan Simbol Limbah B3 Menurut Kep-05/Bapedal/09/1995, setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus dilakukan secara aman bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan. Untuk itulah, penandaan limbah B3 sangat diperlukan untuk memberikan keterangan tentang karakteristik limbah (KLH, 2002). Ada 2 jenis penandaan, yaitu simbol dan label.

2.4.1

Simbol Terdapat 8 jenis simbol, yaitu limbah B3 mudah meledak, cairan dan padatan

mudah terbakar, reaktif, beracun, korosif, infeksius dan campuran. Simbol terbuat dari bahan tahan goresan dan bahan kimia, serta berwarna terang (berpendar) jika dipasang pada kendaraan pengangkut. Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45o, sehingga membentuk belah ketupat. Pada keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat

IV-41

garis sejajar yang menyambung sehingga membentuk bidang belah ketupat dalam dengan ukuran 95% dari ukuran belah ketupat bahan. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm. Kedelapan jenis simbol tersebut adalah sebagai berikut: a. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak
hitam orange

hitam

MUDAH MELEDAK

merah

Gambar 2.14 Simbol Untuk Limbah B3 Mudah Meledak Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 b. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun

putih hitam

Gambar 2.15 Simbol Limbah B3 Beracun


hitam merah

BERACUN

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 c. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar Terdapat 2 macam simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar, yaitu cairan mudah terbakar dan padatan mudah terbakar.
putih merah merah putih

putih hitam

hitam

CAIRAN MUDAH TERBAKAR


putih

PADATAN MUDAH TERBAKAR


hitam
putih

putih

IV-42

Gambar 2.16 Simbol Limbah B3 Mudah Terbakar Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 d. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif
kuning hitam hitam

REAKTIF
hitam hitam

Gambar 2.17 Simbol Limbah B3 Reaktif Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 e. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif
putih hitam

m erah

hitam

KOROSIF

merah

Gambar 2.18 Simbol Limbah B3 Korosif Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 f. Simbol klasifikasi limbah B3 infeksius
hitam putih

INFEKSI
hitam merah

Gambar 2.19 Simbol Limbah B3 Infeksius

IV-43

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 g. Simbol limbah B3 klasifikasi campuran

putih

hitam

CAMPURAN

hitam

merah

Gambar 2.20 Simbol Limbah B3 Karakteristik Campuran Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 2.4.2 Label Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar tentang kondisi kuantitatif dan kualitatif suatu limbah B3 yang dikemas. Ada 3 jenis label terkait dengan pengemasan limbah B3, yaitu: a. sendiri. Label identitas limbah, yang berfungsi

memberikan identitas tentang asal-usul limbah dan jenis beserta sifat limbah itu

Gambar 2.21 Label Identitas Limbah

IV-44

Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 b. kembali untuk mengemas limbah B3. Label untuk kemasan kosong, dipasang pada

kemasan bekas limbah B3 yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan

Gambar 2.22 Label Untuk Kemasan Kosong Limbah B3 Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 c. Label untuk tutup kemasan, dipasang dekat

tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup kemasan.

Gambar 2.23 Label Untuk Tutup Kemasan Limbah B3 Sumber: Lampiran Kep-05/Bapedal/09/1995 2.5 Perijinan dan Pengawasan 5.5.1 Perijinan

IV-45

Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab, dalam hal ini Menteri Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan dan tata cara memperoleh izin tersebut harus sesuai dengan Kep-68/Bapedal/05/1994. Perizinan pengelolaan limbah B3 dimaksudkan untuk mengetahui jumlah timbulan, jenis, karakteristik, limbah B3 di Indonesia sejak dihasilkan sampai dengan pengolahan akhir ( Kep68/Bapedal/05/1994). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Kegiatan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Selain itu, pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin pemanfaatan setelah mendapat rekomendasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Persyaratan untuk memperoleh izin yaitu ( PP No 18 Tahun 1999 ) yaitu : 1. Memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang telah disyahkan oleh instansi yang berwenang. 2. Nama dan alamat badan usaha yang memohon izin. 3. Kegiatan yang dilakukan. 4. Lokasi tempat kegiatan. 5. Nama dan alamat penanggung jawab kegiatan. 6. Bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan. 7. Spesifikasi alat pengelolaan limbah.

IV-46

8. Jumlah dan karateristik limbah B3 yabg disimpan, dikumpulkan, dimanfaatkan, diangkut, diolah atau ditimbun. 9. Tata letak saluran limbah, pengelolaan limbah dan tempat penampungan sementara limbah B3 sebelum diolah dan tempat penimbunan setelah diolah. 10. Alat pencegah pencemaran untuk limbah cair, emisi dan pengolahan limbah B3. 2.5.2 Pengawasan Dijelaskan dalam PP No 18 Tahun 1999 bahwa pengawasan meliputi kegiatan pemantauan terhadap penataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif oleh penghasil, pemanfaat, pengumpul, pengangkut, pengolah dan penimbun limbah B3. Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh Menteri dan pelaksanaannya diserahkan kepada instansi yang bertanggung jawab. Pengawas pengelolaan limbah B3 berwenang : 1. Memasuki area lokasi penghasil, pemanfaatan, pengumpulan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. 2. Mengambil contoh limbah B3 untuk diperiksa di laboratorium. 3. Meminta keterangan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah B3. 4. Melakukan pemotretan sebagai kelengkapan laporan pengawasan.

BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTEK

IV-47

Metodologi pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan selama kerja praktek di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon adalah sebagai berikut :
3.1. Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek

Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kerja praktek pada PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Mulai Pelaksanaan kerja praktek Data Primer Profil perusahaan Proses produksi Sumber limbah B3 Metode pengelolaan Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan saran Seles ai Pengumpulan data Data Sekunder Data yang berkaitan dengan limbah B3

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penyusunan Laporan

Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2011

Dalam keseluruhan pelaksanaan kerja praktek, terdapat 3 tahapan, yaitu : 1. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan kerja praktek dilakukan proses administrasi yang meliputi pendaftaran kerja praktek, permohonan pembimbing kerja praktek dan pembuatan surat-surat lainnya. Selain itu juga dilakukan

IV-48

studi

literatur

sebagai

dasar

pembuatan

laporan

dan

agar

lebih

mengetahui secara mendalam tentang pengelolaan limbah B3. 2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini, hal yang dilakukan adalah mengamati dan mengevaluasi Sistem Pengelolaan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon guna menyesuaikan dengan regulasi yang ada serta mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon. Dalam tahap ini, perlu melakukan kajian pustaka untuk melihat hubungan antara pengamatan di lapangan dan teori. 3. Tahap Penyusunan Laporan Dalam penyusunan laporan kerja praktek, dilakukan analisis dan pembahasan mengenai kondisi sistem pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon serta melakukan evaluasi hasil pengamatan lapangan. Salah satu analisis yaitu dengan melakukan suatu perbandingan antara teori dan regulasi yang ada dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3.2

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan selama kerja praktek di

PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon adalah : 1. Metode Pengumpulan Data Primer

Metode ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara a. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan atau tinjauan lapangan terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang meliputi inventarisasi dan identifikasi, reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pelabelan, pengolahan, pemanfaatan

IV-49

limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon dan melakukan pencatatan. Tabel 3.1 Daftar Observasi Kerja Praktek

No 1 2 3
4 5 6 7 8

Observasi Proses Produksi Pengolahan Limbah Cair Identifikasi Limbah B3 Pewadahan Limbah B3
Penyimpanan Sementara Limbah B3 Pelabelan Limbah B3 Pengangkutan Limbah B3 Perijinan & Pengawasan

Tempat Divisi Produksi Seksi Fluids Operasi Seksi K3LH Seksi K3LH Seksi K3LH Seksi K3LH Seksi K3LH Seksi K3LH

Pengelolaan Limbah B3 Sumber : Analisa penulis, 2011 b. langsung Metode Wawancara kepada staf berwenang berkaitan dengan kinerja

Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara perusahaan atau hal-hal teknis yang kurang dimengerti saat pelaksanaan kerja praktek dan berbagai permasalahan dalam pengoperasian proses. Wawancara saat kerja praktek ditujukan kepada karyawan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon.

Tabel 3.2 Daftar Wawancara Kerja Praktek

No 1 2 3

Wawancara Proses produksi Pengolahan limbah cair Pengelolaan gas, debu dan

Tempat Divisi Produksi Seksi Fluids Operasi Seksi K3LH

IV-50

4
5

kebisingan Identifikasi

&

inventarisasi

Seksi K3LH Seksi K3LH

Limbah B3 Pengolahan limbah B3 oleh pihak ketiga

Lanjutan Tabel 3.2 No 6 7 8

Wawancara
Perijinan & pengawasan pengelolaan Limbah B3 Kepedulian terhadap lingkungan PT. Latinusa Produksi bersih PT. Latinusa

Divisi

Seksi K3LH Seksi K3LH


Divisi Produksi,seksi fluids operasi,seksi K3 Seksi K3LH

9 Pemanfaatan kembali limbah B3 Sumber :Analisa Penulis, 2011 2. Pengumpulan Data Sekunder Metode pengumpulan data

sekunder

meliputi

kegiatan

pengumpulan data sekunder data literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian terdahulu, data keterangan berupa bagan alir proses produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data pendukung lainnya seperti metode pengumpulan data informasi dengan cara membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan obyek studi. Pengumpulan dokumen dan referensi pengelolaan limbah B3 di Seksi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup ( K3LH). Kemudian bahan-bahan tersebut dipergunakan sebagai acuan atau pedoman sebagai pengetahuan awal sebelum studi lapangan, selama pengamatan di lapangan, dan data pada waktu pembahasan dalam tahap penyusunan laporan.

IV-51

3.3

Pelaksanaan Kerja Praktek Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas

Teknik Universitas Diponegoro, kegiatan Kerja Praktek mempunyai bobot 2 SKS dan merupakan syarat untuk menempuh ujian akhir/ tugas akhir. Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 9 September 2011 di Seksi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup ( K3LH) dan Seksi Fluids Operasi, Divisi Produksi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon sesuai dengan persetujuan dan kebijakan dari pihak praktek : 1. Minggu I Orientasi pengenalan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon (Observasi awal) secara umum untuk mengetahui semua unit yang ada dalam PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon serta adaptasi dengan lingkungan kerja perusahaan. 2. Minggu II Mendapatkan data-data sekunder seputar perusahaan seperti company profile dan proses produksi. 3. Minggu III Mempelajari proses produksi secara umum, dan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon. Konsultasi dengan pembimbing kerja praktek dan melakukan tinjauan lapangan. 4. Minggu IV Menganalisis penerapan pengelolaan limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, Cilegon. Pengambilan gambar dan melengkapi datadata yang kurang. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk. Berikut ini adalah rincian kegiatan selama kerja

IV-52

5. Minggu V Menyusun laporan kerja praktek dan konsultasi dengan pembimbing lapangan.

Tabel 3.3 Pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Tahapan Kegiatan Kerja Praktek Pe Persiapan Pelaksanaan KP Penyusunan Laporan Seminar

Februa ri Juli 1

Agustus 2011 2 3 4

September 2011 1 2 3 4 1

Oktober 2011 2 3 4

November 2011 1 2 3 4

Sumber :Analisa Penulis, 2011

IV-53

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. PELAT TIMAH NUSANTARA Tbk, CILEGON BANTEN

2.1 Penjelasan Umum PT. Pelat Timah Nusantara Tbk PT Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT Latinusa Tbk, merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi dengan standar internasional. PT Latinusa didirikan pada 19 Agustus 1982 berdasarkan Akta Perseroan No.45 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, dan pemegang saham mayoritas saat ini adalah Konsorsium Jepang yang terdiri dari Nippon Steel Corporation, Mitsui Co. Ltd., Nippon Steel Trading Co., dan Metal One. Nippon Steel Corporation juga merupakan penyedia bahan baku utama PT. Latinusa Tbk, Tin Mill Black Plate (TMBP), sehingga ketersediaan bahan baku senantiasa terjamin. PT Latinusa Tbk, memiliki tenaga kerja dengan keahlian tinggi yang selalu siap membantu para pelanggan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan tinplate. Dengan pengalaman lebih dari 23 tahun dan pengembangan yang berkelanjutan, PT Latinusa Tbk bertekad untuk memberikan kepuasan menyeluruh bagi para pelanggan melalui tinplate berkualitas tinggi, pelayanan yang baik serta berbagai keunggulan perusahaan. Dalam proses produksinya PT. Latinusa Tbk menerapkan sistem Electrolytic Tinning Line (ETL) dengan bahan baku lembaran tipis yang dihasilkan dari pabrik baja yang di giling tanpa pemanasan. PT. Latinusa Tbk memproduksi jenis-jenis Tin

IV-54

Plate sesuai dengan Standard Internasional, yaitu Standard Nasional Indonesia (SNI), ASTM, Japan International Standard (JIS), International Standard Organization (ISO) dari Euronorm. Hasil akhir PT. Latinusa Tbk adalah Tin Plate (Pelat Timah) dalam bentuk gulungan (Coil) dan lembaran (Sheet). Selain itu PT. Latinusa Tbk juga turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produk bahan baku yang aman dan praktis, karena bahan baku pelat timah dibuat dari baja tipis yang di proses secara higienis, dan prosesnya pun dilakukan secara bertahap melalui control kualitas yang cermat dan teliti.

Gambar 4.1 Logo PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 4.2 Visi dan Misi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk PT Latinusa Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan fungsi produksi, penjualan dan pelayanan untuk kepuasan pelanggan yang memiliki visi dan misi sebagai berikut : 2.1 Visi

Visi 2009 : Menjadi perusahaan penyedia tinplate dengan harga yang kompetitif di kawasan AFTA Visi 2013 : Menjadi perusahaan tinplate terpadu dan terbaik di kawasan AFTA Visi 2020 : Menjadi perusahaan kemasan baja terdepan di kawasan AFTA 2.2 Misi

IV-55

Menghasilkan tinplate berkualitas tinggi dengan harga kompetitif, dan pengiriman tepat waktu bagi kepuasan pelanggan. 4.3 Sejarah dan Perkembangan PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Pada awalnya PT. Latinusa adalah perusahaan patungan antara PT. Tambang Timah (Persero) dan PT. Nusantara Ampera Bakti (PT. NUSAMBA) serta PT. Krakatau Steel (PT. KS) yang didirikan atas dasar akte notaris Imas Fatimah, SH. tanggal 19 Agustus 1982 dan telah diumumkan dalam berita Negara RI No. 73 tanggal 13 September 1983 sebagai usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dengan tujuan:
1. Membangun dan mengusahakan pabrik pelat timah di Cilegon, Banten untuk

menghasilkan pelat timah, Tin plate Steel dan produk lain yang berhubungan dengan itu. 2. Memasarkan, menjual seluruh hasil produksi baik didalam maupun diluar negeri. 3. Menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan hal diatas. 4. Menjaga lingkungan disekitar pabrik agar lingkungan tersebut tidak tercemar.
5. Mengupayakan supaya PT. Latinusa dapat memproduksi pelat timah (Tin

Plate) lebih banyak lagi dan bermanfaat. Kontrak pembangunan pabrik Tin Plate di tanda tangani pada tanggal 04 Oktober 1982 dengan pihak kontraktor (Consortium Manesmann Demag Sack GMBH, Jerman Barat dan Hitachi Zosen Coorporation, Jepang) dan biaya keseluruhan untuk kapasitas 130.000 ton tin plate pertahun sebesar US$ 96.200.000. Dibidang pemasaran, maka sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Perdagangan No.480/KP/IV/84 Tanggal 23 April 1984 oleh PT. Krakatau Steel/PPBB dan PT Tambang Timah telah dikuasakan kepada PT. Kemas Inti Nusa Bakti yaitu suatu

IV-56

perusahaan patungan antara PT. Tambang Timah dan PT. Nusamba. Dalam pelaksana keputusan Menteri Perdagangan tersebut PT. Kemas Inti bekerja sama dengan PT. Latinusa. Dengan industri tersebut kebutuhan pelat timah yang dulunya mengimpor dari luar negeri, sekarang sudah mampu memproduksi sendiri, walaupun masih dalam skala nasional, tetapi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap tenaga asing. 4.3.1 Tahap Studi Kelayakan Tahapan studi kelayakan PT. Latinusa Tbk disajikan dalam table 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Studi Kelayakan PT. Latinusa Tbk Tahun 1973 1974 Studi Kelayakan Studi kelayakan pertama untuk pendirian pabrik tinplate dilakukan oleh PT Tambang Timah bersama dengan BHP Steel Australia. Dari studi tersebut disimpulkan bahwa pembangunan pabrik pada tahun 1980 tersebut belum layak. PT Tambang Timah dan PT Krakatau Steel bekerja sama dengan Kaiser Engineer International Corp. USA. Dari studi tersebut Maret 1981 Mei 1982 1983 disimpulkan bahwa pabrik tinplate layak didirikan. Kesimpulan dari studi kelayakan ditindak lanjuti dengan

pelaksanaan proyek dan perancangan spesifikasi proyek, tender internasional, penilaian penawaran dan seleksi. Pada Maret 1983 pelaksanaan rancangan proyek dimulai, dan pada Oktober 1983 dilakukan upacara peletakan batu pertama diikuti dengan pekerjaan konstruksi. Jadwal percobaan produksi pertama Jadwal produksi komersil Disahkannya pendirian PT. Latinusa oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto. PT. Latinusa makin banyak mengalami suatu kemajuan dari Tahun-

15 Juli 1985 19 September 1985 2 November 1985 2009

Tahun sebelumnya Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

IV-57

Seiring dengan kemajuan jaman dan didukung dengan SDM yang lebih kompeten untuk menyesuaikan diri dalam pasar bebas, maka PT.Latinusa Tbk telah melakukan go public dimana perusahaan Jepang menjadi pemegang saham terbesar di PT.Latinusa Tbk. 4.3.2 Pembangunan Pabrik Berdasarkan hasil studi kelayakan, maka pembangunan pabrik tinplate dengan kapasitas produksi 130,000 ton per tahun dilaksanakan. Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari Mannesmann Demag Sack GmbH dan Hitachi Zosen Corp. Peresmian pabrik yang telah selesai dibangun dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu pada tanggal 2 November 1985. 4.3.3 Pendirian Perusahaan PT Pelat Timah Nusantara Tbk didirikan pada 19 Agustus 1982. PT Latinusa merupakan perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan PT Tambang Timah, PT Krakatau Steel dan PT Nusamba sebagai pemegang saham perdana. Saat ini pemegang saham perusahaan terdiri atas Nippon Steel Corporation (35%), Krakatau Steel (20.1%), Mitsui Co. (10%), Nippon Steel Trading (5%), Metal One (5%), PT Baruna Inti Lestari dan Publik (20%). 4.3.4 Target Ekspansi Ekspansi PT Latinusa Tbk bertujuan untuk menjadikannya perusahaan yang kokoh dengan keunggulan dalam berkompetisi menghadapi berbagai tantangan. Sebagai fondasi untuk bertumbuh menuju arah tersebut, seluruh sumber daya yang tersedia akan dimanfaatkan sebaik mungkin dan hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan akan dipelihara untuk mendukung perwujudan perusahaan yang tahan uji dan memiliki daya saing kuat.

IV-58

4.3.5 Nilai Perusahaan Nilai- nilai yang diterapkan di PT. Latinusa Tbk yaitu: 1. Kerja Tim Mengutamakan kerja tim dalam mencapai kemajuan perusahaan telah menjadikan tujuan perusahaan sebagai tujuan bersama dari setiap pegawai. Perusahaan tidak memberikan perlakuan khusus kepada individu maupun kelompok tertentu, serta melibatkan baik manajemen maupun staf dalam pencapaian objektif perusahaan. 2. Integritas Konsistensi antara setiap pernyataan dan tindakan, baik dalam hal etika maupun peraturan. 3. Keterbukaan PT. Latinusa Tbk senantiasa terbuka terhadap ide baru, saran dan perubahan dari pihak eksternal demi kemajuan perusahaan. PT. Latinusa Tbk telah mengembangkan sistem kerja dan pelaporan yang baik, sehingga memudahkan para pemangku kepentingan untuk mengevaluasi hasil kerja kami. 4. Kredibilitas Kredibilitas PT. Latinusa Tbk sebagai perusahaan yang terpercaya tercermin melalui tindakan yang senantiasa jujur, profesional dan inovatif. PT. Latinusa Tbk bertekad untuk selalu bergerak maju, mengandalkan diri sendiri, mengembangkan diri dan bersedia melakukan perubahan demi perbaikan dan kemajuan yang sejalan dengan tujuan, visi, misi, nilai dan pandangan kami. 5. Kepedulian PT. Latinusa Tbk menjaga toleransi dan kepedulian di antara sesama kami, para pegawai dan seluruh bagian dari perusahaan. PT. Latinusa Tbk tidak segan mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran, mendorong kinerja dan kerja sama yang lebih baik demi kemajuan perusahaan.

IV-59

4.4 Lokasi PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Adapun data teknik mengenai PT. Latinusa Tbk adalah sebagai berikut :
1. Luas area total

: 8.5 Ha : 2.45 Ha : 20 KVA,dari PT Krakatau Daya Listrik : PT. Pelat Timah Nusantara Tbk : Gedung Krakatau Steel, Lantai 3 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 54 Jakarta 12950 - Indonesia Telp : (021) 5209883 (Hunting) Fax : (021) 5210079. 5210081 E-mail : Info@latinusa.co.id

2. Luas area yang dipakai


3. Penggunaan listrik 4. Nama 5. Kantor Pusat

6. Kantor/Pabrik

: Jl. Australia I-Kav E1 Kawasan Indusrti KIEC Cilegon Banten 42443 -Indonesia Telp (0254) 392353,39357 Fax (0254) 393569,393247

Luas area yang dipergunakan oleh PT. Latinusa Tbk adalah 2.45 Ha.Penentuan lokasi pabrik berdasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain :
1. Tersedianya tanah dengan harga yang relatif murah.

IV-60

2. Tersedianya air dan listrik untuk industri. 3. Letaknya yang strategis dengan pelabuhan Cigading, sehingga memudahkan

untuk transportasi bahan baku.


4. Letaknya dekat dengan PT. Krakatau Steel yang diharapkan pada masa

mendatang akan memenuhi bahan baku utama Pelat Timah yaitu TMBP (Tin Mill Black Plate) yang digunakan oleh PT. Latinusa Tbk

AG

AH AL A K

R S T T

AF

AE AJ

P
U AC

AD

AA W

AB

V M O I N J

G H

L
L

K
k

IV-61

Gambar 4.2 Denah PT. Latinusa Tbk Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk Keterangan : A. POS satpam B. Musholah C. Gedung serba guna D. Koperasi E. Shiping F. Workshop G. Balai karya/PU H. K3LH I. Emergency J. Kantin K. Recepsionis L. Perkantoran M. Quality control N. SDM O. Shirring line P. Exit

IV-62

Q. ETL R. Entry S. CPL T. Kantor mekanik U. Kantor produksi Y. Gudang hasil produk Z. Gudang TMBP AA. AB. Logistik AC. Fluid utility AD. WWTP AE. Boiler 1 AF. Boiler 2 AG. Palet shop AH. Kantor coil storage AI. Lahan parkir AJ. Ruang compressor AK. Area 5R Anode casting

V. Ruang sortir
W. Control

room

listrik

&

instrument X. Lahan penghijauan

IV-63

Gambar 4.3 Tampak Luar PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Sekunder, 2011

4.5 Struktur Organisasi dan Kepegawaian PT. Pelat Timah Nusantara Tbk 2.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi di PT. Latinusa Tbk merupakan struktur organisasi garis yang digabungkan dengan fungsi staf. Dalam struktur organisasi ini Direktur utama bertanggung jawab langsung pada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris. Sitem pertanggungjawaban direksi dan pimpinan lainnya dari semua tingkatan tertuang dalam struktur organisasi PT. Latinusa Tbk yang menurut Surat Keputusan Direksi PT. Latinusa Tbk No HK 00.01/28/0000/2004. Setelah adanya SK Direksi PT. Latinusa Tbk tentang struktur ini maka perlengkapan kepengurusan dipimpin oleh direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan dibantu oleh tiga orang direktur yang masing- masing membawahi direktorat.

UnitIV-64 PKBL Manko GA & PKBL Divisi General Affair Divisi Hukum

Sekretaris Perusahaan

Kepala SPI

Divisi SPI

Manko Akutansi dan Keuangan Direktur Keuangan Direktur Utama

Divisi Akutansi Divisi Keuangan

Divisi SDM

Divisi SI

Divisi Pemasaran Manko Pemasaran Direktur Komersial Divisi Penjualan

Divisi Logistik

Divisi QA
Manko Penunjang Produksi

Direktur Operasional

Divisi Teknologi

Divisi Perawatan

Manko Produksi

Divisi Produksi

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Latinusa Tbk

Divisi PPPP

IV-65

Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk 4.5.1.1 Divisi Produksi Tanggung jawab divisi produksi adalah mengatur dan mengurus semua kegiatan produksi berdasarkan rencana produksi yang ditentukan agar dihasilkan sesuai dengan jumlah dan kualitas yang ditentukan dengan biaya yang seefisien mungkin. Menjaga seluruh kegiatan proses produksi agar kegiatan produksi berjalan sesuai dengan metode pedoman yang telah ditetapkan. Bekerja sama dengan divisi lainnya yang terkait dalam pengaturan produksi dan penyediaan bahan dan menerapkan prinsip- prinsip K3 di lingkungan kerja.

Seksi ETL

Shift Leader

Seksi SI

Seksi Fluids Operasi

Seksi Persiapan & Analisa Proses Divisi Produksi Bag Penunjang Produksi Seksi Penatalaksanaan Roll Seksi Penyiapan Bahan Kimia Anoda

Bag Pengemasan Barang jadi

Seksi Pengawas Kemasan

IV-66

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Divisi Produksi Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk 4.5.1.2 Divisi Sumber Daya Manusia ( SDM ) Tanggung jawab divisi SDM adalah menyusun dan merumuskan rencana dan program kegiatan manajemen SDM yang mencakup penerimaan dan penempatan karyawan, system penggajian dan promosi atau rotasi karyawan, peningkatan pengetahuan, pengembangan SDM ( training ), kemampuan dan keterampilan karyawan, keperluan rumah tangga guna mendukung kegiatan operasional perusahaan. Divisi SDM juga membantu menyelesaikan konflik yang terjadi baik konflik pekerjaan maupun konflik atasan dan bawahan. Metodologi evaluasi jabatan dilakukan dengan pendekatan Hay.
Seksi Penggajian Bag Administrasi SDM Seksi Administrasi Personalia

Seksi Pengembangan SDM Divisi SDM Bag Pengembangan SDM Seksi Pengembangan Organisasi

Seksi K3 Bag K3 dan Kesra Seksi Kesra

IV-67

Gambar 4.6 Struktur Organisasi Divisi SDM Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk 2.2 Kepegawaian Jumlah pegawai di PT. Latinusa Tbk adalah 434 orang yang terdiri dari pegawai tetap dan karyawan harian (karyawan kontrak) . Sistem kerja pegawai di PT. Latinusa Tbk berdasarkan 2 bagian yakni Shift dan Non-Shift. Pegawai yang bekerja shift terbagi menjadi 3 waktu yaitu: 1. Shift Shift 1 : 14.00 - 22.00 WIB Shift 2 : 22.00 - 06.00 WIB Shift 3 : 06.00 - 14.00 WIB 2. Non Shift 07.30 16.000 Senin s/d Kamis

IV-68

07.30 17.00

Jumat

Pola kerja shift terbagi atas 4 grup dengan pembagian waktu kerja 5 hari kerja dua hari libur dan 3 hari kerja sehari libur. Sedangkan pegawai yang non-shift waktu kerja yang dilaksanakan adalah 5 hari kerja yakni dari senin hingga Jumat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan, PT. Latinusa Tbk memberikan kompensasi dalam bentuk gaji pokok yang telah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR), tunjangan serta santunan sosial. Selain itu perusahaan juga memberikan tunjangan sosial dan jaminan kesehatan sebagai berikut : 1. Jaminan hari tua yang terencana melalui Dana Pensiun Mitra Krakatau. 2. Transportasi
3. Program perumahan dan sarana ibadah

4. Program haji karyawan dan istri 5. Olahraga dan pembinaan rohani 6. Kebutuhan rumah tangga melalui koperasi karyawan 7. Pakaian kerja dan bonus produksi

V-69

4.6 Sarana dan Prasarana PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Kelancaran suatu proses dalam menjalankan suatu sistem proses dan memproduksi suatu produksi sangat tergantung pada beberapa aspek dan faktor. Diantara beberapa faktor yang turut menunjang jalannya operasi pabrik yang terdapat di PT. Latinusa Tbk salah satunya adalah unit utilitas. Adapun unit utilitas yang terdapat di PT.Latinusa meliputi sarana-sarana sebagai berikut : 1. Penyediaan Air 2. Penyediaan Steam 3. Penyediaan Listrik 4. Penyediaan Udara Tekan 2.1 Penyediaan Air Pada umumnya air dipakai untuk umpan ketel uap dan penggunaan lainnya seperti air pendingin, air proses dan air untuk kegiatan proses lainnya. Penggunaan air tersebut sebagai umpan ketel uap karena air merupakan material yang mudah didapat, panas laten yang dihasilkan tinggi dan harganya relatif murah. Penyediaan air dalam hal ini terbagi menjadi air untuk proses produksi dan air untuk proses non produksi. Bahan baku air yang dipakai PT. Latinusa Tbk untuk semua kebutuhan pabrik maupun rumah tangga diperoleh dari PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI). Setelah air tersebut diolah pada unit pengolahan air dibagian fluid, maka akan dihasilkan air yang dibutuhkan pabrik untuk melakukan berbagai proses. Pengolahan air yang dilakukan dibagian fluid pada dasarnya berguna untuk menyajikan dan menyediakan air jernih yang tidak mengandung kadar garam dan mineral sehingga air tersebut dapat digunakan untuk proses dan kegiatan lainnya.

V-70

2.1.1

Cooling Water System Cooling Water adalah air yang digunakan untuk mendinginkan peralatan-

peralatan yang ada diproses produksi. Cooling Water System

yaitu unit yang

menangani atau menyediakan air pendingin. Sistem pendingin di cooling tower dilakukan secara resirkulasi terbuka, dimana mekanismenya air make up dari PT. Krakatau Tirta Industri (KTI) di alirkan menuju cooling storage basin dengan ketentuan bila air dalam basin kosong yang di sebabkan udara atau uap panas yang diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang digunakan pada pembangkit daya , akan secara otomatis valve terbuka dan mengisi , air dari cooling water basin di pompakan ke produksi dengan mengunakan 5 unit pompa dengan kapasitas per unit 200 m3/jam, air dari produksi di kembalikan lagi ke cooling tower untuk didinginkan kembali. Adapun kegunaan air cooling di PT. Latinusa Tbk yaitu: 1. Untuk pendingin AC Sentral. 2. Untuk pendingin roll-rool yang ada pada proses produksi. 3. Untuk pendingin Compressor. 4. Sebagai pendingin oli pada sistem hydroulic. 5. Sebagai Fire Fighting water.

2.1.2

Filter Water System Filter water system adalah suatu sistem penyaringan air dengan

menggunakan media penyaring berupa pasir kuarsa atau biasa disebut Sand Filter. Bagian-bagian utama dari filter water system antara lain : 1. Sand Filter

V-71

2. Multi Stage High Pressure Centrifugal Pump 3. Filter Water Storage Basin Mekanisme filter water system di PT. Latinusa Tbk yaitu air yang berasal dari Make up water di filtrasi menggunakan sand filter untuk menghilangkan padatan padatan tersuspensi dalam air. Filter water ditampung dalam Filter water storage basin. Selama Sand Filter No.I beroperasi dan indikator telah menunjukan kejenuhan (kotor) Sand Filter No.I akan berpindah secara otomatis ke sand filter no.2 dan sand filter no.l dilakukan Backwash secara manual adapun lama backwash di sesuaikan dengan kondisi air yang dilihat dengan kasat mata, hal ini dilakukan untuk menghilangkan padatan padatan tersuspensi yang telah mengendap di bagian atas media penyaring. Backwash dilakukan dengan mengalirkan air bersih dari bagian bawah (Up-flow) sehingga padatan tersuspensi terangkat dan keluar dari sand filter sehingga sand filter efektif kembali untuk melakukan penyaringan air (filtrasi). Di PT. Latinusa Tbk kegunaan dari filter water tersebut antara lain :
1. Untuk proses Elektrolisysic Tinning Line ( ETL ) yaitu rinsing proses cleaner,

pickling dan plating.


2. Untuk supply ke Demin Water System

Untuk menguji kualitas air hasil proses ini dilakukan juga analisa di laboratorium setiap hari dan disesuaikan dengan standar baku mutu air. 2.1.3 Potable Water System Potable water system adalah system penyaringan air dengan menggunakan media penyaring berupa Active Carbon Filter. Di PT. Latinusa Tbk potable water digunakan untuk air minum, dan air kamar mandi namun untuk saat ini hanya digunakan untuk kebutuhan kamar mandi, karena kebutuhan air minum telah mengunakan air mineral kemasan. Bagian-bagian Potable water system antara lain :

V-72

1. Potable Water Storage Tank :20 m3 2. Actived Carbon Filter 3. Hydropor Tank 4. Pompa.

:10 m3 :1 m3 :5m3/h5,5 kw

Prinsip yang digunakan pada alat potable water adalah sama dengan filter water, perbedaannya yaitu umpan potable water adalah air hasil demineralisasi. Make up water yang telah diinjeksikan NaOCl (Sodium hypoclorite) dalam sistem distribusinya, ditampung dalam Potable water storage tank. Dari Potable water storage tank air dipompakan ke Carbon Filter sehingga dihasilkan air bersih untuk didistribusikan melalui Hydropor Tank. Pada hydropor tank berisi air dengan 20 % dari voleme tanki adalah angin yang berasal dari Compressor. 2.1.4 Demin Water System Demin water system adalah sistem penghilangan mineral-mineral yang terkandung dalam air dengan metode pertukaran ion (Ion Exchange). Sedangkan alat yang digunakan adalah Ion Exchanger . Ion Exchanger terdiri dari dua bagian yaitu kation exchanger dan anion exchanger. Sedangkan bahan isian (packing) yang terdapat dalam kation dan anion exchanger disebut Resin. Di PT. Latinusa Tbk terdapat 3 train unit demin, dimana setiap train terdiri dari kation exchanger dan anion exchanger. Di dalam operasi normal biasanya ketiga train tersebut dikondisikan dengan kondisi yang berbeda pada masing-masing train. Apabila train 1 dalam kondisi Service, maka train II dalam kondisi Ready, sedangkan train III dalam kondisi Regeneration tergantung dari conductivitynya atau sebaliknya. Bagian-bagian utama unit demin water system di PT. Latinusa Tbk antara lain : 1. Kation Exchanger Coloumn. 2. Anion Exchanger Coloumn.

V-73

3. NaOH Tank. cap. 500 ltr


4. H2SO4 Tank.cap. 500 ltr 5. Circulation pump (In-Line multistage pump). 6.

Deminwater storage tank.cap. 25 m3 x 2

2.2

Penyediaan Listrik Listrik merupakan salah satu sarana yang penting pada setiap proses dalam

suatu industri. Di PT. Latinusa Tbk penyediaan tenaga listrik didapat dan dipasok dari PLTU 400MW yang dimiliki oleh PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL) dengan tegangan 20 KV dan mempunyai daya sebesar 9000 KVA. Di PT. Latinusa Tbk listrik digunakan dalam proses Electrolysic Tinning Line (ETL), penghasil panas pada pemanas listrik secara elektrik pada proses pencetakan anoda timah serta kebutuhan sehari- hari perusahaan. 2.3 Penyediaan Steam Di PT. Latinusa Tbk Steam (uap) dihasilkan oleh 2 buah ketel yang bekerja secara bergantian dengan kapasitas maksimum 10 ton/jam dengan tekanan maksimum 8.5 Kg/cm2. untuk menghasilkan steam, digunakan air hasil proses demineralisasi sebagai umpan. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan larutan proses cleaning, pickling, dan chemical treatment. 2.4 Penyediaan Udara Teken Udara tekan dihasilkan dari 3 buah compressor dengan tekanan 7 bar. Udara hasil kompresi di tampung pada air receiver untuk kemudian disalurkan ke unit-unit yang membutuhkan udara tekan. Udara tekan yang dihasilkan digunakan untuk berbagai macam keperluan, diantaranya :

V-74

1. Untuk penggerak selonoid valve 2. Untuk penggerak piston pada roll diproses produksi. 3. Untuk Hydropor tank pada Potable Water System,dan lain sebagainya

6.7 Kegiatan Pokok PT. Pelat Timah Nusantara Tbk 2.1 2.1.1 Bahan Baku Produksi Bahan Baku Utama

1. Tin Mill Black Plate (TMBP) Bahan baku yang digunakan dalam proses pelapisan timah pada strip baja dengan metode elektrolisa adalah tin mill black plate ( TMBP ) yaitu baja tipis berbentuk lembaran yang pada proses elektrolisis berperan sebagai katoda. PT. Latinusa Tbk memperoleh bahan baku TMBP dari dalam maupun luar negeri. Suplai dalam negeri berasal dari PT. Krakatau Steel sedangkan suplai luar negeri berasal dari beberapa negara, diantaranya jepang yaitu dari perusahaan Nippon Steel Coorporation ( NSC ), Nippon kohan ( NKK ) dan Kawasaki Steel ( KS ) selain itu juga berasal dari korea dan Australia. Karateristik dan sifat dari tin mill black plate antara lain sebagai berikut : 1. TMBP adalah baja yang mengandung unsur karbon maksimum kurang dari 2 %. 2. Warna struktur dari material bila dilihat dengan mikroskop electron berupa hitam serabut. 3. TMBP merupakan salah satu jenis stainless steel yang termasuk jenis logam baja yang tahan terhadap bentuk serangan korosi.

V-75

4. Tidak diperbolehkan adanya karat yang timbul dalam TMBP.


5. Lapisan oil film yang melapisi TMBP mengandung kadar minyak

sebanyak 30 50 mg/m2. Proses produksi akan berjalan dengan baik dan sempurna jika ditunjang dengan bahan baku yang bermutu. Proses pelapisan timah yang dilakukan di PT. Latinusa Tbk merupakan proses lisensi dari USA Corporation yakni United State Steel ( USS ) dengan prinsip elektrolisa.

Gambar 4.7 Tin Mill Black Plate ( TMBP ) Sumber : Data Primer, 2011 Tabel 4.2 Spesifikasi dan Karateristik TMBP Untuk Proses Produksi No 1 2 Spesifikasi Ukuran Potong Ukuran Gulungan Coil Keterangan Lebar potong 457 865 mm Tebal potong 0,11m - 0,39 Diameter dalam 420 mm Diameter luar 1829 mm Berat maksimal 100.000 N Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

V-76

Tabel 4.3 Tipe Bahan Baku Baja dan Penggunaanya Dalam Proses Produksi Aimed Rockwell Hardness 30 T

46 52

T2

50 56

T2.5

52 58

T3

54 60

T4 Single Reduce Double Reduce

58 64

T5 DR 8

62 68 70 76

Application Nozzle, spout, pangkal kaleng minyak berukuran 5 galon dan aplikasi lain yang enggunakan extra deep drawing Kaleng kotak kecil, kaleng ikan drawn, kaleng kornet beef, ring,caps dan aplikasi lain yang membutuhkan moderate deep drawing dan tingkat kekerasan tertentu Crowns, top plugs untuk kaleng cat dan aplikasi lain yang membutuhkan moderate deep drawing dan tingkat kekerasan tertentu Badan kaleng cat minyak ukuran 5 gallon, kaleng sundry, kaleng besar dan aplikasi lain yang membutuhkan tingkat kekerasan yang sesuai Pangkal dan badan kaleng yang membutuhkan kekuatan komperatif yang tinggi. Pangkal dan badan kaleng yang membutuhkan kombinasi kekerasan, kekuatan dan fleksibilitas yang tinggi. Badan dan pangkal untuk kaleng berdiameter kecil namun dengan kekuatan tinggi.

V-77

DR 9 73 79 Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk

Badan dan pangkal untuk kaleng berdiameter besar namun dengan kekuatan tinggi

Tabel 4.4 Tipe Konvensional Baja Untuk Proses Produksi Ciri Khusus Permukaan mengkilap yang dihasilakan dari lapisan Bright flow brightened tin di atas grindstone finished steel B Finish base yang halus Permukaan mengkilap yang dihasilakn dari lapisan Stone flow brightened tin di atas steel base yang memiliki S Finish pola directional grindstone Matte Permukaan redup dari hasil lapisan unmelted yang M Finish umumnya diatas dull finished steel base Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk 2. Timah Putih Timah putih atau Stannum merupakan bahan baku utama kedua pada proses palapisan timah pada strip baja dengan menggunakan metode elektrolisa yang berperan sebagai anoda. Timah yang diperlukan pada proses elektrolisa adalah timah murni dengan kemurnian 99,99 %. Untuk pengadaan timah putih itu sendiri PT. Latinusa Tbk mendatangkan dari PT. Tambang Timah Tbk, Bangka Belitung. Timah putih tersebut dilebur untuk membentuk timah batangan yang siap pakai pada prose plating. Peleburan ini dilakukan di bagian anode casting. Untuk pencetakan timah tersebut bagian anode casting dengan bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan menggunakan Tin Melting Furnace. Alat tersebut bekerja dengan menggunakan sistem burner dengan bahan bakar gas dari PGN. Jenis

V-78

2.1.2

Bahan Baku Penunjang

Bahan baku penunjang dalam proses pembuatan tin plate ada beberapa jenis yaitu :
1.

Asam Sulfat (H2SO4) Fungsi dari larutan asam sulfat adalah untuk menghilangkan oksida logam yang menempel pada permukaan strip baja. Selain itu juga berfungsi untuk mengkasarkan permukaan strip agar pori-pori pada permukaannya terbuka, sehingga daya lekat dari timah lebih baik. Asam sulfat digunakan pada proses pickling dengan konsentsasi 5-10%.

2.

Natrium Hidroksida (NaOH) Larutan ini berfungsi untuk menghilangkan kotoran berupa minyak, grease dan debu dengan tujuan agar tidak timbul defect (cacat) pada saat dilakukan proses pelapisan. Larutan ini digunakan di bagian pre-cleaning dan cleaning pada proses section.

3.

Phenol Sulfonic Acid (PSA) Larutan ini berfungsi untuk meningkatkan konduktifitas larutan serta mencegah terjadinya oksidasi Sn2+ menjadi Sn4+. Konsentrasi larutan PSA yang digunakan 12-15 gr/ liter. Bila konsentrasi larutan terlalu rendah, maka akan menyebabkan turunnya konduktifitas larutan sehingga membutuhkan daya listrik yang besar. Bila larutan PSA terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan defect berupa bercak noda pada permukaan tin plate (tin pick-up).

4.

Ethoxylated Napohtol Sulfonic Acid (ENSA) Manfaat dari larutan ENSA adalah untuk mengkilapkan plate setelah mengalami proses melting dan berfungsi sebagai penetralisir larutan plating dan juga meminimalisasi timbulnya defect, seperti: wood grain, high current. Standard pemakaian ENSA adalah sebesar 3-6 gr/liter.
5. Stannous Sulfat (SnSO4)

V-79

Fungsi dari larutan ini adalah sebagai sumber awal adanya ion-ion timah dalam larutan. Konsentrsi dari ion Sn2+ dalam larutan SnSO4 adalah 24-30 gr/liter.
6.

Natrium Dikromat (Na2Cr2O7) Larutan ini digunakan pada bagian chemical treatment. Fungsi larutan ini membuat lapisan oksida chrome pada permukaan tin plate agar tahan terhadap oksidasi dari lingkungan.

7.

Sulfonik N 150/N 120 Sulfonik N 150/N 120 merupakan senyawa yang berbentuk busa (foam). Tujuan pemberian senyawa ini adalah mencegah bau pada waktu proses dan mencegah terjadinya oksidasi oleh udara luar (karat).

8.

Dioctyle Sebacate (DOS) DOS merupakan lapisan oil yang berfungsi untuk melapisi timah supaya tahan terhadap goresan. 2.2 Proses Produksi Prose produksi di PT. Latinusa Tbk terbagi menjadi dua tahap yaitu ETL ( Electrolysic Tinning Line ) dan Shearing Line. 1.1 ETL ( Electrolysic Tinning Line ) Proses elektrolisis tinning line terbagi menjadi tiga tahap yaitu entry section, plating section dan exit section. Adapun spesifikasi alat untuk proses ETL adalah

Tabel 4.5 Spesifikasi Alat Proses ETL No 1 2 3 Spesifikasi Type Capacity Line Speed Keterangan Ferrostan 130000 metric tons/ year 275 meter/ minute max

V-80

4 Reflow Conduction resistance melting 5 Passivation CDC type 311 6 Oiling DOS with electrostatic system 7 Licensed US Steel Corporation Sumber : Divisi Produksi PT. Latinusa Tbk 1. Entry section Pada proses ini TMBP ( Tin Mill Black Plate ) yang berbentuk lembaran baja sebagai bahan baku untuk coil diletakan pada madril pay of reel di posisi tengah dan digerakan dengan system hidraulik. Lembaran baja akan dilepaskan dari gulungan kemudian menuju double cut shear yang digunakan untuk memotong strip sebelum proses pelapisan berlangsung sehingga antara kedua ujung strip memungkinkan untuk disambung. Kemudian penyambungan di lapangan spot welder selama 25-30 detik sedangkan proses section tetap berjalan tanpa mengurangi kecepatan line. Hal ini disebabkan oleh adanya fasilitas entry looping tower. Setelah melalui proses tersebut strip akan masuk ke dalam stering roll untuk menjaga supaya lembaran baja tetap berada di center roll dan jika nanti bergeser akan segera ditarik kembali menuju center oleh sensor optic secara otomatis. Dari sini strip akan menuju side timer yang digunakan untuk mendorong sisi strip sesuai dengan permintaan customer dan selanjutnya oleh burr masher roll, pinggir potongan itu diratakan kembali. Kecepatan entry section dari jogging 100 335 m/menit.

2. Plating Section a. Cleaning

V-81

Proses ini diawali oleh proses pre cleaning yaitu dilakukan untuk membersihkan kotoran- kotoran yang menempel pada permukaan strip. Dilanjutkan dengan proses cleaning yang akan berlangsung secara elektrolisis dalam NaOH dan welting agent yang disertai oleh adanya arus listrik DC. Arus ini akan mengalir melalui konduktor rol sementara sepasang gride akan memberikan muatan yang berlawanan terhadap larutan elektrolit. Untuk pembilasan dilakukan proses cleaning rinsing yang berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi dan merupakan proses netralisasi antara larutan cleaning dengan cara menyemprotkan air pada strip.

b. Pickling Proses pickling yaitu proses untuk menghilangkan oksida logam dan karat yang terdapat pada strip serta mengkasarkan permukaan strip sehingga daya lekat terhadap pelapisan timah menjadi lebih baik, dalam proses ini digunakan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 5 10 %. Proses pickling rinsing merupakan proses akhir yang dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan sisa- sisa dari larutan H2SO4 yang masih menempel pada strip. Apabila masih terdapat larutan H2SO4 yang masih menempel maka akan menyebabkan proses pelapisan timah tidak dapat berjalan dengan sempurna.

c. Plating, Drag Out, Hot Air Dryer dan Marking Section

V-82

Proses plating merupakan bagian dari proses kimia dimana larutan yang digunakan akan dialiri arus listrik sehingga terjadi proses pelapisan timah yang nantinya akan disesuaikan dengan keinginan customer. Setelah plating dilakukan proses drag out dan pengeringan ( hot air dryer ) yang dilakukan untuk membersihkan sisa- sisa larutan plating yang menempel pada permukaan strip. Hasilnya berupa endapan Kristal timah abu- abu yang masih belum mengkilap. Proses Marking section adalah proses pemberian tanda yang dilakukan pada salah satu bagian sisi permukaan plat timah sehingga mudah untuk diketahui perbedaan yang muncul antara bagian top coating dan bottom coating pada lapisan yang berbeda. Dilanjutkan dengan proses reflow melting section yaitu proses yang dilakukan untuk mengkilapkan permukaan strip dan membentuk alloy atau paduan paduan logam berupa Fe- Sn.

d. Chemical Treatment dan Oiling Setelah strip dilapisi dengan timah kondisi strip untuk permukaanya telah mengkilap. Proses Chemical treatment yaitu proses yang bertujuan untuk melindungi permukaan plat timah dari korosi yang terjadi sebagai akibat dari oksidasi udara luar serta untuk mendapatkan hasil pelapisan timah yang pasif atau yang tahan terhadap goresan. Proses Chemical treatment rinsing merupakan proses untuk menghilangkan sisa- sisa larutan chemical treatment yang masih melekat pada plat timah. Proses terakhir dalam tahap ini yaitu proses oiling yang dilakukan dengan cara memberikan lapisan oil tipis pada permukaan plat timah.

3. Exit Section

V-83

Tahap ini terbagi kedalam delapan proses dimana proses- proses ini merupakan tahapan penyempurnaan tinplate. Exit looping tower yaitu penampung yang ada saat pemotongan coil pada bagian exit section. Visual mirror inspection merupakan proses inspeksi untuk memeriksa cacat yang mungkin terjadi pada tin plate dan dapat dilihat secara visual. Tin Coating gauge adalah proses untuk mengukur ketebalan lapisan timah. Automatic pinholes detector merupkan proses yang memeriksa cacat yang mungkin terjadi pada permukaan tin plate secara otomatis dengan menggunakan sinar .
TMBP Weight dan length monitoring merupakan proses untuk mengukur berat

dan panjang tin plate. Cut shear auto dan manual adalah proses untuk memotong tin plate pada bagian ujung dari coil setelah gulungan strip pada coil mencapai Cutting jumlah tertentu dan apabila suatu waktu system auto mengalami gangguan maka penggunaan secara otomatis akan digantikan oleh penggunaan secara normal. Recoiler 1 dan recoiler 2 merupakan proses penggulungan tin plate yang telah
Cleaning selesai diproses dalam bentuk coil. Cleaning Rising Pickling Pickling Pickling Rising Plating Pre Cleaning Cleaning

Hot Air Dryer

Marking Section

Reflow Melting

Chemical Treatment

V-84

V-85

Gambar 4.8 Skema Proses Electrolysic Tinning Line (ETL) PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

Gambar 4.9 Unit Electrolysic Tinning Line PT. Latinusa Tbk Sumber : Divisi Produksi PT. Latinusa Tbk

1.7.2.2 Shearing Line Produk pelat timah yang dihasilkan PT. Latinusa Tbk selain dalam bentuk gulungan (coil) juga terdapat dalam bentuk lembaran (sheet). Pada bagian ini dilakukan pemotongan strip yang sudah melalui proses electrolytic tinning line

V-86

menjadi lembaran-lembaran dengan ukuran panjang sesuai dengan permintaan konsumen. Adapun rangkaian proses yang dilakukan, yaitu: 1. Pay off reel Berfungsi sebagai uncoiler, yaitu melepaskan gulungan strip dari coilnya. Pada bagian ini recoiler dilengkapi dengan threding belt yang mengandung magnet permanen yang berfungsi sebagai alat bantu untuk memasukkan strip dari pay off reel ke pinch roll. 2. Visual inspection Pada bagian shearing line ini juga dilakukan pemeriksaan cacat (defect) yang terdapat pada permukaan strip yang berasal dari proses electrolytic tinning line. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menentukan klasifikasi dari lembaran yang dihasilkan.

3.

Automatic inspection (Pin hle detector) Adanya cacat kecil pada pada strip yang biasanya tidak terdeteksi atau tidak

dapat di deteksi oleh bagian visual inspection, maka pada bagian ini dapat dapat di deteksi pada bagian ini pula mendeteksi ketebalan strip. 4. Drum shear Berfungsi untuk memotong lembaran-lembaran dalam ukuran panjang sesuai pesanan. Pemotong terdiri atas dua buah roll atas bawah, untuk mendapatkan potongan yang panjang maka kecepatan putaran roll diperlambat dengan mengatur sesuai setting dan programnya. 5. Sheet classifier Berfungsi untuk mengatur masuknya lembaran-lembaran hasil potongan kedalam piler-piler. 6. Piller (Box)

V-87

Berfungsi untuk menempatkan lembaran-lembaran strip sesuai dengan mutunya. Piller nomor 1 untuk lembaran-lembaran yang berlubang; piller nomor 2 untuk lembaran-lembaran yang akan di sortir kembali; dan piller nomor 3 serta piller nomor 4 khusus untuk lembaran-lembaran yang bermutu paling baik 7. Shipping and ware house Pada proses ini merupakan proses pengepakkan (packaging) gulungangulungan dan lembaran-lembaran yang sudah di lapis dengan timah (tin plate), kemudian disimpan di gudang (ware house) sebelum diambil oleh pemesan. gulungan-gulungan dan lembaran-lembaran tin plate, pertama-tama dibungkus dengan karton yang dilapis lilin agar tahan terhadap pengaruh larutan atau yang lainnya. Kemudian dibungkus dengan plastic dan diisolasi serta diikat dengan pita baja. Penempatan gulungan-gulungan dan lembaran-lembaran tersebut diatur dan diletakkan sesuai dengan line sign customer dengan tujuan untuk memudahkan pada saat pengangkutan dan pengiriman.
B

Oiling

Inspection

Recoiler

Coil 1

Coil 2

Packing

Cut Shear

Sheet

Packing

V-88

Gambar 4.10 Skema Proses Shearing Line PT. Latinusa Tbk Sumber: Data Primer, 2011

2.3

Hasil Produksi Produksi yang diharapkan dari proses yang etrjadi di PT. Latinusa Tbk

distandarkan dengan ASTM, JIS, ISO dan EURONORM, serta disesuaikan dengan karateristik dan spesifikasi sesuai permintaan pelanggan. Tabel 4.6 Spesifikasi Produk PT. Latinusa Tbk

V-89

Spesifikasi Keterangan Gulungan Pelat Diameter dalam 419 mm, diameter luar 850 Timah 1829 mm, berat maksimal 10000 kg 2 Kapasitas produksi 130.000 ton/ tahun dalam bentuk gulungan maupun lembaran. 3 Ketebalan pelat timah Minimal 0,11 mm, lebar minimal 457 mm Maksimal 0,39 mm, lebar maksimal 965 mm 4 Lapisan Timah Minimal 1,12/1,12 g/m2 Maksimal 11,2/ 11,2 g/m2 5 Lembaran Pelat Panjang 500 1150 mm Timah 6 Perbedaan Lapisan 5,6/ 2,8 mg/m2, 8,4/2,8 g/m2, 11,2/ 11,2 g/m2, 15,1/2,8 g/m2, 11,2/1,12 g/m2 7 Proses Produksi Ferrostan, lisensi US Steel Corporation Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk Tinplate memilki lapisan low carbon mill steel di bagian atas dan bawah permukaannya setelah melalui proses elektrolisis. Timah yang terdeposit akan menjadi alloyed tin atau free tin yang memiliki permukaan passivated maupun permukaan berminyak. Tabel 4.7 Ukuran Produk Tin Plate PT. Latinusa Tbk Dimensi Coil Ketebalan ( mm ) 0.16 0.39 Lebar ( mm ) 650 964 Panjang ( mm ) Berat ( kg ) 10000 max Diameter dalam ( mm ) 420/ 508 Diameter luar ( mm ) 850/ 1829 Sumber : Company Profile PT. Latinusa Tbk Sheet 0.16 0.39 650 964 550 1000 2000 max -

No 1

V-90

Gambar 4.11 Produk Tin Plate PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

4.8 Kegiatan Penunjang PT. Pelat Timah Nusantara Tbk 4.8.1. Kegiatan Uji Kualitas Melalui akreditasi ISO 9001, PT. Latinusa Tbk telah tergabung dalam kelompok internasional dalam pengadaan tin plate berkualitas tinggi, dalam hal peralatan mekanik, keakuratan dimensi, parameter bentuk, tingkat ketahanan terhadap korosi serta pengemasan yang kokoh. Tim pengawas kualitas di PT. Latinusa Tbk terdiri dari para teknisi dan ahli kimia yang terlatih dan terampil di semua bidang dalam teknologi manufaktur tinplate. Pengawasan terhadap proses dan penerapan standar inspeksi produk selama proses produksi tinplate sangatlah penting. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap lembar pelat yang dihasilkan telah melalui pemeriksaan yang sangat detail sehingga mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. Pemeriksaan tersebut terdiri dari :
1. Properti mekanis, meliputi tingkat kekerasan ( temper grade )

2. Keakuratan dimensi, meliputi ketebalan, lebar dan panjang potongan.

V-91

3. Parameter bentuk, meliputi lengkung, camber, kemiringan dan tidak persegi.

4. Ketahanan korosi, meliputi pelapisan timah.


5. Properti, meliputi berat passivation film, uji ketahanan korosi.

Inspeksi secara online pada tahap tinning maupun shearing dilakukan melalui tin-coating indicator, off- gauge detector dan pinhole detector. Sedangkan perangkat offline utama di laboratorium QA PT. Latinusa Tbk meliputi : 1. Mesin uji kekerasan
2. Penganalisa pelapisan timah stanomatic

3. Penganalisa kromatik 4. pH meter 5. IR Spectrophotometer


6. Hydrophilic balance untuk mengukur berat oil film

7. Electronic weighing balance 8. Mesin uji kehalusan permukaan

4.8.2. Kebijakan Lingkungan PT. Latinusa Tbk senantiasa menjaga komitmennya agar proses produksi tidak berdampak buruk terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan keseimbangan ekosistem. Penerapan Kebijakan Lingkungan PT. Latinusa Tbk dijamin dengan sistem pengelolaan lingkungan yang menyeluruh, disusun

V-92

berdasarkan standar lingkungan internasional EN ISO 14001. Saat ini PT. Latinusa Tbk tengah membangun fondasi pengelolaan lingkungan untuk meraih sertifikasi tersebut. Perhatian lebih juga difokuskan kepada peningkatan sifat kompatibilitas terhadap lingkungan dari materi-materi yang digunakan dalam produksi dan dalam mengadaptasi produk terhadap kebutuhan lingkungan dari masyarakat. Salah satu pedoman penting bagi PT. Latinusa Tbk adalah bekerja sama dengan komunitas, lembaga riset, universitas dan organisasi lainnya dalam menangani berbagai isu lingkungan hidup. 1. Pernyataan Kebijakan Pernyataan kebijakan lingkungan PT. Latinusa Tbk yaitu : a. Perlindungan terhadap lingkungan merupakan tujuan utama dari kebijakan perusahaan. Seluruh keputusan bisnis telah terlebih dahulu ditelaah untuk memperkirakan potensi dampak terhadap lingkungan dan kami terus melindungi basis kehidupan alami. b. Kami menggunakan peralatan dan metode produksi yang ramah lingkungan. Dalam seluruh kegiatan operasinya Latinusa menjamin bahwa energi dan bahan baku digunakan secara bijak dan dampak terhadap lingkungan diminimalkan. Limbah produksi sebisa mungkin dihindari dan didaur ulang atau dibuang secara aman. c. Kami bertanggung jawab penuh atas produk kami. Ketahanan dan kemampuan untuk didaur ulang menjadikan produk Latinusa bersifat ramah lingkungan. Objektif utama dalam tahap engineering dan kontrol adalah meminimalkan penggunaan energi. d. Kami senantiasa mengeksplorasi jalur baru dan mengambil bagian dalam inisiatif bersama dalam rangka pelestarian lingkungan. Para insinyur kami senantiasa menghadirkan ide dan teknologi baru untuk mengurangi kontaminasi udara, air dan tanah, menghemat bahan baku dan menggunakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Latinusa bekerja sama dengan

V-93

penyelenggara sektor industri dan lembaga perlindungan lingkungan dalam meraih tujuan-tujuannya yang bersifat peduli lingkungan. e. Perlindungan terhadap lingkungan merupakan tugas semua pihak dan bergantung secara mutlak terhadap usaha setiap individu. Hal ini memerlukan dukungan kepedulian lingkungan dari seluruh pegawai pada setiap tingkatan. 2. Kegiatan Penghijauan Lingkungan Perusahaan Untuk merealisasikan bentuk kebijakan lingkungan, maka PT. Latinusa Tbk menjalankan program penghijauan yang juga merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan di Kawasan industry Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Luas lahan yang dilakukan penghijauan di PT. Latinusa Tbk tersebut sebesar 42586 m 2 atau 49,87 % dari luas keseluruhan lahan perusahaan yang dimiliki oleh PT. Latinusa Tbk. Adapun rekapitulasi pohon pada lahan penghijauan tersebut yaitu : Tabel 4.8 Rekapitulasi Pohon Pada Lahan Penghijauan PT. Latinusa Tbk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Pohon Mangga Jambu Air Huhi Sukun Albasia Mahoni Nangka Biola Cantik Cemara Salam Pinang Kelapa Petai Cina Belimbing Flamboyan Glodokan Beringin Jumlah ( Batang ) 51 21 6 4 72 21 12 26 10 23 10 13 4 1 13 8 4

V-94

Melinjo 3 Tanaman Pot 100 TOTAL 402 Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk 4.8.3. Pengelolaan Limbah Dalam proses produksinya PT.Latinusa Tbk menghasilkan limbah. Untuk meminimalkan dampak akibat limbah/cemaran yang dihasilkan tersebut, PT. Latinusa Tbk melakukan upaya-upaya pengelolaan terhadap limbah/cemaran maupun pengelolaan lingkungan pabrik dan karyawan. 4.8.3.1 Pengelolaan Limbah Padat Non B3 Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan produksi PT. Latinusa Tbk dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu limbah padat non-B3 dan limbah padat B3. Limbah padat non b3 yang dihasilkan antara lain berupa bekas kemasan bahan baku dan penolong dan limbah padat domestik. Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bekas kemasan bahan baku dan penolong berupa kardus, kertas, pallet kayu dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang sudah disediakan dan secara berkala dijual kepada pihak ketiga untuk dikelola kembali.

18 19

V-95

Gambar 4.12 Bekas Kemasan Bahan Baku PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 2. Limbah padat domestik dari kegiatan kantor, kantin dan pemeliharaan taman dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang akan diserahkan kepada pengumpul untuk selanjutnya dikelolala di TPA kawasan KIEC Cilegon. 4.8.3.2 Pengelolaan Limbah B3 Limbah padat B3 yang dihasilkan berupa sludge WWTP, bekas kemasan bahan kimia PSA, sludge yang mengandung timah, butiran halus yang mengandung timah, aki bekas, kain majun, lampu TL dan toner/catridge. Pengelolaan terhadap limbah-limbah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sludge WWTP dikumpulkan didalam karung dan secara berkala sludge tersebut akan diambil dan dikelola oleh pihak pengelola limbah B3 yang telah berizin yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia, Bekasi. 2. Bekas kemasan bahan kimia PSA dikumpulkan di TPS limbah B3 yang selanjutnya akan diambil dan dikelola pihak pengelola limbah B3 yang telah memiliki izin yaitu PT. Lingga Putra Perdana, Merak. 3. Sludge dan butiran (dross) yang mengandung timah dikumpulkan di TPS limbah B3 yang selanjutnya akan diambil dan dikelola pihak pengelola limbah B3 yang telah memiliki izin yaitu CV. Lut Putra Solder, Tegal. 4. Limbah padat B3 yang berupa aki bekas, kain majun, lampu TL dan toner/catridge akan dikumpulkan dan disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk. 4.8.3.3 Pengelolaan Limbah Cair .1 Limbah Cair Yang Dihasilkan

V-96

Pengelolaan limbah cair di PT. Latinusa Tbk ditangani oleh unit Waste Water Treatment Plant dimana unit ini mengolah limbah cair dari sisa-sisa proses produksi menjadi limbah yang aman bagi lingkungan yang sesuai dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan. Secara umum proses produksi yang menghasilkan limbah yaitu: 1. Cleaning Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :
a. Secara batch dari larutan pembersih (cleaner solution ) yang bersifat basa

(NaOH ) sebanyak 30 m3/ 2 minggu.


b. Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses cleaning yang

bersifat basa ( NaOH ) sebanyak 12 m3/hari. 2. Pickling Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :
a. Secara batch dari penggantian larutan pickling yang bersifat asam (H2SO4)

sebanyak 20 m3/ 3 bulan.


b. Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses pickling yang

bersifat asam ( H2SO4 ) sebanyak 27 m3/hari. Pada proses pickling ini terjadi pengkasaran permukaan plat baja oleh asam (H2SO4 ), sehingga pada air limbahnya yang bersifat asam juga terdapat kandungan besi (Fe ). 3. Chemical Treatment Pada proses ini menghasilkan air limbah yaitu :
.a Secara batch dari penggantian larutan krom sebanyak 10 m3/ 6 bulan.

V-97

.b Secara kontinu dari air hasil pembilasan setelah proses pelapisan krom

sebanyak 12 m3/hari. 4. Plating Pada proses ini seharusnya tidak dihasilkan air limbah, namun pada kondisi lapangan seringkali dihasilkan air limbah.

Batch : 30 m3/2minggu Cleaning Kontinu : 12 m3/hari

Batch : 20 m3/3 bulan Pickling Kontinu : 27 m3/hari

Batch : 10 m3/6 bulan Chemical Treatment Kontinu : 12 m3/hari

Plating

V-98

Gambar 4.13 Skema Proses Produksi Yang Menghasilkan Limbah Sumber : Seksi Fluids Operasi PT. Latinusa Tbk .2 Pengolahan Limbah Cair Adapun pengolahan-pengolahan yang terjadi pada Waste Water Treatment System adalah air limbah yang mengandung oli / grease / kotoran lainnya serta air limbah yang mengandung chrome diolah terlebih dahulu secara terpisah, kemudian bersama Limbah Acid (Acid Concentrate) dan limbah-limbah lainnya dinetralkan pada tempat yang sama. Khusus untuk larutan limbah alkaline (Alkaline Concentrate) diolah secara terpisah pada bak / basin yang bebeda. Limbah yang berasal dari air pembilasan dibuang secara kontinyu, sedangkan larutan prosesnya dibuang secara periodic setiap 3-6 bulan sekali atau tergantung dari kondisi disaat itu. Air limbah dengan konsentrasi encer (Rinsing Waste Water) akan langsung diolah di WWTP, sedangkan limbah dengan konsentrasi pekat dimasukkan ke Storage atau Holding Tank terlebih dahulu dan sedikit- sedikit dipompakan ke WWTP sehingga tidak mengganggu kualitas pengolahan dan kualitas air buangan (Final Effluent) dari WWTP.Proses pengolahan larutan limbah dan air limbah dikontrol secara otomatis dengan menggunakan pH Measurement Device untuk mengendalikan pH, dan Redox Measurement Device untuk mengendalikan reaksi-reaksi pada proses reduksi chrome (Chrome Reduction).

V-99

Gambar 4.14 Waste Water Treatment Plant PT. Latinusa Tbk Sumber : Seksi Fluids Operasi PT Latinusa Tbk

a. Oil Separation Emulsion Breaker yang digunakan untuk resolution adalah Asam Sulfat Pekat (H2SO4) murni atau dapat juga menggunakan larutan limbah acid untuk merubah Ion Karbonil menjadi Asam Karboksilat, secara bersamaan ditambahkan FeCl3 / PAC yang berfungsi sebagai Coagulant Acid pada pH 6-8. Proses pencampuran emulsion breaker dan coagulant dengan larutan limbah konsentrat dilakukan dengan udara yang berasal dari Rotary Air Blower, sedangkan untuk air limbah rinsing dilakukan dengan Mechanical Stirrer.

V-100

Oli, grease dan kotoran lain yang terapung disalurkan ke Oil Collection Tank. Larutan limbah secara gravitasi mengalir ke Oil Separation Basin untuk proses pemisahan oli dengan air dan ke Neutralization Basin bersama dengan limbah lainnya (Acid rinse, Chrome rinse, limbah lain-lain) untuk dinetralkan dengan NaOH. Saat ini pemisahan oil tidak dilakukan karena jumlahnya sedikit sehingga dapat dipisahkan melalui sedimentasi.

b. Chrome Reduction Larutan limbah konsentrat yang mengandung chrome ditampung di dalam holding tank, secara bertahap dipompakan ke Chrome Reduction Basin, sedangkan air limbah rinse-nya dipompakan ke chrome reduction basin secara kontinyu. Proses reduksi berlangsung pada pH 2.5 3 dengan waktu reaksi sernpurna 15-20 menit.Reduction agent yang digunakan untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ adalah NaHS03 dan H2SO4 sampai pH 2.5-3. Saat ini chrome reduction menggunakan limbah acid rinse sebagai pengganti H2SO4 murni dan zat yang digunakan untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+ adalah Greenon (Ferro Sulfat sebagai pengganti Sodium Meta Bisulfite / NaHS03 ). Greenon dibuat dengan mencampurkan limbah asam pekat (Acidic Concentrate) dengan potonganpotongan besi dari bahan baku yang tidak terpakai. Proses pencampuran untuk mendapatkan reaksi yang sempurna ditandai dengan perubahan warna dari kuning kemerah-merahan menjadi biru kehijau-hijauan dilakukan dengan mechanical stirrer. Air limbah yang bersifat asam ini kemudian dinetralkan sampai pH 7 8 dengan NaOH sehingga ion-ion metal berubah menjadi metal hidroksida yang dengan penambahan flocculant akan cepat mengendap. c. Neutralization

V-101

Larutan limbah acid concentrate ditampung di dalarn holding tank dan secara bertahap dipompakan ke neutralization basin. Selain itu, saat itu juga dialirkan ke tangki pembentukan greenon dan tangki reduksi crhome, sedangkan air limbah rinsenya secara kontinyu dipompakan ke neutralization basin.Air limbah alkaline setelah proses emulsion breaking dan oil separation (jika ada oil), larutan limbah chrome setelah proses produksi, larutan limbah acid, serta air limbah lain-lainnya dinetralkan secara bersamaan dengan menambahkan NaOH sampai pH 7 8 dalam bak netralisasi. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mechanical stirrer dan dibantu dengan pencampuran udara yang berasal dari rotary air blower untuk Aerasi atau sebagai Aerator. Secara gravitasi air limbah ini mengalir ke dalam aeration basin dan di basin inilah terjadi proses oksidasi dari ion Fe2+ ke ion Fe3+. Udara yang berasal dari rotary air blower ini disalurkan ke basin melalui Spray Aerators untuk proses oksidasi, yang mengakibatkan turunnya pH sekitar 1-2. Dalam hal ini dilakukan proses Neutralization II dengan menambahkan NaOH. d. Flokulasi Setelah melalui proses neutralisasi tahap II, proses pemisahan Metal Hidroksida dan Suspended Solids lainnya yang terkandung dalam air limbah dilakukan dengan penambahan Flocculant jenis Anionic Polymer (Drew Floc), dosis yang diberikan antara 1,0-5,0 ppm dengan konsentrasi larutan di bawah 0.1% tergantung pada kondisi air limbah. Mechanical stirrer dengan kecepatan rendah digunakan untuk mendapatkan reaksi yang baik. e. Sedimentasi / Solids And Liquid Separation Aliran limbah setelah melalui proses flokulasi mengalir secara gravitasi ke dalam Counter Flow Sedimentation Tank (Gravity settler), Lumpur yang mengendap di dasar Settler dialirkan oleh Worm Screw Sludge Conveyor ke

V-102

suction pompa dan dipompakan oleh Pompa Diaphragm ke Sludge Concentrator (Thickener) sehingga mencapai kandungan solid sebesar 2-3. Dari Thickener, Lumpur dipompakan oleh Pompa Screw ke Filter Press yang berkapasitas 500 kg. Filter Press memanfaatkan gaya tekan dari Sistem Hydrolic yang bertekanan 300 350 Bar untuk merapatkan frame-frame pada filter press. Proses pemadatan (Cake) jugs dibantu dengan penambahan udara dari kompressor agar proses pembentukan cake lebih cepat. Cake yang di hasilkan mengandung solids 90-95% dan air 5-110%. Air yang berada di permukaan settler yang telah jernih dialirkan ke Clarified Basin. f. Filtrasi Dengan Karbon Aktif Effluent dari Clarified Basin dialirkan ke Sewer (Saluran Air Umum) setelah proses penyaringan pada Pressure Filter yang berisi Gravel dan Karbon Aktif untuk menyerap Solid Content / Organic Matter dalam effluent hingga mencapai dibawah 25 ppm. Jenis karbon yang digunakan adalah karbon aktif berbentuk Granule yang terbuat dari tempurung kelapa.

Gambar 4.15 Unit Pengolahan Limbah Cair PT. Latinusa Tbk

V-103

Sumber : Data Primer, 2011

4.8.3.4 Pengelolaan Kebisingan Pengoperasian peralatan produksi serta fasilitas penunjangnya akan menimbulkan intensitas kebisingan. Untuk meminimalkan dampak akibat peningkatan intensitas kebisingan tersebut maka PT. Latinusa Tbk melakukan upayaupaya sebagai berikut: 1. Memasang peredam bising berupa bantalan pada mesin-mesin yang potensial menimbulkan kebisingan. 2. Identifikasi sumber bising dan kewajiban pemakaian earplug pada lokasilokasi dengan intensitas bising relatif tinggi. 3. Pemeliharaan peralatan produksi secara rutin. 4. Isolasi sumber bising, yaitu dengan menempatkan sumber bising di ruangan tertutup untuk mengurangi bising yang keluar pabrik. 5. Melakukan penanaman pohon peneduh di batas pabrik dan ruang terbuka. 4.8.3.5 Pemantauan Kualitas Udara Pemantauan kualitas udara di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh PT. Unilab Perdana ( Laboratorium Lingkungan Hidup ) dalam jangka waktu sebulan sekali. Kegiatan pemantauan kualitas udara tersebut dilakukan untuk udara ambient dan emisi yang berasal dari satu unit dust collector pada dapur anode casting, dua unit boiler dan tiga unit cerobong pada proses produksi ( degreasing, pickling dan chemical treatment ) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas udara di lingkungan pabrik apakah sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk udara ambient metode pengambilan contoh ujinya didasarkan pada SNI 19-7119.6-

V-104

2005 sedangkan untuk emisi metode pengambilan contoh ujinya didasarkan pada Kep.205/Bapedal/07/1996. Secara rutin setiap enam bulan sekali PT. Latinusa Tbk akan melaporkan hasil pemantauannya kepada Badan Lingkungan Hidup ( BLH ) Kota Cilegon dengan tembusan kepada Walikota Cilegon, BLHD Provinsi Banten dan KNLH Pusat.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Landasan Hukum Pengelolaan Limbah B3

PT. Latinusa Tbk merupakan industri tin plate yang menghasilkan berbagai limbah dari kegiatan industrinya. Untuk limbah yang bersifat B3 dari kegiatan

V-105

produksi maupun non produksi dikelola oleh PT. Latinusa Tbk melalui berbagai kerjasama dengan pihak ketiga yang telah memiliki izin dalam pengelolaan limbah B3. Dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkannya PT. Latinusa Tbk mengacu pada peraturan nasional yang berlaku di Indonesia sebagai mana telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk selalu didasarkan kepada kebijakan KLH yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo. PP. nomor 85 tahun 1999 dan Peraturan Walikota Cilegon No 45 tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Sementara Dan Pengumpulan Limbah B3 Di Kota Cilegon. Peraturan tersebut mengatur tentang tata cara pengelolaan limbah B3 yang diperlukan bagi penghasil limbah B3 atau para pelaku pengelola limbah B3 seperti pengumpul, penimbun, pengolah, pemanfaat, pengangkut, penimbun dan atau pemusnah limbah B3. Selain peraturan tersebut, landasan peraturan lain yang digunakan oleh PT. Latinusa Tbk untuk operasional pengelolaan dan penanganan limbah-limbah B3 adalah sebagai berikut : 1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Pemerintah (PP) No.18 th 1999 Jo PP No.85 th 1999 tentang Pengelolaan Limbah B-3 3. Peraturan Pemerintah (PP) No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3 4. Peraturan Pemerintah (PP) No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Lingkungan Hidup. 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

V-106

Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah. 7. Peraturan Pemerintah (PP) No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian dan Pengendalian Pencemaran Air. 8. SNI 14-14001-2005/ISO 14001 butir 4.4.6 tentang Prosedur Sistem Manajeman Lingkungan. 9. Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. 10. Kep. 02/BAPEDAL.09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan. 11. Kep. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3. 12. Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3. 13. Kep. MENAKER No. KEP.187/MEN/99 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat kerja. 14. Keputusan Menteri Perindustrian No.250/M/SK/10/1994 tanggal 20 Oktober 1994 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Sektor Industri. 15. Kep. KA. BAPEDAL No. 68/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan dan penimbunan akhir Limbah B3. 16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 17. PERMEN. LH. No. 02 Tahun 2003 tentang Pemanfaatan limbah B3.

V-107

18. PERMEN. LH. No. 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun. 19. Peraturan Daerah Kota Cilegon No 2 Tahun 2004 Tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. 20. Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 Tentang Izin Penyimpanan Sementara dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kota Cilegon. 5.2 Institusi Pengelola Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Bagian yang bertanggung jawab atas pengelolaan limbah B3 dalam pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk ini adalah Seksi K3LH ( Kesehatan,
Seluruh Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup ). kegiatanini bertugas membuat daftar Seksi Operasional

identifikasi jenis, jumlah, dan sumber limbah B3 yang mungkin dihasilkan serta melakukan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk. Semua bagian yang menghasilkan limbah B3 akan melaporkan limbah B3 tersebut kepada Tim Limbah dari seksi K3LH, selanjutnya tim ini akan melakukan pendataan dan pengelolaan terhadap limbah B3 yang dihasilkan tersebut.
Pewadahan Limbah B3 Identifkasi dan inventarisasi

PT. Latinusa Tbk

5.3 Teknik Operasional Pengelolaan Limbah B3


Pencatatan jenis dan Pengangkutan dari sumber PT. Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh ke Latinusa Tbk jumlah limbah TPS

dalam pelaksanaanya dilakukan dari tiap unit penghasil yang berasal dari seluruh kegiatan produksi di PT. Latinusa Tbk. Adapun teknik operasional yang dilakukan dapat dinyatakan dalam diagram alir, sebagai berikut :
Pelabelan dan Simbol

Penyimpanan di TPS Pencatatan jenis dan jumlah limbah yang keluar TPS

Pengangkutan oleh pihak ketiga

Perijinan dan pengawasan oleh BLH Kota Cilegon, BLHD Provinsi Banten dan KNLH Pusat

V-108

Gambar 5.1 Diagram Alir Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

V-109

Tabel 5.1 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk April 2009 - Juni 2010
Limbah Dihasilka Jenis Limbah Satuan A. Sumber dari Proses Industri Sludge IPAL Dross Tin (berupa butiran padat) Ton 8,23 8,23 7,52 0 7,8 3,93 0 0,16 0 0,029 0 0,10 0 0 No data 369,429 99,22 0 0 0,7 0 0 0,16 0 0,02 0 0,003 0 0,02 0 No data 2,903 0,79 Ton n 343,66 Limbah Limbah Belum Perlakuan PT.Pasadena Metric Indonesia Disimpan di TPS Limbah B3 PT.Maya Sari Raya, CV.Lut Putra Solder CV.Tiga Tahta Selaras PT.Pasadena Metric Indonesia CV.Lut Putra Solder Disimpan di TPS Limbah B3 PT.Raja Goedang Mas (RGM) CV.Tiga Tahta Selaras PT.Raja Goedang Mas Disimpan di TPS Limbah B3 PT.Wastec Int'l Disimpan di TPS Limbah B3 PT.Wastec Int'l Disimpan di TPS Limbah B3 PT.Wastec Int'l Disimpan di TPS Limbah B3 Ditukar tambah Dikembalikan ke Suplier Dikelola Dikelola 341,66 0 0 2

8,22 Sludge Tin Ton B.Sumber dari Luar Proses Produksi Oli bekas Ton 7,8 Drum plastik bekas bahan kimia Kain majun bekas Lampu TL bekas Toner/catridge Aki bekas Limbah lab (botol bekas acid) Total Persentase Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton % 0,18 0,03 0,12 0 No data 372,33 4,09

Sumber : Evaluasi PROPER PT. Latinusa, 2010 Tabel 5.2 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk April 2010 Maret 2011
Limbah Dihasilka Jenis Limbah Satuan A. Sumber Dari Proses Industri n Limbah Limbah Belum Perlakuan Dikelola Dikelola

V-110

Dikirim ke PT.Pasadena Sludge IPAL Dross Timah Ton Ton 160,62 4,075 147,62 0 3,675 0 7,56 0 13 0 0,4 0 Metric Indonesia Disimpan di TPS Limbah B3 Dikirim ke CV.Lut Putra Solder Disimpan di TPS Limbah B3 Dikirim ke CV.Lut Putra Solder Dikirim Ke PT.Raja Goedang Oli Bekas Drum Plastik Bekas Bahan Kima Kain Majun Bekas Lampu TL Bekas Toner/Catridge Aki Bekas Limbah Laboratorium Limbah Medis Total Persentase Drum Buah Ton Ton Buah Buah Buah Buah Ton % 39 800 0,231 0,0132 49 0 No Data No Data 172,5 39 800 0 0 0 0 0 158,86 92,09 0 0 0,231 0,0132 49 0 0 0 13,24 8,33 Mas Dikirim Ke CV.Tahta Selaras PT.Raja Goedang Mas Disimpan di TPS Limbah B3 Disimpan di TPS Limbah B3 Disimpan di TPS Limbah B3 Disimpan di TPS Limbah B3 Dikembalikan ke Suplier

Sludge Timah Ton 7,56 B. Sumber Dari Luar Proses Produksi

Sumber : Berita Acara Pengambilan Sampel PT.Latinusa Tbk, 2011 Dalam hasil evaluasi Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ( PROPER ) periode 2010 maka kinerja pengelolaan limbah B3 di lingkungan PT. Latinusa Tbk seperti tertuang dalam dalam tabel 5.1 tentang neraca massa pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam periode tersebut dihasilkan limbah B3 sebanyak 372, 33 ton, limbah yang telah dikelola dengan cara dikirim kepada pihak ketiga sejumlah 369,429 ton (99,22 %) dan limbah yang masih tersimpan di TPS limbah B3 sebanyak 2,903 ton (0,79 %). Pengiriman ke pihak ketiga ini telah mendapatkan izin dari KLH dan untuk limbah B3 yang disimpan juga telah

V-111

mendapatkan izin Menteri Lingkungan Hidup SK MENLH No 245 tahun 2005 Tanggal 15 Agustus 2005 dengan masa berlaku lima tahun. Untuk periode april 2010 maret 2011 seperti tertuang dalam tabel 5.2, limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yang dihitung dalam satuan ton sejumlah 172,5 ton. Limbah B3 yang telah dikelola sebanyak 158, 86 ton ( 92,09 %) dan limbah B3 yang masih tersimpan di TPS sebanyak 13,24 ton (8,33 %). Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan produksi limbah B3 PT. Latinusa Tbk dari tahun 2010 hingga tahun 2011, hanya saja limbah B3 yang tersimpan di TPS pada tahun 2011 lebih banyak dibandingkan pada tahun 2010, sehingga diperlukan pengelolaan lebih lanjut. 5.3.1 Identifikasi dan Inventarisasi Sumber Limbah B3 Limbah B3 yang dihasilkan di PT. Latinusa Tbk berupa sludge WWTP, bekas kemasan bahan kimia PSA, sludge yang mengandung timah, butiran halus yang mengandung timah, oli bekas residu, aki bekas, kain majun, lampu TL dan toner/catridge. Secara umum limbah B3 yang dihasilkan berasal dari : proses produksi waste water treatment plant dapur anode casting perawatan alat Alur karakterisasi limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk dalam mengidentifikasi limbah B3 adalah melalui tahapan sebagai berikut :
1.

Identifikasi limbah berdasar Peraturan Pemerintah Di dalam Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Pasal 7 dijelaskan bahwa berdasarkan sumbernya limbah B3 dibedakan menjadi tiga jenis yaitu limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3 dari sumber tidak spesifik dan limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi

V-112

spesifikasi. Identifikasi berdasarkan peraturan pemerintah ini dilakukan dengan mencocokan apakah limbah yang dihasilkan tersebut termasuk kedalam jenis limbah yang dimaksud dalam pasal tujuh. Apabila masuk salah satu daftar maka merupakan limbah B3, jika tidak dilakukan evaluasi karakteristik limbah seperti korosif, mudah meledak, mudah terbakar, infeksius, beracun, dan reaktif. Apabila masih lolos dari evaluasi ini maka dilakukan uji selanjutnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No Limbah 85 Tahun 1999 Tabel 2 tentang daftar limbah dari PP No. 18 Tahun 1999 Jo sumber yang spesifik maka limbah PT. Latinusa Tbk termasuk kedalam limbah dengan kode D215 yaitu limbah industri electroplating dan galvanis yang mana dihasilkan dari kegiatan pelapisan logam pada permukaan logam atau plastik dengan proses elektris.
2. Limbah B3 PP No. 85 Tahun 1999

Identifikasi limbah berdasar MSDS (Material Safety Data Sheet) Sludge WWTP WWTP Identifikasi berdasarkan Lembar Data Keselamatan Bahan atau MSDS adalah cara mengidentifikasi limbah B3 dari bahan yang digunakan untuk kegiatan proses produksi dalam suatu perusahaan. Bahan baku B3 produksi yang telah mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet) akan lebih mudah dalam penanganannya. Hal ini
Drum Plastik karena dalam MSDS telah diketahui nama bahan, karakteristik bahan, sifat fisika Proses Produksi Oli bekas Hydraulic dan Compressor

kimianya, komposisi bahan, stabilitas bahan, metode penyimpanan, dan bahaya bahaya yang mungkin ditimbulkan sehingga dapat dilakukan antisipasi terhadap bahaya tersebut. Hal ini) telah sesuai dengan Kep.Menaker No.187/MEN/1999 ( Dross tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
Sludge Yang Mengandung Timah Proses Produksi Butiran Halus Dapur Anode Casting

Bekas

Kain Majun

Maintenence

Lampu TL

Perawatan

Toner Catridge

Kantor

Aki Bekas

Ex Forklift

V-113

Gambar 5.2 Diagram Alir Identifikasi Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Sumber : Data primer, 2011

V-114

Tabel 5.3 Inventarisasi dan Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Setiap Bulan
Jenis Limbah Bentuk Fisik Bahan/ Material Sludge/ cake WWTP (mengandung 1 Padat Sludge timah Sn) Bekas kemasan Drum 2 Padat plastik bahan kimia PSA Proses produksi B3 30 WWTP B3 15 ton/bulan Sumber Kategori Limbah Kapasitas Perbulan Perlakuan Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada pengelola limbah B3 30 drum/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas drum/bulan berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada Maintenance 3 Cair Cairan Oli bekas Sludge mengandung 4 5 Padat Padat Sludge Butiran halus timah (Sn) Butiran halus mengandung mesin Tangki blowdown plating Dapur anode casting dan B3 B3 2 ton/6 bulan 3 ton/5-6 bulan B3 2 pengelola limbah B3 2 drum/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas drum/bulan berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada 2 ton/6 bulan 3 ton/5-6 bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas 15 ton/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas Kap/Bulan Pelaksana Pengelolaan

No

Industri

V-115

filter cerobong (dross) timah casting pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada 1 6 Padat Plastik Aki bekas Ex forklift B3 buah/bulan pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada 10 7 Padat Padat Kain majun Perawatan B3 Kg/bulan pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada Kantor/ 8 Padat Padat Lampu TL lapangan B3 10 buah/bulan pengelola limbah B3 berizin Dikumpulkan di TPS dan diserahkan kepada Toner/catridg 9 Padat Padat e Kantor B3 5 buah/bulan pengelola limbah B3 berizin 5 buah/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas 10 buah/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas 10 Kg/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas 1 buah/bulan Tim Sisa Produksi dan Barang Bekas

Pre cleaning

V-116
Cleaning Larutan Pembersih yang Mengandung NaOH

Cleaning Rinse

Pickling Larutan Pembersih yang Mengandung H2SO4

Pickling Rinse

Welting Tray

Drum Bekas PSA

Plating

Drum Bekas PSA Sludge Timah

WWTP

Limbah Cake

Drag Out Larutan Pembersih dari Proses Plating Marking

Reflow Melting

Dross Timah

Quenching Tank

Chemical Treat

Larutan Pembersih yang Mengandung Krom

Chemical Rinse Oli Bekas Oiler Majun Drying & Fag Coating

Gambar 5.3 Limbah B3 Dari Proses Plating Section Pada Unit ETL Sumber : Data Primer, 2011

Dari digram alir tersebut diketahui bahwa proses plating section pada unit ETL ( electrolysis tinning line ) menghasilkan limbah berupa drum bekas kemasan PSA, sludge yang mengandung timah, dross yang mengandung timah, oli, kain majun dan limbah cake. Untuk limbah cake dihasilkan dari keseluruhan proses plating section pada unit ETL. 1. Limbah Cake Limbah cake merupakan sludge yang dihasilkan dari unit waste water treatment plant ( WWTP ). Limbah ini merupakan sisa- sisa proses produksi yang mengandung bekas oli, serta air limbah yang mengandung krom yang telah melalui tahap pengolahan di unit WWTP. Aliran limbah setelah melalui proses flokulasi mengalir secara gravitasi ke dalam unit sedimentasi. Sludge yang mengendap di dasar unit dialirkan untuk selanjutnya dipompakan ke unit thickener. Dari thickener, sludge dipompakan ke filter Press yang berkapasitas 500 kg. Proses pemadatan (cake) oleh filter press dibantu dengan penambahan udara dari kompressor agar proses pembentukan cake lebih cepat. Limbah cake yang dihasilkan mengandung solids 90-95% dan air 5-10% dan dalam setiap harinya dihasilkan limbah cake sebanyak 600 kg. Limbah cake ini selanjutnya langsung di tampung di TPS limbah B3 cake. Secara berkala pihak ketiga yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia, Bekasi akan mengangkut limbah B3 cake tersebut untuk selanjutnya diolah menjadi material lain. Limbah cake tersebut dikategorikan sebagai limbah B3 karena di dalamnya mengandung krom dimana menurut PP No 85 Tahun 1999 tentang Baku Mutu TCLP Zat Pencemar Dalam Limbah, krom memiliki karateristik sifat racun dengan baku mutu konsentrasi ekstraksi dalam limbah yaitu 5,0 mg/l.

I-1

I-118

Gambar 5.4 Limbah B3 Cake PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 2. PSA PSA ( Phenol Sulfonic Acid ) merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai media atau penghantar dalam proses pelapisan dengan timah putih pada unit electrolysis tinning line ( ETL ). Limbah B3 dari bahan baku ini berupa drum bekas kemasan yang masih mengandung PSA ( Phenol Sulfonic Acid ) sehingga diperlukan pengolahan lanjutan. Drum sisa kemasan ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena didalam PP No 85 Tahun 1999 Lampiran III limbah PSA termasuk limbah yang bersifat kronis. Pengangkutan dan pengolahan limbah ini akan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT.Lingga Putra Perdana. Limbah Bekas Kemasan Bahan Kimia

I-119

Gambar 5.5 Limbah Bekas kemasan Bahan Kimia PSA PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 201 3. Limbah Oli Bekas Oli merupakan salah satu bahan yang digunakan pada mesin dalam proses produksi di masing-masing unit. Limbah oli yang paling banyak dihasilkan yaitu dari proses oiler di unit electrolysis tinning line ( ETL ) dimana oli tersebut digunakan untuk melapisi strip menggunakan electrolysa dengan metode ionisasi (pengkabutan oil) agar strip tidak mudah teroksidasi atau karatan serta membuat strip tahan terhadap goresan selain itu oli juga digunakan untuk perawatan mesin- mesin produksi. Limbah oli ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena limbah ini termasuk ke dalam cairan yang mudah terbakar dan mudah meledak. Pengolahan limbah B3 oli di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh PT. Lingga Putra Perdana. Limbah oli yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu sebanyak dua drum per bulan dan setiap drumnya mampu menampung 200 liter oli.

Gambar 5.6 Limbah Oli Bekas PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 4. Sludge Yang Mengandung Timah Sludge yang mengandung timah dihasilkan dari proses drag out di unit electrolysis tinning line ( ETL). Pada proses ini dilakukan pembersihan sisa- sisa

I-120

larutan plating yang menempel pada permukaan strip. Hasilnya berupa endapan kristal timah abu- abu yang masih belum mengkilap, endapan inilah yang dikenal dengan sludge yang mengandung timah. Menurut PP No 85 Tahun 1999 Tabel 3 tentang Daftar Limbah Dari Bahan Kimia Kadaluarsa, Tumpahan, Sisa Kemasan, Atau Buangan Produk Yang Tidak Memenuhi Spesifikasi, sludge yang mengandung timah ini termasuk ke dalam limbah B3 karena bersifat beracun. Setiap bulan PT. Latinusa Tbk menghasilkan 350 kg sludge timah. Pihak ketiga yang melakukan pengolahan terhadap limbah ini yaitu CV. Lut Putra Solder, Tegal.

Gambar 5.7 Limbah Sludge Yang Mengandung Timah PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 5. Butiran Halus Yang Mengandung Timah Butiran halus atau dross yang mengandung timah dihasilkan dari proses melting pada unit electrolysis tinning line ( ETL ). Pada proses ini lapisan timah dilebur untuk mengkilapkan permukaan strip dan membentuk alloy, pada proses ini juga terdapat bagian timah yang mengapung yang disebut sebagai butiran halus atau dross yang mengandung timah. Dross timah dikategorikan sebagai limbah B3 karena menurut PP No 85 Tahun 1999 Tabel 3 tentang Daftar Limbah Dari Bahan Kimia Kadaluarsa, Tumpahan, Sisa Kemasan, Atau Buangan Produk Yang Tidak Memenuhi Spesifikasi timbal merupakan bahan pencemar yang bersifat beracun. Pengolahan

I-121

butiran halus atau dross yang mengandung timah yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh CV. Lut Putra Solder, Tegal. 6. Aki Bekas Penggunaan aki di PT. Latinusa Tbk yaitu sebagai alat stater pada kendaran forklift yang digunakan sebagai alat penunjang dalam transportasi barang di wilayah PT. Latinusa Tbk. Aki bekas digolongkan sebagai limbah B3 karena dari kandungannya yang terdapat didalam aki tersebut yang mudah terbakar maka dari itu perlu penempatan khusus. Untuk saat ini limbah aki yang dihasilkan PT. Latinusa Tbk disimpan di TPS Limbah B3. Aki bekas yang dihasilkan oleh PT. Latinusa setiap tahun yaitu sebanyak satu buah. Pada periode bulan juni 2011 tidak dihasilkan limbah aki bekas di PT. Latinusa Tbk.

7.

Kain Majun Di PT. Latinusa Tbk kain majun dihasilkan dari tiap- tiap unit, kain ini

dipakai untuk membersihkan sisa oli, mengelap oli yang tercecer pada saat pengisian ataupun penggantian oli. Setiap bulan kain majun yang dihasilkan yaitu sebanyak 10 kg. Kain Majun dikategorikan limbah B3 karena kain tersebut digunakan untuk mengelap oli yang dikategorikan sebagai limbah mudah terbakar karena dari sumbernya yang berupa oli merupakan cairan mudah terbakar juga dapat mengkontaminasi lingkungan apabila tidak dibuang di tempat khusus B3 karena kain sudah terkontaminasi oleh limbah B3 yaitu oli. Kain majun tersebut kemudian dikumpulkan dan dikemas dengan karung agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan sekitar. Saat ini limbah kain majun di PT. Latinusa Tbk di simpan di TPS.

8.

Lampu TL

I-122

Lampu TL digunakan di masing- masing unit di PT. Latinusa Tbk. Berdasarkan inventarisasi limbah B3 hingga periode juni 2011 limbah lampu TL yang dikirim ke TPS limbah B3 yaitu sebanyak 90 buah. Lampu TL dikategorikan sebagai limbah B3 karena sifatnya yang mudah meledak apabila suhu didekatnya cenderung panas. Oleh sebab itu lampu TL tidak diperbolehkan dekat dengan sember api karena sifanya yang mudah meledak. Timbulan lampu TL yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk untuk saat ini disimpan di TPS limbah B, apabila timbulan lampu TL di TPS tersebut telah melebihi kapasitas maka akan dilakukan pengolahan oleh pihak ketiga yang memiliki ijin. Lampu TL bekas yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu 10 lampu per bulan.

Gambar 5.8 Limbah Lampu TL PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 9. Toner/ Catridge Toner catridge dihasilkan dari kegiatan perkantoran PT. Latinusa Tbk. Toner catridge dikategorikan sebagai limbah B3 karena limbah ini termasuk limbah yang mudah terbakar. Setiap bulan PT. Latinusa Tbk menghasilkan lima buah toner. Sama halnya dengan limbah aki bekas, kain majun dan lampu TL, limbah toner catridge ini juga disimpan di TPS limbah B3. Sesuai dengan PP No 18 Tahun 1999 Bab III Pasal 10 Ayat 1 dan 2 , bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 Kg per hari maka

I-123

penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah yang dihasilkannya lebih dari 90 hari. Untuk itu, PT. Latinusa telah memiliki ijin BLH Kota Cilegon untuk penyimpanan limbah B3 lebih dari 90 hari. Tabel 5.4 Limbah B3 Dengan Penyimpanan Lebih Dari 90 Hari
No 1 2 3 4 5 Jenis limbah Lampu TL Aki Bekas Dihasilkan Toner/ Limbah Laboratorium/ Residu Majun Terkontaminasi 66 Buah catridge Toner Catridge Kapasitas 10 buah/ bulan 1 buah/ bulan 22 gram/Disimpan di TPS Limbah B3 4 bulan 10 kg/ bulan Latinusa Tbk 66 Buah PT. 5 buah/ bulan Diserahkan kepada pengelola 115 Drum ( PT. Lingga Putra Perdana )

Kegiatan Kantor

Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk


Dihasilkan Drum Bekas 115 Drum

Dihasilkan Oli Bekas 9 Drum Proses Produksi Dihasilkan Sludge Timah 2100 Kg

Diserahkan kepada pengelola 9 Drum ( PT.Lingga Putra Perdana )

Diserahkan kepada pengelola 2100 Kg ( CV.Lut Putra Solder )

Dihasilkan Dross Timah 1220 Kg

Diserahkan kepada pengelola 1220 Kg ( CV.Lut Putra Solder )

Proses WWTP

Dihasilkan Limbah Cake 15620 Kg

Diserahkan kepada pengelola 15620 Kg ( PT. Pasadena Metric Indonesia )

Dihasilkan Kain Majun 112 Kg Maintenence Dihasilkan Lampu TL Bekas 90 Buah

Disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk 112 Kg

Disimpan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk 90 Buah

I-124

Gambar 5.9 Neraca Pengelolaan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Juni 2011 Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk, 2011 5.3.2 Reduksi Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Untuk meminimisasi kuantitas limbah B3 yang dihasilkannya maka PT. Latinusa Tbk melakukan upaya reduksi. Upaya reduksi ini selain bertujuan untuk melakukan pengelolaan lingkungan juga dapat memberikan keuntungan finansial bagi PT. Latinusa Tbk. Adapun upaya reduksi limbah B3 yang dilakukan yaitu : 1. Pemilahan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Pemilahan limbah B3 dan limbah non B3 bertujuan untuk memudahkan pengelolaan kedua jenis limbah tersebut. Untuk limbah non B3 berupa sisa kemasan bahan baku akan dikirim ke pihak ketiga untuk dikelola kembali. Limbah domestik dari kegiatan kantor, kantin dan pemeliharaan taman dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang akan diserahkan kepada pengumpul untuk selanjutnya dikelolala di TPA kawasan KIEC Cilegon. Untuk limbah B3 dikelola oleh seksi K3LH PT. Latinusa Tbk untuk selanjutnya pengolahannya diserahkan kepada pihak ketiga yang memiliki ijin. 2. Pembentukan Sludge Menjadi Limbah Cake Dengan Filter Press

I-125

Melalui pengolahan di unit WWTP akan dihasilkan sludge. Sludge ini kemudian akan dimasukan ke filter press untuk membentuk limbah padat B3 berbentuk cake yang mengandung solids 90-95% dan air 5-10%. Proses ini bertujuan untuk memudahkan pengumpulan limbah B3 di TPS yang selanjutnya akan diangkut secara berkala oleh pihak ketiga untuk diolah kembali.

Gambar 5.10 Limbah Cake di TPS Sumber : Data Primer, 2011 3. Penggunaan Kembali Drum Bekas Sebagai Tempat Sampah Drum bekas kemasan bahan kimia PSA oleh PT. Latinusa Tbk digunakan kembali sebagai tempat penampungan limbah B3 seperti lampu TL dan kain majun. Dengan melakukan hal ini maka PT. Latinusa Tbk dapat mengurangi jumlah timbulan drum bekas kemasan bahan kimia PSA.

I-126

Gambar 5.11 Penggunaan Kembali Drum Bekas Sumber: Data Primer, 2011 4. Penggunaan Kembali Air Pendingin Dari Proses Produksi Dengan Cooling Tower Cooling tower digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya. Dalam sistem ini air pendingin yang telah digunakan dalam proses produksi yang telah mengalami kenaikan temperature didinginkan kembali. Cooling tower dapat membuang panas ke atmosfir sehingga tidak ada pembuangan sejumlah air hangat yang dapat meningkatkan temperatur sungai atau danau sehingga dapat merusak ekosistem lokal.
5. Penggunaan Greenon Sebagai Pengganti H2SO4 Pada Proses Chrome

Reduction Saat ini proses chrome reduction di PT. Latinusa Tbk yaitu menggunakan greenon (Ferro Sulfat sebagai pengganti Sodium Meta Bisulfite / NaHS03 ) sebagai pengganti H2SO4 murni yang digunakan untuk mereduksi Cr6+ menjadi Cr3+. Greenon dibuat dengan mencampurkan limbah asam pekat (Acidic Concentrate) dengan potongan-potongan besi dari bahan baku yang tidak terpakai. Selain itu dalam proses

I-127

ini juga digunakan NaOH untuk menetralisir air limbah dan saat ini NaOH tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan limbah alkaline. Dengan proses ini maka secara otomatis penggunaan bahan kimia di unit WWTP dapat diminimisasi. 6. Pembangunan Unit Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Ozonisasi Untuk meminimisasi kuantitas air buangan yang dihasilkan, maka saat ini PT. Latinusa Tbk sedang berada dalam tahap pembangunan sistem ozonisasi untuk pengolahan air limbah. Diharapkan selalu melalui proses ini air limbah dapat digunakan kembali untuk mensuplai kebutuhan air bersih di lingkungan pabrik PT. Latinusa Tbk. Selain menguntungkan secara finansial, pembangunan ini juga diharapkan dapat menaikan PROPER PT. Latinusa Tbk dari proper biru menuju proper hijau.

Gambar 5.12 Sistem Ozonisasi Untuk Pengolahan Air Limbah Sumber : Data Primer, 2011

5.3.3 Pewadahan dan Pengumpulan Limbah B3 di Unit Penghasil Dalam teknik operasional pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk untuk tahap pawadahan dan pengumpulan dilakukan oleh masing- masing unit penghasil

I-128

limbah. Semua unit yang menghasilkan limbah seperti yang tertera dalam daftar limbah B3 PT. Latinusa Tbk akan melakukan pewadahan dan pengumpulan sementara yang bersifat intern sehingga tidak diperbolehkan untuk dijual sebelum dikumpulkan terlebih dahulu di TPS B3. Sebelum dilakukan pemindahan dan pengumpulan di TPS, terlebih dahulu limbah tersebut diidentifikasi berdasarkan jenis lalu kemudian dilakukan pewadahan yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik dari limbah tersebut lalu ditempatkan di tempat yang aman dan mudah dijangkau sebelum dilakukan pemindahan ke TPS yang dilaksanakan oleh Tim Limbah Seksi K3LH. Setelah proses pewadahan selesai maka unit penghasil akan melaporkan kepada Tim Limbah untuk dilakukan pendataan dan pemindahan ke TPS. Untuk limbah cake, proses pewadahan langsung dilakukan di TPS. Limbah cake yang dihasilkan dari unit penghasil filter press akan langsung ditampung dan disalurkan ke dalam karung di TPS. Sedangkan untuk limbah B3 lainnya tetap melalui tahap pewadahan yang sesuai dengan standar operasional prosedur penanganan limbah B3 PT. Latinusa Tbk.
Limbah B3 dari unit penghasil

Limbah B3 Cake Pelaporan Kepada Tim Limbah K3LH Penampungan di TPS Limbah Cake

Limbah B3 Selain Cake Pelaporan Kepada Tim Limbah K3LH Pewadahan di unit penghasil limbah B3 Berita Acara dan Surat Jalan Pemindahan ke TPS

TPS

I-129

Gambar 5.13 Diagram Alir Pewadahan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

5.3.4 Penyimpanan Sementara Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Berdasarkan Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 maka penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Dalam sistem pengelolaan limbah B3, kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan oleh seksi K3LH PT. Latinusa Tbk. Tata cara penyimpanan sementara limbah B3 ini telah disesuaikan dengan Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 dan Keputusan Walikota Cilegon No 658.31/Kep.253-BLH 2010 tentang Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepada PT. Latinusa Tbk. Adapun penerapan yang telah dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk yaitu :

5.3.4.1 Pengemasan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

I-130

Untuk menjaga keamanan limbah B3 selama penyimpanan maka diperlukan kegiatan pengemasan yang memperhatikan karateristik limbah, bentuk kemasan dan bahan kemasan yang dipilih. Teknik operasional pengemasan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk secara keseluruhan telah sesuai dengan peraturan pemerintah seperti yang tertuang dalam Kep. 01/BAPEDAL/09/1995. Limbah cake WWTP dikemas dengan menggunakan karung yang langsung

disediakan oleh pihak ketiga yang mengolah limbah tersebut yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia. Karung kemasan limbah cake yang disebut jumbo bag langsung menampung limbah cake yang diproses dari filter press dengan kapasitas 1 ton/ jumbo bag. Dengan menggunakan sistem pengemasan semacam ini diharapkan tidak ada limbah cake yang yang keluar dari karung kemasan, sehingga mampu mengurangi kemungkinan timbulnya ceceran limbah cake ke lingkungan.

Gambar 5.14 Pengemasan Limbah Cake PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 Sludge yang mengandung timah dikemas dengan menggunakan drum dan

diletakan diatas palet. Untuk dross yang mengandung timah dikemas dengan menggunakan drum dengan kapasitas 200 kg/ drum.

I-131

Oli bekas, kain majun, lampu TL bekas, toner/ catridge bekas dan aki bekas

masing- masing sistem pengemasannya menggunakan drum bekas kemasan PSA. Untuk oli bekas pengemasannya menggunakan drum dengan kapasitas 200 liter. Sedangkan untuk pengemasan kain majun dan toner/ catridge bekas pengemasannya menggunakan drum dengan kapasitas 70 kg/ drum.

Gambar 5.15 Pengemasan Oli Bekas dan Lampu TL Bekas PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

Perbandingan pelaksanaan pengemasan limbah B3 PT. Latinusa Tbk dengan peraturan pemerintah dapat dilihat di tabel matriks perbandingan pengemasan limbah B3 dengan regulasi berikut. Tabel 5.5 Matriks Perbandingan Pengemasan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995) Parameter yang dianalisis Kemasan Kep 01/Bapedal/09/ 1995 Baik, tidak bocor, tidak berkarat, tidak rusak Realisasi di PT. Latinusa Tbk Kemasan dalam keadaan baik dan tidak rusak

No. 1.

Keterangan Sesuai

I-132

2.

Ukuran dan macam kemasan

a)

Bahan plastik a) Plastik dan logam (HDPE, PVC, PP) baja atau logam (teflon, baja, karbon) Drum/tong b) Drum dengan dengan volume 50, volume 200 liter 100, 200 liter

Sesuai

b)

Sesuai

Lanjutan tabel 5.5 No Parameter yang dianalisis Karakteristik Kep 01/Bapedal/09/ 1995 Limbah dalam satu kemasan harus berkarakteristik sama Realisasi di PT. Latinusa Tbk Dalam satu kemasan hanya terdapat satu karakteristik limbah Keterangan

3.

Sesuai

I-133

4.

Pemeriksaan kondisi kemasan

Minimal seminggu sekali

Ada kegiatan pemeriksaan secara reguler setiap sebulan sekali

Tidak Sesuai Rekomendasi: Diperlukan pemeriksaan kemasan limbah B3 seminggu sekali Sesuai Tidak Sesuai Rekomendasi: Diusulkan agar kemasan limbah B3 dilengkapi simbol dan label

5. 6.

Operator Pemberian Simbol dan Label

Tenaga ahli dan harus memenuhi K3 Pemberian simbol dan label harus jelas

Tenaga ahli yang memiliki sertifikat K3 Tidak semua kemasan limbah B3 dilengkapi dengan simbol dan label.

Sumber : Analisa Penulis, 2011 Berdasarkan matriks perbandingan pengemasan limbah B3 tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam proses pengemasan limbah B3 yaitu masih terdapat kemasan limbah B3 yang tidak dilengkapi dengan simbol dan label serta informasi tentang limbah B3 di dalam label untuk setiap kemasan masih belum lengkap. Selain itu pemeriksaan terhadap kemasan hanya dilakukan sebulan sekali. Oleh sebab itu, diharapkan PT. Latinusa Tbk mampu menyesuaikan proses pengemasan sesuai dengan regulasi yang ada yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995.

5.3.4.2 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

I-134

Tata cara penyimpanan kemasan limbah B3 harus diperhatikan untuk menjaga keamanan limbah B3 tersebut selama proses penyimpanan. Pelaksanaan penyimpanan kemasan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk disesuaikan dengan Kep. 01/BAPEDAL/09/1995. Berikut ini diberikan matriks perbandingan penyimpanan kemasan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada. Tabel 5.6 Matriks Perbandingan Penyimpanan Kemasan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995) Parameter yang dianalisis Sistem Kep 01/Bapedal/09/ 1995 Sistem blok dan setiap blok terdiri atas 2 x 2 kemasan Realisasi di PT. Argo Pantes Kemasan disusun dengan sistem blok yang terdiri dari 2 x 2 kemasan

No 1.

Keterangan Sesuai

Lanjutan tabel 5.6 No Parameter yang dianalisis Lebar Gang Kep 01/Bapedal/09/ 1995 Realisasi di PT. Latinusa Tbk Keterangan

2.

Lebar gang untuk lalu- Ada jarak untuk gang lintas manusia lalu lintas manusia minimal 60 cm. dengan lebar 60 cm

Sesuai

I-135

3.

Penumpukan

Drum 200 liter maksimal 3 lapis dan dialasi palet untuk masing-masing blok

Drum 200 liter ada yang tidak dialasi palet

Tidak Sesuai Rekomendasi: Diusulkan agar drum 200 liter dialasi palet pada masing masing blok. Tidak sesuai Rekomendasi: Diusulkan untuk menyusun kembali susunan blok dan memberikan jarak dengan dinding minimal 1 m.

4.

Jarak dengan dinding dan atap

Tidak boleh kurang dari 1 meter

Jarak ke dinding kurang dari 1 meter, jarak dengan atap 1,5 meter

5.

Karakteristik

Kemasan yang mempunyai karakteristik berbeda harus dipisah

Setiap kemasan terdiri dari satu jenis limbah B3

Sesuai

Lanjutan tabel 5.6 No Parameter Dianalisis Kep 01/Bapedal/09/ 1995 Realisasi di PT. Latinusa Tbk Keterangan

I-136

6.

Simbol dan Label

Sesuai dengan karakteristiknya

Sesuai

Sesuai

7.

Perizinan

Penyimpanan maksimal 90 hari, untuk limbah B3 kurang dari 50 kg dapat disimpan lebih dari 90 hari dan dilaporkan kepada pihak terkait

Penyimpanan untuk limbah cake, sludge timah,dross timah, drum bekas dan oli bekas kurang dari 90 hari. Sedangkan penyimpanan kain majun,lampu TL,toner dan aki bekas lebih dari 90 hari. Setiap 3 bulan sekali akan dilaporkan ke BLH Kota Cilegon

Sesuai

Sumber : Analisa Penulis 5.3.4.3 Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Setelah dilakukan pengemasan dan pelabelan selanjutnya limbah B3 akan disimpan di tempat penyimpanan sementara ( TPS ) PT. Latinusa Tbk telah disesuaikan dengan peraturan pemerintah yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995 dan telah memiliki izin dari Walikota Cilegon Nomor 658.31/Kep.253-BLH/2010 Tanggal 14 Juli 2010. Perancangan dan luas bangunan TPS disesuaikan dengan jenis, jumlah dan karateristik limbah B3. PT. Latinusa Tbk memiliki dua TPS limbah B3 yaitu :

TPS limbah B3 untuk menyimpan drum kosong, sludge plating, dross tin, oli

bekas, kain majun bekas, toner/catridge bekas, lampu TL. Ukuran TPS ini yaitu18, 8 m x 4,5 m dengan koordinat S : 060024,8 dan E : 1060049,0.

I-137

TPS limbah B3 untuk menyimpan cake/ sludge IPAL. Ukuran TPS ini yaitu

5,7 m x 7 m dengan koordinat S : 060021,9 dan E : 1060048,6. Pemberian titik koordinat bertujuan agar TPS tidak dipindah ataupun diubah. Pemindahan dan perubahan kondisi TPS harus mendapatkan izin dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon serta tidak diperbolehkan untuk menyimpan limbah B3 diluar TPS, hal ini bertujuan untuk mendukung keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan. Berikut ini diberikan tabel 5.8 tentang perbandingan tata cara penyimpanan sementara libah B3 PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang berlaku. Tabel 5.7 Matrik Perbandingan Bangunan Penyimpanan Sementara Limbah B3 PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi ( Kep. 01/BAPEDAL/09/1995) Parameter yang dianalisis Luas Terlindung dari hujan Bagian Atap Kep-01/Bapedal/09/ 1995 Realisasi di PT. Latinusa Tbk

No. 1. 2. 3.

Keterangan Sesuai Sesuai Sesuai

Luas dan bisa menampung Memiliki luas bangunan sesuai dengan karakteristik 18,8 mx4,5 m&5,7m x 7m Terlindung dari air hujan langsung dan tak langsung Tanpa plafon Terlindung dari air hujan

Tanpa plafon

Ventilasi dan Ventilasi dan penerangan memadai penerangan memadai Kasa untuk mencegah Terdapat kasa untuk burung/hewan masuk mencegah burung/hewan masuk Penangkal petir Ada penangkal petir

Lanjutan tabel 5.7 No Parameter Kep-01/Bapedal/09/ Realisasi di PT. Latinusa Keterangan

I-138

yang dianalisis 4. Simbol bagian luar

1995 Pada bagian luar penyimpanan diberi simbol

Tbk Diluar bangunan diberi simbol sebagai penanda TPS limbah B3 Sesuai

5.

Lantai Bangunan Saluaran Drainase

Kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak Harus ada sehingga air tidak masuk dalam gudang

Kuat, kedap air dan tidak bergelombang Tidak terdapat saluran drainase di sekitar TPS

Sesuai

6.

Tidak sesuai Rekomendasi : Diusulkan untuk membangun saluran drainase Tidak sesuai Rekomendasi: Diusulkan untuk memaksimalkan proses pengemasan untuk mengurangi timbulnya ceceran Sesuai

7.

Kebersihan

Tidak terdapat ceceran limbah

Masih terdapat ceceran limbah B3 di TPS limbah B3 cake/ sludge IPAL

8.

Peralatan Penunjang

Dilengkapi sistem pemadam kebakaran, pagar pengaman, fasilitas P3K, Berada minimal 50 m dari fasilitas umum

Dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas keamanan lainnya. 50 m dari fasilitas yang lain (jalan utama)

9.

Lokasi

Sesuai

Sumber : Analisa Penulis, 2011 Berdasarkan matriks perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa tempat penyimpanan sementara limbah B3 di PT. Latinusa Tbk belum sepenuhnya sesuai

I-139

dengan peraturan pemerintah yaitu Kep. 01/BAPEDAL/09/1995. Ketidaksesuaian tersebut diantaranya yaitu TPS limbah B3 cake/ sludge IPAL di PT. Latinusa Tbk belum memiliki saluran drainase dan bak penampung ceceran limbah B3, sehingga diharapkan PT. Latinusa Tbk bisa membangun saluran drainase dan bak penampung ceceran tersebut agar ceceran limbah B3 dapat dikelola dan tidak tercampur dengan limpasan air hujan. Selain itu masih ada limbah B3 yang tercecer di TPS limbah B3 cake yang disebabkan karena kurang maksimal dalam proses pengemasan. Untuk ceceran oli di TPS limbah B3 telah ditutup dengan pasir, tetapi penutupannya belum sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan PT. Latinusa mampu melakukan perbaikan terhadap kekurangan- kekurangan tersebut.

(A)

(B)

Gambar 5.16 ( A ) TPS Limbah Cake/ Sludge IPAL ( Baaa ) TPS Limbah B3 Selain Cake PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011 Gambar berikut ini menunjukan denah dan ukuran TPS limbah B3 PT. Latinusa Tbk. Kedua TPS limbah B3 yaitu TPS limbah B3 cake dan limbah B3 selain cake dibangun di tempat yang terpisah. TPS limbah B3 cake dibangun berdekatan dengan unit waste wter treatment plant ( WWTP ) sedangkan TPS limbah B3 selain cake dibangun berdekatan dengan gudang. Pembangunan kedua TPS ini di lokasi yang berbeda bertujuan untuk memudahkan proses pengelolaan limbah B3 seperti proses pewadahan dan pemindahan limbah B3.

I-140

(A)

(B)

Gambar 5.17 Denah dan Ukuran TPS Limbah Cake ( A) Pandang Samping ( B ) Pandang Depan Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk

(A)

(B)

Gambar 5.18 Denah dan Ukuran TPS Limbah Selain Cake PT. Latinusa Tbk ( A ) Pandang Samping ( B ) Pandang Atas Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk 5.3.4.4 Pemasangan Label dan Simbol Limbah B3

I-141

Pemasangan atau pemberian label dan simbol limbah B3 bertujuan untuk memberikan identitas limbah tersebut sesuai dengan karateristiknya. Dengan ini setiap penandaan harus dibuat dengan jelas, baik dari segi bentuk, warna dan penempatannya sehingga keberadaan limbah B3 di suatu tempat dapat dengan mudah dikenali. Sebelum limbah B3 disimpan di dalam TPS terlebih dahulu kemasan limbah tersebut diberi label dan simbol sesuai dengan jenis dan karateristik masing- masing limbah. Selain pada kemasan, pemberian simbol limbah B3 juga diberikan pada setiap ruangan penyimpanan per kelompok limbah B3 di TPS. Pemberian symbol limbah B3 telah disesuaikan dengan regulasi yang ada yaitu Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan berbahaya dan beracun. Berikut ini diberikan tabel perbandingan pemberian label dan simbol limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada. Tabel 5.8 Matrik Perbandingan Kegiatan Pelabelan dan Pemberian Simbol Limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dengan Regulasi No 1 Parameter yang dianalisa SIMBOL a. Bentuk b. Ukuran Belah ketupat dengan sisi dalam 95% ukuran Kep 05/Bapedal/09/1995 Realisasi di PT. Latinusa Tbk Belah ketupat dengan sisi dalam 95% ukuran Sesuai Keterangan

a. Kemasan: 10 cm 10 a. Kemasan 10 cm 10 cm cm b. Simbol pada kendaraan b. Kendaraan pengangkut: 25 cm 25 cm pengangkut 25cm x 25cm c. Ukuran simbol pada TPS yaitu 25cm x 25cm

Sesuai

c. Tempat penyimpanan: 25 cm 25 cm Lanjutan tabel 5.8 No Parameter yang dianalisis Kep

Realita di PT.

Keterangan

I-142

05/Bapedal/09/1995 c. Bahan Tahan goresan dan bahan kimia, pada alat pengangkut harus dari cat berpendar (fluorescence) Sesuai dengan karakteristik a. Kemasan: melekat kuat, tidak boleh terlepas atau dilepas sebelum dikosongkan b. Kendaraan pengangkut: Hanya satu macam simbol, pada setiap sisi boks pengangkut dan muka kendaraan, tidak boleh terlepas atau dilepas sebelum dikosongkan. c. Tempat penyimpanan: Pada setiap pintu dan bagian luar dinding, sesuai karakteristik limbahnya, tidak boleh terlepas atau dilepas selama tempat

Latinusa Tbk Pada alat pengangkut simbol bahan tahan tidak kimia. a. Kemasan melekat kuat dan tidak dilepas selama berisi limbah B3. b. Hanya satu macam simbol Sesuai terbuat yang goresan tahan dari tidak dan bahan Sesuai

d. Pemasangan

c. Terdapat simbol limbah B3 pada bagian luar TPS

I-143

penyimpanan masih difungsikan 2 LABEL a. Bentuk Persegi panjang, belah ketupat Persegi panjang dan belah ketupat Sesuai

Lanjutan tabel 5.8 No Parameter yang dianalisis b. Ukuran Kep 05/Bapedal/09/1995 Realita di PT. Latinusa Tbk Sesuai Keterangan

a. Identitas limbah: 15 Ukuran untuk identitas cm 20 cm limbah yaitu 15cm x 20cm, b.Kemasan kosong: kemasan kosong 10 cm x 10 cm 10 cm 10 cm, tutup kemasan 7 c. Tutup kemasan: 7 cm 15 cm x 15 cm a. Identitas limbah: a. Identitas limbah kuning, dengan berwarna kuning dengan tulisan peringatan pinggiran berwarna putih

c. Warna

Sesuai

Tidak b.Kemasan kosong: diberi simbol. sama dengan simbol, dengan c. Pada tutup kemasan tulisan kosong tidak ada simbol c. Tutup kemasan: putih, hitam d. Identitas limbah d.Identitas limbah: dipasang disebelah pada kemasan di simbol sebelah simbol. b. Kemasan kosong tidak sesuai, Diusulkan untuk memberi simbol pada kemasan kosong

I-144

d. Pemasangan

a.Kemasan pada kemasan b. Tutup kemasan:

kosong: Pemasangan regulasi yang ada. dekat

kemasan

Tidak sesuai, Diusulkan pemasangan disesuaikan regulasi

permukaan belum disesuaikan dengan

tutup kemasan Sumber : Analisa Penulis, 2011 Berdasarkan matriks perbandingan pelaksanaan pemasangan label dan simbol di PT. Latinusa Tbk dengan regulasi yang ada yaitu Kep 05/Bapedal/09/1995 maka dapat disimpulkan bahwa pamasangan simbol dan label di PT. Latinusa Tbk belum sepenuhnya sesuai dengan regulasi. Selain itu, meskipun sudah dilengkapi dengan simbol namun informasi dalam label untuk setiap kemasan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk masih belum lengkap misalnya tanggal masuk TPS. Oleh sebab itu, diharapkan PT. Latinusa Tbk bisa menyesuaikan dengan regulasi yang ada.

Gambar 5.19 Pelabelan di TPS Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Sumber : Data Primer, 2011

5.3.5 Pengangkutan Limbah B3 di PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

I-145

Pengangkutan merupakan proses pengumpulan limbah dari sumber menuju lokasi pemindahan atau pengelolaan. Pengangkutan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk terbagi menjadi dua yaitu pengangkutan secara internal dan pengangkutan secara eksternal oleh pihak ketiga. 1. Pengangkutan Limbah B3 Dari Unit Penghasil ke TPS Limbah B3 Pengangkutan internal merupakan proses pengangkutan yang terjadi di dalam lingkungan perusahaan. Pengangkutan internal di PT. Latinusa Tbk dilakukan dari sumber penghasil limbah B3 ke TPS limbah B3 dengan menggunakan forklift. Selanjutnya Tim Limbah dari Seksi K3LH akan mencatat jenis dan jumlah limbah B3 di log book yang tersedia di TPS. Tim limbah kemudian menghubungi pihak ketiga yang telah memiliki izin Kementrian Lingkungan Hidup RI untuk melakukan pengangkutan dan pengelolaan limbah B3. Proses pengangkutan limbah B3 ini harus dilengkapi dengan berita acara penyerahan limbah B3 dari penghasil ke TPS. Selain itu fasilitas pengangkutan dan pengemudi angkutan harus memiliki ijin beroperasi di dalam perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan distribusi limbah B3 di dalam perusahaan.

I-146

Gambar 5.20 Jalur Pengangkutan Internal Limbah B3 di PT. Latinusa Tbk Sumber: Analisa Penulis, 2011 2. Pengangkutan Limbah B3 Dari PT. Latinusa Tbk ke Pihak Pengelola Pengangkutan terjadi dari TPS Limbah B3 ke tempat pengolahan akhir. Pengangkutan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk dilakukan oleh pihak ketiga dengan menggunakan truk pengangkut limbah. Proses pengangkutan ini harus dilengkapi dengan form manifest yang terdiri dari surat pengantar barang, dokumen limbah B3 serta izin sesuai limbah B3 yang mau diangkut atau dikeluarkan. Setelah form manifest dan izin terlengkapi maka baru dapat dilakukan proses pengangkutan. Untuk surat pengantar barang dalam hal ini limbah B3, maka harus mendapat persetujuan dari Ketua Tim Penjualan Sisa Produk dan Barang Bekas PT. Latinusa Tbk dan pembeli yaitu pihak ketiga yang melakukan pengangkutan dan

I-147

pengelolaan. Sedangkan untuk dokumen limbah B3 harus mendapat persetujuan dari Kabag K3LH PT. Latinusa Tbk dan pihak ketiga. Selain itu form manifest ini juga harus dilengkapi dengan Izin Penyelenggaraan Angkutan Barang Khusus Untuk Mengangkut Barang Berbahaya yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktur Jendral Perhubungan, Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dari Kementrian Perhubungan RI, karena kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan limbah B3 ini merupakan kendaraan khusus antara lain truck dan tangki tronton. Semua prosedur ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keamanan distribusi limbah B3. Dokumen limbah B3 di PT. Latinusa Tbk telah disesuaikan dengan Kep Bapedal No 2 Tahun 1995 dimana dokumen ini dibawa dari tempat asal pengangkutan limbah B3 ke tempat tujuan dan dokumen ini diberikan pada waktu penyerahan limbah B3. Rincian dokumen tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lembar asli ( pertama ) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani oleh penghasil, pengumpul dan pengolah limbah B3 ( warna putih ). 2. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh, oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul dikirim ke Badan Pengendalian Dampak Lingkungan ( warna kuning ). 3. Lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3 disimpan oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3 untuk diangkut oleh pengangkut limbah B3 ( warna hijau ). 4. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau pengolah limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang menerima limbah B3 dari pengangkut limbah B3 ( warna merah muda ).

I-148

5. Lembar kelima dikirimkan kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 ( warna biru ). 6. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 ( warna krem ). 7. Lembar ketujuk dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah B3 oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3, setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atu pengolah limbah B3 ( warna ungu ).

5.4 Pengolahan Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

Dalam melakukan pengolahan PT. Latinusa tidak melakukan pengolahan sendiri melainkan dengan bantuan pihak ketiga yang telah memiliki izin dalam pengangkutan dan pengelolaan limbah B3. Adapun pihak ketiga yang memfasilitasi pengangkutan dan pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk yaitu PT. Pasadena Metric Indonesia di Bekasi yang mengelola limbah cake/ sludge IPAL, PT. Lingga Putra Perdana di Merak yang mengelola limbah drum bekas bahan kimia PSA dan oli bekas serta CV. Lut Putra Solder di Tegal yang mengelola sludge dan dross yang mengandung timah.

Tabel 5.9 Pihak Pengolah Limbah B3 PT. Latinusa Tbk No 1 Pengelola Limbah B3 PT. Pasadena Limbah Yang Diolah Limbah Cake Pengolahan Pemanfaatan limbah SK MENLH KEPMEN LH

I-149

Metric Indonesia

WWTP

PT. Lingga Putra Perdana

- Oli Bekas - Drum Bekas Kemasan PSA

CV. Lut Putra - Sludge Yang Solder Mengandung Timah - Dross Yang Mengandung Timah Sumber : Data Sekunder, 2011

B3 dengan cara recovery sludge yang tidak mengandung dioksin furan untuk diambil kandungan logam- logam non besi - Oli bekas didaur ulang untuk digunakan kembali untuk membantu kegiatan operasional angkutan sungai danau dan perairan - Drum bekas didaur ulang untuk dijadikan kemasan bahan baku Peleburan ulang sludge dan dross yang mengandung timah hingga menjadi batangan timah putih dan timah hitam.

Nomor 63 Tahun 2011 Tanggal 13 april 2011

SK Nomor 259 Tahun 2009, Masa berlaku 10 April 2009 s/d 10 April 2014

5.5 Pemanfaatan Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Untuk mengurangi kuantitas limbah B3 yang dihasilkannya, maka PT. Latinusa Tbk berusaha semaksimal mungkin melakukan pemanfaatan terhadap limbah B3. Hal ini selain dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pencemaran ke lingkungan juga mampu menekan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengelolaan limbah B3. Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh PT. Latinusa Tbk ini selain dilakukan sendiri juga dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga yang telah memiliki pemanfaatan limbah B3 dari KLH. Salah satu contoh pemanfaatan limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk yaitu penggunaan kembali drum bekas kemasan bahan kimia PSA sebagai tempat pewadahan limbah B3 seperti kain majun, lampu TL bekas dan aki bekas di TPS limbah B3.

I-150

5.6 SOP Tanggap Darurat Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Untuk menjaga keamanan selama proses pengelolaan limbah B3, maka PT. Latinusa telah menerapkan suatu standar operasional (SOP) tanggap darurat limbah B3 di lingkungan perusahaan. SOP ini dilaksanakan oleh oleh Petugas K3 Seksi K3LH apabila terjadi kecelakan atau keadaan darurat yang selanjutnya akan dilakukan tindakan penyelamatan dan pertolongan terhadap korban kecelakaan. SOP ini telah mendapatkan persetujuan dari Direksi PT. Latinusa Tbk, BLH Kota Cilegon, BLHD Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten. Mekanisme penggunaan SOP ini yaitu apabila terjadi keadaan darurat maka akan dilakukan tindakan penyelamatan dimana karyawan yang bertugas akan memberitahukan ke Shift leader dan berusaha menanggulangi kecelakaan. Selanjutnya shift leader akan menghubungi GM produksi dan tim tanggap darurat agar dilakukan evaluasi kondisi dan keadaan. Tindakan evakuasi dilakukan setelah GM Produksi mengambil keputusan untuk mengaktifkan kondisi darurat. Kemudian dilakukan pertolongan pertama dimana tim medis akan menolong korban di tempat evakuasi dan karyawan lain akan dikumpulkan di tempat tersebut. Evaluasi ulang kondisi kecelakaan dilakukan oleh Building Commander dan bila diperlukan akan menghubungi Damkar Krakatau Steel dan UGD RS Krakatau Medika. Bila ada korban evakuasi maka akan dilakukan rujuk ke RS Krakatau Medika dengan menggunakan mobil ambulance untuk melakukan pengobatan. Evaluasi ulang selanjutnya dilakukan building commander terkait dengan keamanan kondisi kecelakaan yang akan dilanjutkan dengan investigasi kejadian. Setelah kondisi dipastikan aman maka akan dibuat laporan hasil investigasi yang disetujui oleh Kadiv Produksi dan GM Produksi. Laporan ini selanjutnya akan didistribusikan kepada Direksi PT. Latinusa Tbk, BLH Kota Cilegon, BLHD Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten.

I-151

Darurat Tindakan Bantuan Pertolongan

Darurat Tanggulangi Evakuasi

Tidak

Ya Pertolongan
Korban Investigasi

Ya Pengobatan
Investigasi Laporan Distribusi File Selesai

Tidak

I-152

Gambar 5.21 SOP Tanggap Darurat Limbah B3 PT. Latinusa Tbk Sumber : Seksi K3LH PT. Latinusa Tbk 5.7 Perizinan dan Pengawasan 5.7.1 Perizinan Berdasarkan PP No 18 Tahun 1999 dijelaskan bahwa setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Begitu pula dengan PT. Latinusa Tbk, kegiatan penyimpanan limbah B3 dari perusahaan tersebut telah memiliki izin sesuai Keputusan Walikota Cilegon Nomor 658.31/ Kep.253-BLH/2010 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 dan Keputusan Walikota Cilegon Nomor 658.31/ Kep.239-BLH/2009 tentang Izin Pengeluaran Limbah Industri yang telah disesuaikan dengan PP No 18 Tahun 1999. Perizinan ini merupakan alat kontrol bagi perusahaan guna menekan kemungkinan timbulnya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sehingga diperlukan pengelolaan yang baik terhadap limbah B3 yang dihasilkan. Selain itu pihak ketiga yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan PT. Latinusa Tbk juga wajib memiliki izin dan mendapatkan rekomendasi dari Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Secara keseluruhan aspek perizinan pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk telah dipenuhi secara hukum.

5.7.2 Pengawasan

I-153

Pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak internal perusaan oleh seksi K3LH dan pihak eksternal oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Cilegon. Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh BLH Kota Cilegon terhadap pengelolaan limbah industri yang dihasilkan oleh PT. Latinusa Tbk dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan sekali. Pihak perusahaan akan menyampaikan laporan perkembangan pengeluaran limbah industri yang berisi jenis material, bentuk fisik limbah, kategori limbah, volume atau jumlah limbah yang dihasilkan serta identitas pihak pengelola limbah tersebut. Selain pengawasan oleh BLH Kota Cilegon setiap tiga bulan sekali, pelaksanaan pengawasan juga dilaksanakan oleh Tim Pengawas PROPER ( Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ) Provinsi Banten setiap setahun sekali. Kegiatan pengawasan ini akan menghasilkan penilaian tingkatan ketaatan perusahaan terhadap perundangan lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia.

5.8 Aspek Pembiayaan Pengelolaan Limbah B3 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk Kegiatan pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk memerlukan pembiayaan dari perusahaan. Pembiayaan yang dibebankan kepada perusahaan disusun melalui rencana kerja yang terstruktur dan program kerja yang jelas oleh bagian yang bersangkutan. Mekanisme pembiayaan dalam pengelolaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk telah memenuhi alur regulasi yang ada (Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Jo. PP No. 85 tahun 1999). Untuk pembiayaan limbah B3 di PT. Latinusa Tbk sendiri bersifat rahasia serta tidak dipublukasikan kepada pihak luar. Hanya pihak intern perusahaan dan pihak ketiga yang mengetahuinya.

I-154

BAB VI PENUTUP

6.1Kesimpulan 1. Proses electrolisyc tinning line ( ETL) dan proses perawatan

peralatan produksi di PT. Latinusa Tbk menghasilkan limbah B3 berupa limbah cake/ sludge WWTP, drum plastik bekas kemasan

I-155

bahan kimia PSA, oli bekas, sludge yang mengandung timah, butiran halus ( dross ) yang mengandung timah, aki bekas, kain majun, lampu TL bekas dan toner/ catridge. 2. Pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk menganut pada peraturan nasional di Indonesia yang telah diatur oleh KLH melalui PP. nomor 18 tahun 1999 j.o PP No. 85 tahun 1999 dan Peraturan Walikota Cilegon No 45 Tahun 2009 serta ditunjang peraturan - peraturan yang lain. 3. Berdasarkan neraca massa pengelolaan limbah B3 PT. Latinusa Tbk pada tahun 2010 diketahui bahwa limbah B3 yang dikelola sebanyak 99,22 % dan yang tersimpan di TPS sebanyak 0,79 %. Sedangkan pada tahun 2011 limbah B3 yang dikelola sebanyak 92,09 % dan yang tersimpan di TPS 8,33 %. Terjadi penurunan tingkat pengelolaan pada tahun 2011, hanya saja kuantitas limbah B3 yang dihasilkan pada tahun 2011 jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2010. 4. Dalam penerapan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan PT. Latinusa Tbk, masih ada beberapa aspek yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku, misalnya masih terdapat ceceran/ tetesan air yang mengalir di TPS limbah cake serta informasi dalam label limbah B3 yang masih belum lengkap.

6.2Saran 1. Hendaknya dibangun saluran drainase dan bak penampung ceceran di sekitar TPS limbah cake/ sludge IPAL agar ceceran limbah B3 dapat dikelola dan tidak tercampur dengan limpasan air hujan serta tidak mengalir ke lingkungan.

I-156

2. Setiap kemasan limbah B3 harus dilengkapi dengan simbol dan label selain itu juga melengkapi informasi dalam label untuk setiap kemasan limbah B3. 3. Pengelolaan limbah B3 yang belum sesuai dengan peraturan hendaknya segara disesuaikan dengan peraturan yang berlaku guna menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran limbah B3 ke lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai