Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

“CARA PENANGANAN LIMBAH B3”

Disusun oleh:

1. Ade Ayu Khulfiah 12118042


2. Adi Prasetiadi 12118043
3. Awalul Far’iyah 12118047
4. Citra Dhea Cantika 12118049
5. Dwini Nafertari Azzahra 12118052
6. Fahmi Aziz 12118055
7. Hudzaifah Famera F 12118058
8. Inayatul F 12118060
9. Isma Amaniah 12118062

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

S1 FARMASI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terakhir ini semakin banyak limbah yang berasal dari rumah tangga, rumah sakit,
laboratorium dan sebagainya berupa cair, padat maupun gas dan semuanya itu dapat
membahayakan bagi kehidupan disekiar kita, namun ada limbah yang lebih berbahaya lagi
yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal ini sebenarnya bukan
merupakan masalah kecil, karena jika limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut
dibiarkan penanganannya yang salah dalam mengelola limbah B, maka dampak dari
Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin besar dan meluas, sehingga
dampaknya akan sangat dirasakan untuk lingkungan sekitar kita serta dampak tersebut
akan mengakibatkan bagi kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan
dalam jangka pendek atau dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa
yang akan datang.
B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun didefinisikan sebagai bahan yang karena
sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, serta dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Salah satu tujuan bagi kita bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung
jawab kita bersama untuk menanggulanginya, khususnya pada masalah limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Maka dari itu penulis tertarik untuk diketahui lebih lanjut tentang
masalah B3.
Menurut PP Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3, limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan /atau kegiatan yang mengandung B3. Pengelolaan limbah B3
meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, penimbunan, dan pembuangan limbah B3.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari Limbah B3 ?
2. Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?
3. Bagaimana perbedaan penanganan Limbah B3 di rumah tangga, rumah sakit dan
Laboratorium ?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari Limbah B3.
2. Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.
3. Mengetahui perbedaan penanganan Limbah B3 di rumah tangga, rumah sakit dan
Laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Limbah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan. B3 adalah zat, energi dan atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain

Sumber penghasil limbah B3 dapat berasal dari industri, pertambangan,


transportasi, laboratorium, laboratorium kimia, rumah tangga, dan proses alam. Masing-
masing sumber limbah tidaklah selalu berasal dari hasil proses industri tetapi dapat berasal
dari kegiatan di laboratorium seperti pemeliharaan atau pencucian alat, bahan kimia
kadaluwarsa, tumpahan B3, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Meskipun limbah laboratorium kimia volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan
limbah industri, namun limbah ini mengandung jenis B3 yang sangat bervariasi dengan
konsentrasi yang relatif tinggi

Menurut Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 kriteria limbah B3 di Indonesia


dibedakan menjadi :

a. Mudah meledak
b. Mudah menyala
c. Reaktif
d. Beracun
e. Infeksius
f. Korosif
g. Limbah berbahaya bagi lingkungan

Di United Nations Environmental Programme (UNEP), limbah dapat dianggap sebagai


limbah B3 bila memiliki sifat seperti :

a. Mudah menyala : limbah yang dapat menyebabkan kebakaran. Hal tersebut tergantung
pada titik nyala dari bahan. Contohnya seperti cairan atau gas yang dapat menyulut
api, senyawa yang sensitif terhadap gesekan atau dapat menyebabkan kebakaran
dengan adanya kelembaban.
b. Reaktif : kemampuan bahan untuk bereaksi dengan dirinya sendiri dan bahan lain
dalam kondisi normal. Hal ini dapat terjadi karena bahan yang tidak stabil dan
kecenderungan untuk bereaksi dengan air, udara, atau sensitifitas dengan panas
sehingga menyebabkan ledakan.
c. Beracun : kemampuan suatu bahan yang dapat menyebabkan potensi bahaya pada
kesehatan manusia maupun lingkungan. Organisme dapat terpapar dengan cara
terhirup, tertelan, atau penyerapan melalui kulit. Paparan tersebut dapat menyebabkan
dampak langsung dan tidak langsung. Paparan itu dapat dikategorikan sebagai efek
karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik, membahayakan sistem reproduksi,
pernafasan dan sistem syaraf.
d. Korosif : kemampuan sebuah bahan untuk menyebabkan korosi pada logam karena
tingkat asam dan alkalinitas. Limbah dengan sifat seperti ini perlu penanganan khusus
serta ditampung dalam wadah seperti drum, tangki, atau tong.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3 adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

B. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,
pengemasan dan sebagainya. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu
industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
2. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
4. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
C. Karakteristik B3
Ada beberapa karakteristik bahan berbahaya, yaitu:
1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya:
jenis pelarut etanol, gas hidrogen dan metanol. Materi yang spontan terbakar, yaitu
bahan padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, misalnya
karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi.
2. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan,
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
3. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi
biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoil perioksida.
4. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila
berkontak dengannya.
5. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu
kesehatan, seperti hidrogen sianida.

D. Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia


Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini
disebabkan penyakit itu timbul dari lingkungan dimana kita tinggal, sehingga tanpa
menyadari kita terkena penyakit tersebut. Maka dari itu, dalam kesempatan ini memberikan
uraian yang cukup menarik dalam mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.
1. Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai
penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir
Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh bulan,
yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan
ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai
penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang
mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala
keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan
dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut,
ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang
secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare
terdapat secara meluas. Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang
semakin parah.
Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya kita
memakan ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung merkuri.
Walaupun seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan industri
pertambangan, tetapi seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut ataupun ke sungai
dikarenakan membahayakan jiwa penduduk sekitar, begitu juga membahayakan diri
kita sendiri seandai suatu saat nanti tanpa sadar anda memakan ikan yang berasal dari
wilayah yang telah tercemari oleh pembuangan merkuri itu sendiri. Oleh karena itu
kesadaran kepada para pihak yang selalu berurusan dengan Limbah B-3 untuk lebih
memperhatikan kepentingan orang yang lebih banyak daripada mementingkan
kepentingan perusahaan yang sedang anda jalankan sehingga para pihak di dunia
industri juga memperhatikan tentang usaha-usaha untuk melanggengkan bisnis anda di
suatu tempat.
2. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil
Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan
Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam
tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di
dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas.
Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun
titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan
hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung, kasus
keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok
masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun. Penyakit tersebut
kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh
osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian
dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.
Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat membahayakan
walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan penyakit syphilis
atau raja singa. Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin kebanyakan mengutip
dari uraian buku yang penulis dapat tetapi setidaknya dengan adanya uraian tersebut
dapat memberikan uraian yang cukup mengenai akibat dari Limbah B-3 yang dapat
membahayakan kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Harapan tentang tidak
terjadi pencemaran yang selalu diidam-idamkan masyarakat selama ini dapat tercapai
dan bukan hanya untuk kepentingan uang semata, dimana masyarakat merasa tidak
peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan mungkin menurut mereka sudah bisa
makan sehari saja merupakan berkah tak ternilai. Hal itu dikarenakan edukasi yang
kurang yang diberikan oleh pihak yang seharusnya memberikan informasi bahwa
dalam bekerja kesehatan itu penting.

E. Pengolahan Limbah B3
1. Pengolahan Limbah B3 Rumah Tangga
A. Pengolahan Limbah Padat/Sampah
Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah adalah
sebagai berikut:
a. Pemilihan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah
(organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi
rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos
yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol,
plastik dan kaleng, sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah
tersebut ada yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan
kepada pemulung dan yang tidak bisa dipakai kembali dapat dibuang.

b. Pewadahan
Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga
menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di
pinggir jalan sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan.
c. Pengumpulan
Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola
pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah
dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah
(rumah ke rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Dalam
pemuatan maupun pembongkaran sampah, compactor truck dan arm roll dilengkapi
dengan lengan tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang
dikendalikan oleh sopir sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah.
d. Tempat pembuangan sementara (TPS)
Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke
tempat pembuangan sementara yang tersedia.
e. Penanganan sampah dengan konsep 3R :
- Reduce (Mengurangi): kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin
menghilangkan sampah secara keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini
akan mengurangi sampah dalam jumlah yang nyata.
- Reuse (Memakai kembali): Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
- Recycle (Mendaur ulang): Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang namun
saat ini sudah banyak industri formal yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.
B. Air Limbah (Dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci)
Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair yang dihasilkan
dari kegiatan rumah tangga, restoran, penginapan, mall dan lain-lain.Contoh : air
bekas cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi, sisa makanan
berwujud cair dan lain-lain. Pengelolaan air limbah rumah tangga dapat dilakukan
dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4. Mencegah berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.

7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m

C. Kotoran yang dihasilkan manusia

Limbah ini meliputi tinja dan urine. Menurut Suparmin keseimbangan ekosistem
tanah, air, dan udara dapat terganggu karena pencemaran ekosistem oleh berbagai
jenis bahan pencemar biologis, kimiawi, maupun fisik yang terdapat pada tinja
dan limbah cair. Oleh karena itu, pembuangan tinja dan limbah cair yang aman
dan saniter, akan mencegah pencemaran lingkungan.

2. Pengolahan Limbah B3 Rumah Sakit


Pengolahan sampah medis dilakukan melalui proses insinerasi (pembakaran)
dengan menggunakan incinerator dengan suhu minimal untuk primary burner yaitu
800℃ dan secondary burner yaitu min 1000℃. Proses pemusnahan dengan incinerator
dilakukan karena sampah medis termasuk dalam kategori limbah B3 yaitu bersifat
infeksius dan berpotensi menularkan penyakit. Sampah medis berupa botol infus bekas
dan jerigen hemodialisis (HD) bekas tidak dibakar menggunakan insinerator,
melainkan didaur ulang bekerja sama dengan pihak ke-3. Botol Infus dan jerigen HD
bekas yang terlebih dahulu dipilah dari ruangan diangkut oleh petugas sampah medis
ke tempat pengolahan. Setelah itu dilakukan proses pemotongan agar mempermudah
proses pencacahan. Apabila sudah dicacah kemudian dilakukan proses didesinfeksi lalu
dilanjutkan ke proses pengeringan. Setelah kering kemudian dilakukan proses
pewadahan dan penimbangan sebelum dikirim kepada industri pemanfaat. Pada saat
dikirim ke industri pemanfaat tersebut, pengiriman disertai dengan berita acara
pengiriman yang ditandatangani oleh pihak ke-3 dan pihak instalasi sanitasi.
Pengelolaan sampah medis yang memerlukan pengelolaan khusus lainnya yaitu
sampah yang berasal dari instalasi radiologi. Sebelum diinsinerasi sampah dari instalasi
radiologi dilakukan peluruhan terhadap radioisotop yang digunakan. Waktu luruh
(T1/2) NaI131 = 8,02 hari dan Technesium = 6 jam, pengolahan sampah ini baru
dilakukan setelah waktu luruh terpenuhi dan lolos uji radiasi. Limbah radioaktif yang
sudah memenuhi waktu luruh baru bisa diolah bersama dengan sampah medis yakni
dibakar menggunakan insinerator. Penanganan khusus juga dilakukan pada unit
patologi anatomi, dimana potongan jaringan tubuh dari ruang operasi yang di bawa ke
patologi anatomi memerlukan waktu penyimpanan selama 2 minggu, sebelum
dilakukan pengolahan dengan Insinerator. Tujuannya adalah untuk menunggu ada
tidaknya pemeriksaan ulang terhadap jaringan tubuh tersebut.
3. Pengolahan Limbah B3 Laboratorium
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3 (PP Nomor 101 Tahun 2014). Pedoman yang ada untuk reagen
yang digunakan dalam laboratorium harus dikategorikan berdasarkan karakteristik
fisika-kimia. Pedoman tersebut banyak memfokuskan pada kesesuaian kimia yang
mengandung logam berat, asam, garam, senyawa alkali, larutan, hidrokarbon, dan
pestisida (Benavides dkk, 2007).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal
yang penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan
bukannya malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut. Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2
kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat
berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio
vasculer, kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu,
efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat
bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3
di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,
solidification/Stabilization dan incineration.
B. Saran
Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya
materi yang dikutip atau disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga
makalah ini dapat lebih disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-
materinya lagi, sehingga makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi dan dari segi
materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun,
maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut tentunya dapat menjadi
perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila dampak
dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua orang
yang akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak
termasuk mungkin diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Doni. 2010. Dampak Limbah B3. http://donymei.blogspot.com/2010/09/dampak-limbah-b3.html.


Diakses pada tanggal 5 Juni 2012.

Muallif, Fachrozi. 2010. Mengenal Limbah Radioaktif. http://mualliffachrozi.


blogspot.com/2010/02/mengen-al-limbah-radioaktif-dalam.html. Diakses pada tanggal 5 Juni
2012.

Siahaan, N.H.T., Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan, Jakarta: Erlangga.

Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soemartono, R.M. 2009. Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia.


http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuB3/B3.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai