Abstrak
Penyakit COVID-19 telah menjadi pandemi global sejak Desember 2019. Menurut WHO, hingga
28 September 2020, sudah ada 33.137.748 kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia, 3,01% di
antaranya meninggal dunia (998.372). Dengan Case Fatality sebesar 3,17% WHO menetapkan
Wabah COVID-19 ini di tingkat pandemi. Dari 2,5 juta kematian oleh COVID-19 yang telah
dilaporkan pada Februari 2021, setengah populasi dari 2,2 juta telah diklasifikasikan sebagai
kelebihan berat badan. Obesitas menjadi salah komorbid yang dikaitkan dengan keparahan
gejala COVID-19 dikarenakan Obesitas sendiri dapat menyebabkan gejala seperti gangguan
cardiovaskular, gangguan respirasi, gangguan imun, dan juga inflamasi kronis. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh peningkatan jaringan adiposa pada pasien obesitas terhadap
tingkat keparahan pasien COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
obesitas terhadap tingkat keparahan pasien COVID-19. Metode yang dilakukan adalah
mengumpulkan dan menganalisis artikel-artikel ilmiah yang terpublikasi tentang obesitas
mempengaruhi tingkat keparhan pasien COVID-19 menggunakan Google Scholar dan PubMed.
Penderita obesitas menunjukkan ekspresi reseptor ACE2 yang tinggi, disregulasi proinflamasi
dan metabolic sehingga dapat mempengaruhi tingkat keparahan pasien COVID-19. Obesitas
dapat mempengaruhi tingkat keparahan pasien COVID-19.
Abstract
The disease COVID-19 has become a global pandemic since December 2019. According to WHO,
as of September 28, 2020, there have been 33,137,748 confirmed cases worldwide, 3.01% of
whom died (998,372). With a Case Fatality of 3.17%, WHO has determined this COVID-19
outbreak at the pandemic level. Of the 2.5 million deaths by COVID-19 that have been reported
in February 2021, half the population of 2.2 million have been classified as overweight. Obesity
is one of the comorbidities associated with the severity of COVID-19 symptoms because obesity
itself can cause symptoms such as cardiovascular disorders, respiratory disorders, immune
disorders, and chronic inflammation. The purpose of this study was to determine the effect of
increasing adipose tissue in obese patients on the severity of COVID-19 patients. The aim of this
study was to determinde the effect of obesity on the severity of COVID-19 patients. Methods:
Collecting and analyzing published scientific articles on obesity affecting the severity of COVID-
19 patients using Google Scholar and PubMed. Obese patients showed high ACE2 receptor
expression, proinflammatory and metabolic dysregulation that could affect the severity of
COVID-19 patients. Obesity can affect the severity of COVID-19 patients.
222
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
(Tosepu et al, 2020). Jumlah kasus COVID- mortalitas kardiovaskular (Leal & Mafra,
19 terus mengalami peningkatan dan sudah 2013). Menurut WHO, pada tahun 2016
tersebar di antar negara. Total kasus lebih dari 1.9 miliar orang dewasa diatas 18
konfirmasi sampai dengan tanggal 24 tahun mengidap overweight dan obesitas
November 2020 adalah 58,900,547 kasus dan diantaranya 650 juta yang obesitas.
dengan 1,393,305 kematian (CFR 2,4%) di 13% dari populasi orang dewasa di dunia
219 Negara Terjangkit dan 178 Negara secara keseluruhan mengidap obesitas
Transmisi lokal. Sedangkan di indonesia pada tahun 2016. Prevalensi obesitas
sendiri total kasus konfirmasi juga terus meningkat tiga kali sejak 1975 sampai 2016
mengalami peningkatan dengan jumlah (WHO, 2020).
506.302 kasus dengan 16.111 kematian Individu dengan obesitas dikaitkan
(CFR 3,2%) di 34 provinsi dengan transmisi dengan banyak faktor resiko yang
lokal (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan mendasari COVID-19, termasuk hipertensi,
laporan dari Johns Hopkins University dan dislipidemia, diabetes tipe 2 (T2D) dan
data WHO Global Health Observatory penyakit ginjal atau hati kronis (Popkin et al,
tentang obesitas yang dilaporkan pada 2020). Untuk orang dengan penyakit
Februari 2021, dari 2,5 juta kematian karena coronavirus 2019 (COVID-19) yang
223
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
224
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
generasi ketujuh hingga saat ini yang Manajemen COVID-19, berdasarkan tingkat
diketahui menginfeksi manusia. Ini telah keparahan kasusnya, COVID-19 dapat
terjadi mungkin oleh infeksi lintas spesies dibedakan menjadi beberapa kelompok
yang sering dan peristiwa spillover sesekali yaitu tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan
(Cui et al, 2019). Adanya wabah COVID-19 kritis. Tingkat asimtomatik adalah kondisi
ini mengancam dan juga berbahaya bagi paling ringan di mana pasien tidak
kehidupan manusia di seluruh dunia, dari menunjukkan gejala. Pada tingkat ringan
segi ekonomi maupun segi kesehatan (Roy Penderita infeksi saluran pernapasan akibat
et al, 2020). Gejala klinis dari penderita virus tidak mengalami komplikasi dengan
COVID-19 mempunyai spektrum yang gejala nonspesifik seperti demam, lemas,
sangat luas, mulai dari tidak ada gejala atau batuk (dengan atau tanpa produksi dahak),
asimptomatik, gejala ringan, Acute anoreksia, malaise, nyeri otot, radang
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), tenggorokan, sesak napas ringan, hidung
225
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
dengan batuk atau kesulitan bernapas. Glikoprotein dalam amplop virus yang baru
ditambah setidaknya sianosis sentral (SpO2 terbentuk memasuki membran retikulum
<90%), gangguan pernapasan parah endoplasma atau sel golgi. Pembentukan
(mendengkur, traksi dinding dada yang nukleokapsid yang berlanjut dari genom
berat), dan tanda-tanda pneumonia berat RNA dan protein nukleokapsid. Partikel
(ketidakmampuan untuk menyusui atau virus ini akan tumbuh di dalam retikulum
minum, lesu atau penurunan kesadaran, endoplasma dan juga sel golgi. Vesikel yang
atau kejang). Yang terakhir adalah pasien mengandung partikel dari virus akan
tingkat kritis dimana pasien mengalami bergabung dengan membran plasma untuk
gagal napas, Sindrom Gangguan Pernafasan melepaskan komponen virus baru (De Wit
Akut (ARDS), syok septik dan/atau et al, 2016).
kegagalan multi organ (Tim COVID-19 IDAI Faktor dari virus dan juga pejamu
& Covid-19, 2020). mempunyai peran penting dalam infeksi
SARS-CoV-2 akan menginfeksi sel-sel COVID-19. Efek sitopatik dari virus dan juga
pada saluran napas yang melapisi alveoli kemampuannya dapat menindas respon
pada manusia. Virus ini akan berikatan imun dan memperburuk tingkat keparahan
dengan reseptor-reseptor untuk masuk dari infeksi. Disregulasi dari sistem imun
kedalam sel. Virus ini akan berikatan selanjutnya berperan dalam kerusakan
dengan reseptor selular seperti ACE2 jaringan dari pada infeksi COVID-19. Respon
dikarenakan glikoprotein yang terdapat imun yang tidak adekuat akan menjadikan
pada envelope spike tersebut. SARS-CoV-2 replikasi virus dan juga kerusakan pada
akan melakukan duplikasi genetik dan jaringan. Selain itu, respon imun yang
melakukan sintesis protein yang diperlukan, berlebih juga dapat menjadikan kerusakan
setelah itu SARS-Cov-2 akan membuat pada jaringan (Li et al, 2020).
virion yang muncul di permukaan sel (Haibo Obesitas
Zhang et al, 2020). Overweight dan obesitas ditentukan
Mirip dengan SARS-CoV, pada SARS- sebagai kondisi yang abnormal atau
CoV-2 diduga setelah virus masuk ke dalam berlebihnya akumulasi lemak yang dapat
sel, genom virus Ribonucleic Acid (RNA) mengganggu kesehatan. Body Mass Index
akan dilepaskan ke dalam sitoplasma sel (BMI) adalah penghitungan sederhana yang
yang akan diterjemahkan menjadi dua digunakan untuk mengklasifikasikan
poliprotein dan protein struktural. lalu, overwight dan obesitas pada orang dewasa.
genom virus ini akan mulai bereplikasi. WHO mendefinisikan Overweight jika BMI
226
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
lebih dari sama dengan 25 dan obesitas obstetri, pernafasan, dan bahkan gangguan
dengan BMI yang lebih besar atau sama reproduktif (Fruh, 2017)
dengan 30 (WHO, 2020). Banyak faktor Disaat awal pembentukan obesitas,
resiko yang dapat menyebabkan sel-sel adiposa yang sudah ada di dalam
overweight dan obesitas. Beberapanya tubuh membesar. Seorang dewasa rata-rata
dapat diubah seperti gaya hidup yang tidak memiliki sekitar 40 milyar sampai 50 milyar
sehat dan juga lingkungan. Faktor risiko adiposit. Setiap sel adiposa dapat
lainnya seperti usia, riwayat keluarga, menyimpan maksimal sekitar 1,2 pg
genetik, ras dan etnik, jenis kelamin tidak trigliserida. Jika sel-sel adiposa yang sudah
dapat diubah (NIH, 2020). Menurut World ada terisi penuh, dan individu tersebut terus
Health Organization (WHO), pada tahun mengonsumsi lebih banyak kalori daripada
2016 lebih dari 1.9 miliar orang dewasa yang digunakan, maka akan terbentuk lebih
diatas 18 tahun mengidap overweight dan banyak sel-sel adiposit (Sherwood, 2016).
obesitas dan diantaranya 650 juta yang Dalam beberapa tahun terakhir,
obesitas. 13% dari populasi orang dewasa di beberapa gen obesitas telah diidentifikasi.
dunia secara keseluruhan mengidap Seperti yang diharapkan, gen ini mengatur
obesitas pada tahun 2016. Prevalensi komponen molekuler dari sistem fisiologis
obesitas meningkat tiga kali sejak 1975 yang dapat mengontrol keseimbangan
sampai 2016 (WHO, 2020). energi. Peran utama dalam homeostasis
Centers for Disease Control (CDC) energi adalah gen obesitas dan produknya,
mengklasifikasikan obesitas dibagi menjadi leptin. Leptin bekerja melalui tangga
3 class. Class 1 dengan BMI 30 sampai 35, kompleks jalur pensinyalan yang dikenal
Class 2 dengan BMI 35 sampai 40, dan class sebagai sirkuit melanokortin pusat yang
3 memiliki BMI 40 keatas. Obesitas class 3 dikendalikan oleh leptin (leptin-regulated
terkadang dikategorikan sebagai obesitas central melanocortin circuit)(Robbins,
ekstrim atau parah (CDC, 2020). Obesitas 2012).
adalah penyakit kronis yang berhubungan Adanya interaksi antar leptin dengan
dengan komplikasi yang sangat luas dan reseptornya akan mengurangi rasa ingin
mempengaruhi banyak aspek fisiologi. makan dengan memicu pembuatan alpha-
Obesitas dapat menjadi menimbulkan Melanocyte-stimulating hormone (α-MSH)
gangguan caridovaskular, gastrointestinal, dan cocaine- and amphetamine-regulated
metabolik, muskuloskeletal, neruologis, transcript (CART) sebagai anoreksigenik dan
juga menghambat sintesis Neuropeptida Y
227
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
228
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
19. Ini termasuk peradangan kronis, 24,056 pasien dengan BMI < 25 kg/𝑚2
gangguan fungsi pernapasan dan perfusi (Hussain et al, 2020).
paru, pertimbangan praktis saat menangani Berdasarkan studi kasus yang di
pasien obesitas dalam pengaturan lakukan oleh Qingxian Cai et al yang
perawatan kritis, disregulasi imun, dilakukan di rumah sakit di Shenzhen,
komplikasi metabolik dan vaskular, dan China, ditemukan bahwa obesitas yang
penurunan relatif hormon penting. Tumor terutama pada pria, signifikan
Necrosis Factor alpha (TNF-α), dan meningkatkan risiko severitas dari COVID-
Functional residual capacity (FRC),(Kwok et 19. Selama 2 bulan pertama pandemi, dari
al, 2020). 383 pasien berusia lebih dari 18 tahun yang
Dalam rangkaian kasus di China yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 di
terdiri dari 202 pasien, COVID-19 yang Shenzhen, prevalensi pasien kelebihan
parah dikaitkan secara independen dengan berat badan (24 ≤ BMI < 28 kg/𝑚2 ) dan
BMI ≥ 28 kg/𝑚2 , ditemukan 24 individu obesitas (BMI ≥ 28 kg/𝑚2 ) adalah 32% dan
obesitas dan 8 diantaranya mengalami 10,7%. Dibandingkan dengan pasien dengan
gejala yang parah (Moser et al, 2019). berat badan normal, pasien yang
Analisis retrospektif terkait BMI pada pasien mengalami obesitas memiliki kemungkinan
COVID-19 di Amerika Serikat yang lebih tinggi untuk berkembang
mengungkapkan bahwa subjek berusia < 60 menjadi penyakit yang parah, dan
tahun dengan BMI antara 30 dan 34 dua kali hubungan tersebut tetap signifikan setelah
lebih mungkin untuk dirawat dan juga penyesuaian untuk komorbiditas dan faktor
menjadi kritis. Dibandingkan dengan risiko lainnya (Cai et al, 2020). sub analisis
individu dengan BMI <30, pasien dengan lebih lanjut menunjukkan bahwa pria
BMI >35 dan berusia <60 tahun adalah 2,2 dengan BMI ≥ 28 kg/𝑚2 memiliki lebih dari
kali lebih mungkin dirawat dan juga menjadi tiga kali lipat peningkatan kemungkinan
kritis dibandingkan dengan pasien pada usia berkembang menjadi COVID-19 berat,
yang sama dengan BMI <30 (Hongyan Zhang dengan hampir setengah dari pasien pria
et al, 2020). Berdasarkan meta-analysis obesitas mengembangkan COVID-19 berat
yang dilakukan oleh Hussain et al, data yang (Cai et al, 2020) (Gao et al, 2020).
terkumpul menunjukkan bahwa terdapat Pada pasien dengan obesitas, WAT
531 kematian dari 2451 pasien dengan BMI diperburuk dan BAT berkurang (Shimizu &
> 25 kg/𝑚2 , sedangkan 1701 kematian dari Walsh, 2015), Renin-Angiotensin-
Aldosteron System (RAAS) diaktifkan secara
229
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
230
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
sebagai co-reseptor untuk masuk kedalam 2020). Meskipun saat ini tidak ada bukti
sel (Hoffmann et al, 2020). ACE2 banyak infeksi SARS-CoV-2 pada jaringan adiposa,
tersebar di jantung dan juga paru-paru. sel-sel yang beradai di jaringan adiposa
Pada jaringan adiposa, sebaran ACE2 lebih (adiposit, makrofag, limfosit, sel endotel
banyak daripada di jaringan paru-paru, dan sel stroma) diketahui menjadi target
yaitu jaringan yang menjadi target utama virus pernapasan serupa seperti virus
dari COVID-19. Jaringan adiposa juga influenza H1N1, adenovirus atau SARS-COV
menjadi jaringan target untuk infeksi (Maier et al, 2018).
COVID-19. Individu dengan obesitas yang Obesitas ditandai dengan disfungsi
memiliki peningkatan jumlah jaringan sistem imun (Synd et al, 2013). Selama
adiposa memiliki peningkatan jumlah ACE2- obesitas, status inflamasi sistemik
expressing cell sehingga jumlah ACE2 dipengaruhi oleh sekresi sitokin
meningkat. Namun tidak ada perbedaan proinflamasi yang intens (Emanuela et al,
sebaran adiposit dari protein ACE2 antara 2012), yang meningkatkan kemungkinan
individu obesitas dengan mereka yang terjadinya badai sitokin (Mirsoian et al,
obesitas (Pinheiro et al, 2017) 2014). Selain itu, obesitas yang dikaitkan
Reseptor ACE2 juga terdapat pada dengan Interferon Tipe I (IFN) menurunkan
jaringan adiposa dan diatur lebih tinggi sekresi, pemain kunci dalam tanggapan
pada individu dengan obesitas dan diabetes kekebalan antivirus (Teran-Cabanillas et al,
yang bisa mengubah jaringan adiposa 2013). Penelitian pada manusia
menjadi reservoir SARS-COV2. menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi
Kemungkinan reservoir ini mendukung H1N1 dengan obesitas tinggal lebih lama di
penyebaran virus yang berkepanjangan bawah perawatan ICU (Louie et al, 2011),
(Kruglikov & Scherer, 2020). yang bersama dan penyelidikan dengan model murine
dengan keadaan preaktivasi inflamasi obesitas yang diinduksi diet
jaringan adiposa pada subjek obesitas, menginformasikan bahwa respons antivirus
dapat berkontribusi pada prognosis COVID- yang terganggu nutrisi terhadap Influenza
19 yang lebih parah dan lebih buruk. (Smith et al, 2007). Dengan demikian,
Beberapa hipotesis mempertimbangkan individu dengan obesitas mengalami
kemungkinan bahwa virus SARS-CoV-2 disfungsi sistem kekebalan yang
dapat mencapai jaringan adiposa secara meningkatkan kerentanan infeksi virus
hematogen atau berdekatan dengan pernapasan (Synd et al, 2013).
jaringan lain yang terinfeksi (Ryan & Caplice,
231
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
232
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
pada pasien dengan COVID-19 (Zhu et al, terkena obesitas menampilkan deposit
2020). Respons sel-T semakin dituntut WAT di dinding saluran napas yang besar.
sebagai hal yang penting dalam mengurangi Mereka menemukan bahwa nilai BMI
kerentanan dan kesulitan dari SARS-CoV-2 berdampak pada ukuran deposit WAT
dan gangguan kekebalan sel-T mungkin secara proporsional, yang mendukung
menjadi kunci severitas terkait obesitas peningkatan ketebalan dinding saluran
dalam kaitannya dengan COVID-19 (Le Bert napas dan infiltrasi neutrofil dalam jaringan
et al, 2020). paru (Elliot et al, 2019). Peningkatan
IL- 6 dan TNF-𝛼 secara konsisten ketebalan dinding paru berhubungan
meningkat pada sirkulasi darah manusia dengan kesulitan dalam pertukaran gas
yang obesitas dan juga tikus percobaan. (Wagner, 2015), dan infiltrasi sel imun
sehingga menyebabkan inflamasi melalui berhubungan dengan kerusakan jaringan
peningkatan infiltrasi makrofag ke jaringan dan fibrosis(Kruger et al, 2015). Penting
adiposa yaitu polarisasi makrofag dan untuk diingat bahwa peningkatan ekspresi
augmentasi sitokin dan kemokin. Sinyal ACE2 dalam WAT selama obesitas membuat
yang dikeluarkan sitokin IL-6 dan protein endapan intraparu ini menjadi titik rentan
STAT3 bertindak sebagai detereminan untuk infeksi SARS-CoV-2 di dalam jaringan
penting pada individu obesitas. Tingkat paru-paru. Selain itu, pelepasan virus yang
serum IL-6 dan TNF- 𝛼 dapat menjadi faktor berkepanjangan yang mungkin terjadi di
signifikan dari keparahan penyakit COVID- WAT akan memfasilitasi terjadinya
19. Kadar IL-6 dan TNF-α yang tinggi kerusakan paru dan akibat kegagalan
ditemukan pada pasien obesitas. Natural pernafasan pada kasus obesitas (Maier et al,
Killer Cell (NK) terpolarisasi menjadi non- 2018).
sitotoksik pada pasien obesitas. Adiposit Terdapat sel mirip adiposa di paru-
memiliki enzim ACE2 di permukaan selnya paru yang disebut lipofibroblast (LiFs) yang
dan hiperaktivasi mechanistic target of mempengaruhi fungsi paru, karena
rapamycin (mTOR) pada pasien obesitas, transdiferensiasi sel-sel ini ke miofibroblas
meningkatkan durasi pelepasan virus (Caci menyebabkan fibrosis paru. LiF
et al, 2020). menghadirkan tetesan lipid atau Lipid
Dalam sebuah penelitian yang Droplet (LD) di dalam sitoplasma mereka
menyelidiki pengaruh obesitas dalam yang mengandung perilipin-2 tingkat tinggi.
prognosis pasien asma, Elliot dan kawan- Terletak di interstitium alveolar, sel-sel ini
kawan menunjukkan bahwa individu yang berada di dekat sel epitel alveolar tipe 2
233
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
234
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
235
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
236
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
237
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
Lal SK., 2010. Molecular biology of the SARS- (H1N1). Clinical Infectious
coronavirus. Molecular Biology of Diseases, 52(3), 301–312.
the SARS-Coronavirus, 1–328. https://doi.org/10.1093/cid/ciq15
https://doi.org/10.1007/978-3- 2
642-03683-5 Luther JM, Luo P, Kreger MT, Brissova M,
Le Bert, N., Tan, A. T., Kunasegaran, K., Dai C, et al., 2011. Aldosterone
Tham, C. Y. L., Hafezi, M., Chia, A., decreases glucose-stimulated
Chng, M. H. Y., Lin, M., Tan, N., insulin secretion in vivo in mice
Linster, M., Chia, W. N., Chen, M. I. and in murine islets. Diabetologia,
C., Wang, L. F., Ooi, E. E., 54(8): 2152–2163.
Kalimuddin, S., Tambyah, P. A., https://doi.org/10.1007/s00125-
Low, J. G. H., Tan, Y. J., & Bertoletti, 011-2158-9
A. (2020). SARS-CoV-2-specific T Maier HE, Lopez R, Sanchez N, Ng S, Gresh
cell immunity in cases of COVID-19 L, et al., 2018. Obesity increases
and SARS, and uninfected controls. the duration of influenza a virus
Nature, 584(7821), 457–462. shedding in adults. Journal of
https://doi.org/10.1038/s41586- Infectious Diseases, 218(9), 1378–
020-2550-z 1382.
Leal, V. de O., & Mafra, D. (2013). https://doi.org/10.1093/infdis/jiy
Adipokines in obesity. Clinica 370
Chimica Acta, 419, 87–94. Malavazos AE, Goldberger JJ, & Iacobellis G.,
https://doi.org/10.1016/j.cca.201 2020. Does epicardial fat
3.02.003 contribute to COVID-19
Li G, Fan Y, Lai Y, Han T, Li Z, et al, 2020. myocardial inflammation? In
Coronavirus infections and European Heart Journal.
immune responses. Journal of 41(24):2333). Oxford University
Medical Virology, 92(4): 424–432. Press.
https://doi.org/10.1002/jmv.2568 https://doi.org/10.1093/eurheartj
5 /ehaa471
Louie JK, Acosta M, Samuel M C, Schechter McLaughlin T, Craig C, Liu LF, Perelman D,
R, Vugia D, et al., 2011. A novel risk Allister C, et al., 2016. Adipose cell
factor for a novel virus: Obesity size and regional fat deposition as
and 2009 pandemic influenza a predictors of metabolic response
238
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
239
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
240
Obesitas Mempengaruhi Tingkat Keparahan Pasien COVID-19
Annas Adimara, Kartika Prahasanti, Muhammad Perdana Airlangga
241
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(2) : 222-242, September 2021
242