Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Bhuwana

Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati


Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI RSUD


TANGERANG, KOTA TANGERANG

Evaluation of Solid Waste Management in Tangerang


Hospital, Tangerang City
Pramiati Purwaningrum*, Dwi Indrawati, Hernani Yulinawati

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan,


Universitas Trisakti, Jakarta

*E-mail: pramiati@trisakti.ac.id

Sejarah artikel:
Diterima: September 2021 Revisi: Oktober 2021 Disetujui: November 2021
Terbit online: November 2021

ABSTRAK

Fasilitas pelayanan kesehatan menghasilkan limbah padat medis sejenis sampah rumah tangga dan limbah
yang berkategori limbah medis serta limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) dalam jumlah yang
banyak. Dari risiko yang ditimbulkan, limbah padat yang dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan adalah limbah
non medis yaitu limbah rumah tangga dan tidak mengandung risiko, jumlahnya berkisar 70-90%. Sedangkan
sisanya 10-25 % merupakan limbah yang dapat menimbulkan berbagai jenis dampak kesehatan karena
dipandang berbahaya. Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat risiko yang dapat ditimbulkan dari limbah
yang dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan dan mengevaluasi pengelolaan limbah dari instansi kesehatan.
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini antara lain persiapan, studi literatur, pengumpulan data baik data primer
maupun data sekunder, analisis data, dan evaluasi data. Terjadinya pandemik Covid-19 pada akhir tahun 2019
hingga tahun 2020 mengakibatkan peningkatan yang signifikan terhadap timbulan sampah medis di rumah
sakit di seluruh dunia. Pada 9 Maret 2021 jumlah limbah medis di Banten sebanyak 228,06 ton dan pada 27
Juli 2021 meningkat menjadi 591,79 ton. Sedangkan di DKI Jakarta, jumlah limbah medis pada 9 Maret
sebanyak 7.496,56 ton, lalu meningkat menjadi 10.939,053 ton pada 27 Juli 2021. Dengan situasi pandemi
Covid-19 saat ini sudah seharusnya memperhatikan penyebaran COVID-19 yang berasal dari sampah infeksius.
Maka dari itu, pengelolaan limbah infeksius yang berasal dari rumah tangga melalui tahapan pengumpulkan
limbah infeksius antara lain berupa masker, sarung tangan, dan baju pelindung diri dengan melakukan
pemilahan, pewadahan dan desinfeksi, serta pelabelan.

Kata Kunci : covid-19; fasilitas pelayanan kesehatan; limbah padat medis; pengelolaan

ABSTRACT

Health care facilities produce medical solid waste such as household waste and waste categorized as medical
waste as well as large amounts of hazardous and toxic material waste (B3). From the risks posed, solid waste
produced by health care facilities is non-medical waste, namely household waste and does not contain risks,
the amount is around 70-90%. While the remaining 10-25% is waste that can cause various types of health
impacts because it is considered dangerous. The purpose of this study is to look at the risks that can arise from
the waste produced by health care facilities and evaluate waste management from health agencies. The stages
in this research include preparation, literature study, data collection both primary and secondary data, data
analysis, and data evaluation. The occurrence of the Covid-19 pandemic at the end of 2019 to 2020 resulted in
a significant increase in the generation of medical waste in hospitals around the world. On March 9, 2021, the
amount of medical waste in Banten was 228.06 tons and on July 27, 2021 it increased to 591.79 tons. Meanwhile
in DKI Jakarta, the amount of medical waste on March 9 was 7,496.56 tons, then increased to 10,939.053 tons
on July 27, 2021. With the current Covid-19 pandemic situation, it is necessary to pay attention to the spread
of COVID-19 originating from infectious waste. Therefore, the management of infectious waste originating from
households through the stages of collecting infectious waste, including masks, gloves, and personal protective
clothing by sorting, storing and disinfecting, as well as labeling.

Keywords: covid-19; health service facilities; medical solid waste; management

226
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

1. PENDAHULUAN

Rumah sakit wajib memiliki prasarana yang salah satunya instalasi pengelolaan limbah.
Pengelolaan limbah di rumah sakit dilaksanakan meliputi pengelolaan limbah padat, cair,
bahan gas yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif,
yang diolah secara terpisah.

Untuk mendapatkan gambaran karakteristik limbah di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai


masukan untuk para pemangku kepentingan, sehingga dapat dilakukan pengolahan limbah
dari fasilitas pelayanan Kesehatan yaitu dengan menganalisis karakteristik limbah padat
medis maupun non medis yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan Kesehatan dan
mengevaluasi pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan Kesehatan.

Fasilitas pelayanan kesehatan menghasilkan limbah padat medis sejenis sampah rumah
tangga dan limbah yang berkategori limbah medis serta limbah bahan berbahaya dan
beracun (limbah B3) dalam jumlah yang banyak. Sebagai contoh produksi limbah medis
padat rumah sakit di Indonesia secara nasional diperkirakan sebesar 376.089 ton/hari.
Jumlah limbah yang banyak ini berisiko untuk mencemari lingkungan dan menimbulkan
kecelakaan kerja serta penularan penyakit. Dari risiko yang ditimbulkan, limbah padat yang
dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan adalah limbah non medis yaitu limbah rumah
tangga dan tidak mengandung risiko, jumlahnya berkisar 70-90%. Sedangkan sisanya
10-25 % merupakan limbah yang dapat menimbulkan berbagai jenis dampak kesehatan
karena dipandang berbahaya. Secara umum limbah yang dihasilkan dari rumah sakit
terbagi atas dua kelompok yaitu limbah medis dan limbah non medis.

Bersamaan dengan kecenderungan meningkatnya jumlah rumah sakit di Indonesia setiap


tahunnya, maka jumlah produksi limbah medis yang dihasilkan akan semakin banyak.
Kondisi ini dapat memperbesar potensi limbah rumah sakit dalam mencemari lingkungan
serta dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan juga penularan penyakit jika tidak dikelola
dengan baik. Melihat risiko yang dapat ditimbulkan dari limbah yang dihasilkan fasilitas
pelayanan kesehatan, diperlukan suatu evaluasi pengelolaan limbah dari instansi kesehatan
yang dimaksud. Untuk mengetahui apakah pengelolaan limbah fasilitas pelayanan
kesehatan sudah mengikuti standar yang telah ditentukan.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kegiatan penelitian dilakukan melalui


wawancara, pengumpulan dokumen dan observasi untuk mengambarkan potensi dari
unsur-unsur pariwisata Danau Sentani. Unit analisis adalah Kawasan Danau Sentani.
Berdasarkan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-
ODTWA) Ditjen PHKA (2003) disusun indikator dan sub indikator bagi masing-masing unsur
seperti diperlihatkan pada Tabel 1.

Penelitian dilakukan di RSUD Tangerang, Kotamadya Tangerang dengan menggunakan


Teknik wawancara dengan petugas pada divisi terkait. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
2. Studi literatur
3. Pengumpulan data baik Data Primer maupun Data sekunder
4. Analisis Data

227
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

5. Evaluasi Data

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Timbulan Limbah B3

Menurut survei dari Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pada bulan
September 2018 memperlihatkan bahwa jumlah limbah padat medis dari seluruh rumah
sakit yang menjadi responden (94 responden dari berbagai kelas RS) adalah 11.745 -
12.026 kg/ hari. Sedangkan menurut Kemenkes pada bulan Agustus 2018 jumlah timbulan
limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) menurut hasil analisis data
rumah sakit seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2018 adalah 294,66 ton/hari, yang
dihasilkan dari 264.474 tempat tidur dari 2.867 rumah sakit. Hal ini setara dengan rata-rata
timbulan limbah B3 sebesar 1,1 kg/tempat tidur/hari (Dit. PKPLB3, 2018). Timbulan sampah
yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya pada
Tahun 2017 sebesar 1200-1500 kg/hari (Purwanti, 2018).

Terjadinya pandemik Covid-19 pada akhir tahun 2019 hingga tahun 2020 mengakibatkan
peningkatan yang signifikan terhadap timbulan sampah medis di rumah sakit di seluruh
dunia. Saat puncak wabah, rumah sakit di Wuhan menghasilkan limbah medis enam kali
lebih banyak dibandingkan sebelum krisis itu terjadi, yaitu dalam sehari menghasilkan
limbah medis hingga 240 metrik ton dan membangun pabrik limbah medis baru dan
menyebarkan 46 fasilitas pengolahan limbah secara mobile (Pradana, 2020).

Studi Persi berdasarkan kasus Covid-19 di China menunjukkan bahwa kapasitas


pembuangan limbah medis semula 4.902,8 ton/hari kemudian meningkat sebesar 1.164
ton/hari menjadi 6.066,8 ton/hari (Nugraha, 2020) dengan timbulan limbah medis 14,3
kg/hari (Astuti, 2020). Penanganan penyakit-penyakit infeksi membutuhkan perlengkapan
medis yang lebih banyak seperti masker, kacamata, pakaian pelindung dan sebagainya
yang akan meningkatkan laju timbulan limbah medis. Asumsi timbulan limbah medis dari
pasien Covid-19 sebesar 2,5 kg/tempat tidur lebih tinggi daripada timbulan limbah medis
harian sebesar 0,6 kg/tempat tidur pada tahun 2018 (Yu, 2020). Pada Januari 2020, jumlah
timbulan limbah B3 medis di RSPI Sulianti Saroso adalah sebesar 2.750 kg, meningkat
menjadi 4.500 kg pada bulan Maret 2020, seiring dengan peningkatan pasien Covid-19
yang dirawat di rumah sakit tersebut (Deni, 2020). Dirjen PSLB3 KLHK menyebut
berdasarkan informasi dari Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi), perkiraan
penambahan volume timbulan limbah sekitar 30%. (Mapapa, 2020).

Kenaikan limbah medis juga terjadi di Banten. Pada 9 Maret 2021 jumlah limbah medis di
Banten sebanyak 228,06 ton dan pada 27 Juli 2021 meningkat jadi 591,79 ton. Sedangkan
di DKI Jakarta, jumlah limbah medis pada 9 Maret sebanyak 7.496,56 ton, lalu meningkat
jadi 10.939,053 ton pada 27 Juli 2021.

3.2 Karakteristik Limbah Medis B3 di Rumah Sakit

Limbah B3 bukan hanya berupa limbah infeksius saja, tetapi mencakup limbah lainnya,
misal limbah radioaktif, limbah bahan kimia, dll. Adanya campuran limbah walaupun
dengan sebagian kecil limbah infeksius maka keseluruhan limbah harus diperlakukan
sebagai limbah infeksius (WHO, 2020).

228
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

3.3 Pemilahan dan Pengemasan

Hal yang harus dilakukan untuk pengelolaan limbah infeksius rumah tangga adalah
pemilahan antara limbah domsestik dan limbah infeksius. Penelitian Hasibuan, (2016)
mengatakan bahwa beberapa cara pengelolaan sampah/limbah rumah tangga yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan perencanaan yang baik terhadap pengelolaan
sampah/limbah tersebut seperti daur ulang, pembakaran, pemisahan, pengomposan, dan
pembusukan. Limbah domestik yaitu sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum RI, 2013). Sedangkan limbah infeksius yaitu berupa limbah
tissue, masker, sarung tangan, sapu tangan, kain sekali pakai dan APD lainnya (ACR,
2020). Untuk limbah masker dianjurkan dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan cara
direndam dalam larutan disinfektan/klorin/pemutih kemudian dilakukan perubahan bentuk
seperti dirusak talinya atau dirobek, hal ini dilakukan untuk mencegah digunakan ulang
(Kemenkes RI, 2020).

3.4 Pengumpulan dan Penyimpanan

Penanganan limbah infeksius yang berasal dari fasyankes yaitu dengan cara 1) melakukan
penyimpanan dalam kemasan tertutup maksimal 2 hari sejak dihasilkan. 2) mengangkut
dan/atau memusnahkan pada pengolahan B3 menggunakan fasilitas incinerator dengan
suhu pembakaran minimal 800 °C atau autoclave yang dilengkapi dengan pencacah. 3)
residu hasil pembakaran atau cacahan hasil autoclave dikemas dan dilekati simbol
“Beracun” dan label LB3 yang selanjutnya disimpan ditempat penyimpanan sementara LB3
untuk selanjutnya diserahkan pada pengelola B3. Alat pengumpul harus menjamin limbah
tidak tumpah secara pergerakan dan diberi standar label.

3.5 Pengangkutan dan Pengolahan

Penanganan lanjutan limbah infeksius yang telah melalui beberapa tahapan perlakuan
disumbernya harus diangkut secepat mungkin (ACR, 2020). Sarana pengangkutan khusus
yang digunakan harus memiliki area muatan yang kedap, tersegel, dapat dikunci, diberi
desinfeksi dan terpisah dari kabin pengemudi. Selanjutnya sampah infeksius diangkut ke
pusat pengelolaan limbah B3 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020).
Dengan berbagai treatment dapat berupa Autoclave, Mechanical Biological Treathment
(MBT), atau insenerator dengan suhu diatas 800°C (Asian Development Bank, 2020).
Pengolahan lanjutan abu dari proses insenerator harus diproses lebih lanjut karena masih
mengandung bahan beracun, bisa diproses pada TPA yang diperuntukkan mengolah
limbah infeksius dan B3 dan melalui proses vitrification (Amalia et al., 2020).

Saat ini kurangnya penegakan hukum terhadap para pelanggar terhadap pembuangan
limbah/sampah infeksius rumah tangga maupun fasyankes. Wijoyo (2020) mengatakan
bahwa tingginya urgensi pemerintah untuk segera menyiapkan produk hukum mengenai
masalah penanganan limbah infeksius termasuk yang mengatur pengelolaan sampah
infeksius di rumah tangga. Berdasarkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020)
tentang pengelolaan limbah infeksius (limbah B3) dan sampah rumah tangga dari
penanganan corona virus disesase (COVID-19) yaitu menyampaikan informasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan limbah infeksius yang bersumber dari masyarakat berupa
limbah APD antaralain berupa masker, sarung tangan, baju pelindung diri. Serta
meningkatkan kesadaran tentang tata cara penanganan sampah infeksius dan risiko

229
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

kontaminasi (Jain, 2020). Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,


masyarakat belum melakukan pengolahan limbah rumah tangga sebagai wujud pola hidup
bersih dan sehat. Penelitian Sari, Afrizal dan Indraddin (2019) mengatakan perubahan
perilaku dapat terjadi karena adanya pemahaman, proses interaksi dengan lingkungan dan
berkenaan dengan objek tertentu.

4. KESIMPULAN

Hasil studi literatur menunjukkan bahwa jumlah limbah B3 medis selama pandemi COVID-
19 mengalami peningkatan, limbah infeksius ini yaitu limbah medis yang tergolong sampah
bahan berbahaya dan beracun atau B3, limbah medis yang bersumber dari rumah tangga
dan limbah yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat belum sepenuhnya
mengetahui dan belum melakukan pengolahan limbah rumah tangga, kemudian minimnya
infomasi mengenai efektivitas penanganan limbah infeksius COVID-19. Dengan situasi
pandemi COVID-19 saat ini sudah seharusnya memperhatikan penyebaran COVID-19 yang
berasal dari sampah infeksius. Maka dari itu, pengelolaan limbah infeksius yang berasal
dari rumah tangga melalui tahapan pengumpulkan limbah infeksius antara lain berupa
masker, sarung tangan, dan baju pelindung diri dengan melakukan pemilahan, pewadahan
dan desinfeksi, serta pelabelan. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
jenis, pengelolaan dan penanganan limbah infeksius rumah tangga perlu melakukan
edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan lingkungan yang merupakan salah satu
faktor penting dalam pengolaan sampah infeksius rumahtangga. Diharapkan kepada
Fasyankes dan masyarakat untuk dapat melaksanakan dalam melakukan tata cara
penguburan sesuai Permenlhk Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan surat edaran No. SE/MENLHK/PSLB3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah
Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease
(COVID-19).

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak RSUD Tangerang atas Kerjasama yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Astry Axmalia, Rendi Ariyanto Sinanto. 2021. Pengelolaan Limbah Infeksius Rumah Tangga
pada masa Pandemi COVID-19. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Kesehatan Komunitas. KESKOM. 7(1): 70-76.

Astuti A., Purnama S G. 2014. Kajian Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB). Comm Health. 1(2): 12-13. Jan.

Azwaruddin, Azwaruddin. Kajian Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Graha Ultima Medika di
Kota Mataram, NTB. 2018. Jurnal Akrab Juara. [S.l.]. 3(3): 9-19. Aug. ISSN 2620-
9861.-

Ichtiakhiri T H., Sudarmaji. 2015. Pengelolaan Limbah B3 dan Keluhan Kesehatan Pekerja
di PT Inka (Persero) Kota Madiun. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 8(1): 118-27. Jan.

230
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No HK.01.07/MENKES/537/2020 tentang


Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Limbah dari
Kegiatan Isolasi atau Karantina Mandiri di Masyarakat dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19).

Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni. 2015. Sistem Kontrak Pengolahan Limbah
Padat Rumah Sakit Pemerintah. Kesmas. 9(1): 69-76. Maret 2015. ISSN 1978-0575.

Niki Tri Nurwahyuni, Laila Fitria, Olce Umboh, Dismo Katiandagho. 2020. Pengolahan
Limbah Medis COVID-19 Pada Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10(2):
52-59. Oktober 2020.

Pertiwi V., Joko T., Dangiran H T. 2017. Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 5(3): 420-422. Juli.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan


Sampah Spesifik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016
tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.

Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

PerMenKes No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P. 56/Menlhk-
Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Prihartanto. 2020. Perkiraan Timbulan Limbah Medis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dari Rumah Sakit Penanganan Pasien Covid-19. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi
Bencana. 15(1). Juni 2020.

Siti Chotijah, Dewi Tuti Muryati, Tri Mulyani. 2017. Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Limbah Rumah Sakit Islam Sultan Agung Kota Semarang. Humani (Hukum dan
Masyarakat Madani). 7(3): 223-236. Desember 2017. P-ISSN 1411-3066. E-ISSN
2580-8516.

231
Jurnal Bhuwana
Purwaningrum, Indrawati, Yulinawati
Vol. 1, No. 2, November 2021 Hal. 226-232
DOI: 10.25105/bhuwana.v1i2.12549

Surat Edaran Menteri LHK No. SE./MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2021 tentang Pengelolaan


Limbah B3 dan Sampah dari Penanganan COVID-19.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

232

Anda mungkin juga menyukai