net/publication/353481880
CITATIONS READS
0 857
6 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dinan Arkani Waluyantara on 27 July 2021.
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Pendahuluan
Sejak munculnya Covid-19 di Indonesia, kasus korban yang terinfeksi virus ini terus
bertambah. Seiring dengan pertambahan kasus Covid-19, jumlah pasien covid-19 yang dirawat
di rumah sakit bertambah, begitupula aktivitas pemeriksaan pasien turut bertambah. Dengan
demikian, limbah medis yang dihasilkan juga kian bertambah banyak yang menjadi
kekhawatiran yang cukup serius (AntaraNews,2020). Permasalahan limbah medis merupakan
suatu permasalahan yang sudah lama ada, namun kemunculan pandemi COVID-19 mendorong
permasalahan tersebut menjadi lebih berat, limbah medis ditemukan hampir di berbagai wilayah,
terutama Jawa. Permasalahan limbah medis, baik dari fasilitas kesehatan maupun rumah tangga,
terletak dari hulu ke hilir. Disebutkan dalam suatu webinar yang membahas permasalahan limbah
medis oleh Lina Tri Mugi Astuti, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia
(Sekjen IESA) bahwa berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan ada 296 ton limbah medis per
hari dari 2.852 rumah sakit, 9.909 puskesmas, dan 8.841 klinik di masa sebelum pandemi.
Menumpuknya limbah medis ini juga ditambah dengan permasalahan terkait kurangnya fasilitas
kesehatan yang memiliki izin mengelola limbah sendiri. Terdapat kurang dari 100 fasilitas
kesehatan yang memiliki izin mengolah limbah sendiri. Itupun banyak yang tidak layak untuk
beroperasi. Sisanya, mengandalkan perusahaan pengolahan limbah swasta (Renaldi, 2020).
Lebih lanjut, menurut kajian Ombudsman Republik Indonesia satu pasien COVID-19 mampu
menghasilkan 1,88 kilogram limbah medis dalam satu hari (Liputan6.com, 2021).
Permasalahan lainnya adalah adanya gap kapasitas pengelolaan limbah medis di
Indonesia, dimana menurut Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa kapasitas pengelolaan
limbah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia baru mencapai 53,12 Ton/hari ditambah
kapasitas pengelolaan pihak ketiga sebesar 187,90 ton/hari dan sampah yang dihasilkan per
harinya mencapai 294,66 ton (Prasetiawan, 2020). Dengan adanya gap antara limbah medis
fasilitas kesehatan dengan kapasitas pengelolaan ini akan beresiko menumpuknya limbah medis
yang dapat membahayakan makhluk hidup. Pasalnya, menurut WHO limbah medis ini
mengandung zat - zat berbahaya seperti patogen, yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan, zat genotoksik yang dapat memicu keguguran pada manusia, zat radioaktif yang
dapat menyebabkan sakit kepala, dan lain sebagainya (Anggraini,2021). Penumpukkan limbah
medis juga dapat berdampak pada penularan dan lingkungan. Potensi dampak bagi lingkungan
tersebut dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit dari yang paling ringan hingga yang
paling berat. Selain itu, kontak langsung dengan limbah berbahaya dan beracun atau yang
menghirup udara yang tercemar dapat membawa resiko yang lebih besar terhadap kesehataan
misalnya infeksi kulit, antraks, meningitis, AIDS, demam berdarah, hepatitis A, B, C (Setiawati
& Wita, 2019).
3
sehingga untuk membangun insinerator dengan kapasitas yang sama dengan autoclave,
dibutuhkan lebih banyak ruang (Ferdowsi, 2013). Kelompok masyarakat, seperti WALHI dan
FRONTIER menyarankan penggunaan autoclave karena tidak menimbulkan emisi berbahaya
dan dampak kesehatan (balinetizen.com, 2020). Dari sisi risk, senyawa organik yang mudah
menguap, limbah sitotoksik, merkuri, limbah kimia berbahaya lainnya, dan limbah radioaktif
tidak dapat diolah menggunakan autoclave (UNDP, 2019). Autoclave tidak ideal digunakan bila
berurusan dengan materi biologis yang besar seperti bagian tubuh atau organ (Ferdowsi et al.,
2013; Kenny dan Priyadharsini, 2021).
microwave dalam pengolahan limbah medis memiliki beberapa kekurangan, dimana alat ini
memiliki larangan dalam disinfeksi, seperti limbah bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa
kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi seperti limbah patologis dan
jaringan anatomi, limbah radioaktif, limbah farmasi, limbah material sitotoksik (genotoksik), dan
limbah logam (Nurjannah, 2019).
Autoclave merupakan metode non-insenerasi yang paling banyak digunakan Meski
microwave melakukan desinfeksi dan sterilisasi (theupcoming.uk, 2020; Zimmerman, 2018),
umumnya tidak digunakan di lingkungan dan medis karena kemungkinan adanya distribusi
energi yang tidak merata, sehingga memungkinkan bagian dari benda yang bersangkutan masih
tertular (Fais et al., 2009; mesaustralia.com, 2020; Zimmerman, 2018). Data WHO (2019)
menunjukkan kapasitas autoclave (5-3000 kg/h) lebih banyak daripada microwave (100-600
kg/h) dengan biaya yang relatif sama.
REFERENSI
Berita
Adilah, R. Y. (2021, Februari 4). Ombudsman: Mendagri Bisa Minta Pemda Upayakan
Pengadaan Fasilitas Olah Limbah Medis. Retrieved Mei 6, 2021, from Merdeka.com:
7
https://www.merdeka.com/peristiwa/ombudsman-mendagri-bisa-minta-pemda-upayaka
n-pengadaan-fasilitas-olah-limbah-medis.html
AntaraNews. (2020). Pendemi Covid-19 Meningkatkan Kekhawatiran Soal Dampak
Limbah Medis. Retrieved Mei, 23,2021, from
https://www.antaranews.com/berita/1430504/pandemi-covid-19-meningkatkan-kekhaw
atiran-soal-dampak-limbah-medis
Balinetizen.com. (2020, 1 Desember). Nilai Insinerator Berbahaya, FRONTIER dan
WALHI Sarankan Gunakan Autoclave Untuk Mengolah Limbah B3 RSUD
Klungkung. Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://www.balinetizen.com/2020/12/01/ilai-insinerator-berbahaya-frontier-dan-walhi-
sarankan-gunakan-autoclave-untuk-mengolah-limbah-b3-rsud-klungkung/
Beritasatu.com. (2021, 5 Januari). Banjarmasin Bangun Insinerator, Hemat Biaya Rp 1,3
Miliar/Tahun. Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://www.beritasatu.com/nasional/716391/banjarmasin-bangun-insinerator-hemat-bi
aya-rkp-13-miliartahun.
Faqir, A. A. (2021, Februari 4). Duh, Limbah Medis Covid-19 Capai 138 Ton per Hari.
Retrieved Mei 6, 2021, from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4474909/duh-limbah-medis-covid-19-capai-138-
ton-per-hari
Hidayatullah, T. & Pandamsari, A. (2020, 21 November). Limbah medis meningkat, ada
cara sederhana menanganinya. Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://lokadata.id/artikel/limbah-medis-meningkat-ada-cara-sederhana-menanganinya.
Kinanti, K. (2020, 22 April). KLHK Akan Bangun 5 Insinerator Tahun Ini. Retrieved Mei
23, 2021, from:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200422/99/1230996/klhk-akan-bangun-5-insinerato
r-tahun-ini
Anggraini. A.P. (2021). Bahaya Limbah Medis yang Tidak Dikelola dengan Baik. Retrieved
Mei 6. 2021, from Kompas.com :
https://health.kompas.com/read/2021/02/18/081000468/bahaya-limbah-medis-yang-tidak-di
kelola-dengan-baik?page=all
Renaldi, A. (2020). Buruknya Penanganan Sampah Medis Bisa Perparah Pandemi.
Retrieved from MONGABAY website:
https://www.mongabay.co.id/2020/08/06/buruknya-penanganan-sampah-medis-bisa-pe
rparah-pandemi/
Republika.com. (2018, 3 Mei). Bali Jadi Percontohan Pengolahan Limbah Medis Modern.
Retrieved Mei 23, 2021, from:
8
https://republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/05/03/p856ra328-bali-jadi-percontoha
n-pengolahan-limbah-medis-modern
Republika.co.id. (2020, 22 April). Peneliti: Autoclave Jadi Opsi Pengolahan Limbah Medis
Corona. Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://www.republika.co.id/berita/q976x5428/peneliti-autoclave-jadi-opsi-pengolahan
-limbah-medis-corona
Sasetyaningtyas, D. (2018, 9 Desember). Insinerator sebagai solusi untuk masalah sampah
Indonesia, tepatkah?. Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://sustaination.id/insinerator-sebagai-solusi-untuk-masalah-sampah-indonesia-tepa
tkah/
Tempo.co. (2016, 10 Februari). Gunakan Insinerator untuk Sampah, Ini yang Harus
Disiapkan. Retrieved Mei 25, 2021, from:
https://tekno.tempo.co/read/743741/gunakan-insinerator-untuk-sampah-ini-yang-harus-
disiapkan
Theupcoming.co.uk. (2021, 18 Januari). Autoclaves: Weapons in the fight against Covid-19.
Retrieved Mei 23, 2021, from:
https://www.theupcoming.co.uk/2021/01/18/autoclaves-weapons-in-the-fight-against-c
ovid-19/
Mutia Ramadhani. (2018, Mei 3). Solusi Pengolahan Limbah Rumah Sakit tanpa
Pembakaran. republika.co.id.
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/05/03/p8584t328-solusi-peng
olahan-limbah-rumah-sakit-tanpa-pembakaran
Jurnal
Fais, L., Pinelli, L., Adabo, G., da Silva, R., Marcelo, C., & Guaglianoni, D. (2009).
Influence of microwave sterilization on the cutting capacity of carbide burs. Journal of
Applied Oral Science, 17(6).
Ferdowsi, A., Ferdosi, M., & Mehrani, M. J. (2013). Incineration or autoclave? A
comparative study in Isfahan hospitals waste management system. Mater Sociomed,
5(2).pp. 48-51. DOI: 10.5455/msm.2013.25.48-51
Goodbody, C., Walsh, E., McDonell, K., Owende, P. (2013). Regional integration of
renewable energy systems in Ireland – The role of hybrid Energy systems of small
communities. International journal of electrical power and energy systems, 44(1). pp.
713-720.
Kenny, C. & Priyadarshini, A. (2021). Review of Current Healthcare Waste Management
Methods and Their Effect on Global Health. Healthcare 9, 284. DOI: http://doi.org/
10.3390/healthcare90302
View publication stats
Nzihou, A., Themelis, N., Kemiha, M., & Benhamou, Y. (2012). Dioxin emissions from
municipal solid waste incinerators (MSWIs) in France. Waste Management, 32(12). pp.
2273-2277. DOI: ff10.1016/j.wasman.2012.06.016ff. ffhal-01632399f.
Nugroho, S. S. (2013). Pengelolaan Limbah Bahan Berbaha dan Beracun Perspektif
Undangundang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jurnal Sosial, 14(2), 22-26.
Setiawati, L. A., & Wita, I. N. (2019). Pengelolaan Limbah Medis Bahan Berbahaya dan
Beracun Terhadap Potensi Pencemaran Lingkungan. 9. Retrieved from
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1336908&val=908&title=P
ENGELOLAAN LIMBAH MEDIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
TERHADAP POTENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Shouman, E., Al Bazedi, G., Sorour, M. H., & Albulnour, A. G. (2013). Management of
Hazardous Medical Waste Treatment in Egypt. World Applied Sciences Journal, 28(6).
DOI: 10.5829/idosi.wasj.2013.28.06.13847.
Prasetiawan, T. (2020). Permasalahan Limbah Medis Covid-19 di Indonesia. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 12(9).
Xu, L., Dong, K., Zhang, Y., & Li, H. (2020). Comparison and analysis of several medical
waste treatment technologies. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 615.
doi:10.1088/1755-1315/615/1/012031.
Zimmerman, K. (2018). Microwave Technologies: An Emerging Tool for Inactivation of
Biohazardous Material in Developing Countries. MDPI Recycling review.
Lembaga
Health Care Without Harm. (2004). Non-Incineration Medical Waste Treatment
Technologies in Europe: A Recource for Hospital Administrators, Facility Managers,
Health Care Professionals, Environmental Advocates, and Community Members.
Health Care Without Harm. (2013). Waste Treatment System Evaluation.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Pengelolaan Limbah Medis di Era
Corona.
UNDP. (2019). MODULE 15: Non-Incineration Treatment and Disposal of Healthcare
Waste.
USAID. (2008). Small-Scale Autoclaves to Manage Medical Waste: A buyer’s guide to
selecting autoclaves manufactured in India.
Nurjannah, C. (2019, April 16). PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 KEGIATAN
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN.
WHO. (2019). Overview of technologies for the treatment of infectious and sharp waste
from health care facilities.