Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 3, Agustus 2020


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

TATALAKSANA PASIEN COVID-19 DENGAN KOMORBID DIABETES


MELLITUS
Stefani Agustin Parapasan*, Rossalia Artasya
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. DR. Ir. Sumatri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng,
Kec. Rajabasa, Kota Bandarlampung, Lampung, Indonesia 35145
*stefaniparapasan8@gmail.com (+6282282429990)

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern
(PHEIC) karena meresahkan dunia akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas penduduk
di seluruh dunia. COVID-19 menyerang semua warga dunia tanpa memandang usia, ras, dan
gender. Orang yang mempunyai komorbid rentan terinfeksi. Pasien COVID-19 dengan
komorbid diabetes berisiko tinggi mengalami ARDS dan kegagalan multi organ yang menjadi
penyebab utama kematian. Literature review ini bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai tatalaksana pasien COVID-19 dengan diabetes. Metode yang digunakan adalah
literature review dari buku, jurnal internasional, maupun website. Sumber pustaka ditelusuri
melalui database NCBI dan Google Scholar dengan kata kunci COVID-19, SARS-Cov-2,
diabetes mellitus, tatalaksana COVID-19 dengan diabetes, tatalaksana COVID-19, tatalaksana
diabetes. Literature yang diperoleh berjumlah 17 artikel dari tahun 2017 hingga 2020. Hasil
literature review menunjukkan bahwa pasien diabetes dengan COVID-19 harus tetap mengikuti
regimen obat-obatan yang sudah diresepkan, mengontrol kadar glukosa secara berkala,
melakukan skrining, dan menjalani gaya hidup yang sehat agar sasaran terapi dapat tercapai.
Strategi pengobatan yang berfokus pada anti inflamasi sebagai pengobatan COVID-19 dan
menjaga respons imun host tetap seimbang menjadi pengobatan terbaik dalam mengeliminasi
COVID-19. Selain itu, penting bagi pasien untuk tetap menggunakan obat yang
direkomendasikan dan mengontrol kadar glukosa darahnya secara berkala di masa pandemi ini.

Kata kunci: COVID-19; diabetes mellitus; tatalaksana

MANAGEMENT OF COVID-19 PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic has been declared a Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) because it is troubling the world due to the high morbidity and mortality
rates of people around the world. COVID-19 affects all citizens of the world regardless of age,
race, and gender. People who have comorbid susceptibility to infection. Covid-19 patients with
comorbid diabetes are at high risk for ARDS and multi-organ failure, which are the main
causes of death. This literature review aims to provide information on the management of
COVID-19 patients with diabetes. The method used is literature reviews from books,
international journals, and websites. Literature sources were searched through the NCBI and
Google Scholar databases with the keywords COVID-19, SARS-Cov-2, diabetes mellitus,
management of COVID-19 with diabetes, management of COVID-19, management of diabetes.
The literature obtained totaled 19 articles from 2017 to 2020. The results of the literature
review show that diabetic patients with COVID-19 must stick to the medication regimen that
has been prescribed, control glucose levels regularly, carry out screening, and live a healthy
lifestyle so that therapeutic goals can be achieved. A treatment strategy that focuses on anti-
inflammatory as a treatment for COVID-19 and keeps the host's immune response in balance is

345
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

the best treatment in eliminating COVID-19. Also, patients need to stick to recommended drugs
and control their blood glucose levels regularly during this pandemic.

Keywords: COVID-19; diabetes mellitus; management

PENDAHULUAN COVID-19 yaitu 1-14 hari, dengan


COVID-19 atau Coronavirus disease 19 gejala yang dirasakan berkisar di hari
merupakan penyakit menular yang ke-3 sampai hari ke-7. Penularan virus
disebabkan oleh virus korona dan ini melalui droplet pasien ketika
dinyatakan sebagai Public Health berbicara, batuk, bersin, dan melalui
Emergency of International Concern kontak atau sentuhan (Safrizal et al.,
(PHEIC)/ Kedaruratan kesehatan 2020).
masyarakat yang meresahkan dunia oleh
WHO pada tanggal 30 Januari 2020. Berdasarkan data 41 pasien COVID-19
Sampai dengan tanggal 19 Agustus di RS Yin Jintan, Cina, gejala yang
2020, COVID-19 sudah menginfeksi paling banyak dirasakan pasien
22.310.331 penduduk di seluruh dunia COVID-19 yaitu demam (89,6%), batuk
dengan jumlah penduduk yang (69,9%), dyspnea (59,6%), dan
meninggal sebanyak 784.397. Penyakit kelelahan (52,3%). Beberapa pasien
ini pertama kali ditemukan di Wuhan, mengalami anoreksia (35,2%), dan diare
Cina pada tahun 2019 yang kemudian (26,4%). Gejala lainnya yaitu sakit
menyebar hingga ke 216 negara kepala, pektoralgia, mual, dan muntah.
(Worldometer, 2020) . Selain itu, semua pasien memiliki
pneumonia dengan temuan abnormal
Virus COVID-19 merupakan virus baru pada CT scan dada, berupa gambaran
yang berasal dari sub family virus bilateral ground-glass opacities (Huang
corona. Selain virus COVID-19, sudah et al., 2020). CDC China
teridentifikasi 7 virus lainnya yang juga mengelompokkan menifestasi klinis
berasal dari sub family virus corona COVID-19 berdasarkan tingkat
yang menginfeksi manusia. Kebanyakan keparahan (The Novel Coronavirus
virus corona hanya menyebabkan ISPA Pneumonia Emergency Response
(infeksi saluran pernapasan atas), tetapi Epidemiology Team, 2020), yaitu: (1)
MERSr CoV (Middle East Respiratory Penyakit ringan jika tidak ada
Syndrome Coronavirus) dan SARSr pneumonia atau pneumonia ringan, (2)
CoV (Severe acute respiratory Penyakit berat jika frekuensi pernapasan
syndrome associated coronavirus) dapat ≥ 30/menit, saturasi oksigen darah
menyebabkan gejala yang lebih parah (SpO2) ≤ 93%, rasio PaO2/FiO2 < 300,
seperti pneumonia dari ringan sampai dan/atau infiltrat paru > 50% dalam 24
berat. Urutan rangkaian RNA COVID- hingga 48 jam, dan (3) Penyakit kritis
19 mirip dengan SARS sebesar 85% jika gagal pernapasan, syok septik,
dan MERS 50% (Lu et al., 2020). dan/atau disfungsi organ multipel
Risiko komplikasi pada SARS dan (MOD) atau kegagalan (MOF).
MERS akibat diabetes cenderung tinggi,
sehingga risiko terjadinya komplikasi Covid-19 lebih banyak menyerang pada
pada COVID-19 akibat diabetes juga orang dewasa, namun tidak menutup
tinggi yang akhirnya dapat kemungkinan jika penyakit ini juga
memperpendek harapan hidup pasien dapat menyerang neonatus, anak-anak,
(Huang et al., 2020). Virus ini dapat dan lanjut usia (Lai et al., 2020). Dari
ditularkan antar manusia. Masa inkubasi 41 pasien yang dirawat di Rumah Sakit

346
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

Jin Yintan, Cina, pasien COVID-19 Literature review ini bertujuan untuk
didominasi oleh laki-laki (71%). memberikan informasi mengenai
Kurang dari setengahnya memiliki referensi tatalaksana pasien COVID-19
komorbid, seperti diabetes (20%), dengan diabetes. Selain itu, literature
hipertensi (15%) dan penyakit review ini dapat memungkinkan
kardiovaskular (15%) (Huang et al., penemuan baru dalam memberikan
2020). Hal ini juga sama terjadi pada terapi pada pasien COVID-19 dengan
pasien yang dirawat di Rumah Sakit diabetes. Jenis penelitian ini adalah
Tongji, Cina, dimana dari 193 pasien tinjauan pustaka dimana hasil dan
COVID-19 yang dirawat, 24,9% di pembahasan didasarkan pada sumber
antaranya memiliki komorbid diabetes ilmiah yang akurat dan valid.
(Yan et al., 2020). RS Wuhan Union
juga melaporkan bahwa penyakit METODE
penyerta pasien COVID-19 yang paling Penulisan artikel ini menggunakan
umum yaitu penyakit kronik, seperti metode studi literature review yang
hipertensi (24,7%) dan diabetes (21,2%) bersumber dari buku, jurnal
(Guo et al., 2020). internasional, dan website. Sumber
pustaka yang digunakan berjumlah 17
Pasien COVID-19 dengan diabetes artikel yang ditelusuri melalui database
cenderung mendapatkan perawatan ICU NCBI dan Google Scholar dengan kata
dan ventilasi mekanis invasif akibat kunci COVID-19, SARS-Cov-2, diabetes
memiliki respons inflamasi sangat berat mellitus, tatalaksana COVID-19 dengan
(Roncon et al., 2020). Selain itu, pasien diabetes, tatalaksana COVID-19,
COVID-19 dengan diabetes memiliki tatalaksana diabetes. Sumber pustaka
prognosis yang buruk sehingga harapan dipilih dengan meninjau judul dan
hidup pasien COVID-19 dengan abstrak yang membahas mengenai
diabetes lebih pendek daripada yang tatalaksana pasien COVID-19 yang
tidak memiliki diabetes. Hal ini terjadi memiliki komorbid diabetes. Sumber
karena COVID-19 menyebabkan pustaka dianalisis dengan metode
disfungsi paru-paru dan inflamasi yang systemic literature review, yaitu dengan
berat. Port entry virus ini adalah cara mengumpulkan informasi
glikoprotein permukaan khusus pada mengenai tatalaksana pasien COVID-19
ACE2, yaitu ―spike‖. ACE2 melimpah dengan diabetes dari literatur dan
di sel alveolar tipe II paru-paru. Jika meinginterpretasikannya sesuai fokus
jumlah ACE2 pada pasien COVID-19 bahasan. Tahun penerbitan sumber
berlebih, tingkat keparahan penyakit pustaka yang digunakan yaitu dari tahun
yang diderita pasien juga meningkat, 2017 hingga 2020.
seperti dapat menyebabkan ARDS,
kerusakan hati, jantung, ginjal, sampai HASIL
menyebabkan kematian (Singh et al., Terapi Pasien COVID-19 dengan
2020). Pasien COVID-19 dengan Komorbid Diabetes
diabetes cenderung dua kali lebih Menurut Burhan et al. (2020), terapi
berisiko untuk menderita gejala yang dapat diberikan kepada pasien
COVID-19 yang berat dan dua kali lipat COVID-19 dengan komorbid diabetes
lebih berisiko meninggal akibat gejala mellitus tipe 1 yaitu dengan cara pompa
tersebut (Kumar et al., 2020). insulin atau insulin basal bolus yang
merupakan regimen yang optimal.
Insulin analog merupakan rekomendasi

347
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

first line, dan terapi insulin harus secara bervariasi dan penggunaan insulin yang
perorangan, sedangkan diabetes mellitus berlebihan. Sasaran terapi pada pasien
tipe 2 dapat diterapi dengan obat rawat inap/ICU yaitu memiliki
antidiabetes non insulin untuk pasien konsentrasi glukosa plasma 4-10
COVID-19 gejala ringan dengan mmol/L (72-180 mg/dL). Untuk pasien
glukosa ringan-sedang. Untuk pasien rentan, target terendah konsentrasi
dengan gejala demam atau sedang glukosa plasma dapat diatur sampai 5
menggunakan terapi glukokortikoid mmol/L (90 mg/dL).
dapat menggunakan insulin sebagai first
line. Insulin intravena digunakan untuk Menurut Singh et al. (2020),
pasien dalam kondisi kritis. Hidroxycloroquine menjadi terapi
diabetes tipe 2 sejak tahun 2014 sebagai
Menurut Bornstein et al. (2020), obat lini ketiga atau keempat di India.
tatalaksana pasien COVID-19 dan Hidroxycloroquine bekerja dengan cara
sindrom metabolik pada pasien rawat meningkatkan pH intraseluler sehingga
jalan bertujuan untuk mencegah menghambat terjadinya degradasi
terjadinya infeksi pada pasien diabetes insulin, dan akhirnya insulin dapat
dengan cara sensitisasi pasien diabetes kembali bersirkulasi secara aktif.
untuk kepentingan kontrol metabolisme Hidroxycloroquine juga dapat
yang optimal, mengoptimalkan terapi mengurangi sitokin proinflamasi secara
dengan regimen yang sudah disesuaikan signifikan sehingga dapat mencegah
dengan kondisi pasien, hati-hati dengan terjadinya badai sitokin. Hal ini
penghentian terapi yang sudah diberikan membuat HCQ (hidroxycloroquine)
secara dini, dan menggunakan menjadi obat yang banyak digunakan
telemedicine jika memungkinkan untuk untuk terapi beberapa penyakit
meningkatkan terapi pasien. Sasaran autoimun, seperti rheumatoid arthritis,
terapi pada pasien rawat jalan yaitu systemic lupus erythematosus, dan
memiliki konsentrasi glukosa plasma 4- sindrom Sjogren’s. Dosis HCQ yang
8 mmol/L (72-144 mg/dL), HbA1c dapat diberikan yaitu 400 mg 1 kali
53 mmol/mol (7%), tercapainya target sehari.
CGM (continous glucose measurement)
/ FGM (flash glucose measurement), HCQ juga menjadi terapi yang banyak
yaitu TIR (time in range) (3,9-10 dipakai di Belgia karena daerah kerja
mmol/L) >70% (>50% pada pasien efektif obat luas dan lebih ekonomis.
rentan dan 70 tahun), dan HCQ direkomendasikan untuk pasien
hipoglikemia (<3,9 mmol/L) <4% (<1% COVID-19 yang dirawat dengan dosis
400 mg 2 kali sehari pada hari pertama,
pada pasien rentan dan 70 tahun. Pada
dan 200 mg 2 kali sehari pada hari ke-2
pasien terinfeksi dengan rawat inap sampai ke-5. HCQ juga dapat
perlu dipantau diabetes onset baru, digunakan sebagai terapi untuk kasus
seperti memantau glukosa plasma, pneumonia COVID-19 ringan sampai
elektrolit, pH, keton, atau - berat. Walaupun HCQ memiliki banyak
hydroxybutyrate. Sedangkan pada manfaat, HCQ juga memiliki efek
pasien rawat ICU yang terinfeksi samping yang berat seperti
dengan diabetes, perlu diberikan terapi menyebabkan perubahan ritme jantung
insulin intravena pada saat kondisi via pemanjangan QTc, yang dapat
berat, seperti ARDS, hiperinflamasi. menjadi eksaserbasi jika obat tersebut
Hindari resorpsi subkutan yang dikombinasi dengan obat-obatan lain

348
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

yang juga memiliki efek yang sama. Hal Strategi pengelolaan kadar glukosa
yang perlu diperhatikan dalam untuk gejala sedang yaitu
memberikan terapi HCQ yaitu jika mempertahankan regimen awal jika
pasien memiliki QTc > 450 m sec, nafsu makan, keadaan mental dan kadar
mengalami hypokalemia/ glukosa pasien dalam batas normal. Jika
hipomagnesemia, defisiensi G6PD, pasien tidak bisa makan secara teratur,
myasthenia gravis, porphyria, epilepsy, obat antidiabetes oral dapat diganti
diabetes yang tidak terkontrol, gagal dengan insulin. Pasien
ginjal, dan sirosis. HCQ tidak direkomendasikan menggunakan terapi
kontrindikasi pada ibu hamil (Institute insulin basal-bolus atau pompa insulin
of Tropical Medicine Antwerp. agar lebih fleksibel dalam mengatur
Universiteit Antewerpen. CHU Saint - kadar glukosa. Untuk pasien dengan
Pierre. Sciensano. AFMPS FAGG., gejala berat dan kritis, strateginya
2020). berupa insulin intravena sebagai lini
pertama. Selain itu, harus diperhatikan
Agar terapi dapat memberikan hasil juga dalam meningkatkan atau
yang maksimal, pasien juga menurunkan proporsi glukosa dan
direkomendasi untuk melakukan gaya insulin dalam larutan penggantian agar
hidup yang sehat, seperti mengonsumsi sesuai dengan hasil pemantauan kadar
makanan bernutrisi, melakukan aktivitas glukosa pasien yang sedang menjalani
fisik, dan check-up secara regular pengobatan continuous renal
(Wang et al., 2020). replacement theraphy (CRRT) untuk
menghindari hipoglikemia dan fluktuasi
Pemantauan glukosa darah glukosa yang berat.
Selain menggunakan terapi obat-obatan,
penting bagi pasien diabetes untuk Menurut Wang et al. (2020), diperlukan
mengontrol kadar glukosanya agar monitor glukosa darah puasa dan
terhindar dari hiperglikemia. Jika pasien postpandrial untuk menjaga kestabilan
diabetes mengalami hiperglikemia, metabolisme pasien secara berkala,
produksi sitokin proinflamasi akan yaitu sebanyak dua sampai tiga kali
berkurang sehingga menginduksi setiap minggunya. Jika pasien
kerusakan fungsi sistem imun pasien, mengalami hiperglikemia (glukosa
baik sistem imun bawaan maupun darah melebihi 13,9 mmol/L secara
adaptif. Sindrom metabolik juga terus menerus) atau gejala berat seperti
merusak fungsi makrofag dan limfosit dehidrasi, pusing, merasa lelah, dan
yang turut membuat sistem imun mual, pasien harus menerima
melemah (Wang et al., 2020). perawatan di rumah sakit.

Menurut Burhan et al. (2020), strategi Skrining Berdasarkan Hasil


pengelolaan kadar glukosa untuk gejala Laboratorium
ringan yaitu meneruskan konsumsi obat Pasien COVID-19 dengan diabetes
antidiabetes oral dan insulin sesuai mempunyai respons inflamasi berat,
dengan regimen awal. Selanjutnya sehingga pasien berisiko mengalami
pasien direkomendasikan untuk cytokine storm dan dapat menyebabkan
meningkatkan frekuensi pengukuran ARDS. Untuk menghindari terjadinya
kadar glukosa darah dan berkonsultasi komplikasi tersebut, perlu dilakukan
mengenai penyesuaian dosis dengan skrining melalui hasil laboratorium,
dokter bila target glukosa tidak tercapai. seperti melakukan pemeriksaan hitung

349
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

platelet, ferritin, sensitivitas protein 5. DPP-4i , tidak direkomendasikan.


reaktif-C, atau kecepatan sedimentasi 6. SGLT-2i, tidak direkomendasikan
eritosit (Bornstein et al., 2020). untuk pasien COVID-19 yang
memiliki reaksi stress pada tingkatan
PEMBAHASAN yang berbeda.
Terapi pasien COVID-19 dengan
komorbid diabetes mellitus Bornstein et al. (2020), juga
Pasien COVID-19 dengan diabetes menyatakan bahwa ada beberapa
harus terus mengonsumsi obat-obatan pertimbangan dalam memberikan terapi
yang sudah diberikan. Untuk pasien obat-obatan karena dapat
dengan gejala COVID-19 ringan, mempengaruhi proses metabolisme
regimen obat-obatan terdahulu harus di pasien, yaitu:
evaluasi dan diikuti sesuai petunjuk. 1. Metformin, jika pasien dehidrasi
Untuk gejala biasa, pasien dapat hentikan penggunaan metformin,
menggunakan injeksi insulin subkutan, karena jika tetap dilanjutkan akan
seperti regimen insulin basal /kerja- menyebabkan tubuh pasien
cepat prandial atau insulin premixed. mengalami asidosis laktat. Selain itu,
Untuk pasien dengan gejala berat, pasien tetap mengikuti sick day
dibutuhkan terapi insulin intravena rules. Selama sakit, perhatikan
(Burhan et al., 2020). fungsi renal dengan cermat karena
berisiko tinggi mengalami chronic
Menurut Burhan et al. (2020), yang kidney disease/gagal ginjal kronis
perlu diperhatikan dari obat-obatan anti maupun acute kidney disease/gagal
diabetes yaitu : ginjal akut.
1. Metformin, tidak direkomendasikan 2. Sodium-glucose-co-transporter 2
untuk pasien dengan gejala inhibitors (SGLT2 inhibitor). Obat-
berat/kritis, dengan gangguan gastro obatan golongan ini termasuk
intestinal atau kekurangan oksigen. canagliflozin, dapagliflozin, dan
2. Sekretagogue dapat digunakan untuk empagliflozin. Pasien yang
pasien dengan gejala ringan atau menggunakan terapi SGLT2
sedang yang menggunakan inhibitor berisiko mengalami
kortikosteroid. Untuk stadium awal dehidrasi dan ketoasidosis
menggunakan agen kerja cepat (short diabetikum selama sakit, sehingga
acting), sedangkan untuk stadium pasien harus berhenti menggunakan
lanjut menggunakan agen kerja obat ini dan mengikuti sick day rules.
sedang/lama jika glukosa plasma Pasien harus menghindari terapi
puasa (FPG; fasting plasma glucose) inisiasi selama menderita gangguan
dan/atau glukosa postprandial (PPG; respirasi. Fungsi renal pasien harus
postprandial glucose) meningkat. diperhatikan dengan cermat pada
3. Penghambat Alfa Glukosidase dapat kasus acute kidney injury.
digunakan untuk mengontrol PPG, 3. Glucagon-like-peptide-1-receptor
tetapi tidak direkomendasikan untuk agonist. Obat-obatan golongan ini
pasien dengan gejala berat/kritis, termasuk albiglutide, dulaglutide,
dengan gejala gastrointestinal. exenatide-extended release,
4. Thiazolidindione dapat digunakan liraglutide, lixisenatide, dan
selama proses pengobatan dengan semaglutide. Diperlukan pemantauan
gluko kortikoid; regimen harus secara ketat pada pasien yang
disesuaikan dengan efek pengobatan. memakai obat ini untuk menghindari

350
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

dehidrasi yang dapat memperparah berkumpul, tidak panik, tidak berhenti


penyakit. Pasien juga perlu diberikan minum obat, dan tidak berperilaku
cairan yang adekuat dan makanan hidup sedentari atau no sedentariness,
secara teratur. ―Five keep, yaitu tetap memakai masker
4. Dipeptidyl peptidase-4-inhibitors. ketika pergi keluar, tetap menjaga
Obat-obatan golongan ini termasuk kebersihan tangan, tetap rutin check-up
alogliptin, linagliptin, saxagliptin, kesehatan jika perlu, tetap hidup teratur,
dan sitagliptin. Obat ini memiliki dan menjaga sikap secara ilmiah
toleransi yang baik dan dapat terhadap COVID-19, serta ―Five
dilanjutkan. refuse”, yaitu menolak berkunjung,
5. Insulin tidak boleh dihentikan menolak makan bersama, menolak
pemakaiannya. Dianjurkan untuk kontak dengan binatang liar, menolak
memantau glukosa secara mandiri rumor, menolak berjabat tangan,
setiap 2-4 jam atau pantau glukosa berpelukan, atau berciuman.
secara kontinyu.
Pemantauan Kadar Glukosa Darah
Pada pasien diabetes tipe 1, jika terjadi Selain mengonsumsi obat-obatan,
peningkatan HbA1c akan menurunkan pasien juga sangat disarankan untuk
respons sistem imun sehingga pasien mengontrol kadar glukosa darahnya.
lebih rentan terkena penyakit menular. Untuk pasien COVID-19 dewasa
Untuk itu, pasien diabetes tipe 1 perlu dengan gejala ringan, target glukosa
dipantau secara intensif serta harus darah puasa 4,4-6,1 mmol/L, dan
mendapatkan terapi suportif untuk glukosa darah 2 jam postprandial atau
mengurangi risiko dekompensasi glukosa darah sewaktu 6,1-7,8 mmol/L.
metabolisme, seperti DKA (Diabeticum Untuk pasien COVID-19 lanjut usia,
acidocis), khususnya untuk pasien yang dengan gejala ringan atau sedang
sedang dalam terapi SGLT2 (sodium menggunakan glukokortikoid, target
glucose co-transporter 2 inhibitors). glukosa darah puasa 6,1-7,8 mmol/L,
Sehingga penting untuk mengedukasi dan glukosa darah 2 jam postprandial
pasien mengenai komplikasi yang atau glukosa darah sewaktu 7,8-10,0
mungkin terjadi, gejala-gejala tipikal, mmol/L. Pada pasien COVID-19
mengukur keton darah atau urin mandiri dengan sakit yang berat, target glukosa
di rumah, acute behavior guidelines, darah puasa 7,8-10,0 mmol/L dan target
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan glukosa darah 2 jam postprandial atau
dan mengikuti sick days rules glukosa darah sewaktu adalah 7,8-13,9
(Bornstein et al., 2020). mmol/L (Wang et al., 2020).

Wang et al. (2020) merekomendasikan Skrining Berdasarkan Hasil


beberapa hal terkait tatalaksana pasien Laboratorium
COVID-19 yang memiliki diabetes, Hasil penelitian Huang et al. (2020)
yaitu pasien harus mempunyai gaya menunjukkan bahwa pasien COVID-19
hidup sehat dengan berpedoman pada dengan diabetes yang dirawat di RS
―Seven Treasures‖, yaitu nutrisi yang Tongji mengalami peningkatan jumlah
seimbang, aktivitas fisik, meneruskan hitung leukosit, neutrofil, sensitivitas
obat-obatan, pemeriksaan glukosa protein C-reaktif, procalcitonin, ferritin,
darah, check-up teratur, dan kesehatan interleukin (IL) 2, IL-6, IL-8, TNF
mental. Pasien juga harus melakukan (tumor necrosis factor), D-dimer,
―Five no‖, yaitu tidak pergi keluar, tidak fibrinogen, lactate dehydrogenase, dan

351
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

NT-proBNP (N-terminal pro-brain pasien. Strategi pengobatan yang


natriuretic peptide). Penelitian Guo et berfokus pada anti inflamasi sebagai
al. (2020) pada pasien RS Wuhan Union pengobatan COVID-19 dan menjaga
juga memiliki kesamaan dengan respons imun host tetap seimbang
penelitian Huang et al. (2020), dimana menjadi pengobatan terbaik dalam
level serum biomarker inflamasi seperti mengeliminasi COVID-19. Pasien
IL-6, preotein C-reaktif, serum ferritin COVID-19 dengan diabetes harus tetap
dan indeks koagulasi, serta D-dimer melanjutkan pengobatan sesuai dengan
mengalami peningkatan secara regimen yang ditetapkan. Pada pasien
signifikan ). diabetes mellitus tipe 1,
direkomendasikan menggunakan insulin
Berdasarkan hasil laboratorium tersebut, basal bolus dengan insulin analog
dapat disimpulkan bahwa penderita sebagai first line dalam terapi,
diabetes memiliki respons inflamasi sedangkan pada pasien diabetes mellitus
yang sangat berat, dan dapat tipe 2, pasien dapat melanjutkan
menyebabkan cytokine storm. Badai regimen obat yang sudah diresepkan,
sitokin merupakan suatu kondisi atau menggunakan insulin jika pasien
pelepasan sitokin pro-inflamasi yang demam atau sedang dalam terapi
tidak terkontrol. Badai sitokin dapat glukokortikoid. Obat-obat anti diabetes
menyebabkan apoptosisnya sel endotel yang diberikan pada pasien disesuaikan
dan epitel paru-paru sehingga jika paru- dengan keadaan metabolisme pasien.
paru mengalami infeksi virus dapat Selain menggunakan obat-obatan,
menyebabkan kebocoran vaskular dan pasien juga perlu mengontrol kadar
edema alveolar dan berlanjut glukosa darah secara berkala, yaitu
mengalami hipoksia, respon sel T sebanyak dua sampai tiga kali setiap
terganggu, akumulasi makrofag, minggunya dan menjalani gaya hidup
berubahnya homeostasis jaringan, dan yang sehat.
ARDS yang menjadi penyebab utama
kematian pasien COVID-19 DAFTAR PUSTAKA
(Channappanavar & Perlman, 2017). Bornstein, S. R., Rubino, F., Khunti, K.,
Oleh karena pasien COVID-19 dengan Mingrone, G., Hopkins, D.,
diabetes berisiko mengalami badai Birkenfeld, A. L., Birkenfeld, A.
sitokin, maka penting untuk melakukan L., Boehm, B., Amiel, S., Holt, R.
skrining melalui hasil laboratorium I. G., Skyler, J. S., DeVries, J. H.,
seperti ditemukannya peningkatan Renard, E., Eckel, R. H., Zimmet,
ferritin, penurunan hitung platelet, P., Alberti, K. G., Vidal, J.,
peningkatan sensitivitas protein reaktif- Geloneze, B., Chan, J. C., Ji, L.,
C, atau kecepatan sedimentasi eritrosit. & Ludwig, B. (2020). Practical
Selain itu, skrining juga dapat recommendations for the
membantu tenaga kesehatan dalam management of diabetes in
mengidentifikasi pasien yang patients with COVID-19. The
mempunyai imunokompromis agar Lancet Diabetes and
pasien bisa mendapatkan terapi yang Endocrinology, 8(6), 546–550.
sesuai (Bornstein et al., 2020). https://doi.org/10.1016/S2213-
8587(20)30152-2
SIMPULAN
Terapi yang sesuai dan komprehensif Burhan, E., Susanto, A. D., Nasution, S.
akan meningkatkan kualitas hidup A., Ginanjar, E., Pitoyo, C. W.,

352
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

Susilo, A., Firdaus, I., Santoso, features of patients infected with


A., Juzar, D. A., Arif, S. K., 2019 novel coronavirus in Wuhan,
Wulung, N. G. H. L., Damayanti, China. The Lancet, 395(10223),
T., Wiyono, W. H., Prasenohadi, 497–506.
Afiatin, Wahyudi, E. R., Tarigan, https://doi.org/10.1016/S0140-
T. J. E., Hidayat, R., Muchtar, F., 6736(20)30183-5
& Tim COVID-19 IDAI (n.d.).
(2020). Protokol Tatalaksana Institute of Tropical Medicine Antwerp.
COVID-19. Universiteit Antewerpen. CHU
https://www.papdi.or.id/pdfs/872/ Saint -Pierre. Sciensano. AFMPS
Versi Cetak Protokol Tatalaksana FAGG. (2020). Interim Clinical
COVID-19-ok.pdf Guidance for Adults with
suspected or confirmed COVID-
Channappanavar, R., & Perlman, S. 19 in Belgium, 1–21.
(2017). Pathogenic human https://www.afmps.be/fr/effet_ind
coronavirus infections: causes and esirable
consequences of cytokine storm Kumar, A., Arora, A., Sharma, P.,
and immunopathology. Seminars Anikhindi, S. A., Bansal, N.,
in Immunopathology, 39(5), 529–
Singla, V., Khare, S., &
539.https://doi.org/10.1007/s0028 Srivastava, A. (2020). Is diabetes
1-017-0629-x mellitus associated with mortality
Coronavirus update (live): 22,310,331 and severity of COVID- 19? A
cases and 784,397 deaths from meta-analysis Diabetes &
COVID-19 virus pandemic - Metabolic Syndrome: Clinical
worldometer. (n.d.). Research & Reviews 14 (2020),
https://www.worldometers.info/co 535-545.
ronavirus/ (accessed August 19, https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.
2020). 04.044

Guo, W., Li, M., Dong, Y., Zhou, H., Lai, C. C., Liu, Y. H., Wang, C. Y.,
Zhang, Z., Tian, C., Qin, R., Wang, Y. H., Hsueh, S. C., Yen,
Wang, H., Shen, Y., Du, K., Zhao, M. Y., Ko, W. C., & Hsueh, P. R.
L., Fan, H., Luo, S., & Hu, D. (2020). Asymptomatic carrier
(2020). Diabetes is a risk factor state, acute respiratory disease,
for the progression and prognosis and pneumonia due to severe
of COVID-19. Diabetes/ acute respiratory syndrome
Metabolism Research and coronavirus 2 (SARS-CoV-2):
Reviews, 2020 (e3319),1-9. Facts and myths. Journal of
https://doi.org/10.1002/dmrr.3319 Microbiology, Immunology and
Infection, 53(3), 404–412.
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., https://doi.org/10.1016/j.jmii.2020
Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, .02.012
G., Xu, J., Gu, X., Cheng, Z., Yu,
T., Xia, J., Wei, Y., Wu, W., Xie, Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang,
X., Yin, W., Li, H., Xiao, Y., Gao, B., Wu, B., Wang, W., Song, H.,
H., Guo, L., Xie. J., Wang, G., Huang, B., Zhu, N., Bi, Y., Ma,
Jiang, R., Gao, Z., Jin, Q., Wang, X., Zhan, F., Wang, L., Hu, T.,
J., & Cao, B. (2020). Clinical Zhou, H., Hu, Z., Zhou, W., Zhao,

353
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 3, Agustus 2020 Hal 345 – 354
Global Health Science Group

L., Chen, J., Meng, Y., Wang, J., other developing countries.
Lin, Y., Yuan, J., Xie, Z., Ma, J., Diabetes & Metabolic Syndrome:
Liu, W. J., & Wa, W. (2020). Clinical Research & Reviews 14
Genomic characterization and (2020),241-246.
epidemiology of 2019 novel https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.
coronavirus: implications for virus 03.011
origins and receptor binding.
Lancet, 2020(395),565–574. The Novel Coronavirus Pneumonia
https://doi.org/10.1016/S0140- Emergency Response
6736(20)30251-8 Epidemiology Team. (2020). Vital
Surveillances: The
Roncon, L., Zuin, M., Rigatelli, G., & Epidemiological Characteristics
Zuliani, G. (2020). Diabetic of an Outbreak of 2019 Novel
patients with COVID-19 infection Coronavirus Diseases (COVID-
are at higher risk of ICU 19) — China, 2020. China CDC
admission and poor short-term Weekly, 41(2), 145–151.
outcome. Journal of Clinical https://doi.org/10.3760/cma.j.issn.
Virology, 127(2020),104354. 0254-6450.2020.02.003
https://doi.org/10.1016/j.jcv.2020.
104354 Wang, W., Lu, J., Gu, W., Zhang, Y.,
Liu, J., & Ning, G. (2020). Care
Safrizal, Z. A., Putra, D. I., Sofyan, S., for diabetes with COVID-19:
& Bimo. (2020). Pedoman Umum Advice from China. Journal of
Menghadapi Pandemi COVID-19. Diabetes, 2020(12), 417–419.
Retrieved from https://doi.org/10.1111/1753-
https://www.kemendagri.go.id/do 0407.13036
cuments/covid-
19/Buku_Pedoman_Covid- Yan, Y., Yang, Y., Wang, F., Ren, H.,
19_KEMENDAGRI.pdf Zhang, S., Shi, X., Yu, X., &
Dong, K. (2020). Clinical
Singh, A. K., Gupta, R., Ghosh, A., & characteristics and outcomes of
Misra, A. (2020). Diabetes in patients with severe covid-19 with
COVID-19: Prevalence, diabetes. BMJ Open Diabetes
pathophysiology, prognosis and Research and Care, 8(1), 1–9.
practical considerations. Diabetes https://doi.org/10.1136/bmjdrc-
and Metabolic Syndrome: Clinical 2020-001343.
Research and Reviews, 14(4),
303–310.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.
04.004
Singh, A. K., Singh, A., Shaikh, A.,
Singh, R., & Misra, A. (2020).
Chloroquine and
hydroxychloroquine in the
treatment of COVID-19 with or
without diabetes: A systematic
search and a narrative review with
a special reference to India and

354

Anda mungkin juga menyukai