Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSRUKTUR

PENGEOLAAN LOMBAH B3 (TL 3121)

Kelompok 3:
120250002 Nofitri Ramadhani Wijaya
120250005 Dendy Dorisca Zagoto
120250009 Igo Valliansyah Putra
120250020 Amanda Putri Amelia
120250027 Arissya Novia Sari
120250033 Andini Nur Anisa. B
120250047 Agita Elisabeth Br Purba
120250049 Sabrina Azima Rahma
120250054 Nartik Purnama Sari
120250087 Pera Lusiana
120250092 Rahmawati Azzahra
120250126 Gabriella Anggi Rencia
Dosen Pengampu:
Firda Cahya Alam, S.Si., M.T.
Aulia Annas Mufti, S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dengan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat dinamis. Perubahan
dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan perubahan dalam kondisi fisik maupun psikis
manusia untuk beradaptasi dengan keadaan dan kondisi yang baru. Perubahan ini tentu dapat
menyebabkan perubahan dalam lingkungan hidup. Tidak hanya lingkungan yang dapat
mempengaruhi manusia melainkan manusia pun menjadi faktor utama yang memengaruhi
lingkungan, sehingga dibutuhkan kepedulian dari manusia terhadap lingkungannya sendiri.
Hal ini dilakukan demi memperoleh lingkungan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
manusia, sehingga hubungan yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya akan tetap
terjaga. Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Aktivitasnya
mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.
Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau kelompok
atau masyarakat dan lingkungan alamnya.
Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau tidak berbahaya
bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan biasanya hal tersebut umumnya
disebabkan oleh perbuatan manusia. Limbah yang termasuk B3 antara lain adalah bahan baku
berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan dan
sisa proses yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan tersebut
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak,
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan sebagai.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Bahan Berbahaya dan Beracun yang
selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Limbah B3 terdiri dari
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat B3 ini sering disebut sampah B3. Sampah B3 ini
dapat dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dan sumber industry (Iswanto dkk, 2016).
1.2 Tujuan
Maksud dari pembuatan laporan ini yaitu untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
merencanakan beberapa hal untuk masing-masing limbah diantaranya sebagai berikut:
1. Menentukan jenis limbah dari bidang Reparasi Kapal Y berdasarkan kode limbah,
kategori bahaya, kategori sumber dan karakteristik limbah.
2. Menentukan jenis limbah dari bidang Reparasi Kapal Y jenis wadah, kapasitas
wadah satuan, jumlah wadah, simbol yang digunakan beserta contoh gambar
wadah yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah


Berdasarkan PP 22 tahun 2021, limbah merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Limbah merupakan bahan buangan yang apabila tidak dikelola dengan baik akan merusak
lingkungan sekitar tempat kita tinggal ataupun makhluk hidup lainnya. Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun atau Limbah B3 merupakan limbah dari sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung bahan yang
berbahaya dan beracun karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya. Dapat
membahayakan secara langsung ataupun tidak langsung, serta dapat merusak dan/atau
mencemarkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan.
Pada tahun 1997 Watts mengatakan di dalam Mukhlisoh 2012, bahwa Limbah B3 dapat
diartikan sebagai limbah padat ataupun kombinasi dari limbah padat dan cair, yang dapat
disebabkan oleh jumlah, konsentrasi, ataupun sifat fisik dan kimia yang dapat memberikan
infeksi sehingga menyebabkan kematian atau penyakit yang tidak dapat pulih. Apabila tidak
dikelola dengan baik tentunya Limbah B3 akan memberikan dampak negatif seperti
kerusakan lingkungan serta kesehatan manusia yang terganggu.

2.2 Sumber Limbah


Limbah B3 dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, dalam PP 22 Tahun 2021 sumber
Limbah B3 terbagi sebagai berikut:
1. Sumber spesifik umum
Limbah B3 yang berasal dari sumber spesifik umum adalah Limbah B3 yang merupakan
limbah dari sisa proses suatu industri dan/atau kegiatan yang spesifik serta dapat
ditentukan.
2. Sumber spesifik khusus
Limbah B3 yang berasal dari sumber spesifik khusus adalah Limbah B3 yang bukan
memiliki efek tunda, berdampak tidak langsung terhadap manusia serta lingkungan hidup,
memiliki karakteristik beracun tidak akut, dan dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar
per satuan waktu.
3. Sumber tidak spesifik
Limbah B3 yang berasal dari sumber tidak spesifik adalah Limbah B3 yang
pada umumnya tidak berasal dari proses utamanya, melainkan berasal dari kegiatan
dan/atau usaha antara lain pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi atau inhibitor
korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan.
2.3 Karakteristik Limbah
Dalam PP 22 Tahun 2021, Limbah B3 dapat digolongkan berdasarkan karakteristiknya
sebagai berikut:
1. Mudah meledak
Limbah dengan karakteristik mudah meledak merupakan limbah yang berada pada suhu
standar yaitu 250C dan tekanan standar yaitu 760 mmHg. Limbah dapat mudah meledak
akibat adanya reaksi kimia atau fisika yang dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dapat dengan mudah merusak lingkungan sekitar.
2. Mudah Menyala/terbakar
Limbah dengan karakteristik mudah terbakar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Limbah cair yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dengan titik nyala
tidak lebih dari 600C. Jika terjadi kontak dengan api, limbah cair akan menyala dan
percikan api berada pada tekanan udara 760 mmHg;
b. Limbah bukan cair berada pada suhu standar yaitu 250 C dan tekanan standar 760
mmHg. Limbah dapat terbakar jika terjadi gesekan dan akan menjadi kebakaran
yang terus menerus apabila telah terbakar;
c. Limbah yang memiliki tekanan mudah terbakar;
d. Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Reaktif
Limbah dengan karakteristik reaktif memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Limbah dengan keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan.
b. Limbah yang akan meledak, menghasilkan gas, maupun uap asap beracun jika
bereaksi hebat dengan air.
c. Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amonia yang pada kondisi Ph antara 2 dan
12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun.
d. Limbah yang akan mudah meledak atau bereaksi pada suhu standar 250 C dan
tekanan standar 760 mmHg.
e. Limbah yang akan terbakar jika melepas atau menerima oksigen maupun limbah
organik peroksida yang tidak stabil pada keadaan suhu yang tinggi.
4. Korosif
Limbah dengan karakteristik korosif salah memiliki sifat yang dapat menyebabkan iritasi
atau bahkan rasa terbakar pada kulit, dapat menyebabkan pengkaratan pada lempengan
baja.
5. Infeksius
Limbah dengan karakteristik infeksius dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia,
hal ini diakibatkan oleh limbah yang terdapat kandungan kuman penyakit yang dapat
menular. Penularan dapat terjadi dari limbah laboratorium yang tidak diolah maupun
pada pembersihan jalan dan masyarakat di sekitar pembuangan limbah.
6. Beracun
Limbah dengan karakteristik beracun merupakan limbah yang mengandung bahan
pencemar beracun bagi manusia dan lingkungan. Limbah beracun ini dapat
menyebabkan berbagai penyakit hingga kematian bahkan kerusakan lingkungan yang
parah (Suhadi, 2012)

2.4 Pengelolaan Limbah B3


Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah, hal ini
bertujuan agar mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan pada lingkungan hidup, kesehatan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan ini terdiri dari kegiatan identifikasi limbah
B3/penetapan limbah B3, pemberian simbol, pemberian label, dan penyimpanan.
2.4.1 Penetapan Limbah B3
Penetapan limbah B3 dilakukan untuk mengetahui apakah limbah tersebut benar benar
masuk dalam kategori limbah B3 atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut maka
dilakukan beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahapan atau proses yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Limbah B3 Berdasarkan Sumbernya.
b. Limbah B3 Berdasarkan Karakteristik

2.4.2 Penyimpanan Limbah B3


Penyimpanan ini hanya bersifat sementara dan harus diletakkan pada TPS limbah B3
yang telah tersedia. Penyimpanan ini dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan
tujuan agar limbah tersebut tidak dibuang sembarangan atau tercecer yang meliputi
pengambilan, pengumpulan dan pengemasan.
2.4.3 Pemberian Simbol dan Label
Simbol dan label limbah B3 berfungsi untuk menunjukan klasifikasi limbah B3 yang
disimpan dalam suatu kemasan baik itu berupa drum atau kotak. Pemasangan simbol
dan label juga berfungsi agar limbah tersebut tidak tercampur dan memudahkan pada
saat peletakan dikarenakan tidak semua jenis limbah B3 yang dapat digabung menjadi
satu tempat, selain itu juga berfungsi memudahkan penanggulangan bahaya jika
sewaktu-waktu terjadi kecelakaan.

2.4.4 Pengangkutan Limbah B3


Pengangkutan limbah B3 bertujuan untuk mengangkut limbah B3 ke tempat
pengelolaan limbah B3 akhir untuk dilakukan pemanfaatan kembali, pengelolaan
kembali dan penimbunan. Kerjasama dengan pihak 3 yang memiliki ijin untuk
melakukan pengangkutan limbah B3 harus mengikuti ketentuan dan persyaratan yang
terdapat pada PP 22 tahun 2021.
Ketentuan dan persyaratan adalah seperti berikut ini :
a. Berbadan Usaha
Pihak 3 yang akan melakukan pengangkutan limbah B3 harus berupa badan usaha.
b. Memiliki Izin Pengangkutan Limbah B3
Pihak 3 harus memiliki izin atau rekomendasi dalam pengangkutan limbah B3
yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
c. Dokumen Pengangkutan Limbah B3
Pihak 3 harus memiliki dokumen pengangkutan limbah B3 seperti jenis alat angkut
yang digunakan, jumlah alat angkut yang digunakan, sumber limbah B3 yang
diangkut, karakteristik limbah B3 yang diangkut, prosedur penanganan keadaan
darurat, peralatan penanganan darurat, dan prosedur bongkar muat Limbah B3.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Kode, Kategori Bahaya, Sumber dan Karakteristik


Tabel 3.1 Jenis Limbah dari Bidang Respirasi Kapal Y
Nama Limbah Kode Kategori Kategori
No. Karakteristik
B3 Limbah Bahaya Sumber
1. Majun B110d 2 Tidak Spesifik Mudah Terbakar
2. Kaleng Cat B104d 2 Tidak Spesifik Beracun
3. Oli/Pelumas B105d 2 Tidak Spesifik Beracun dan Mudah
Terbakar
4. Masker A337-1 1 Tidak Spesifik Mudah Terbakar
5. Sarung Tangan A337-1 1 Tidak Spesifik Mudah Terbakar
6. Baterai Bekas B355-2 2 Spesifikasi Beracun
Umum
7. Pasir B323-1 2 Spesifikasi Beracun
Sandblasting Umum
8. Potongan Besi - - - -

Dari hasil identifikasi dengan mengacu pada PP nomor 22 tahun 2021 Lampiran IX
dan X mengenai jenis komposisi limbah B3 dari bidang Reparasi Kapal Y, didapatkan data
bahwa terdapat 5 komponen kategori bahaya tingkat 2 dan 3 kategori bahaya tingkat 1.

Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husein menyatakan slag dan scrap (potongan
besi) yang merupakan limbah dari industri baja, tidak termasuk ke dalam limbah B3. Selain
itu, berdasarkan HS Code 7204100000 [Limbah Non-B3] sisa dan skrap dari besi tuang
menyatakan Limbah Non-B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang tidak mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun.

Karakteristik dari Limbah B3 dari bidang Reparasi Kapal Y yaitu Mudah terbakar dan
beracun. Limbah sandblasting dikategorikan sebagai limbah B3 karena pada limbah tersebut
terindikasi mengandung sejumlah logam berat yang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan dan lingkungan. Selain itu, Kain majun bisa dikatakan termasuk limbah
pabrik atau sampah pabrik hasil buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi garment.
3.2 Identifikasi jenis Wadah, Jumlah Wadah, Simbol, dan Label
Tabel 3.2 Jenis Limbah dari Bidang Respirasi Kapal Y
Kapasitas
Tiap
Nama Timbulan Jenis Gambar Jumlah
Wadah
No Limbah B3 (m3) Wadah Wadah1 Wadah Simbol2 Label
yang
digunakan
Kapasitas
satu drum
Drum plastik 15
1. Majun 2,94
Plastik adalah wadah
200L atau
0,2 m3
Kapasitas
satu
1
2. Kaleng Cat 47,2 Kontainer container
wadah
adalah 85
m3
Kapasitas
satu drum
Drum 15
3. Oli/pelumas 2,9 adalah
Logam wadah
200L atau
0,2 m3
Kapasitas
satu jumbo
1
4. Masker 3 Jumbo bag bag adalah
wadah
500KL atau
500 m3
Kapasitas
satu drum
Sarung Drum plastik 20
5. 4
Tangan Plastik adalah wadah
200L atau
0,2 m3
Kapasitas
satu drum
Baterai Drum plastik 10
6. 2
Bekas Plastik adalah wadah
200L atau
0,2 m3
Kapasitas
satu
kontainer
Pasir 4
38 Kontainer adalah
sandblasting wadah
10.000 L
atau 10
m3
Kapasitas
satu drum
Potongan Drum 1
8. 0,2 adalah
besi Logam wadah
200L atau
0,2 m3

3.3 Perencanaan TPS B3


3.3.1 Limbah Majun
Majun (Mudah Terbakar)
Timbulan m3 2.94
Jumlah Wadah Buah 15
Kapasitas Wadah Liter 200
D (meter) 0.6
Drum Plastik
T (meter) 1
Lebar Palet m 1.2
Jumlah Palet Buah 4
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 2
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 16
Keterangan Luas TPS :
• P=5m
• L = 3.2 m
3.3.2 Limbah Sarung Tangan
Sarung Tangan (Mudah Terbakar)
Timbulan m3 4
Jumlah Wadah Buah 20
Kapasitas Wadah Liter 200
D (meter) 0.6
Drum Plastik
T (meter) 1
Lebar Palet m 1.2
Jumlah Palet Buah 5
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 2.5
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 21.76
Keterangan Luas TPS :
• P = 6.8 m
• L = 3.2 m
3.3.3 Limbah Baterai
Baterai (Beracun)
Timbulan m3 2
Jumlah Wadah Buah 10
Kapasitas Wadah Liter 200
D (meter) 0.6
Drum Plastik
T (meter) 1
Lebar Palet m 1.2
Jumlah Palet Buah 2.5
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 1.25
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 17.92
Keterangan Luas TPS :
• P = 5.6 m
• L = 3.2 m
3.3.4 Limbah Masker
Masker (Mudah Terbakar)
Timbulan m3 3
Jumlah Wadah Buah 1
Kapasitas Wadah Liter 2000
P (meter) 1
Jumbo Bag T (meter) 2
L (meter) 1
Lebar Palet m 2
Jumlah Palet Buah 5
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 0.2
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 7.48
Keterangan Luas TPS :
• P = 3.4 m
• L = 2.2 m
3.3.5 Limbah Oli/Pelumas
Oli/Pelumas (Beracun/Mudah Terbakar)
Timbulan m3 2.9
Jumlah Wadah Buah 15
Kapasitas Wadah Liter 200
D (meter) 0.6
Drum Logam
T (meter) 1
Lebar Palet m 1.2
Jumlah Palet Buah 4
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 1.875
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 16
Keterangan Luas TPS :
• P=5m
• L = 3.2 m

3.3.6 Pasir Sandblasting


Pasir Sandblasting (Beracun)
Timbulan m3 38
Jumlah Wadah Buah 4
Kapasitas Wadah Liter 38300
D (meter) 4
Kontainer T (meter) 1.75
L (meter) 1.75
Lebar Palet m 3.5
Jumlah Palet Buah 5
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 0.8
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 52.8
Keterangan Luas TPS :
• P = 9.6 m
• L = 5.5 m
3.3.7 Kaleng Cat
Kaleng Cat (Beracun)
Timbulan m3 47.2
Jumlah Wadah Buah 5
Kapasitas Wadah Liter 10000
D (meter) 4
Kontainer T (meter) 1.75
L (meter) 1.75
Lebar Palet m 1.75
Jumlah Palet Buah 5
Jumlah Tumpukan Tumpuk 2
Jumlah Baris Baris 1
Jarak antar Blok m 0.6
Jarak ke Tembok m 1
Total Ruangan m2 212.8125
Keterangan Luas TPS :
• P = 11.35 m
• L = 18.75 m
3.4 Kebutuhan Ventilasi
Lebar Panjang Luas Luas Kebutuhan
Tinggi (m)
(m) (m) (m2) Ventilasi (m2)
Ruang
(diambil yang
a b c d
tertinggi)
Majun 3.2 5 5.5 16 1.6
Sarung Tangan 3.2 6.8 5.5 21.76 2.176
Baterai 3.2 5.6 5.5 17.92 1.792
Masker 3.2 5 5.5 16 1.6
Oli/Pelumas 3.2 5 5.5 16 1.6
Pasir
5.5 9.6 5.5 52.8 5.28
Sandblasting
Kaleng Cat 5.5 0 0
3.5 Kebutuhan Detektor
Dimensi Ruang dalam TPS B3 Jumlah detektor minimal Pembulatan
Luas Ruang 125.48 3.409782609 23

Keterangan :
• 36.8 m2 diperlukan 1 detektor kebakaran sesuai dengan Permen No. 2 tahun 1983.
3.6 Jumlah Lampu
Lebar (m) Panjang (m)
Ruang Jumlah Lampu
a b
Majun 3.2 5 1
Sarung Tangan 3.2 6.8 2
Baterai 3.2 5.6 2
Masker 3.2 5 1
Oli/Pelumas 3.2 5 1
Pasir Sandblasting 5.5 9.6 4
Kaleng Cat 0
Keterangan :
• Dengan kemampuan pencahayaan berbeda per ruangan sesuai kebutuhan setiap
bahan
3.7 Jumlah Jendela atau Penerangan Alami

Dimensi Ruang dalam TPS B3 Jumlah Penerangan Alami Minimal

Luas (m2) 125.48 13

3.8 Standar Operasional Prosedur


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengolahan Limbah B3 Reparasi Kapal

No. Dok : 01 Tgl. Diterbitkan: 1 Oktober 2022


No. Rev : 01 Tahun 2022 Tgl. Kaji Ulang : 6 Oktober 2022
Paraf:

1. Ruang Lingkup Prosedur ini menetapkan pengolahan limbah B3 yang dihasilkan oleh unit
kerja dari bidang reparasi kapal yang menjadi tolak ukur penyimpanan.
2. Maksud dan Tujuan ➢ Maksud dari pembuatan Standar Operasional Prosedur ini adalah
untuk menjamin dan mengetahui kondisi lingkungan wilayah
pengumpulan serta penyimpanan limbah B3 diwilayah tersebut.
➢ Tujuan dibuatnya Standar Operasional Prosedur yaitu guna menjadi
acuan dasar adanya kegiatan yang terjadi di wilayah tempat
penyimpanan reparasi kapal tersebut, agar dalam pengolahan limbah
B3 akan tertib dan aman baik dari segi kesehatan maupun Lingkungan.
3. Kebijakan 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 6 Tahun
2021 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 294).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 32).
4. Istilah dan Definisi a. Bahan Berbahaya dan Beracun atau sering disingkat dengan B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain. Definisi ini tercantum dalam Undang – Undang
RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan peraturan – peraturan lain di bawahnya.
b. Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 limbah B3 adalah sisa suatu
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dan didalamnya terkandung zat
atau komponen lain yang karena karakteristiknya dapat merusak,
membahayakan kesehatan serta kelangsungan makhluk hidup.
c. Simbol dan label limbah B3 berfungsi untuk menunjukan klasifikasi
limbah B3 yang disimpan dalam suatu kemasan, pelabelan berfungsi
juga agar limbah tersebut tidak tercampur dan memudahkan pada saat
peletakan karena tidak semua jenis limbah B3 yang dapat digabung
menjadi satu tempat.
d. Waktu pengemasan, jumlah, serta karakteristik Limbah B3.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah Setiap bahan yang karena
sifat dan konsentrasi, jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi)
adalah tenaga ahli yang mempunyai kompetensi khusus di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMKK yang dibuktikan dengan
Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi.

5. Limbah B3 Reparasi 1. Majun


Kapal 2. Kaleng Cat
3. Oli/pelumas
4. Masker
5. Sarung Tangan
6. Baterai Bekas
7. Pasir sandblasting
8. Potongan besi
6. Penanggulangan Prosedur;
Limbah B3 Reparasi 1) Pewadahan
Kapal a. Menggunakan tangki sebagai wadah limbah.
b. Menggunakan simbol cairan mudah terbakar, reaktif, dan beracun
pada kemasan limbah.
c. Kemasan limbah harus berada dalam kondisi yang baik, tidak
bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
2) Penyimpanan
a. Menggunakan tangki, kontainer, dan/atau silo.
b. Durasi penyimpanan oli bekas adalah selama 365 hari sejak limbah
dihasilkan jika jumlah yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari.
3) Pengumpulan limbah B3 reparasi kapal dikumpulkan pada tempat
pengumpulan. Pengumpulan dapat diserahkan kepada pihak
pengumpul limbah B3. Pengumpul dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Melakukan pemanfaatan dan/atau pengolahan limbah B3 terhadap
sebagian atau seluruh limbah B3 yang dikumpulkan.
b. Menyerahkan limbah B3 yang dikumpulkan kepada pengumpul
limbah B3 lainnya.
c. Melakukan pencampuran limbah B3.
4) Pengangkutan
a. Menggunakan troli
b. Oli/pelumas bekas ditempatkan dalam bak permanen dan tertutup.
c. Wadah oli/pelumas bekas dilengkapi dengan label dan simbol
cairan mudah terbakar
d. Orang yang melakukan kegiatan pengangkutan wajib menggunakan
alat pelindung diri yang sesuai dengan ketentuan
e. Alat pengangkutan harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari
dengan menggunakan desinfektan yang tepat seperti senyawa
klorin, formaldehida, fenolik, dan asam
5) Pemanfaatan
Pemanfaatan oli/pelumas bekas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Sebagai substitusi sumber energi dan bahan baku seperti semen
2) Sebagai bahan baku yaitu pada industri daur ulang oli bekas.
7. Jangka waktu Adapun jangka waktu penyimpanan limbah B3
penyimpanan 1) 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah
Limbah B3 B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau
lebih
2) 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram)
per hari untuk Limbah B3 kategori 1
3) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan sumber spesifik umum
4) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus,
BAB IV

4.1 Metode Pengangkutan dan Moda Transportasi yang Digunakan


No. Nama Limbah B3 Jenis Pewadahan Metode Pengangkutan Transportasi
1. Majun Drum Plastik Alat Angkut Darat Truk
2. Kaleng Cat Kontainer Alat Angkut Darat Truk
3. Oli/Pelumas Drum Logam Alat Angkut Darat Truk
4. Masker Jumbo Bag Alat Angkut Darat Truk
5. Sarung Tangan Drum Plastik Alat Angkut Darat Truk
6. Baterai Bekas Drum Plastik Alat Angkut Darat Truk
7. Pasir Sandblasting Kontainer Alat Angkut Darat Truk
8. Potongan Besi Drum Logam Alat Angkut Darat Truk

1) Metode Pengangkutan
Pada bidang reparasi kapal Y ini, Metode pengangkutan limbah B3 yang wajib dilengkapi
dengan rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan meliputi :
➢ Pengangkutan limbah B3 (baik yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 atau
Pengangkut Limbah B3) yang dilakukan dalam tapak proyek yang sama namun
melewati jalan umum (lihat Gambar Pola 3);

Penggunaan metode pengangkutan pola 3 ini dikarenakan bidang reparasi kapal Y di


rencanakan membuat tempat pembuangan sementara limban B3 seperti pada perencanaan
di bab III. Dengan begitu, pengangkutan di lakukan di daerah tapak proyek namun tetap
melewati jalan umum.
2) Moda Transportasi
Berdasarkan Pedoman Penerbitan Rekomendasi Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun (Limbah B3) (KLHK,2015), Pengangkutan limbah B3 wajib menggunakan
alat angkut yang dikhususkan untuk mengangkut limbah B3, kecuali kapal laut.
Pengangkutan limbah B3 di darat harus menggunakan alat angkut mobil roda 4 (empat)
atau lebih, kecuali pengangkutan limbah B3 infeksius dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk alat angkut darat limbah B3, pemberian simbol wajib memenuhi persyaratan:
✓ Foto alat angkut berwarna (colour) dari depan, belakang, kiri dan kanan
✓ Terlihat identitas nama perusahaan (ditulis nama lengkap dan bukan singkatan) di
kanan, kiri, depan dan belakang
✓ Nomor telepon perusahaan wajib tercantum permanen (nomor yang dapat dihubungi
apabila terjadi kecelakaan) di sebelah kanan dan kiri kendaraan

Gambar 4.2 Penempatan simbol limbah B3 pada truk


Gambar 4.2 Pemberian simbol limbah B3 pada truk
Kegiatan pengangkutan limbah B3 yang tidak memerlukan rekomendasi pengangkutan
limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, wajib memenuhi persyaratan
teknis pengangkutan limbah B3, antara lain:
1. Menggunakan alat angkut khusus untuk pengangkutan limbah B3 dan dalam keadaan
laik jalan
2. Menggunakan alat angkut tertutup ketika melakukan pengangkutan limbah B3
kategori bahaya 1
3. Melekatkan simbol limbah B3 terhadap alat angkut limbah B3 yang digunakan untuk
alat angkut darat;
4. Melakukan pengemasan limbah B3 yang diangkut sesuai dengan ketentuan mengenai
pengemasan limbah B3 dan melekatinya dengan simbol dan label limbah B3
5. Memperhatikan kompatibilitas limbah B3.

4.2 Tata Cara Pelaporan dan Formular yang digunakan


Tata cara pelaporan limbah B3 menurut sumber KLHK terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Manifest
Manifest adalah surat yang diberikan pada waktu limbah B3 diserahkan untuk diangkut
dari lokasi penghasil ke tempat penyimpanan / pegumpulan / pengolahan / pemanfaatan /
penimbunan yang berada di luar lokasi penghasil. Manifest hanya bisa diterbitkan oleh
perusahaan pengangkut atau transporter limbah B3 yang berijin. Manifest ini wajib
didaftarkan oleh transporter limbah B3 di di Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (“KLHK”). Manifest wajib diisi oleh semua pihak yang terkait dengan
kegiatan pengelolaan limbah B3 yang diangkut, yaitu penghasil, pengangkut, dan
pengolah / pengumpul / pemanfaat / penimbun.

2. Festronik
festronik adalah dokumen pemantauan kegiatan pengelolaan limbah B3. Namun,
festronik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan manifest fisik. Contohnya,
festronik dapat diakses melalui semua perangkat eletronik yang memililki Web browser
seperti Chrome, Mozilla, dan lainnya, sehingga pelaporan dan pemantauan dapat
dilakukan dengan lebih mudah, lebih terintegrasi dan secara langsung. Semua pihak
yang menggunakan festronik harus terdaftar di dalam sistem KLHK.
3. Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup (“Simpel”)
SIMPEL atau Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup adalah sistem
yang mengatur secara elektronik mekanisme pelaporan pelaksanaan rencana pengelolaan
lingkungan hidup, rencana pemantauan lingkungan hidup, pelaksanaan ijin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, dan penerapan baku mutu.
Sama seperti festronik, SIMPEL adalah transformasi dari pelaporan manual ke dalam
bentuk pelaporan elektronik, sehingga pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pemenuhan tanggung jawab ijin lingkungan hidup dapat melaporkan semua kegiatan
pelaksanaan dan pemantauannya dengan mudah.

Jenis pelaporan yang terdapat di dalam SIMPEL adalah:


• Logbook dan neraca limbah B3 per triwulan
• Laporan UKL/UPL per semester
• Laporan Pengendalian Pencemaran Udara (atau PPU) per semester
• Laporan Pengendalian Pencematan Air (atau PPA) per semester
Format Formulir Laporan Pengangkutan

No Jenis Limbah B3 Tanggal Sumber Jumlah Tujuan Tanggal Jumlah Bukti Jumlah
Yang Di Angkut Pengangkutan Limbah Limbah Penyerahan Diterimanya Limbah B3 Nomor Barcode
Limbah B3 B3 B3 Yang Limbah Limbah B3 Yang Dokumen Yang
Di Angkut Ditujuan Diserahkan Digunak
an
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J)
1 B110d - Majun 20 Mei 2022 PT YY 6.90 Ton PT XX 22 Mei 2022 6.90 Ton 00111 1 Set
2 B104d – Kaleng Cat 20 Juni 2022 PT YY 0.69 Ton PT XX 22 Juni 2022 0.69 Ton 00222 1 Set
3 B105d - Oli/Pelumas 25 Juni 2022 PT YY 2.62 Ton PT XX 27 Juni 2022 2.62 Ton 00333 1 Set
Bekas
4 A337-1 - Masker 10 Juli 2022 PT YY 0.41 Ton PT XX 12 Juli 2022 0.41 Ton 00444 1 Set

5 A337-1 – Sarung 15 Juli 2022 PT YY 19.65 Ton PT XX 17 Juli 2022 19.65 Ton 00555 1 Set
Tangan
6 B355-2 – Baterai 20 Agustus PT YY 0.75 Ton PT XX 22 Juli 2022 0.75 Ton 00666 1 Set
Bekas 2022
7 Potongan Besi 30 September - - - - - - -
2022
8 B323-1 – Pasir 15 Oktober PT YY 0.37 Ton PT XX 17 Oktober 0.37 Ton 00777 1 Set
Sandblasting 2022 2022
A. Standar Pengangkutan
1. SOP tata cara muat sesuai dengan jenis dan karakteristik Limbah B3 yang akan
diangkut
SOP berupa dokumen yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan
diberikan stempel perusahaan, mengikuti format sistem mutu).
a) SOP tata cara muat merupakan 1 (satu) dokumen terpisah.
b) SOP tata cara muat merupakan dokumen resmi perusahaan, SOP setidaknya
memuat tentang bagaimana cara muat Limbah B3 ke dalam alat angkut, mulai dari
penentuan titik muat, cara memindahkan untuk masing-masing jenis kemasan
Limbah B3 yang digunakan termasuk alat bantunya (jika ada), dan tata letak
berbagai kemasan Limbah B3 yang digunakan dalam setiap jenis alat angkut.
2. SOP tata cara bongkar sesuai dengan jenis dan karakteristik Limbah B3 yang akan
diangkut
SOP berupa dokumen yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan
diberikan stempel perusahaan, mengikuti format sistem mutu).
a) SOP tata cara bongkar merupakan 1 (satu) dokumen terpisah.
b) SOP tata cara bongkar merupakan dokumen resmi perusahaan, SOP setidaknya
memuat tentang bagaimana cara bongkar atau memindahkan Limbah B3 sesuai
dengan jenis/berbagai kemasan Limbah B3 yang digunakan dan menyebutkan alat
bantu pembongkaran (jika ada) dari setiap jenis alat angkut ke tempat/titik
bongkar yang telah ditentukan oleh penerima Limbah B3
3. SOP penanganan dalam keadaan darurat sesuai dengan jenis dan karakteristik Limbah
B3 yang akan diangkut
SOP berupa dokumen yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan
diberikan stempel perusahaan, mengikuti format sistem mutu
a. SOP penanganan dalam keadaan darurat merupakan 1 (satu) dokumen terpisah.
b. SOP penanganan dalam keadaan darurat merupakan dokumen resmi perusahaan.
SOP setidaknya memuat tentang bagaimana cara penanganan setiap keadaan
darurat yang berpotensi terjadi pada saat proses pengangkutan Limbah B3. Mohon
disebutkan peralatan yang digunakan untuk setiap kondisi darurat
Format SOP

PROSEDUR PENGANGKUTAN LIMBAH B3


PT. LB3 KAPAL Y
No Dokumen : 01/PTF/PTLBFJ No Revisi : 0 HALAMAN 1 DARI 2

Ditetapkan di Bandar Lampung


Direktur PT. LB3 Kapal Y
SPO Tanggal Terbit : 7 Desember 2022

Andini Nur Anisa B, S.T., M.T., Ph.D


Pengertian Suatu cara atau langkah-langkah dalam melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3
1. Keputusan Direktur PT. LB3 Kapal Y Nomor :123456 Tentang Kebijakan Pelayanan
2. Keputusan Direktur PT. LB3 Kapal Y Nomor :123456 Tentang Kebijakan K3
Kebijakan 3. Keputusan Direktur PT. LB3 Kapal Y Nomor :123456 Tentang Pemberlakuan Panduan
Pengelolaan Limbah B3
Prosedur 1. Siapkan alat troli pengangkut limbah dan alat pelindung diri (sarung tangan, celemek, masker,
Prosedur helm dan sepatu kerja)
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Bawa semua alat ke lokasi
4. Wadah yang digunakan adalah drum plastic, drum logam, container dan jumbo bag.
5. Pengambilan dilakukan apabila wadah sudah penuh, maka petugas yang ada diruangan
tersebut menelpon petugas limbah B3 untuk mengambil limbah B3 tersebut.
6. Pengumpulan yang dilakukan mengikuti rute yang telah di tentukan
7. Kontainer yang kotor langsung dicuci.
8. Troli yang berisi limbah B3 langsung menuju tempat penyimpanan sementara limbah B3
9. Limbah yang dihasilkan berupa :
Majun, Kaleng Cat,Oli/pelumas,Masker,Sarung Tangan,Baterai Bekas,Pasir sandblasting,
Potongan besi
10. Lakukan pencatatan limbah b3 yang masuk dan keluar

Bagian Terkait 1. Petugas House Keeping


2. Petugas Limbah
3. Petugas Sanitasi
DAFTAR PUSTAKA
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun,
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Sampah. 2015. PEDOMAN
PENERBITAN REKOMENDASI PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3). Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
Iswanto, dkk, (2016). Generation of Household Hazardous Solid Waste and Potential
Impacts on Environmental Health in Sleman Regency Yogyakarta. Jurnal Manusia
dan Lingkungan.
Suhadi, 2012 Mengawal limbah bahan berbahaya danberacun di kawasan sekaran untuk
masadepan yang lebih baik. Indonesian Journal of Conservation.
Pemerintah Republik Indonesia. Lampiran II Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2021. 2021.

Anda mungkin juga menyukai