Anda di halaman 1dari 34

IDENTIFIKASI

Dosen Pengampu :
MASALAH YANG Prof. Dr. Pranoto, M.Sc, C.EIA, C.WS
MENUNJANG Kelompok 1 :
ANALISIS Fauzi Azwin Aziz M0319026
LIMBAH Nandy Ismu Hendrayana
Arfa Khoirun Nisa
M0319050
M0320012
INDUSTRI Hanifah Azzahra M0320036
Nisa Asvadia M0320054
TERMASUK Sevi Ema Febyana M0320074
LIMBAH B3 Yusuf Rizky Aldeyan M0320088
Latar Belakang

Rumusan Masalah
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
LATAR BELAKANG
Air limbah/buangan merupakan kombinasi dari cairan dan sampah-sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perkotaan, perdagangan, dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada
(Rahmat dan Mallongi, 2018). Sedangkan menurut Khaliq (2015), Air limbah
merupakan bahan buangan yang berbentuk cair yang mengandung bahan kimia
yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya, sehingga air limbah tersebut harus
diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan, air
limbah yaitu air dari suatu daerah pemukiman, perkantoran dan industri yang telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk
menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.
Rumusan Masalah Tujuan
1. Mengetahui dan memahami penyelesaian
1. Bagaimana identifikasi limbah tanah bahan
terkait identifikasi limbah bahan berbahaya
berbahaya dan beracun (B3) secara fisika dan
dan beracun (B3) secara fisika dan kimia.
kimia?
2. Mengetahui dan memahami penyelesaian
2. Bagaimana identifikasi limbah bahan terkait identifikasi limbah bahan berbahaya
berbahaya dan beracun (B3) oleh hewan serta dan beracun (B3) oleh hewan serta
mikrobiologi? mikrobiologi.
3. Mengetahui dan memahami penyelesaian
3. Bagaimana identifikasi limbah bahan
terkait identifikasi limbah bahan berbahaya
berbahaya dan beracun (B3) oleh tanaman?
dan beracun (B3) oleh tanaman..
TINJAUAN PUSTAKA
A. Limbah Industri
Limbah adalah bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi dari hasil kegiatan manusia baik pada
skala rumah tangga, industri, maupun pertambangan. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan dan terhadap kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan yang tepat terhadap
limbah. Limbah hasil industri menjadi salah satu persoalan serius di era industrialisasi. Oleh karena itu, pengolahan
limbah harus dilakukan sedari dini ketika proses produksi terjadi. Artinya, pengolahan limbah harus dilakukan dari hulu
sampai hilir karena jika ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap pencemaran akan berakibat fatal. Beberapa cara pun
dapat dilakukan terkait urgensi atas limbah industri yang kian hari semakin banyak, yaitu.
1. Reduce, prinsip reduce adalah meminimalisasi limbah, terutama hasil akhir proses produksi dari suatu industri.
2. Reuse, prinsip reuse adalah upaya pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan selama proses produksi dari suatu
industri.
3. Recycle, prinsip recycle adalah proses daur ulang dari limbah yang telah dihasilkan sehingga bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan lain tanpa mengurangi produksi.
TINJAUAN PUSTAKA

B. Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3
(Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2014). Jenis limbah B3 walaupun dalam jumlah atau konsentrasi yang sangat kecil akan
tetapi tetap mengandung bahan berbahaya beracun/B3. Jenis limbah ini antara lain adalah batu baterai bekas, neon dan bohlam
bekas, kemasan cat, kosmetik. atau pelumas kendaraan yang umumnya mengandung bahan-bahan yang menyebabkan iritasi atau
gangguan kesehatan lainnya contohnya seperti logam merkuri yang terkandung di dalam batu baterai pada umumnya (Astuti,
2010 ).

C. Kualitas Air
Air merupakan kebutuhan terpenting kedua bagi kehidupan untuk eksis setelah udara.  Akibatnya, kualitas air telah
dijelaskan secara luas dalam literatur ilmiah.  Definisi kualitas air yang paling populer adalah “itu adalah karakteristik fisik, kimia,
dan biologis air”.  Kualitas air adalah ukuran kondisi air relatif terhadap persyaratan satu atau lebih spesies biotik dan/atau
kebutuhan atau tujuan manusia. Berdasarkan sumbernya, air dapat dibedakan menjadi air tanah dan air permukaan.  Kedua jenis air
tersebut dapat terkena resiko kontaminasi dari kegiatan pertanian, industri, dan domestik, yang dapat mencakup berbagai jenis
polutan seperti logam berat, pestisida, pupuk, bahan kimia berbahaya, dan minyak. Kualitas air dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis air minum, air yang enak, air yang terkontaminasi (tercemar), dan air yang terinfeksi.
TINJAUAN PUSTAKA

D. Kualitas Tanah
Kualitas tanah merupakan salah satu dari tiga komponen kualitas lingkungan, selain kualitas air dan udara. Kualitas tanah tidak
terbatas pada tingkat pencemaran tanah, tetapi secara umum didefinisikan jauh lebih luas sebagai “kapasitas tanah untuk berfungsi dalam
ekosistem dan batas-batas penggunaan lahan untuk mempertahankan produktivitas biologis, menjaga kualitas lingkungan, dan
meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan. Kualitas tanah lebih kompleks daripada kualitas udara dan air, bukan hanya karena tanah
merupakan fase padat, cair dan gas, tetapi juga karena tanah dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang lebih besar.

E. Kualitas Udara
Polusi udara diakui sebagai salah satu risiko lingkungan yang paling penting bagi kesehatan masyarakat.  Kesadaran dan
penelitian tentang polusi udara semakin diperdalam dengan pesatnya perkembangan masyarakat dan peningkatan teknologi.  Pada
awalnya, polusi udara intensitas rendah yang tersebar dianggap didominasi oleh faktor alam dan dikendalikan melalui pemurnian
lingkungan sendiri, tetapi polusi udara skala besar dan intensitas tinggi telah jauh melebihi kemampuan pembersihan diri lingkungan di
bawah pengaruh yang luar biasa. Gambaran pencemaran udara yang dulunya berbentuk umum seperti jelaga atau asap, berangsur-angsur
berkembang berdasarkan sifat-sifat fisik dan kimia pencemar tertentu, dan titik fokusnya berangsur-angsur bergeser dari pencemar
tunggal menjadi pencemaran kontaminan ganda.  Selain itu, fokus penelitian telah berubah dari pengurangan konsentrasi polutan udara
menjadi peningkatan kualitas udara, yang terkait dengan kesehatan manusia, serta mekanisme trade-off antara kualitas udara dan
pembangunan sosial ekonomi perkotaan
METODE PENULISAN
PROSES
Metode analisis deskriptif adalah metode dalam suatu pemecahan
masalah dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan,
PROSES menjelaskan dan menganalisis situasi dan kondisi suatu objek
ANALISIS DESKRIPTIF permasalahan dari sudut pandang penulis berdasarkan hasil telaah
pustaka yang menunjang. Data dan informasi yang digunakan
MELALUI DATA adalah jurnal, media elektronik, dan beberapa pustaka yang
SEKUNDER relevan

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Mengumpulkan sumber kepustakaan.
2. Membaca sumber kepustakaan.
3. Membuat kesimpulan dari berbagai sumber
pustaka.
4. Membuat makalah dengan bahan dari
sumber pustaka
PEMBAHASAN
Identifikasi Fisika
Limbah Industri dan
B3
Pada Air

1. Warna Air
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan
bahan anorganik; karena keberadaan plankton, humus, ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain.
Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil
pembusukan bahan organik, ion-ion metalalam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Air
yang mengandung adanya kandungan kimia seperti logam besi, mangan, dan sianida yang sumbernya berasal dari limbah
pabrik memiliki warna air yang kecoklatan. Selain itu, air yang berbau tidak enak dapat diindikasikan mengandung bakteri coli
tinja (E.coli) sehingga air tersebut memiliki rasa (Mukarromah dkk., 2016).

2. Bau Air
Air yang baik dan aman dikonsumsi merupakan air yang tidak berbau apabila dicium dari jarak yang dekat maupun
jauh. Hal tersebut sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa syarat air agar layak dikonsumsi yaitu air
yang tidak, berbau, tidak keruh, dan tidak berwarna (Manune dkk., 2019). Munculnya bau busuk yang sangat menyengat pada
perairan menandakan bahwa telah terjadi pemasukan bahan pencemar yang menyebabkan adanya reaksi pelepasan gas, baik
yang berasal dari proses dekomposisi, oksidasi, maupun gas dari kandungan senyawa kimia dari limbah itu sendiri. Bau amis
dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air.
Pada Air

3. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter penting dalam keberlangsungan kehidupan dan perkembangbiakan organis air.
Faktor tersebut mempengaruhi kandungan oksigen, proses fotosintesis, laju metabolisme, dan kepekaan organis terhadap
penyakit yang ada di dalam air (Rosarina dan Laksanawati, 2018). Temperatur/suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim,
lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran, serta kedalaman badan
air. Selain itu, suhu di dalam perairan juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan penutupan oleh banyaknya
pepohonan (Manune dkk., 2019).

4. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut. Bahan tersuspensi ini berupa partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan
(mikroorganisme).
Pada Air

5. Rasa
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/VI/2010, diketahui bahwa
syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.

6. Total Suspended Solid (TSS)


Total padatan tersuspensi merupakan jumlah padatan yang ada di dalam larutan namun sifatnya tidak terlarut, sehingga
dapat menyebabkan kekeruhan pada larutan, dan tidak dapat langsung mengendap di dasar larutan, misalnya lumpur, tanah liat,
ganggang, jamur, bakteri, logam oksida, dan lainnya. TSS bekerja dalam kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di dalam perairan. Nilai TSS yang diperbolehkan oleh Baku Mutu Air yaitu
menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 yang menetapkan bahwa kandungan maksimum TSS yang diperbolehkan adalah 50 mg/L
(Manune dkk., 2019).
Pada Tanah

1. Warna Tanah
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering. Warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-besi
yang terhidrasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang
baik. Tanah merah sekali biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan permeabel. Meskipun
demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari bahan induknya. 

2. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan mineral) dan bahan organik serta oksida,
membentuk agregat sekunder. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Menurut bentuknya struktur
dapat dibedakan menjadi : Lempeng, Prisma, tiang, Gumpal, granular dan remah. Tanah dengan struktur baik (granular, remah)
mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah
yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak
terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila
terjadi hujan.
Pada Tanah

3. Suhu Tanah
Suhu tanah juga menentukan kualitas tanah tersebut. Suhu tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam tanah seperti pelapukan, penguraian bahan tanah, reaksi-reaksi kimia dan
lain-lain dan dapat mempengaruhi langsung pada pertumbuhan tanaman melalui percobaan kelembaban tanah, aerasi, aktivitas
mikroba, ketersediaan unsur hara tanaman, dan lain-lain.

4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan acuan pembanding yang relatif antara fraksi debu, pasir, dan liat. Tekstur tanah menjadi
parameter penentu dari sifat fisik tanah lainnya. Tanah dengan tekstur halus dapat mengakumulasi bahan organik dibandingkan
dengan tanah bertekstur kasar sehingga tanah kasar memiliki sifat fisik yang lebih baik dan memiliki kemampuan untuk
menghisap air dengan maksimal.

5. Porositas
Porositas tanah akan meningkat seiring banyaknya kandungan bahan organik di dalamnya. Adanya dekomposisi bahan
organik juga dapat mempengaruhi besarnya ruang pori diantara partikel-partikel tanah. Tanah yang mengandung banyak bahan
organik akan memiliki sifat fisik yang baik sehingga kemampuan untuk menghisap air juga akan semakin optimal.
Pada Udara
1. Warna Udara
Apabila udara mengalami pencemaran oleh limbah industri maupun B3 maka udara akan menjadi berwarna. Untuk
pencemaran udara dari asap pabrik atau industri umumnya udara akan menjadi hitam karena kadar CO 2, timbal, dan unsur lain yang
tinggi.

2. Bau Udara
Kemurnian udara hakikatnya sama dengan kemurnian air jadi ketika tercemar juga memiliki tanda yang sama yakni memiliki
bau. Udara ketika tercemar maka akan berbau, untuk baunya bermacam macam tergantung dari polutan apa yang mencemarinya.

3. Suhu Udara
Jadi ketika suhu udara tinggi namun tidak berwarna dan tidak berbau maka tidak dapat dikatakan udara tersebut tercemar.
Namun jika suatu udara berwarna, berbau, dan bersuhu lebih tinggi, udara tersebut pastilah sudah tercemar. Tingginya suhu udara
juga dapat mempercepat berubahnya kadar gas dan bergeraknya zat pencemar di udara. Suhu udara yang semakin tinggi akan
membuat partikel atau zat menjadi semakin kering dan ringan sehingga partikel menjadi bersifat reaktif di udara dalam waktu yang
lama.
Pada Udara
4. Kelembapan Udara
Kelembapan udara yang meningkat akan menyebabkan kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan zat atau partikel
pencemar udara membentuk suatu zat lainnya. Parameter tersebut mempengaruhi tinggi rendahnya konsentrasi partikel debu di
udara. Kelembapan udara yang tinggi dapat memudahkan zat pencemar untuk bereaksi dengan air sehingga jumlah pencemar juga
akan semakin meningkat.
Identifikasi Kimia
Limbah Industri dan
B3
Pada Air
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan intensitas keasaman atau alkalinitas cairan yang menyatakan konsentrasi hidrogen didalamnya.
Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH (derajat keasaman) pada suhu tertentu atau dapat
ditulis dengan persamaan:
pH = - log [H+]

Air murni (H2O) berasosiasi secara sempurna sehingga memiliki ion H + dan ion H- dalam konsentrasi yang sama dan membentuk
kesetimbangan seperti: 
2H2O ↔ H3O+ + OH- 
               (Ion hidronium)           (Ion hidroksil) 

H2O ↔ H+ + OH-
Oleh karena itu, pH air murni memiliki nilai 7
Pada Air
2. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa
bakteri dan binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar,
tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap saat. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O 2 yang rendah
sekali, tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali. Kandungan O2 yang rendah sekali, tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali.
Keadaan oksigen dalam air sangat mempengaruhi kehidupan organisme, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
keadaan oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu. Kelarutan gas oksigen pada suhu rendah
relatif lebih tinggi.

3. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik.
 Semakin banyak bahan organik dalam air, semakin tinggi BOD sedangkan DO rendah, hal ini mengindikasikan bahwa air tercemar.
Sebaliknya, jika nilai BOD rendah menyebabkan nilai DO tinggi, hal ini menandakan bahwa air memiliki kualitas yang cukup bagus
(tidak tercemar). Kriteria air yang bersih yaitu memiliki nilai BOD < 1 mg/L atau 1 ppm, apabila di atas 4 ppm maka air dikatakan
tercemar.
Pada Air
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air.  Chemical oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi berwarna kuning dan setelah reaksi oksidasi berubah menjadi warna hijau.
Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap limbah organik seimbang dengan jumlah kalium dikromat yang
digunakan pada reaksi oksidasi.

5. Total Suspended Solid (TTS)


TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya

6. Total Dissolved Solid (TDS)


Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia
yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau
aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan.
Pada Tanah
1. Derajat Keasamaan (pH)
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H + dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H + dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding
terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah asam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH, sedang pada tanah alkalis kandungan
lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Fungsi pH
tanah antara lain adalah :
• Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH
tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air .
• Menunjukan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun.
• Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Kation adalah ion bermuatan positif. Di
dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau diserap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation yang dapat
diserap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 g) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Tanah dengan KTK tinggi
mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.
Pada Udara
Pencemaran pada udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO 2), oksida belerang (SO2
dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak
kesuburan tanah/ tanaman. Salah satu tanda yang bisa dijadikan indikator pencemaran udara yaitu dapat menyebabkan sesak nafas
ketika dihirup. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen pada udara yang sudah tercemar polutan. Komposisi udara normal
haruslah mengandung Oksigen sekitar 2% dan nitrogen 78%. Ketika kadar oksigen turun hingga 10% sedangkan gas CO 2 naik,
maka akan terjadi gejala sesak nafas sebagai tanda tubuh kekurangan oksigen.
Identifikasi Biologi
Limbah Industri dan
B3
Identifikasi Biologi
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan
mikroba. Sedangkan indicator artinya variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan
memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Jadi, bioindikator
adalah komponen biotik (makhluk hidup) yang dijadikan sebagai indikator. Organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator
harus memiliki sifat sebagai berikut.
1. Mudah dikenal oleh peneliti yang bukan spesialis.
2. Mempunyai sebaran yang luas di dalam lingkubgan perairan.
3. Memperlihatkan daya toleransi yang hamper sama pada kondisi lingkungan perairan yang sama.
4. Jangka waktu hidupnya relative lama.
5. Tidak cepat berpindah tempat bila lingkungannya dimasuki bahan pencemar.
Parameter Biologi
Bagi Tanah
1. Hewan dan Mikrobiologi (Bioremeditasi)
Bioremediasi adalah penggunaan organisme hidup, terutama mikroorganisme, untuk mendegradasi kontaminan
lingkungan menjadi bentuk yang kurang beracun. Bioremediasi menggunakan bakteri dan jamur atau tanaman alami untuk
mendegradasi atau mendetoksifikasi zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan/atau lingkungan. Agar bioremediasi
efektif, mikroorganisme harus secara enzimatik menyerang polutan dan mengubahnya menjadi produk yang tidak berbahaya.
Karena bioremediasi hanya dapat efektif jika kondisi lingkungan memungkinkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba,
penerapannya sering kali melibatkan manipulasi parameter lingkungan untuk memungkinkan pertumbuhan dan degradasi
mikroba berlangsung lebih cepat. Seperti teknologi lainnya, bioremediasi memiliki keterbatasan. Beberapa kontaminan,
seperti organik terklorinasi atau hidrokarbon aromatik tinggi, tahan terhadap serangan mikroba. Mereka terdegradasi baik
secara perlahan atau tidak sama sekali, oleh karena itu tidak mudah untuk memprediksi tingkat pembersihan untuk latihan
bioremediasi; tidak ada aturan untuk memprediksi apakah suatu kontaminan dapat terdegradasi. Teknik bioremediasi biasanya
lebih ekonomis daripada metode tradisional seperti insinerasi, dan beberapa polutan dapat diolah
Parameter Biologi
Bagi Tanah
Berdasarkan lokasi pemakaian bioremediasi, ada dua metode yang biasanya digunakan dalam bioremediasi :
1. Metode In-Situ : Metode ini memproses materi yang terpapar minyak di lokasi yang bersangkutan dan biasanya
digunakan pada kondisi ketika tidak mungkin memindahkan tanah dari lokasi. Namun metode in-situ dinilai kurang
efektif untuk eksplorasi dan produksi minyak mentah karena lokasi yang terpapar minyak mentah tidak dapat digunakan
sampai proses bioremediasi selesai dilaksanakan. Selain itu proses bioremediasi memerlukan irigasi dan aerasi tanah
secara teratur selama periode waktu tertentu.
2. Metode Ex-Situ : Dalam metode ini, materi yang terpapar minyak mentah digali dan dikirim dengan aman ke lokasi
yang secara khusus dirancang untuk mengolah dan membersihkan tanah tersebut secara efektif dan efisien.
Parameter Biologi
Bagi Tanah
2. Tumbuhan
Metode fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang
terkontaminasi. Fitoremediator tersebut dapat berupa herba, semak bahkan pohon. Semua tumbuhan mampu menyerap logam
dalam jumlah yang bervariasi, tetapi beberapa tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi
yang cukup tinggi. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan keberhasilan penggunaan tumbuhan untuk remediasi
dan tidak sedikit tumbuhan yang dibuktikan sebagai hiperakumulator adalah spesies yang berasal dari daerah tropis. Species
tersebut diantaranya Thlaspi calaminare untuk seng (Zn), Thlaspi caerulescens untuk kadmium (Cd), Aeollanthus
biformifolius untuk tembaga (Cu), Phylanthus serpentines untuk nikel (Ni), Haumaniastrum robertii untuk kobalt (Co)
Astragalus racemosus untuk selenium (Se), dan Alyxia rubricaulis untuk mangan (Mn). Selain itu Brachiaria mutica untuk air
raksa (Hg).
Parameter Biologi
Bagi Perairan
1. Hewan dan Mikrobiologi (Bioremeditasi)
Bakteri Escherichia coli atau E. coli merupakan salah satu indikator spesifik untuk pencemaran bakteri fecal di daerah
tropis dan beriklim sedang. Pemeriksaan densitas bakteri dalam air dapat memberikan suatu pendekatan untuk menilai
kualitas suatu perairan. Apabila terjadi pencemaran (umumnya pencemar organik yang ditandai dengan BOD tinggi), tanah
menjadi media pertumbuhan yang baik untuk bakteri ini dan menyebabkan peningkatan konsentrasi E. coli dalam tanah. Saat
hujan turun atau salju mencair, semakin banyak bakteri ini yang dapat terbawa oleh air tanah masuk ke sungai. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi E. coli akan terdeteksi tinggi di air tanah dan sungai sehingga mengindikasikan adanya
pencemaran tanah dan sungai.

2. Tumbuhan
Fitoekstraksi merupakan teknik digunakan secara in situ untuk treatment tanah yang telah terkontaminasi. Kontaminan
di absorbsi oleh akar, di transport dan terakumulasi di tunas dan daun. Proses fitostablisasi ini mengurangi mobilitas dari
kontaminan, mencegah kontaminan masuk kedalam air tanah dan mengurangi ketersediaan hayati dalam rantai makanan.
Fitostabilisasi sangat berguna untuk treatment logam berat seperti Pb, As, Cd, Cr, Cu, dan Zn. 
Parameter Biologi
Bagi Udara
1. Tumbuhan
Terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan diidentifikasi dengan indikator biologi untuk mengetahui adanya
pencemaran udara pada lingkungan tersebut dengan melihat dampak pencemaran tersebut terhadap makhluk hidup yang
rentan dengan adanya zat pencemar yang ada disekitarnya. Contoh indikator biologi tersebut adalah keberadaan lumut keras
(Lichenes). Lumut kerak ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap kualitas udara. Lumut kerak ini sulit untuk dapat
bertahan hidup dan tumbuh lingkungan yang udaranya tercemar, terutama tercemar logam berat seperti timbal.
Kesimpulan Dan
Saran
Kesimpulan
1. Identifikasi limbah B3 secara fisika pada air meliputi beberapa parameter, yakni warna, bau, temperatur/suhu, kekeruhan, dan
rasa. Pada tanah meliputi warna, struktur dan suhu tanah. Pada udara meliputi warna, bau, dan suhu udara. Sedangkan
identifikasi limbah B3 secara kimia pada air meliputi derajat keasaman (pH) , Oksigen terlarut (DO), Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand  (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan Total Dissolved Solid (TDS). Pada tanah
yaitu derajat keasaman (pH) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) serta pada udara yaitu jumlah kadar oksigen dimana udara
normal harus mengandung komposisi oksigen sebanyak 2% dan nitrogen 78%.
2. Identifikasi  limbah B3 oleh hewan serta mikrobiologi dapat dilakukan melalui bioremediasi. Pada tanah bioremediasi dilakukan
dengan menggunakan mikroorganisme yang dapat menyerang polutan dan mengubahnya menjadi produk yang tidak berbahaya
dimana mikroorganisme dibagi menjadi beberapa macam yaitu aerobik, anaerobik, Jamur ligninolitik, dan metilotrof. Sedangkan
pada perairan dapat digunakan bakteri E.coli.
3. Identifikasi  limbah B3 oleh tanaman pada tanah yaitu terdapat tanaman yang sensitif terhadap beberapa senyawa seperti rumex
acetosa rhododendron, polytrichum dan sphagnum menunjukkan tanah kapur. Jamur, fungi dan Lichenea sensitive terhadap SO2
dan halide. Pada perairan yaitu teratai, alga, eceng gondok, hidrilla, kaseru, kayu apu, dan kangkung air. Pada udara yaitu lumut
kerak, bunga pukul empat dan bayam.
Saran
Studi lanjut mengenai identifikasi masalah yang menunjang analisis limbah industri termasuk limbah B3 perlu lebih
dikembangkan mengingat resiko yang ditimbulkan dari pencemaran tersebut sangat berbahaya bagi manusia maupun lingkungan
sekitar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai