Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Latar Belakang

Industri pengolahan CPO secara otomatis menimbulkan limbah dengan jenis dan jumlah
yang berbeda-beda. Limbah proses industri yang dihasilkan dapat berupa limbah cair
dan limbah B3, serta pencemaran udara. Limbah tersebut harus diproses terlebih dahulu
agar tidak mencemari lingkungan. Limbah hasil buangan proses industri dapat
menurunkan kualitas lingkungan dan dapat berpotensi menimbulkan berbagai dampak
buruk terhadap komponen lingkungan baik biotik maupun abiotik jika tidak diolah
dengan benar. Limbah B3 yang dihasilkan harus dikelola dengan baik dan benar agar
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Perubahan kualitas
lingkungan yang terjadi karena buangan bahan organik maupun anorganik yang larut
maupun tidak larut inilah yang dapat disebut sebagai pencemaran.

Penanganan limbah merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia


serta lingkungan pada umumnya. Banyak sekali permasalahan yang terjadi seputar
pengelolaan limbah khususnya hasil kegiatan industry yang mengandung bahan
berbahaya dan bercaun (B3). Limbah B3 tersebut apabila dibuang langsung ke
lingkungan maka akan dapat membahayakan kesehatan manusia, makhluk hidup serta
lingkungan. Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang diawali dengan
dengan proses pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan limbah B3 termasuk penimbunan. Pengelolaan tersebut,
diharapkan dapat meminimasi timbulan Limbah B3 yang dihasilkan Selain itu,
mengenai banyaknya timbulan limbah B3 belum terkelola dengan baik, tingginya
proporsi limbah B3 untuk terlepas langsung ke lingkungan dapat terjadi, maka sesuai
dengan PP No. 101 Tahun 2014 menjelaskan bahwa setiap orang atau perusahaan yang
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3.

Adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah B3 dan Instalasi Pengolahan


Air Limbah (IPAL) merupakan salah satu wujud kepedulian industri terhadap
lingkungan. Karena permasalahan limbah B3 yang cukup banyak dan juga cukup
berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, maka dari itu hal demikian yang melatar
belakangi penulis untuk melakukan peninjauan system pengelolaan limbah proses
industry. Peninjauan pengelolaan ini mempunyai tujuan untuk membandingkan
pengelolaan limbah B3 apakah sesuai dengan baku mutu terkait atau tidak.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari kegiatan kerja praktik adalah:


1. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang meliputi pengurangan
limbah B3, pewadahan limbah B3, pelabelan dan pemberian simbol B3, pengumpulan,
penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, dan pengolahan.
2. Peraturan dan kebijakan terkait, teknis operasional, legalitas, kriteria desain dan
pembiayaan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja sumber limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan proses industry di PT. LDC
East Indonesia
2. Bagaimana teknis operasional limbah B3 di PT. LDC East Indonesia sudah dilakukan
dengan baik dan optimal?
3. Apakah teknis pengelolaan limbah B3 di PT. LDC East Indonesia sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku?
4. Apakah bangunan TPS sudah sesuai dengan kebutuhan limbah B3 yang dihasilkan oleh
PT. LDC East Indonesia

1.4 Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktek ini antara lain:


1. Mengetahui sumber limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan proses industry di PT.
LDC East Indonesia
2. Mengetahui teknis operasional limbah B3 di PT. LDC East Indonesia
3. Mengetahui teknis pengelolaan limbah cair di PT. LDC East Indonesia
4. Mengetahui kriteria desain yang sesuai dengan kebijakan dan peraturan baku mutu
limbah B3 di PT. LDC East Indonesia

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup atau metodologi selama Kerja Praktik adalah:


1. Mengetahui profil perusahaan PT. LDC East Indonesia.,
2. Memahami regulasi dan peraturan baku mutu terkait limbah B3 di PT. LDC East
Indonesia
3. Mempelajari kriteria desain TPS limbah B3 yang sesuai di PT. LDC East Indonesia

1.6 Manfaat

1. Bagi Perusahaan
a) Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai pengelolaan limbah B3 yang telah
diterapkan selama ini.
b) Sebagai sarana pertimbangan dan bahan literasi mengenai pengelolaan limbah B3.
c) Mendapat masukan dan saran dalam rangka memperbaiki system pengelolaan ataupun
kriteria desain TPS limbah B3.
2. Bagi Penulis
a) Sebagai penerapan teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan mempelajari
literatur terpilih berkaitan pengelolaan limbah B3 dan kriteria desain untuk TPS limbah
B3, guna mendukung kegiatan selama kerja praktek dan penelaahan data hingga
menghasilkan simpulan permasalahan di lapangan.
b) Menambah wawasan dan pengalaman dalam lingkungan dunia kerja industri terkait
dengan ilmu lingkungan khususnya system pengelolaan limbah cair dan manajemen
lingkungan.
c) Sebagai bahan perbandingan antara teori dengan kenyataan dalam dunia industry yang
sesungguhnya.
3. Bagi Pihak Lain
a) Memberi gambran kepada pembaca mengenai system pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan oleh PT. LDC East Indonesia.
b) Dapat dijadikan sebagai pembanding dan referensi untuk kasus yang sama.
2.1 Pengertian Limbah B3

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat 21 bahan berbahaya dan beracun
yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan, merusak lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6


tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun mendefinisikan Limbah adalah sisa suatu usaha dan kegiatan, limbah
bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung
B3. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi
atau komponen yang memiliki sifat, konsentrasi ataupun jumlahnya, secara langsung
atau tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup,
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk lain.

2.2 Sumber limbah B3

Klasifikasi Jenis Limbah B3 Menurut PP. No 101 Tahun 2014


No Penentuan Limbah B3 Jenis Penjelasan
1. Pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi atau inhibitor
Dari sumber tidak spesifik
korosi, pelarutan kerak dan
pengemasan
Dari B3 kadaluarsa, B3
Berdasarkan Sumber yang tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi
produk yang akan dibuang,
dan bekas kemasan B3
 Dari sumber spesifik umum
Dari sumber spesifik
 Dari sumber spesifik khusus
2. Berdasarkan Kategori Limbah B3 kategori 1 Limbah B3 yang berdampak
akut dan langsung terhadap
manusia dan dapat dipastikan
akan berdampak negative
terhadap lingkungan hidup.
Limbah B3 yang mengandung
B3, memiliki efek tunda
(delayed effect), dan berdampak
Limbah B3 kategori 2 tidak langsung terhadap manusia
dan lingkungan hidup serta
memiliki toksisitas subkronis
atau kronis.

2.3 Peraturan Limbah B3

Menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementrian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2022), Peraturan Perundangan Nasional terkait
Limbah B3 antara lain:
No Regulasi Kategori Status
1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Peraturan Berlaku
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pemerintah
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Peraturan Menteri No 6 Tahun 2021 Tentang Tata Peraturan Menteri Berlaku
Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun
3. Peraturan Menteri LHK 70 Tahun 2016 Baku Peraturan Menteri Berlaku
Mutu Emisi Usaha Kegiatan Pengolahan Sampah
4. Peraturan Menteri LHK 63 Tahun 2016 Peraturan Menteri Tidak
Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah Berlaku
Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasilitas
Penimbusan Akhir
5. Peraturan Menteri LHK 59 Tahun 2016 Baku Peraturan Menteri Berlaku
Mutu Air Lindi Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
6. Peraturan Menteri LHK 56 Tahun 2015 Tata Cara Peraturan Menteri
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
7. Peraturan Menteri LHK 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Menteri Tidak
Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan Berlaku
Berbahaya dan Beracun
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Berlaku
Kehutanan
Nomor P.99/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.53/SETJEN/KUM.1/6/2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adipura
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Berlaku
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya
dan Beracun
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Undang-Undang
Pengelolaan Sampah
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Undang-Undang
Konvensi Rotterdam, Prosedur Persetujuan Atas
Dasar Informasi Awal Untuk Bahan Kimia dan
Pestisida Berbahaya Tertentu Dalam Perdagangan
Internasional
12. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Peraturan
Pengelolaan Limbah B3 Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Peraturan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Pemerintah
14. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Peraturan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Pemerintah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Undang-Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3


(2016), peraturan yang terkait pengelolaan limbah B3 yang berlaku di Indonesia antara
lain:
1. Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, terdapat pada BAB VII Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 58 – Pasal 61
2. Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (Kegiatan pemanfaatan limbah bahan
berbahaya dan beracun seperi reuse, recycle, dan recovery)
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah B3.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
oleh Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 33 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
8. Keputusan Kepala Bapedal No. 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Keputusan Kepala Bapedal No. 02 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
10. Keputusan Kepala Bapedal No. 03 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
11. Keputusan Kepala Bapedal No. 04 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan
Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi
Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
12. Keputusan Kepala Bapedal No: Kep-68/Bapedal/05/1994 tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
13. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah
14. Keputusan Kepala Bapedal No 3 Tahun 1998 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
15. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Prioritas Propinsi
Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
oleh Pemerintah Daerah.
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 33 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
19. Keputusan Kepala Bapedal No. 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
20. Keputusan Kepala Bapedal No. 02 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
21. Keputusan Kepala Bapedal No. 03 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
22. Keputusan Kepala Bapedal No. 04 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan
Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi
Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
23. Keputusan Kepala Bapedal No: Kep-68/Bapedal/05/1994 tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
24. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
25. Keputusan Kepala Bapedal No 3 Tahun 1998 tentang Program Kemitraan dalam
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
26. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Prioritas Propinsi
Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.

pengumpulan
pengangkutan

Anda mungkin juga menyukai