PENDAHULUAN
Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses pertukaran gas di
paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernafasan lebih
menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel
Setiap mahkluk hidup melakukan aktivitas bernafas, atau yang disebut dengan respirasi.
Tidak terkecuali dengan tumbuhan juga melakukan respirasi. Tumbuhan tingkat tinggi pada
umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis
sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon
yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon
adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik
karbohidrat dengan bantuan cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan
Kalau fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di mana energi
diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasi adalah suatu
proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar
FOTOSINTESIS
A. Pengertian Fotosintesis
Menurut ilmu biologi, Fotosintesis adalah proses pengubahan energi cahaya matahari menjadi
energi kimia kemudian menyimpannya dalam bentuk glukosa. Proses ini terjadi hanya pada
tumbuhan dan beberapa ganggang (Kingdom Protista). Tumbuhan hanya memerlukan cahaya,
CO2, dan H2O untuk membentuk glukosa. Proses fotosintesis terjadi di kloroplas, lebih
Fotosintesis terjadi terutama pada daun. Bagian khas dari daun meliputi epidermis atas dan
bagian bawah daun, mesofil daun, bundel vaskuler dan stomata. Sel-sel epidermis atas dan
bawah tidak memiliki kloroplas sehingga fotosintesis tidak dapat terjadi. Bagian tersebut hanya
Pada stomata terdapat lubang yang berada terutama pada epidermis bawah dan untuk
pertukaran udara, stomata akan membiarkan CO2 masuk dan akan mengeluarkan O2. Bundel
vaskuler atau pembuluh darah yang terdapat di daun merupakan bagian dari sistem transportasi
tumbuhan, dimana air dan nutrisi bergerak disekitar pabrik yang diperlukan.
Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH yang
dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan komponen sel organik
lainnya dari karbondioksida dan air. Bersamaan dengan itu organisme tersebut membebaskan
untuk menguraikan produk organik berenergi tinggi dari fotosintesis menjadi CO2 dan H2O
untuk membentuk kembali ATP guna keperluan aktifitas sel itu sendiri. Karbondioksida yang
dibentuk oleh respirasi pada heterotrof kembali ke atmosfer, untuk dipergunakan kembali oleh
organisme fotosintetik. Oleh karena itu, energi surya memberikan tenaga pendorong bagi daur
Proses reaksi fotosintesis dalam tumbuhan tinggi dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap reaksi
terang yang terjadi jika tumbuhan diberi cahaya dan tahap reaksi gelap yang terjadi dengan atau
tanpa adanya cahaya matahari. Di dalam sel fotosintetik eukariotik, reaksi gelap dan reaksi
Bentuk kloroplas berbeda pada setiap spesies.organel ini dikelilingi oleh membran luar yang
bersambungan, dan bersifat rapuh.suatu sistem membran membungkus ruangan bagian dalam
organel, di dalamnya ,terdapat banyak kantung pipih yang dikelilingi membran, yang dinamakan
tilakoid, yang biasanya tersusun berlapis-lapis, dinamakan grana. Membran tilakoid mengandung
semua pigmen fotosintetik pada kloroplas dan semua enzim yang diperlukan bagi reaksi primer
yang bergantung pada cahaya matahar. Cairan di dalam ruang yang melingkupi kantung tilakoid
atau stroma mengandung hampir semua enzim yang diperlukan bagi reaksi gelap, yang
mereduksi CO2 membentuk glukosa. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai tahap reaksi
Reaksi terang terjadi jika ada cahaya, misalnya cahaya matahari. Energi ditangkap oleh
klorofil dan digunakan untuk memecah molekul air, dan pemecahan ini disebut fotolisis. Reaksi
terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH. Reaksi ini diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak
energi pada gelombang cahaya panjang tertentu. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang
berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.
Reaksi terang cahaya dalam proses fotosintesis penyerapan energi matahari oleh klorofil dimana
dilepaskan O2, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem I yang menyangkut
penyerapan energi matahari pada panjang gelombang di sekitar 700nm dan tidak melibatkan
proses pelepasan O2. Bagian kedua yang menyangkut penyerapan energi matahari pada panjang
Fotosistem I disusun oleh sekitar kurang lebih 200 molekul klorofil dan karotenoid. Klorofil a
terdapat di dalam kloroplas semua sel tumbuhan hijau tetapi sel fotosintesis yang tidak
bakterioklorofil b. Klorofil b adalah klorofil kedua yang terdapat dalam tumbuhan hijau yang
fungsinya menyerap cahaya lalu mentransfernya ke klorofil a. Klorofil a dan b murni dapat
diisolasi dari ekstrak daun, walaupun keduanya berwarna hijau, spectra penyerapannya sedikit
berbeda. Kebanyakan tumbuhan tingkat tinggi mengandung kurang lebih dua kali lebih banyak
klorofil a dibanding klorofil b. Ditemukan pula klorofil c yang terdapat dalam ganggang coklat,
menangkap energy matahari. Golongan pigmen ini berperan dalam menyerap energy matahari
pada bagian daerah panjang gelombang sinar tampak yang tidak tercakup oleh pigmen klorofil,
jadi berperan sebagai pelengkap penerima cahaya. Energy matahari yang ditangkap oleh pigmen
pelengkap harus dipindahkan terlebih dahulu ke molekul klorofil sebelum digunakan selanjutnya
Fotosistem I menyerap energy cahaya terpisah dari FS II, tapi mengandung kompleks inti
terpisah, yang menerima electron yang berasal dari H2O melalui kompleks ini FS II terlebih
dahulu. Fotosistem I terletak hanya di tilakoid stroma dan di daerah tengah grana yang
mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan electron ke protein Fe-S larut yang
disebut feredoksin.
Fotosistem II mengandung sebuah kompleks inti yang terdiri dari 6 polipeptida integral yang
saling berhubungan secara nonkovalen, dan berisi pusat reaksi P680. P680 dalam kompleks inti
FS II menerima energy cahaya dengan cara resonansi induktif dari sekitas 250 molekul klorofil a
dan b (terdapat dalam jumlah yang hamper sama) dan sejumlah xantofil. Sebagian besar FS II
hanya terdapat pada kawasan pinggir tilakoid grana. Daerah tengah grana dan tilakoid stroma
mempunyai jauh lebih sedikit FS II. Karena adanya kerja sama antara FS II dan FS I, maka
terjadi fotofosforilasi. Dalam fotofosforilasi ini terdapat dua macam aliran transfer elektron,
yaitu :
Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut
juga reaksi Calvin-Benson. Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam
fotosintesis yang merupakan reaksi pembentukan gula dari bahan dasar CO2 dan energi. Salah
satu substansi penting dalam proses ini adalah senyawa gula beratom karbon lima yang
terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat. CO2 yang digunakan berasal dari udara bebas, sedangkan
energi yang berupa ATP dan NADPH merupakan hasil dari reaksi terang. Reaksi ini tidak
tergantung secara langsung pada cahaya matahari sehingga reaksi ini dapat berlangsung saat
malam hari. Namun demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya pada kondisi gelap. Reaksi
Reduksi APG (3-asam fosfogliserat) menjadi PGAL (1,3 fosfogliseraldehida) oleh NADPH2
Pada fase ini molekul CO2 dari udara difiksasi atau ditautkan pada Ribulosa 1,5-Bifosfat
(RuBP) dengan bantuan enzim RuBP karboksilase (Rubisco) dan menggunakan energi dari ATP
serta NADH yang dihasilkan dari reaksi terang.Reaksi ini menghasilkan senyawa intermediet
berkarbon enam yang tidak stabil, sehingga dengan tepat terurai menjadi dua molekul 3-
2. Fase Reduksi
Pada reaksi ini suatu enzim mentransfer gugus fosfat dari ATP ke setiap molekul 3-
electron dari NADPH mereduksi gugus karboksil 3-fosfogliserat menjadi gugus karbonil yang
satu molekul dari gula berkarbon tiga ini dapat dihitung dari selisih perolehan karbohidrat. Siklus
ini dimulai dengan nilai 15 karbon dari karbohidrat dalam bentuk tiga molekul berkarbon lima
dalam RiBPO. Untuk selanjutnya terdapat nilai 18 karbon karbohidrat dalam bentuk enam
molekul G3P. Satu molekul keluar siklus untuk digunakan tetapi lima molekul lainnya harus
Rangka karbon yang terdiri dari lima molekul G3P disusun kembali oleh langkah terakhir
siklus calvin menjadi RuBP. Siklus ini memerlukan tiga molekul ATP. Akhirnya RuBP
terbentuk dan siap menerima CO2 kembali, dan siklus berlanjut. Untuk selisih molekul G3P,
siklus calvin secara keseluruhan menggunakan 9 molekul ATP dan 6 molekul NADPH. G3P
yang tersingkir akan menjadi materi awal untuk jalur metabolime yang mensintesis senyawa
RESPIRASI TUMBUHAN
A. Pengertian respirasi
Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan energi kimiawi menjadi energi
yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Energi ini diproleh dengan cara menyadap
energi kimia yang terbentuk dalam moleul organik yang disintesis oleh proses fotosintesis.
Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel itu dikenal dengan istilah
proses respirasi. Biasanya respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh
B. Jenis-jenis respirasi
a. Reaksi aerob
Reaksi aerob adalah proses biologi dimana senyawa organik tereduksi dimobilisasi dan
kemudian dioksidasi secara terkontrol. Dalam proses ini energi bebas dilepaskan dan kemudian
digabungkan dalam bentuk ATP, yang dapat segera digunakan dalam perkembangan tanaman.
Respiarsi aerobik secara umum disebut oksidasi senyawa gula berkarbon 6 (glukosa ). Dengan
reaksi dasar:
Glukosa di oksidasi secara sempurna menjadi CO2, dan oksigen (akseptor hidrogen
terakhir) direduksi menjadi air. Oksidasi glukosa dilakukan secara bertahap dalam beberapa
rangkaian reaksi guna menghindari kerusakan struktur seluler ( kebakaran) akibat pelepasan
b. Reaksi anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa menggunakan oksigen. Dalam kondisi tidak
ada oksigen, tanaman melakukan metabolisme fermentatif. Fermentasi dapat terjadi melalui
Laktat dianggap merupakan produk akhir fermentasi yang relatif lebih berbahaya
C. Mekanisme respirasi
Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria. Proses bertujuan
untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari penggabungan ADP + Pi (fosfat
anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam rantai transfer elektron yang terdapat
pada membran mitokondria. Peristiwa aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada kekhasannya.
Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber energi
(umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat sumber
energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan
makanan, yaitu berupa sukrosaatau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di
bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar
Pada umumnya substrat respirasi adalah karbohidrat, dengan glukose sebagai molekul
pertama. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs,
a. Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah serangkaian reaksi
biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu
proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi)
di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri
menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik
yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine
triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.
pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol
Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael
Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan
Sedangkan ringkasan reaksi dari glikolisis, siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif
adalah:
Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim heksokinase
membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Reaksi berikutnya melibatkan perubahan gula aldosa
menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase dan menyebabkan
dua molekul senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan
bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi
senyawa gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan dua gliseldehida-3-fosfat. Pada
melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan reduksi NAD menjadi
NADH2 yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida dehidrogenase. Dengan adanya ADP dan
enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-difosfogliserat diubah menjadi asam 3-fosfogliserat dan
ATP dibentuk. Asam 3-fosfogliserat selanjutnya diubah menjadi asam 2-fosfogliserat oleh
aktivitas enzim fosfogliseromutase. Pelepasan air dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase
membentuk asam fosfoenolpiruvat. Dengan adanya ADP dan piruvat kinase, asam
fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat dan ATP dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua
molekul asam piruvat. Pada fase ini juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.
b. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C
menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi
dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk
Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam
piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks
mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani
reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan
akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena
asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat
menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu,
Langkah pertama adalah pembentukan suatu kompleks antara TPP dan piruvat diikuti
dengan dekarboksilasi asam piruvat. Pada langkah kedua, unit asetaldehida yang tertinggal
setelah dekarboksilasi, bereaksi dengan asam lipoat membentuk kompleks asetil-asam lipoat.
Asam lipoat tereduksi dan aldehida dioksidasi menjadi asam yamg membentuk suatu tioster
dengan asam lipoat. Pada langkah ketiga, terjadi pelepasan gugus asetil dari asam lipoat ke
CoASH, hasil reaksinya adalah asetil-ScoA dan asam lipoat tereduksi. Langkah terakhir, adalah
regenerasi asam lipoat dengan memindahkan elektron dari asam lipoat tereduksi ke NAD. Reaksi
terakhir ini penting agar suplai asam lipoat teroksidasi secara berkesinambungan selalu tersedia
untuk pembentukan asetil-SCoA dari asam piruvat. Pada reaksi ini dihasilkan dua molekul asetil-
c. Siklus krebs
Siklus Krebs berasal dari nama penemuannya yaitu Sir Hans Krebs (1980-1981), seorang
ahli biokimia Jerman yang mengemukakan bahwa glukosa secara perlahan dipecah di dalam
mitokondria sel dengan suatu siklus dinamakan siklus Krebs. Siklus Krebs terjadi di matriks
mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut
menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam
isositrat. Asetil koenzim A masuk siklus Krebs melalui reaksi hidrolisis dengan melepas
koenzim A dan gugus asetil (mengadung 2 atom C), kemudian bergabung dengan asam
Energi yang digunakan untuk pembentukan asam sitrat berasal dari ikatan asetil koenzim
A. Selanjutnya, asam sitrat (C6) secara bertahap menjadi asam oksaloasetat (C4) lagi yang
kemudian akan bergabung dengan asetil Ko–A. Peristiwa pelepasan atom C diikuti dengan
pelepasan energi tinggi berupa ATP yang dapat langsung digunakan oleh sel. Selama
berlangsungnya reaksi oksigen yang diambil dari air untuk digunakan mengoksidasi dua atom C
menjadi CO2, proses tersebut disebut dekarboksilasioksidatif. Dalam setiap oksidasi 1 molekul
asetil koenzim A akan dibebaskan 1 molekul ATP, 8 atom H, dan 2 molekul CO 2. Atom H yang
dilepaskan itu kemudian ditangkap oleh Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan Flavin
Adenin Dinukleotida (FAD) untuk dibawa menuju sistem transpor yang direaksikan dengan
a. Tahap I
Enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil koenzim-A dengan
oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara
gugua metal dan asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis
ikatan tioester dan pembentukan senyawa koenzim-A bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis
eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi pendorong pertama untuk daur
krebs.
b. Tahap II
Merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cas-akonitat, dikatalisis secara reversible
oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis reaksi reversible penambahan H2O pada ikatan
rangkap cis-akonitat dalam 2 arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke
pembentukan isositrat.
c. Tahap III
oksalosuksinat yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan
sebagai koenzimnya. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi isositrat menjadi
d. Tahap IV
yang merupakan reaksi yang ieversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-ketoglutarat
dehidrogenase. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk
GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sntesis ATP dari ADP
e. Tahap V
Suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan
dengan flavin adenine dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada
membrane dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai penerima hydrogen.
f. Tahap VI
Merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap fumarat,
meghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim. Enzim ini bersifat
stereoospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini
fumarase mengkatalisis proses penambahan tras atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap
fumarat.
L-malat doksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan
dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju rekasinya berjalan lancer ke kanan. Hal ini
dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil
Pada akhir siklus Krebs ini akan terbentuk kembali asam oksaloasetat yang berikatan dengan
molekul asetil koenzim A yang lain dan berlangsung kembali siklus Krebs, karena selama reaksi
oksidasi pada molekul glukosa hanya dihasilkan 2 molekul asetil koenzim A, maka siklus Krebs
harus berlangsung sebanyak dua kali. Selain dihasilkan energi pada siklus Krebs, juga dihasilkan
hidrogen yang direaksikan dengan oksigen membentuk air. Jadi hasil bersih dari oksidasi 1
molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP dan 4 CO2 serta 8 pasang atom H yang akan masuk ke
d. Transpor elektron
Tahap akhir dari respirasi aerob adalah sistem transpor elektron sering disebut juga sistem
(enzim) sitokrom oksidase atau sistem rantai pernapasan yang berlangsung pada krista dalam
mitokondria. Pada tahap ini melibatkan donor elektron, akseptor elektron, dan reaksi reduksi dan
oksidasi (redoks). Donor elektron adalah senyawa yang dihasilkan selama tahap glikolisis
maupun siklus Krebs dan berpotensi untuk melepaskan elektron, yaitu NADH2 dan FADH2.
ATP Synthase
Complex I, II, III dan IV membentuk jalur transpor elektron yang akan dilalui oleh elektron-
elektron berenergi tinggi (high energy electrons) yang di'donor' oleh NADH + H+ dan FADH2.
Elektron-elektron berenergi tinggi ini berperan sebagai energi saat complex protein
perbedaan konsentrasi H+ yang sangat tinggi (strong hydrogen concentration gradient) antara
proton inilah terjadi peristiwa chemiosmosis (di lain kesempatan kita akan membahas tentang
Chemiosmosis) dan ATP Synthase menyelesaikan serangkaian proses produksi energi dengan
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang
berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika NADH
dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik
menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron,
koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi
yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi
sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan
dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam
rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari
sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi
koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi
menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik
menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang
menghasilkan ATP.
Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2sebanyak 10
dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul
FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut. Setiap oksidasi NADH menghasilkan
kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron
dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasilglikolisis dan siklus Krebs, maka secara
keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan
tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri, yaitu :
Jumlah plasma dalam sel. Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih
penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang
lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya sudah lebih
sedikit.
Jumlah substrat respirasi dalam sel. Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan merupakan
hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit
akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang tinggi. Substrat
Umur dan tipe tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi dari tumbuhan yang
sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan muda jaringannya juga masih
muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan memepengaruhi laju
respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan
vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan, terdiri atas:
Suhu. Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula kenaikan
laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies tumbuhan. Perlu diingat, kenaikan
suhu yang melebihi batas minimum kerja wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim
respirasi tidak dapat bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
Kadar O2 udara. Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan
berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun demikian makin
tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan respirasi tumbuhan.
Kadar CO2 udara. Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat
sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Pengaruh
hambatan yang telah diamati pada respirasi daun mungkin disebabkan oleh hal ini.
Kadar air dalam jaringan. Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan kecepatan
respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang berkecambah.
Cahaya. Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang berklorofil
karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses
fotosintesis.
Luka dan stimulus mekanik. Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan
daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit hingga
satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol terjadi
dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis
yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga
menambah mudahnya substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu
kembali ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan
luka.
Garam-garam mineral. Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju respirasi
meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada saat garam/ion diserap dan
diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fotosintesis adalah proses pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia kemudian
menyimpannya dalam bentuk glukosa. Proses ini terjadi hanya pada tumbuhan dan beberapa
2. Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH yang
dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan komponen sel organik
3. Reaksi-reaksi pada fotosintesis terdiri atas dua yaitu reaksi gelap dan reaksi terang.
5. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan
transpor elektron.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam
sel, serta umur dan tipe tumbuhan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kadar O2 di udara,
kadar CO2 di udara, kadar air di dalam jaringan, cahaya, luka dan stimulus mekanik, serta garam-
garam mineral.
B. Saran
1. Makalah ini dapat dijadikan proses pembelajaran yang khususnya menambah pengetahuan