Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses pertukaran gas di

paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernafasan lebih

menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel

tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga.

Setiap mahkluk hidup melakukan aktivitas bernafas, atau yang disebut dengan respirasi.

Tidak terkecuali dengan tumbuhan juga melakukan respirasi. Tumbuhan tingkat tinggi pada

umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis

sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon

yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon

adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik

karbohidrat dengan bantuan cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan

yang mempunyai klorofil.

Kalau fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di mana energi

diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasi adalah suatu

proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar

kembali untuk menyelenggarakan proses–proses kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan fotosintesis?


2. Bagaimana mekanisme fotosintesis pada tumbuhan?

3. Reaksi-reaksi apa yang terjadi pada fotosintesis?

4. Apa yang dimaksud dengan respirasi?

5. Bagaimana mekanisme respirasi pada tumbuhan?

6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respirasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dari fotosintesis

2. Untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada proses fotosintesis

3. Untuk mengetahui mekanisme fotosintesis pada tumbuhan

4. Untuk mengetahui pengertian dari respirasi

5. Untuk mengetahui mekanisme respirasi pada tumbuhan

6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi


BAB II

FOTOSINTESIS

A. Pengertian Fotosintesis

Menurut ilmu biologi, Fotosintesis adalah proses pengubahan energi cahaya matahari menjadi

energi kimia kemudian menyimpannya dalam bentuk glukosa. Proses ini terjadi hanya pada

tumbuhan dan beberapa ganggang (Kingdom Protista). Tumbuhan hanya memerlukan cahaya,

CO2, dan H2O untuk membentuk glukosa. Proses fotosintesis terjadi di kloroplas, lebih

khususnya yaitu pigmen hijau yang terlibat dalam fotosintesis.

Fotosintesis terjadi terutama pada daun. Bagian khas dari daun meliputi epidermis atas dan

bagian bawah daun, mesofil daun, bundel vaskuler dan stomata. Sel-sel epidermis atas dan

bawah tidak memiliki kloroplas sehingga fotosintesis tidak dapat terjadi. Bagian tersebut hanya

berfungsi sebagai pelindung bagi daun.

Pada stomata terdapat lubang yang berada terutama pada epidermis bawah dan untuk

pertukaran udara, stomata akan membiarkan CO2 masuk dan akan mengeluarkan O2. Bundel

vaskuler atau pembuluh darah yang terdapat di daun merupakan bagian dari sistem transportasi

tumbuhan, dimana air dan nutrisi bergerak disekitar pabrik yang diperlukan.

B. Mekanisme terjadinya fotosintesis

Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH yang

dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan komponen sel organik

lainnya dari karbondioksida dan air. Bersamaan dengan itu organisme tersebut membebaskan

oksigen ke atmosfer. Sebaliknya heterotrof aerobik mempergunakan oksigen yang dibentuk

untuk menguraikan produk organik berenergi tinggi dari fotosintesis menjadi CO2 dan H2O

untuk membentuk kembali ATP guna keperluan aktifitas sel itu sendiri. Karbondioksida yang
dibentuk oleh respirasi pada heterotrof kembali ke atmosfer, untuk dipergunakan kembali oleh

organisme fotosintetik. Oleh karena itu, energi surya memberikan tenaga pendorong bagi daur

karbondioksida dan oksigen atmosfer secara berkesinambungan melalui biosfer kita.

6CO2 + 12H2O + Energi cahaya→C6H12O6+6O2+6H2O

C. Reaksi-reaksi fotosintesis pada tumbuhan

Proses reaksi fotosintesis dalam tumbuhan tinggi dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap reaksi

terang yang terjadi jika tumbuhan diberi cahaya dan tahap reaksi gelap yang terjadi dengan atau

tanpa adanya cahaya matahari. Di dalam sel fotosintetik eukariotik, reaksi gelap dan reaksi

terang terjadi di dalam kloroplas.

Bentuk kloroplas berbeda pada setiap spesies.organel ini dikelilingi oleh membran luar yang

bersambungan, dan bersifat rapuh.suatu sistem membran membungkus ruangan bagian dalam

organel, di dalamnya ,terdapat banyak kantung pipih yang dikelilingi membran, yang dinamakan

tilakoid, yang biasanya tersusun berlapis-lapis, dinamakan grana. Membran tilakoid mengandung

semua pigmen fotosintetik pada kloroplas dan semua enzim yang diperlukan bagi reaksi primer

yang bergantung pada cahaya matahar. Cairan di dalam ruang yang melingkupi kantung tilakoid

atau stroma mengandung hampir semua enzim yang diperlukan bagi reaksi gelap, yang

mereduksi CO2 membentuk glukosa. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai tahap reaksi

terang dan tahap reaksi gelap.

a. Tahap reaksi terang

Reaksi terang terjadi jika ada cahaya, misalnya cahaya matahari. Energi ditangkap oleh

klorofil dan digunakan untuk memecah molekul air, dan pemecahan ini disebut fotolisis. Reaksi

terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH. Reaksi ini diawali dengan

penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak
energi pada gelombang cahaya panjang tertentu. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang

berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.

Fotosistem I dan Fotosistem II

Reaksi terang cahaya dalam proses fotosintesis penyerapan energi matahari oleh klorofil dimana

dilepaskan O2, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem I yang menyangkut

penyerapan energi matahari pada panjang gelombang di sekitar 700nm dan tidak melibatkan

proses pelepasan O2. Bagian kedua yang menyangkut penyerapan energi matahari pada panjang

gelombang di sekitar 680nm, disebut fotosistem II yang melibatkan pembentukan O2.

Fotosistem I disusun oleh sekitar kurang lebih 200 molekul klorofil dan karotenoid. Klorofil a

terdapat di dalam kloroplas semua sel tumbuhan hijau tetapi sel fotosintesis yang tidak

menghasilkan O2 tidak mengandung klorofil a tetapi mengandung bakterioklorofil a atau

bakterioklorofil b. Klorofil b adalah klorofil kedua yang terdapat dalam tumbuhan hijau yang

fungsinya menyerap cahaya lalu mentransfernya ke klorofil a. Klorofil a dan b murni dapat

diisolasi dari ekstrak daun, walaupun keduanya berwarna hijau, spectra penyerapannya sedikit

berbeda. Kebanyakan tumbuhan tingkat tinggi mengandung kurang lebih dua kali lebih banyak

klorofil a dibanding klorofil b. Ditemukan pula klorofil c yang terdapat dalam ganggang coklat,

diatom dan dinoflagelata.Seperti juga klorofil, karotenoid mempunyai kemampuan untuk

menangkap energy matahari. Golongan pigmen ini berperan dalam menyerap energy matahari
pada bagian daerah panjang gelombang sinar tampak yang tidak tercakup oleh pigmen klorofil,

jadi berperan sebagai pelengkap penerima cahaya. Energy matahari yang ditangkap oleh pigmen

pelengkap harus dipindahkan terlebih dahulu ke molekul klorofil sebelum digunakan selanjutnya

untuk poses fotosintesis.

Fotosistem I menyerap energy cahaya terpisah dari FS II, tapi mengandung kompleks inti

terpisah, yang menerima electron yang berasal dari H2O melalui kompleks ini FS II terlebih

dahulu. Fotosistem I terletak hanya di tilakoid stroma dan di daerah tengah grana yang

menghadap ke stroma. Sebagai system yang bergantung pada cahaya FS I berfungsi

mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan electron ke protein Fe-S larut yang

disebut feredoksin.

Fotosistem II mengandung sebuah kompleks inti yang terdiri dari 6 polipeptida integral yang

saling berhubungan secara nonkovalen, dan berisi pusat reaksi P680. P680 dalam kompleks inti

FS II menerima energy cahaya dengan cara resonansi induktif dari sekitas 250 molekul klorofil a

dan b (terdapat dalam jumlah yang hamper sama) dan sejumlah xantofil. Sebagian besar FS II

hanya terdapat pada kawasan pinggir tilakoid grana. Daerah tengah grana dan tilakoid stroma

mempunyai jauh lebih sedikit FS II. Karena adanya kerja sama antara FS II dan FS I, maka

terjadi fotofosforilasi. Dalam fotofosforilasi ini terdapat dua macam aliran transfer elektron,

yaitu :

b. Tahap reaksi gelap

Reaksi ini ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson, karena itu reaksi gelap disebut

juga reaksi Calvin-Benson. Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam

fotosintesis yang merupakan reaksi pembentukan gula dari bahan dasar CO2 dan energi. Salah

satu substansi penting dalam proses ini adalah senyawa gula beratom karbon lima yang
terfosforilasi yaitu ribulosa fosfat. CO2 yang digunakan berasal dari udara bebas, sedangkan

energi yang berupa ATP dan NADPH merupakan hasil dari reaksi terang. Reaksi ini tidak

tergantung secara langsung pada cahaya matahari sehingga reaksi ini dapat berlangsung saat

malam hari. Namun demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya pada kondisi gelap. Reaksi

gelap berlangsung pada bagian kloroplas yang disebut dengan stroma.

Reaksi ini melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Fiksasi CO2 oleh RuBP (ribulosa 1,5-bifosfat)

 Reduksi APG (3-asam fosfogliserat) menjadi PGAL (1,3 fosfogliseraldehida) oleh NADPH2

 Regenerasi RuBP (ribulosa 1,5-bifosfat) dari DAHP (dihiroksiaseton fosfat)

Dalam siklus ini meliputi tiga fase utama yaitu:

1. Fase Fiksasi Karbon

Pada fase ini molekul CO2 dari udara difiksasi atau ditautkan pada Ribulosa 1,5-Bifosfat

(RuBP) dengan bantuan enzim RuBP karboksilase (Rubisco) dan menggunakan energi dari ATP

serta NADH yang dihasilkan dari reaksi terang.Reaksi ini menghasilkan senyawa intermediet

berkarbon enam yang tidak stabil, sehingga dengan tepat terurai menjadi dua molekul 3-

fosfogliserat (untuk setiap CO2).

2. Fase Reduksi

Pada reaksi ini suatu enzim mentransfer gugus fosfat dari ATP ke setiap molekul 3-

fosfogliserat sehingga membentuk 1,3-bifosfogliserat. Selanjutnya sepasang elektron sumbangan

dari NADPH mereduksi 1,3-bifosfogliserat menjadi G3P (gliseraldehid-3-fosfat). Khususnya,

electron dari NADPH mereduksi gugus karboksil 3-fosfogliserat menjadi gugus karbonil yang

berupa G3P, yang menyimpan banyak energi potensial.


Dalam fase ini untuk setiap tiga molekul CO2, terdapat enam molekul G3P.Tetapi hanya

satu molekul dari gula berkarbon tiga ini dapat dihitung dari selisih perolehan karbohidrat. Siklus

ini dimulai dengan nilai 15 karbon dari karbohidrat dalam bentuk tiga molekul berkarbon lima

dalam RiBPO. Untuk selanjutnya terdapat nilai 18 karbon karbohidrat dalam bentuk enam

molekul G3P. Satu molekul keluar siklus untuk digunakan tetapi lima molekul lainnya harus

didaur ulang untuk meregenerasi tiga molekul RuBP.

3. Fase regenerasi akseptor CO2 (Ribulosa bifosfat RuBp)

Rangka karbon yang terdiri dari lima molekul G3P disusun kembali oleh langkah terakhir

siklus calvin menjadi RuBP. Siklus ini memerlukan tiga molekul ATP. Akhirnya RuBP

terbentuk dan siap menerima CO2 kembali, dan siklus berlanjut. Untuk selisih molekul G3P,

siklus calvin secara keseluruhan menggunakan 9 molekul ATP dan 6 molekul NADPH. G3P

yang tersingkir akan menjadi materi awal untuk jalur metabolime yang mensintesis senyawa

organic lainnya, termasuk glukosa dan karbohidrat lainnya.


BAB III

RESPIRASI TUMBUHAN

A. Pengertian respirasi

Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan energi kimiawi menjadi energi

yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Energi ini diproleh dengan cara menyadap

energi kimia yang terbentuk dalam moleul organik yang disintesis oleh proses fotosintesis.

Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel itu dikenal dengan istilah

proses respirasi. Biasanya respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh

oksigen dari udara membentuk karbon dioksida dan air.

B. Jenis-jenis respirasi

a. Reaksi aerob

Reaksi aerob adalah proses biologi dimana senyawa organik tereduksi dimobilisasi dan

kemudian dioksidasi secara terkontrol. Dalam proses ini energi bebas dilepaskan dan kemudian

digabungkan dalam bentuk ATP, yang dapat segera digunakan dalam perkembangan tanaman.

Respiarsi aerobik secara umum disebut oksidasi senyawa gula berkarbon 6 (glukosa ). Dengan

reaksi dasar:

C6H12O6 + O2 + H2O 6 CO2 + 12 H2O

Glukosa di oksidasi secara sempurna menjadi CO2, dan oksigen (akseptor hidrogen

terakhir) direduksi menjadi air. Oksidasi glukosa dilakukan secara bertahap dalam beberapa

rangkaian reaksi guna menghindari kerusakan struktur seluler ( kebakaran) akibat pelepasan

energi yang sangat besar.

b. Reaksi anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa menggunakan oksigen. Dalam kondisi tidak

ada oksigen, tanaman melakukan metabolisme fermentatif. Fermentasi dapat terjadi melalui

fermentasi alkohol atau fermentasi asam laktat.

Laktat dianggap merupakan produk akhir fermentasi yang relatif lebih berbahaya

dibanding alkohol karena akumulasi laktat berdampak pada penurunan pH sitosol.

C. Mekanisme respirasi

Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria. Proses bertujuan

untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari penggabungan ADP + Pi (fosfat

anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam rantai transfer elektron yang terdapat

pada membran mitokondria. Peristiwa aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer

elektron pada dasarnya adalah peristiwa Reduksi – Oksidasi (Redoks).

Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada kekhasannya.

Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber energi

(umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat sumber

energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan

makanan, yaitu berupa sukrosaatau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di

bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar

adalah lipida (lemak) atau protein.

Pada umumnya substrat respirasi adalah karbohidrat, dengan glukose sebagai molekul

pertama. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs,

dan transpor elektron.

a. Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah serangkaian reaksi

biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu

proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi)

di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri

menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik

yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine

triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.

Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (EMP

pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol

Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael

Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan

heterofermentatif dan homofermentatif (Satriyo, 2012).

Ringkasan reaksi glikolisis pada lintasan EMP adalah sebagai berikut

C6H12O6 + 2 ATP + 2 NAD+ 2 Piruvat + 4 ATP + 2 NADH

Sedangkan ringkasan reaksi dari glikolisis, siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif

adalah:

C6H12O6 + 6 O2  6 CO2 + 2 H2O + energy

Glikolisis dapat dibagi dalam dua fase utama, yaitu:

 Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa tiga karbon)

Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim heksokinase

membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Reaksi berikutnya melibatkan perubahan gula aldosa

menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase dan menyebabkan

perubahan glukosa-6-fosfat yang difosforilasi oleh ATP dan enzim fosfofruktokinase


menghasilkan fruktosa-1,6-difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat dipecah menjadi

dua molekul senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan

bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi

senyawa gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan dua gliseldehida-3-fosfat. Pada

fase ini tidak dihasilkan energi tetapi membutuhkan energi 2 ATP.

 Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam piruvat)

Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi 1,3-difosfogliserat. Reaksi ini

melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan reduksi NAD menjadi

NADH2 yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida dehidrogenase. Dengan adanya ADP dan

enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-difosfogliserat diubah menjadi asam 3-fosfogliserat dan

ATP dibentuk. Asam 3-fosfogliserat selanjutnya diubah menjadi asam 2-fosfogliserat oleh

aktivitas enzim fosfogliseromutase. Pelepasan air dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase

membentuk asam fosfoenolpiruvat. Dengan adanya ADP dan piruvat kinase, asam

fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat dan ATP dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua

molekul asam piruvat. Pada fase ini juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.

b. Dekarboksilasi oksidatif

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C

menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi

dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk

masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di intermembran mitokondria.

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam

piruvat akan menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks

mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani
reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan

akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena

asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat

menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu,

asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.

Langkah pertama adalah pembentukan suatu kompleks antara TPP dan piruvat diikuti

dengan dekarboksilasi asam piruvat. Pada langkah kedua, unit asetaldehida yang tertinggal

setelah dekarboksilasi, bereaksi dengan asam lipoat membentuk kompleks asetil-asam lipoat.

Asam lipoat tereduksi dan aldehida dioksidasi menjadi asam yamg membentuk suatu tioster

dengan asam lipoat. Pada langkah ketiga, terjadi pelepasan gugus asetil dari asam lipoat ke

CoASH, hasil reaksinya adalah asetil-ScoA dan asam lipoat tereduksi. Langkah terakhir, adalah

regenerasi asam lipoat dengan memindahkan elektron dari asam lipoat tereduksi ke NAD. Reaksi

terakhir ini penting agar suplai asam lipoat teroksidasi secara berkesinambungan selalu tersedia

untuk pembentukan asetil-SCoA dari asam piruvat. Pada reaksi ini dihasilkan dua molekul asetil-

CoA, energi sebanyak 2 NADH2, dan 2 CO2.

c. Siklus krebs

Siklus Krebs berasal dari nama penemuannya yaitu Sir Hans Krebs (1980-1981), seorang

ahli biokimia Jerman yang mengemukakan bahwa glukosa secara perlahan dipecah di dalam

mitokondria sel dengan suatu siklus dinamakan siklus Krebs. Siklus Krebs terjadi di matriks

mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut

menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam

isositrat. Asetil koenzim A masuk siklus Krebs melalui reaksi hidrolisis dengan melepas
koenzim A dan gugus asetil (mengadung 2 atom C), kemudian bergabung dengan asam

oksaloasetat (4 atom C) membentuk asam sitrat (6 atom C).

Energi yang digunakan untuk pembentukan asam sitrat berasal dari ikatan asetil koenzim

A. Selanjutnya, asam sitrat (C6) secara bertahap menjadi asam oksaloasetat (C4) lagi yang

kemudian akan bergabung dengan asetil Ko–A. Peristiwa pelepasan atom C diikuti dengan

pelepasan energi tinggi berupa ATP yang dapat langsung digunakan oleh sel. Selama

berlangsungnya reaksi oksigen yang diambil dari air untuk digunakan mengoksidasi dua atom C

menjadi CO2, proses tersebut disebut dekarboksilasioksidatif. Dalam setiap oksidasi 1 molekul

asetil koenzim A akan dibebaskan 1 molekul ATP, 8 atom H, dan 2 molekul CO 2. Atom H yang

dilepaskan itu kemudian ditangkap oleh Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan Flavin

Adenin Dinukleotida (FAD) untuk dibawa menuju sistem transpor yang direaksikan dengan

oksigen menghasilkan air.

Ada beberapa tahapan dalam Siklus Krebs diantaranya:

a. Tahap I

Enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil koenzim-A dengan

oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara

gugua metal dan asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis

ikatan tioester dan pembentukan senyawa koenzim-A bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis

eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi pendorong pertama untuk daur

krebs.

b. Tahap II

Merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cas-akonitat, dikatalisis secara reversible

oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis reaksi reversible penambahan H2O pada ikatan
rangkap cis-akonitat dalam 2 arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke

pembentukan isositrat.

c. Tahap III

Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan enyawa antara

oksalosuksinat yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan

sebagai koenzimnya. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi isositrat menjadi

oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat. Pengubahan isositrat

ke oksaloasetat dapat dihambat oleh difenilkloroarsin, sedangkan dekarboksilasi oksaloasetat

dihambat oleh pirofosfat.

d. Tahap IV

Adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan suksinil koenzim-A,

yang merupakan reaksi yang ieversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-ketoglutarat

dehidrogenase. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase yang khas untuk

GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk sntesis ATP dari ADP

dengan enzim nukleosida difosfat kinase.

e. Tahap V

Suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan

dengan flavin adenine dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada

membrane dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai penerima hydrogen.

f. Tahap VI

Merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap fumarat,

meghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim. Enzim ini bersifat

stereoospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini
fumarase mengkatalisis proses penambahan tras atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap

fumarat.

g. Reaksi VII (akhir)

L-malat doksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan

dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju rekasinya berjalan lancer ke kanan. Hal ini

dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil

koenzim-A adalah reaksi eksergonik yang ireversibel.

Pada akhir siklus Krebs ini akan terbentuk kembali asam oksaloasetat yang berikatan dengan

molekul asetil koenzim A yang lain dan berlangsung kembali siklus Krebs, karena selama reaksi

oksidasi pada molekul glukosa hanya dihasilkan 2 molekul asetil koenzim A, maka siklus Krebs

harus berlangsung sebanyak dua kali. Selain dihasilkan energi pada siklus Krebs, juga dihasilkan

hidrogen yang direaksikan dengan oksigen membentuk air. Jadi hasil bersih dari oksidasi 1

molekul glukosa akan dihasilkan 2 ATP dan 4 CO2 serta 8 pasang atom H yang akan masuk ke

rantai transpor electron.

d. Transpor elektron

Tahap akhir dari respirasi aerob adalah sistem transpor elektron sering disebut juga sistem

(enzim) sitokrom oksidase atau sistem rantai pernapasan yang berlangsung pada krista dalam

mitokondria. Pada tahap ini melibatkan donor elektron, akseptor elektron, dan reaksi reduksi dan

oksidasi (redoks). Donor elektron adalah senyawa yang dihasilkan selama tahap glikolisis

maupun siklus Krebs dan berpotensi untuk melepaskan elektron, yaitu NADH2 dan FADH2.

Sistem Transpor Elektron melibatkan 5 kompleks protein (5 protein complexes) pada

membran dalam mitokondria, yakni:

 Complex I (NADH-coenzyme Q oxidoreductase or NADH dehydrogenase)


 Complex II (Succinate-Q oxidoreductase or Succinate dehydrogenase)

 Complex III (Q-cytochrome c oxidoreductase)

 Complex IV (Cytochrome c oxidase)

 ATP Synthase

Complex I, II, III dan IV membentuk jalur transpor elektron yang akan dilalui oleh elektron-

elektron berenergi tinggi (high energy electrons) yang di'donor' oleh NADH + H+ dan FADH2.

Elektron-elektron berenergi tinggi ini berperan sebagai energi saat complex protein

memompa H+ (proton) dari matrix ke ruang antarmembran pada mitokondria, menyebabkan

perbedaan konsentrasi H+ yang sangat tinggi (strong hydrogen concentration gradient) antara

matrix dengan ruang antarmembran (intramembrane space). Karena perbedaan konsentrasi

proton inilah terjadi peristiwa chemiosmosis (di lain kesempatan kita akan membahas tentang

Chemiosmosis) dan ATP Synthase menyelesaikan serangkaian proses produksi energi dengan

fosforilasi ADP menjadi ATP.

Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang

berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika NADH

dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik

menjadi ATP. Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron,

koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi

yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi

untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi

sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan

dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam

rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron dari
sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi

koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi

menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik

menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang

menghasilkan ATP.

Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2sebanyak 10

dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul

FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut. Setiap oksidasi NADH menghasilkan

kira-kira 3 ATP, dan kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron

dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasilglikolisis dan siklus Krebs, maka secara

keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan

tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap

respirasi seluler adalah 36 ATP.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri, yaitu :

 Jumlah plasma dalam sel. Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel yang masih

penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai kecepatan respirasi yang

lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di mana jumlah plasmanya sudah lebih

sedikit.

 Jumlah substrat respirasi dalam sel. Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan merupakan

hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang sedikit

akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan
kandungan substrat yang banyak akan melakukan respirasi dengan laju yang tinggi. Substrat

utama respirasi adalah karbohidrat.

 Umur dan tipe tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi dari tumbuhan yang

sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan muda jaringannya juga masih

muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur tumbuhan juga akan memepengaruhi laju

respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan

vegetatif awal (di mana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan

bertambahnya umur tumbuhan.

2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan, terdiri atas:

 Suhu. Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan pula kenaikan

laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar

10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies tumbuhan. Perlu diingat, kenaikan

suhu yang melebihi batas minimum kerja wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim

respirasi tidak dapat bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.

 Kadar O2 udara. Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan respirasi akan

berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan, tetapi meskipun demikian makin

tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin tinggi kecepatan respirasi tumbuhan.

 Kadar CO2 udara. Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat menghambat

proses respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang tinggi menyebabkan stomata menutup

sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau oksigen tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Pengaruh

hambatan yang telah diamati pada respirasi daun mungkin disebabkan oleh hal ini.

 Kadar air dalam jaringan. Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam jaringan kecepatan

respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji yang sedang berkecambah.
 Cahaya. Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan yang berklorofil

karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi yang dihasilkan dari proses

fotosintesis.

 Luka dan stimulus mekanik. Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik) pada jaringan

daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu, biasanya beberapa menit hingga

satu jam. Luka memicu respirasi tinggi karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol terjadi

dengan cepat karena pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis

yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel sehingga

menambah mudahnya substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat luka biasanya sel-sel tertentu

kembali ke keadaan meristematis diikuti pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan

luka.

 Garam-garam mineral. Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah, laju respirasi

meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang diperlukan pada saat garam/ion diserap dan

diangkut. Keperluan energi itu dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal

dengan respirasi garam.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu:

1. Fotosintesis adalah proses pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia kemudian

menyimpannya dalam bentuk glukosa. Proses ini terjadi hanya pada tumbuhan dan beberapa

ganggang (Kingdom Protista).

2. Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH yang

dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan komponen sel organik

lainnya dari karbondioksida dan air.

3. Reaksi-reaksi pada fotosintesis terdiri atas dua yaitu reaksi gelap dan reaksi terang.

4. Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel

5. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan

transpor elektron.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam

sel, serta umur dan tipe tumbuhan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, kadar O2 di udara,

kadar CO2 di udara, kadar air di dalam jaringan, cahaya, luka dan stimulus mekanik, serta garam-

garam mineral.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan:

1. Makalah ini dapat dijadikan proses pembelajaran yang khususnya menambah pengetahuan

mengenai fotosintesis dan respirasi tumbuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Edi, Syahmi. 2014. Fisiologi Tumbuhan. Medan : Unimed

Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya : Unesa Unipress

Ryan. 2013. Makalah Fotosintesis. http://makalahfotosintesisryanrihi.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai