Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN HUKUM KEKEKALAN MASSA


Hukum kekekalan massa ditemukan oleh seorang ahli kimia Perancis bernama Antoine
Laurent Lavoisier (1743-1794) pada tahun 1785. Namun, Lavoisier bukanlah yang
pertama mengemukakan teori ini. Sebelumnya, ada seorang ilmuan Rusia yang juga
pernah mempublikasikan teori ini beserta pembuktiannya pada tahun 1748. Nama
ilmuan itu adalah Mikhail Lomonosov (1711-1765). Oleh karena penemuan mereka
berdua hukum kekekalan massa dikenal sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier.

Hukum kekekalan massa ini menjelaskan tentang massa suatu materi takkan pernah
berkurang ataupun bertambah. Massanya akan tetap sama sebelum atau sedudah
dilakukan reaksi. Seperti yang dikatakan oleh Lavoisier pada tahun 1785 yaitu :

Tidak ada suatupun yang diciptakan, baik itu dari proses seni atau dari alam

semesta sendiri. Dan ini dapat dijadikan konsep umum dimana pada suatu proses

terdapat kuantitas yang sama dari materi sebelum dan sesudah proses tersebut.

Kualitas dan kuantitas unsur tetap sama, yang terjadi hanya perubahan atau

modifikasi. Hal ini berlaku untuk semua rekasi kimia, semua reaksi harus

mengasumsikan kesetaraan antara unsur dari suatu zat yang direaksikan.Dari apa

yang dikatakan diatas, jelas bahwa suatu materi itu hanya bisa diubah bentuknya

tetapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan. Artinya, selama perubahan bentuk

atau bereaksi tidak ada atom-atom pereaksi dan hasil reaksinya yang hilang. Seperti

contoh pada kasus kayu yang terbakar, terjadi perubahan bentuk zat yaitu dari

awalnya berbentuk kayu kemudian menjadi abu. Sebenarna selain berubah menjadi

abu, ada perubahan bentuk lainnya yang terjadi. Ada beberapa zat berpindah tempat

karena reaksi terjadi pada wadah yang terbuka. Zat-zat tersebut seperti karbon

dioksida, asap dan uap air. Jika dapat dijumlahkan massanya maka massa abu
ditambah karbon dioksida, asap dan uap air akan sama dengan massa kayu sebelum

dibakar. Hukum kekekalan massa dapat dibuktikan bila dilakukan dalam wadah

tertutup yang dapat mencegah adanya suatu rekasi yang keluar dari wadah. Sehingga

massanya tetap terjaga.

HUKUM KEKEKALAN MASSA

B. SEJARAH PENEMUAN HUKUM KEKEKALAN MASSA


Pada zaman alkimia yaitu sebelum kimia modern lahir, ada sebuah teori yang
tentunya tidak masuk akal dalam dunia kimia saat ini yang menyatakan jika air pada
bejana gelas dipanaskan terus menerus akan terjadi residu/endapan dalam bejana
tersebut. Hal itu dapat diartikan bahwa air telah berubah menjadi tanah karena
proses pemanasan oleh api. Kemuidian pada masa awal adanya ilmu kimia,
berkembang juga suatu pemahaman baru tentang sifat suatu zat atau materi. Para
Ilmuan masa itu berpaham bahwa suatu zat bisa hilang diakibatkat oleh proses
tertentu. Paham ini disimpulkan oleh ahli kimia Jerman, Becher dan Sthal yang
menyatakan bahwa pada setiap benda yang dapat terbakar mengandung zat
flogioston. Dimana, zat ini akan lepas ke udara bila terbakar sehingga massa benda
sesudah terbakar akan menjadi lebih ringan. Pembakaran logam dan peleburan bijih
logam dengan batubara dapat diterangkan dengan teori ini. Namun, tidak semua
kimiawan sepakat dengan pemahaman ini walaupun teori ini merupakan konsep
pemersatu sebelum diakuinya hukum kekekalan massa Lavoisier.

Artikel Penunjang : Pengertian, Konsep, dan Wujud Zat


Antoine Laurent Lavoisier, ilmuan perancis menyangkal teori flogioston karena ada
kejanggalan dalam penerapannya dalam aspek yang lebih luas. Lavoisier membantah
adanya penemuan zat flogioston yang hanya merupakan imajinasi dari pemikir dahulu.
Untuk membuktikan pendapatnya, Lavoisier mendemonstrasikan eksperimennya
bahwa pada proses pembakaran, ternyata ada proses pengikatan oksigen oleh zat yang
dibakar. Dalam eksperimennya, beliau memanaskan raksa dalam tabung yang
dihubungkan dengan tabung berisi udara. Ternyata raksa yang dipanaskan berubah
menjadi zat padat (oksida raksa) yang massanya lebih besar dari massa raksa
awal.tetapi pertambahan massa pada senyawa yang terbentuk diikuti juga dengan
pengurangan massa di udara. Dalam hal ini diindikasikan bahwa adanya zat dalam
udara yang mempengaruhi pembakaran raksa.

A. PENGERTIAN HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)


Hukum perbandingan tetap atau yang sering disebut dengan Hukum Proustadalah
hukum yang menyatakan bahwa seluruh senyawa terdiri dari perbandingan massa
unsur pembentuk yang selalu sama (konstan).

Hukum ini dikemukakan oleh Joseph Lonis Prost (1754-1826) yang berasal dari
Perancis. Hukumnya perbandingan tetap tersebut berbunyi :perbandingan berat
unsur-unsur penyususun senyawa adalah tetap. Eksperimen yang dilakukanProust
adalah reaksi antara unsur hidrogen dan oksigen sehingga terbentuk air (H2O).
HUKUM PERBANDINGAN TETAP (HUKUM PROUST)

B. CONTOH PENERAPAN HUKUM PROUST


Contoh sederhana pada hukum ini adalah pembentukan karbondiosida (CO2) dari
karbon dan oksigen. Massa karbon adalah 12, sedangkan massa oksigen adalah16.
Maka pembentukan karbondioksida adalah sebagai berikut:

CONTOH SEDERHANA HUKUM PROUST

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa karbondioksida akan selalu terbentuk dari
karbon dan oksigen dalam perbandingan yang sama. Walaupun ada reaktan (pereaksi)
yang berlebihan, maka akan menjadi sisa yang tidak ikut bereaksi.

Perbandingan massa unsur dalam senyawa dapat ditentukan dengan cara mengalikan
jumlah atom dengan atom relatif masing-masing unsur. Misalnya H2O perbandingan
massa hidrogen dengan oksigen 1:8. Perbandingan

Hukum Coulomb
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Fisika Prancis, Charles Augustin
Coulomb (1736-1806) disimpulkan bahwa: besarnya gaya tarikmenarik atau tolak-menolak
antara dua benda bermuatan listrik (yang kemudian disebut gaya Coulomb) berbanding lurus
dengan muatan masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
kedua benda tersebut
Neraca Puntir Alat Percobaan Coulomb

Besarnya gaya oleh suatu muatan terhadap muatan lain telah dipelajari oleh Charles Augustin
Coulomb. Peralatan yang digunakan pada eksperimennya adalah neraca puntir yang mirip
dengan neraca puntir yang digunakan oleh Cavendish pada percobaan gravitasi. Bedanya,
pada neraca puntir Coulomb massa benda digantikan oleh bola kecil bermuatan.

Untuk memperoleh muatan yang bervariasi, Coulomb menggunakan cara induksi. Sebagai
contoh, mula-mula muatan pada setiap bola adalah q0, besarnya muatan tersebut dapat

dikurangi hingga menjadi q0 dengan cara membumikan salah satu bola agar muatan terlepas
kemudian kedua bola dikontakkan kembali. Hasil eksperimen Coulomb menyangkut gaya yang
dilakukan muatan titik terhadap muatan titik lainnya.
Gaya Coulomb

Jika kedua muatan merupakan muatan sejenis maka gaya yang bekerja bersifat tolak-menolak.
Jika kedua muatan mempunyai tanda yang berlawanan, gaya yang bekerja bersifat tarik-
menarik.

Gaya coulomb menyatakan bahwa muatan listrik yang sejenis tolak-menolak, sedangkan
muatan listrik tak sejenis tarik-menarik seperti terlihat pada gambar diatas.
Perhatikan gambar diatas yang menggambarkan dua buah benda bermuatan
listrik q1danq2terpisah pada jarak r. Apabila kedua benda bermuatan listrik yang sejenis, kedua
benda tersebut akan saling tolak-menolak dengan gaya sebesar F dan jika muatan listrik pada
benda berlainan jenis, akan tarik-menarik dengan gaya sebesar F.
Pernyataan Charles Augustin Coulomb (1736-1806) yang kemudian dikenal denganHukum
Coulomb yang dinyatakan dalam persamaan :

di mana :

F= gaya tarik-menarik atau tolak-menolak/gaya Coulomb (Newton)

k = bilangan konstanta = = 9. 109N m2/C2


q1, q2 = muatan listrik pada benda 1 dan benda 2 (Coulomb/C)
r = jarak pisah antara kedua benda (m)
Gaya Coulomb termasuk besaran vektor. Apabila pada sebuah benda bermuatan dipengaruhi
oleh benda bermuatan listrik lebih dari satu, maka besarnya gaya Coulomb yang bekerja pada
benda itu sama dengan jumlah vektor dari masing-masing gaya Coulomb yang ditimbulkan oleh
masing-masing benda bermuatan tersebut. Misalnya untuk tiga buah muatan listrik.

Besarnya Gaya Coulomb yang dialami oleh q3 pada F = F1 + F2


di mana :

F1 = gaya Coulomb pada q3 akibat yang ditimbulkan oleh q1


F2 = gaya Coulomb pada q3 akibat yang ditimbulkan oleh q2
F = gaya Coulomb pada q3 akibat muatan q1 dan q2
Gaya Coulomb pada muatan q3 adalah F = F1 +F2
Karena letak ketiga muatan tidak dalam satu garis lurus, maka besarnya nilai F dihitung
dengan :

dengan adalah sudut yang diapit antara F1 dan F2.

Efek zeeman ialah pemisahan jalur spektral tunggal dari sebuah spektrum
menjadi komponen komponen 3 atau lebih yang terpolarisasi atau gejala
gejala spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakan dalam medan magnet
.Efek zeeman diambil dari nama fisikawan belanda zeemann yang mengamati
efek itu pada tahun 1896
Efek zeeman tidak dapat dijelaskan dengaan menggunakan atom bohr dengan
demikian diperlukan model atom yang lebih lengkap dan lebih umum untuk
menjelaskan efek zeeman dan spektrum elektron banyak(faisal gifar,2010).
Gerak magneton elektron orbital dalam sebuah atom hidrogen bergantung
terhadap momen sudut L.

Anda mungkin juga menyukai