Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

N DENGAN DIAGNOSA MEDIS TONSIL FARINGITIS


DI RUANG ANAK RSUD dr.M HAULUSSY AMBON
TAHUN 2017

DISUSUN OLEH:

JURIKE DWI PRASTICA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

PROGRAM STUDI NERS

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Preceptee : Jurike dwi prastica


NPM :
Ruang : Anak

A Konsep Dasar
1. Definisi
Tonsilo faringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan
juga oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. (Faradellas, 2009)

Tonsilo faringitis adalah radang faring pada bayi/anak yang selalu melibatakan organ
didalamnya,sehingga infeksi pada faring biasanya mengenaitonsil

Tonsilo faringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring. Radang faring pada anak
hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga
mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

2. Etiologi
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
Pneumococcus
Staphilococcus
Haemalphilus influenza
Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
Streptococcus B hemoliticus grup A
Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphilococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi
virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
3. Tanda dan gejala
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain :
Demam
Tidak enak badan
Sakit kepala
Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
Tenggorokan terasa kering
Persarafan bau
Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan terisi detritus
Tidak nafsu makan
Mudah lelah
Nyeri abdomen
Pucat
Letargi
Nyeri kepala
Disfagia (sakit saat menelan)
Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
Rasa gatal / kering di tenggorokan
Lesu
Nyeri sendi
Odinafagia
Anoreksia
Otalgia
Suara serak (bila laring terkena)
Tonsil membengkak
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat
menelan, kadang-kadang muntah.
Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
4. Patofisiologi
Infeksi saluran pernapasan atas adalah salah satu infeksi yang paling umum terjadi di
dunia. Hidung adalah tempat dimulainya proses pernapasan. Di hidung terdapat rambut-
rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke
hidung agar udara tersebut bersih dan tidak kotor Bakteri dan virus yang masuk dalam tubuh
melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring
kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada
tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan
dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil
sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut
serta otalgia
5. Komplikasi
Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
Laringitis
Sinusitis
Rhinitis
6. Pemeriksaan penunjang
Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik,
glomerulnefritis, dan demam jengkering.
Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
7. Tindakan medis
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
Penatalaksanaan tonsilitis akut
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus
dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan
diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post
nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
Perawatan Paska-bedah
Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
Memantau tanda-tanda perdarahan
Menelan berulang
Muntah darah segar
Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
Diet
Memberikan cairan bila muntah telah reda
Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari
ada kepingan kecil).
Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
Menawarkan makanan
Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi
hari setelah perdarahan.
Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1
minggu.
Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
Mengajari pasien mengenal hal berikut
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera
selama 1-2 minggu.
Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah
operasi.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Focus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :
Wawancara
Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
Apakah pengobatan adekuat
Kapan gejala itu muncul
Apakah mempunyai kebiasaan merokok
Bagaimana pola makannya
Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :
Intergritas Ego
Gejala : Perasaan takut
Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja,
dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk.
Hygiene
Tanda : Kesulitan menelan
Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu,
debu.
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
Pembesaran tonsil dan hiperemis
Letargi
Kesulitan menelan
Demam
Nyeri tenggorokan
Kebersihan mulut buruk
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama
bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
3. Intervensi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC : Perawatan Diri : Makan
Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan
dapat diatasi
Kriteria hasil :
Reflek makan
Tidak tersedak saat makan
Tidak batuk saat menelan
Usaha menelan secara normal
Menelan dengan nyaman
Skala :
1. Sangat bermasalah
2. Cukup bermasalah
3. Masalah sedang
4. Sedikit bermasalah
5. Tidak ada masalah
NIC : Terapi menelan
Intervensi :
1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan
2. Hindari penggunaan sedotan minuman
3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan
menelan.
4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama
makan / minum obat.
Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau
berkurang
Kriteria hasil :
Mengenali faktor penyebab.
Mengenali serangan nyeri.
Tindakan pertolongan non analgetik
Mengenali gejala nyeri
Melaporkan kontrol nyeri
Skala :
1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3. Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5. Anjurkan pasien untuk istirahat.
Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
NOC : Fluid balance
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi
dapat teratasi
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
BB ideal sesuai tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Manajemen nutrisi
1. Berikan makanan yang terpilih
2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh
kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Suhu kulit dalam batas normal
Nadi dan pernafasan dalam batas normal.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna, dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
4. Monitor intake dan output
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
Dx 5 : Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat
hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
Ansietas berkurang
Monitor intensitas kecemasan
Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pengurangan Cemas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2. Tenangkan anak / pasien.
3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi,
eskpresi cemas non verbal)
4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International, 2010, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009


2011, Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Smeltzer,s.c dan Bare,b.g. 2011. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & Suddart
h. Edisi. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2002. Struktur dan komponen tubuh manusia. Jakarta: Widya Medika.
Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.
Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai