Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah.
Kekayaan alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai sekarang
disamping India dan Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah
satu bahan ekspor non migas yang paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang
devisa negara cukup besar. Hal ini teruji pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-
rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia yang paling menguntungkan.
Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan rempah-rempah sebagai salah satu
topik penelitian unggulan saat ini.
Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak
atsiri lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri umumnya
berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji atau
bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres (ditekan). Minyak sereh, minyak
daun cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga, minyak kayu
cendana merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak atsiri
awalnya digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma
makanan. Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan minyak
atsiri dapat digunakan sebagai feromon, aditif biodisel, antioksidan, polimer,
aromaterapi, penjerap logam, sun screen block dan banyak lagi kegunaan lainnya.
Kemampuan untuk melakukan konversi komponen minyak atsiri menjadi menjadi
senyawa-senyawa yang lebih berguna merupakan suatu hal penting yang mendesak
sekarang. Hal ini disebabkan senyawa turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia
harganya jauh lebih mahal daripada harga minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia
.Oleh sebab itu,makalah ini akan mempelajari tentang minyak atsiri agar lebih banyak
diketahui oleh masyarakat luas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah minyak atsiri ?
2. Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Apa saja penggolongan minyak atsiri ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang minyak atsiri yang
terkandung dalam tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besarminyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak
wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri
mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak
berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk
resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah
warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang
berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan
hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti
akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada
suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman
penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther,
1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap
(flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya
penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang
devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ tanaman,
seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar
wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-
komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang
komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa
murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin.
Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi
produk yang lebih berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman
oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Minyak atsiri
digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika,
farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren,
1985).
Ciri-ciri minyak atsiri :
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga
seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek
tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis
ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-
kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.

2.2 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI


Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki sifat
fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri
berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap pada suhu
kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang dapat digunakan
untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam minyak asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias
yang tinggi, bersifat optis aktif.

1) Bau yang karakteristik


Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti
akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada
suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman
penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther,
1990).

2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer.
Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah
satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran bahan
dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari pengujian
bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap
bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak ditentukan
oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka
bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang
kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat
minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi
(0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis
tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan
bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan
sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722
sampai 0,9979.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer.
Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan
yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan
media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther,
1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai
indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi
pula indeks bias yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam
minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus
minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka
nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok senyawa
terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok
senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama penyulingan, senyawa
terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak
menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks
bias paling tinggi (1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran
bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara
1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil
Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke
arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri,
suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan
alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya ukuran
bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa
ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat nyata dengan ukuran
sedang dan kecil.

Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan
yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen
senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga
putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa
yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa yang kurang lengkap
(sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan
bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03
sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2
sampai 0 derajat.
5) Kelarutan Dalam Alkohol
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak
atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai
kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu
kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larutdalam air,
sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanolpada berbagai tingkat
konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan daya
larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya
penyimpanan. Halini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan,
sehinggauntuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan
kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa
menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang
dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.
Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan
bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam
alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath
(1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang
banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat,
uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding
susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih
banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ
pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2) secara
sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1)
(Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga
senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh
panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan.
Kondisi tersebut mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga
minyaknya sukar larut dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan
dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan
lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi perlakuan yang
menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan nisbah volume alkohol dan
minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang
dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70%
adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.
6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga
coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi
kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna
gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.

2.3 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik
pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai
bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak (Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit batang
yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam tertinggi,
sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus mempunyai bilangan
asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo
dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan
metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan
daun dan kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak.
Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan
rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan
sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk penyabunan
ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai
aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling
dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester
terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan yang disuling
dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil
penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan
kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari
daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang.
Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak tersebut.

Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan sifat
kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang
tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis
ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam
bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai
katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak yang
mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan mudah
teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia pada minyak
atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi jumlah minyak
atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh
udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu
rendah.

2. Proses ekstraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu
tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri berkontak
dengan udara.

2.4 LOKALISASI MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut


kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae),
di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat
adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida
tertentu.

2.5 KOMPOSISI MINYAK ATSIRI


Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen
2) Hidrokarbon teroksigenasi.

A. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.

Klasifikasi Minyak Atsiri Hidrokarbon

Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan karbon (C).


Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
sebagian besar terdiri atas:
 monoterpen (2 unit isoprene),
 sesquiterpen (3 unit isoprene),
 diterpen (4 unit isoprene),
 politerpen,
 parafin,
 olefin dan
 hidrokarbon aromatik.

Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari setiap
jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen. Oxygeneted
Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Yang
termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida, ester
dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan hidrokarbon yang
dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu sumber devisa. Salah satu komponen
utama penyusun minyak terpentin adalah α -pinena yang bervariasi dari 70-85%. Perlu dilakukan
derivatisasi α -pinena sehingga dapat lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi lebih tinggi,
misalnya sebagai bahan baku obat-obatan dan parfum. Pada umumnya minyak terpentin tersusun
oleh campuran isomer tidak jenuh, hidrokarbon monoterpena bisiklis (C10H16) yaitu (a) α-pinena,
(b) β-pinena, (c) Δ –karena, dan (d) d-longifolena.

Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan minyak
terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :
  Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis kamfer,
terpineol dan terpinil asetat.
  Minyak terpentin dapat digunakan sebagai thiner (pengencer) dalam industry cat dan
pernis.
  Minyak terpentin juga digunakan dalam industri perekat dan pelarut lilin.

α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus molekul
C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti terpentin. Rumus
strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena, maka dari itu α-pinena
termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena, yaitu senyawa hidrokarbon tak
jenuh yang mempunyai 10 atom karbon dimana satuan terkecil dalam molekulnya disebut
isoprena. α-Pinena mempunyai kegunaan yang penting sebagai pembuat lilin, sintesis kamfer,
pembuatan geraniol dan sebagainya.

Identifikasi dan Isolasi/Preparasi Minyak atsiri.

Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan kromatografi gas
(GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu persenyawaan yang mudah menguap
didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil).

Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui melalui bau
dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian satu tetes asam sulfat
pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu kemerahan.
Ekstraksi. untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan
cara destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya apabila
komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi). Pada metode ini
uap air digunakan untuk menyari simplisia dan dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut
menguap kembali bersama minyak menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga
terbentuk molekul – molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah
diisi dengan air. Penyulingan dilanjutkan hingga sempurna.

Biosintesis minyak atsiri hidrokarbon

Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :
  Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
  Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, sesqui, di-, sester-
, dan poli-terpenoid.
  Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.

B. Golongan hidrokarbon teroksigenasi


Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan
karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap
dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap
dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol
encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan
hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri
karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang
bebas terpen.

2.6 CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi
Proses ekstraksi meliputi beberapa tahapan :
a) Perajangan
Sebelum bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu menjadi
potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan untuk memudahkan
penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk mengurangi sifat kamba bahan oral.
Besar ukuran partikel hasil rajangan bervariasai, tergantung dari jenis bahan itu sendiri.
Selama proses perajangan akan terjadi penguapan komponen minyak bertitik didih
rendah, dan jika dibiarkan beberapa menit akan terjadi penyusutan bahan sekitar 0,5 %
akibat penguapan minyak. Oleh karena itu, jika di inginkan rendemen dan mutu minyak
yang baik, maka hasil rajangan harus di masukkan dalam ketel suling. Kelemahan
bahan yang di rajang karena :
1) Jumlah total minyak berkurang, akibat penguapan selama perajangan.
2) Komposisi minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.

b) penyimpanan bahan olah


Tempat dan kondisi bahan olah sebelum perajangan mempengaruhi
penyusutan minyak atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu besar seperti pada
perajangan. Penyimpanan bahan olah dengan cara penimbunan sering di lakukan
akibat terhambatnya proses penyulingan atau karena kapasitas ketel suling yang
kurang besar. Jika bahan olah harus di simpan sebelum di proses, mka harus di simpan
dalam udara kering yang bersuhu rendah, dan udara tidak d sirkulasi. Jika mungkin
ruangan di lengkapi dengan “air conditioner”. Sirkulasi dan kelembaban udara yang
ekstrim selama penyimpanan mengakibatkan proses resinifikasi, penguapan dan
proses oksidasi. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam udara kering
tergantung dari beberapa faktor, yaitu : kondisi bahan, metode dan lama penyimpanan,
dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Bahan olah berupa daun dan bunga tidak
dapat disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa kulit pohon, akar, kayu lebih
tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yang menguap lebih kecil.

c) pelayuan dan pengeringan


Sebagian bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di simpan
atau disuling. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah adalah :
a. menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan mudah, dan
singkat.
b. Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi.sebagai contoh ialah
untuk memecahkan glikosida (amigdalin) menjadi benzaldehid yang berbau wangi pada
minyak almon dan akar orris. Hal yang sam terjadi pula pada minyak nilam dan vanila.
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengerian lebih besar dari
kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi karena proses
pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan
akhirnya menguap.
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya
hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan bahan yang
mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenywaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam pelarut air.

Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara,
yaitu :
1. PENYULINGAN
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor,
yaitu :
a. Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b. Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
c. Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan tekanan
atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini hanya
dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu
yang lebih tinggi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa kelemahan
yaitu :
a. Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan
oleh adanya panas dan air
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air
dan panas
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal
dalam bahan.
e. Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.

2. PENGEPRESAN ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk
famili citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika
diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak “ almond” , “ apricot “, “ lemon “, minyak kulit jeruk, “ mandarin “, “ grape fruit “
dan beberapa jenis minyak lainnya.
Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing
dan expeller pressing.

3. EKSTRAKSI DAN PELARUT MENGUAP ( solvent extraction )


Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah ( ketel )
yang disebut “ extractor ”. Berbagai tipe “ extractor “ yang telah dikenal adalah “ Bonotto
extractor “, “ Kennedi extractor “, “ Bpllsman extractor “, “ De Smet extractor “, “ Hilderbrandt
extractor “.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstrasi minyak atsiri yang
mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari
bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, dll.
1. Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan mutu pelarut
yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai berikut :
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan tidak dapat
melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b. Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun titik didih
pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya
sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan tidak tertinggal
dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar
Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan mutu minyak yang
cukup baik, dibandingkan dengan pelarut murni. Beberapa jenis pelarut yang biasa dipergunakan
dalam proses ekstraksi minyak atsiri antara lain petroleum ether, benzene, alcohol.

4. EKSTRAKSI DENGAN LEMAK PADAT


Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-bungaan,
dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
1. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun bunga terus
menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan minyak yang terbentuk
dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan bunga dalam memproduksi minyak
akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik. Dengan
demikian pelarut hanya dapat mengekstraksi minyak yang terdapat dalam sel bunga yang
terbentuk pada saat bahan tersebut kontak dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih baik, maka selama
proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi dalam bunga tetap berlangsung
dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi minyak bunga menggunakan lemak hewani atau
nabati.
Ekstraksi minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu “ enfleurage “ dan “
macerate “.
a. Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah ( keadaan dingin )
sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Proses enfleurasi
menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
Kelemahan proses ini adalah karena memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan
tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan minyak bunga,
dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan menggunakan alcohol. Hasil
ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan alcohol menghasilkan campuran minyak
bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga
yang larut dalam sejumlah kecil alcohol, disebut ekstrait.

Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini digunakan sebagai
dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Syarat-syarat lemak yang digunakan
1. Lemak tidak berbau
Lemak yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat mencemari bau minyak atsiri
yang dihasilkan. Bau lemak dapat dihilangkan dengan proses deodorisasi.
2. Lemak mempunyai konsistensi tertentu
Konsistensi lemak yang digunakan perlu diatur, karena lemak yang terlalu keras
mempunyai daya absorbs yang rendah. Jika konsistensi lemak terlalu lunak, maka lemak banyak
melekat pada bunga sehingga sukar dipisahkan.
Konsistensi lemak dapat diatur dengan cara hidrogenasi atau mencampur 2 macam
lemak yang titik cairnya berbeda, sehingga didapatkan lemak dengan konsistensi dan titik cair
tertentu. Lemak yang sudah sekali dipakai pada proses ekstraksi tidak dapat dipakai kembali dan
biasanya dijadikan sabun dan kosmetik.
Keuntungan dan kerugian metode absorbs oleh lemak
Keuntungan :
1. Rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan cara
“ solvent ectraction “.
2. Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena kerusakannya relative kecil.
Kerugian :
1. Metode tersebut penggunaannya terbatas pada beberapa jenis bunga saja.
2. Lemak yang mengandung antioksidan, dapat merubah bau minyak atsiri
3. Ekstraksi minyak atsiri dari “ pomade “ dengan menggunakan alcohol akan mengekstrak
lemak dalam jumlah kecil.
4. Lemak dapat digunakan hanya untuk satu periode ekstraksi, yaitu sampai lemak sudah
jenuh oleh minyak atsiri

2.7 SUMBER-SUMBER MINYAK ATSIRI


Nama Tanaman Penghasil Bagian Negara Asal
Minyak Tanaman
Sereh Cymbopogon nardus R Daun Srilanka
wangi
Nilam Pogostemon cablin Daun Malaysia, Indonesia
(patchouli) Benth
Kayu Putih Melaleuca Daun Indonesia
(cajuput) Leucadenron
Sereh dapur Cymbopogon citrates Daun Madagaskar,
(lemon Guetemala
grass)
Lada Piper nigrum L Daun/buah India Timur, Cina,
(pepper) Srilanka
Kenanga Cananga odorata Bunga Indonesia
(cananga) Hook
Cengkeh Caryophyllus Bunga Zanzibar, Indonesia,
(clove) Madagaskar
Lavender Lavandula offcinalis Bunga Perancis, Rusia
Chaix
Mawar Rosa alba L Bunga Bulgaria, Turki
(rose)
Melati Jasminumofficinale L Bunga Perancis selatan
(jasmine)
Kapolaga Elettaria cardamomun Biji India, amerika
(cardamom) L
Seledri Apium graveolen L Biji Inggris, India
(celery
seed)
Sitrun Citrus medica Buah/Kulit Buah Kalifornia
(lemon)
Adas foeniculum fulgares Buah/Kulit Buah Eropah, tengah,
(fennel) Mill Rusia
Akar wangi Vetiveria zizanioides Akar/rhizoma Indonesia, Lousiana
(Vetiver) Stap
Kunyit Curcuma longa Akar/rhizoma Amerika selatan
(Turmeric)
Jahe Zingiber officinale Akar/rhizoma Jamaika
(ginger) Roscoe
“Camphor” Cinnamomun Batang/kulit buah Formosa, Jepang
Camphora L
Kayu Cinnamomun zeylanicum Batang/kulit batang Prancis, Indo Cina
Manis Ness
(Cinnamon)
Cendana Santalum Album L Batang/kulit batang Mysole, Inggris
(sandal
wood)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal
dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya
(khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada
industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.

3.2 Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau
saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua dimasa ynag akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen
Kesehatan

Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai