Mudah
Bachrudin Musthafa
Dalam pelbagai kesempatan saya pernah ditanya orang tentang bagaimana cara sukses belajar
di Perguruan Tinggi (PT). Hal ini wajar ditanyakan kepada saya dan muncul ke permukaan
karena saya sering mengatakan kepada publik bahwa meraih suskes akademik itu mudah,
dan –- tambahan lagi—pendidikan di PT itu mahal (apalagi kalau dilakukan di luar negeri).
Tak seperti yang terjadi di Indonesia yang tampaknya menganggap kisah dan strategi sukses
itu merupakan masalah nasib-peruntungan (a matter of luck) belaka dan, oleh karena itu,
tidak menarik perhatian para peneliti, di dalam tradisi penelitian di luar negeri, sukses dan
kegagalan dipandang sebagai sesuatu yang perlu dijelaskan. Dari cara pandang semacam ini
lahir berbagai studi tentang peran strategi-mengolah diri dalam berbagai bentuknya dan
dengan segala konsekuensinya. Dari riset yang dilakukan terus-menerus dan dikelola melalui
sistem publikasi yang sistematis dan terbuka, telah banyak strategi-sukses yang ditemukan
dan strategi ini telah diverifikasi secara terbuka oleh peneliti di mancanegara.
Tulisan ringkas ini bertujuan memaparkan berbagai strategi sukses belajar di PT dan
menjelaskan mengapa berbagai kebiasaan yang baik umumnya menyifati orang-orang yang
kemudian terbukti sukses dalam bidangnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tulisan ini—
pertama-tama—akan menggambarkan pelbagai kebiasaan yang umumnya dilakukan
mahasiswa yang berkinerja akademik tinggi. Setelah itu akan dijelaskan cara berpikir
strategis yang telah terbukti membawa mahasiswa ke puncak prestasinya. Dengan cara ini
diharapkan bahwa sidang pembaca dapat menyadap strategi pengolahan-diri yang baik,
sehingga menjadi pantas untuk meraih tingkat sukses akademik yang diinginkannya.
Pada pertemuan pertama, lazimnya, dosen memperkenalkan matakuliah yang diampu dan
diajarkannya kepada mahasiswa. Pada pertemuan ini dibahas tujuan dan cakupan matkuliah
serta berbagai pengalaman-belajar yang utama dan topik-topik utama yang akan dibahas
setiap pertemuan dilengkapi dengan tugas dan referensinya. Inilah “menu” pendidikan-
pengajaran yang telah diracik dosen untuk matakuliah ini yang – bila dikelola dengan baik—
akan mengantarkan mahasiswa pada pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kebiasaan
berpikir tertentu.
Mahasiswa yang kemudian terbukti berprestasi tinggi adalah mereka yang melakukan tugas-
tugas membaca dan/atau mengerjakan latihan mandiri sebelum datang ke kelas untuk
mengikuti kuliah. Karena persiapan yang dilakukannya sebelum bertemu dosen, para
mahasiswa unggul ini memperoleh kesempatan lebih dari satu kali memahami yang
dipelajarinya: pertama, pemahaman dibangun melalui upaya mandirinya dalam mengerjakan
tugas yang ditugaskan; kedua, penguatan-pemahaman diperolehnya ketika memperoleh
konfirmasi dan/atau penjelasan dari dosen secara langsung di kelas.
Kebiasaaan#2: Mahasiswa unggul menghadiri semua sesi kuliah yang dijadualkan dosen.
Oleh karena rangkaian sesi perkuliahan yang disusun dosen ini telah sedemikian ketat dan
saling-berkait, kemangkiran kuliah sangat merugikan mahasiswa itu sendiri karena hal ini
dapat membuat pemahamannya tidak lengkap dan/atau ketempilannya menjadi rumpang.
Untuk alasan ini pulalah, para mahasiswa unggul lazimnya akan mengupayakan sekuat
tenaga agar semua sesi perkuliahan dihadirinya. Dengan kehadirannya ini—paling tidak—
topik yang dibahas di kelas diketahui secara persis dan penjelasan serta pesan-pesan dari
dosen terikuti secara langsung dan lengkap.
Tanyakan kepada dosen: mahasiswa yang seperti apa yang diperkirakannya akan “menjadi
orang” kelak di kemudian hari. Jawabannya—kemungkinan besar—mengandung komponen-
komponen berikut: menghormati dan berbaik sangka kepada gurunya. Sikap takzim dapat
mewujud dalam berbagai bentuk, termasuk menganggap bahwa dosen itu menguasai
bidangnya—atau, paling tidak, mengetahui lebih banyak dan lebih mendalam dari mahasiswa
yang diajarnya. Selain itu, mahasiswa unggul merasakan maksud baik dosennya: dosen
menginginkan agar mahasiswa yang diajarnya mengerti dan terampil—bila perlu, melebihi
dirinya sendiri.
Dengan demikian, mahasiswa yang baik ini melihat banyak pintu terbuka bagi kemajuannya
yang optimal dan tidak harus menunggu punya masalah bila ingin berbicara dengan dosen.
Kebiasaan #4 Mahasiswa unggul belajar secara teratur dan memiliki jadual tetap.
Mahasiswa unggul itu teratur: dia tahu kapan harus mengerjakan tugas yang mana; dia tahu
tugas mana saja yang dapat dikerjakan belakangan; dan dia tahu dengan pasti kegiatan mana
yang dapat dikesampingkan (karena mungkin memang tak memberi manfaat baginya).
Mahasiswa unggul memiliki kontrol yang baik terhadap penggunaan waktu, dan dia tahu
kapan harus kerja-keras dan kapan boleh bersantai-santai. Keteraturannya dalam belajar
membuatnya cenderung “berada di depan” di kelasnya, dan—oleh karena itu– dia bisa-jadi
diperlakukan sebagai tempat bertanya bagi teman-temannya.
Dengan cara berpikir dan cara belajar yang telah dipilih dan dipraktikannya, mahasiswa
unggul memiliki sikap realistis terhadap waktu yang diperlukannya untuk belajar. Dia akan
mencicil waktu belajarnya dalam blok-blok waktu relatif kecil (misalnya satu-dua jam belajar
sekali duduk) dan secara strategis mendistribusikan beban belajarnya dari suatu hari ke hari
lainnya. Mahasiswa unggul memprioritaskan tugas kemahasiswaannya – yakni belajar—
Selain kebiasaan-kebiasaan unggul, berbagai strategi belajar yang teruji serta terfokus pada
tujuan yang hendak dicapai, memahami dengan baik proses membaca dan proses belajar
merupakan aset tambahan yang krusial. Mahasiswa yang memimpikan sukses harus
memahami proses membaca untuk berbagai tujuan yang berbeda: membaca untuk memahami
isi teks, membaca cepat untuk menemukan gagasan dan informasi yang diperlukan, dan
membaca “sintopikal”—yakni membaca untuk menciptakan pengetahuan baru.
Kalau dapat dikatakan bahwa pelbagai kebiasaan unggul yang dipaparkan di muka tadi
sebagai kondisi yang memungkinkan mahasiswa beroleh sukses akademik yang tinggi, maka
kemampuan membaca untuk pelbagai tujuan—khususnya membaca sintopikal—
memungkinkan mahasiswa pengguna pengetahuan yang unggul menjadi pencipta
pengetahuan yang orisinal. Ini manusia langka yang diidamkan Indonesia.
Rujukan
Cortina, J. & Elder, J. (2000). New Worlds.New York, NY: Mc Graw Hill.
Nelson, R. (1998). Using a Student Performance Framework to Analyze Success and Failure.
Journal of College Reading and Learning, 29(1), pp.82-89.