Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

DASAR REKAYASA PROSES

“Pembuatan Sabun Transparan”

Oleh:
Kelas 2A D4 TKI
Kelompok 2
Danang Rizky Mahendra (1741420102)
Elinda Kartika Sari (1741420025)
Ellana Nabilah N.A.A (1741420073)
Hana Kurnia Oktaviani (1741420008)
Moch Farhein Ferdinal (1741420008)
Sri Indah Nur Aini (1741420091)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TEKNIK KIMIA
2018

1
A. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis minyak, penambahan etanol dan


penambahan gliserin terhadap kualitas sabun yang dihasilkan.
2. Untuk mengetahui proses tentang pembuatan sabun transparan.

B. Tinjauan Pustaka
1. Sabun Transparan
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara
basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak
hewani. Sabun mandi merupakan sabun natrium yang umumnya
ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan tubuh dan
tidak membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri atas berbagai bentuk
seperti berbentuk padat (batang), cair, dan gel. Sabun mandi batang terdiri
dari cold-made, opaque, sabun transparan dan sabun kertas. Sabun mandi
cold-made mempunyai kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang
mengandung garam (air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi
biasa, berbentuk batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut
juga sabun gliserin mempunyai penampakan yang lebih menarik karena
transparansinya (Usmania,2012).
Sabun tranparan adalah sabun yang dibuat dengan teknik khusus
dengan menghilangkan kandungan alkali di dalamnya. Sabun transparan ini
lebih unggul daripada sabun mandi biasa, selain dari tampilannya yang
transparan yang menawan, sabun ini sangat lembut di kulit dan dapat
melembabkan kulit. Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi
kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati atau lemak hewani. Molekul sabun terdiri dari rantai karbon,
hydrogen, dan oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian
kepala yang disebut sebagai gugus hidrofilik (rantai karboksil) untuk
mengikat air. Bagian ekor sebagai gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon)
untuk mengikat kotoran.

2
Gambar B1.1 Rantai Molekul Sabun

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi


penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH dan KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Trigliserida adalah satu molekul gliserol yang berikatan dengan
tiga molekul asam lemak. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:

Gambar B1.2 Reaksi Saponifikasi

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun


sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang
terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah
akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi
partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion (Jayanti, 2014).

2. Minyak atau Lemak


Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua
istilah ini berarti triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan
minyak pada suhu ruangan, lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.

3
Gliserida pada hewan berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan
cenderung berupa minyak karena itu biasa terdengar ungkapan lemak
hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak
bunga matahari). Lemak netral tergolong senyawa-senyawa majemuk dan
ikatannya menyerupai ester. Asamnya terdiri atas asam-asam
monokarnoksilat yang tidak bercabang, yaitu asam lemak sedangkan
komponen alkoholnya gliserin merupakan suatu alkohol. Banyaknya asam
karboksilat yang diikatkan pada gliserin menghasilkan mono dan
trigliserida. Asam-asam itu dapat sama maupun berlainan. Lemak yang
terdapat di alam umumnya tergolong trigliserida yang asamnya campuran.
Hidrolisis senyawa ester dapat diuraikan lagi menjadi komponen-komponen
semula, yang paling mudah jika dicampur dengan basa (NaOH atau KOH),
maka terjadilah garam-garam alkali yang disebut sabun. Bila lemak atau
minyak dipanaskan dengan alkali, ester terkonversi menjadi gliserol dan
garam dari asam lemak. Reaksi tersebut digambarkan di sini dengan
penyabunan gliseril tripalmitat (Prasetio, 2015).

Gambar B2.1 Reaksi hidrolisis senyawa


ester
Minyak pendukung berbagai jenis minyak yang sering digunakan
untuk membuat sabun diantaranya minyak kedelai, minyak kacang, minyak
biji katun, minyak zaitun, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Minyak
kelapa sering dipakai untuk membuat sabun. Minyak kelapa akan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak-minyak jenis lainnya
(Prasetio, 2015). Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:

C3H5(COOR)3+ 3 NaOH→ C3H5(OH)3+ 3 RCOONa (Jayanti, 2014)

4
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
 Konsentrasi larutan NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan
stoikiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih
dari minyak agar proses penyabunannya sempurna. Basa yang digunakan
terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan
sehingga fasenya tidak homogen.
 Suhu
Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi yang artinya menaikkan
hasil dalam waktu yang lebih cepat. Kenaikan suhu melebihi suhu
optimumnya akan menyebabkan pengurangan hasil pereaksi atau
hasilnya akan menurun.
 Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula
minyak yang dapat tersabun, berarti hasil yang didapat juga semakin
tinggi. Penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang
tersabun jika reaksi telah mencapai kondisi setimbangnya (Prasetio,
2015).

3. Asam Stearat
Asam Stearat / Stearic Acid merupakan monokarboksilat berantai
panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki rangkap diantara
atom karbonnya. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi
untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Asam stearat berwarna
putih kekuningan. Penggunaan asam stearat terlalu banyak menyebabkan
sabun kurang berbusa dan jika terlalu sedikit sabun tidak keras.

5
Tabel B3.1 Material Safety Data Sheet Asam Stearat
Rumus kimia C18H36O2
Massa molar 284.48 g mol−1
Penampilan padatan putih
Densitas 0.847 g/cm3 at 70 °C
Titik lebur 69.6 °C
Titik didih 361 °C.
Kelarutan dalam air 3 mg/L (20 °C)
Indeks bias (nD) 1.4299

4. NaOH (Natrium Hidroksida)


NaOH (Natrium Hydrosida) merupakan bahan kimia yang harus ada
dalam pembuatan sabun. NaOH merupakan senyawa alkali yang bersifat
basa dan mampu menetralisir asam. NaOH bereaksi dengan minyak
membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi. Natrium Hidroksida (
NaOH ) merupakan salah satu senyawa ion yang bersifat basa kuat, kaustik
dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). Sodium
harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu
tidak akan ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun.

Tabel B4.1 Material Safety Data Sheet Hidroksida

Rumus molekul NaOH


Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan Zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik lebur 318 °C (591 K)
Titik didih 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 °C)
Kebasaan (pKb) -2,43

6
5. Gliserin
Gliserin sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga
kelembaban kulit) dan sampai saat ini digunakan secara meluas oleh
pembuat sabun. Gliserin adalah cairan kental yang tidak berwarna dan jika
dicicipi terasa manis. Ia memiliki titik didih tinggi dan membeku dalam
bentuk pasta. Yang paling umum gliserin yang digunakan adalah dalam
sabun dan produk kecantikan lainnya seperti lotion. Pada pembuatan sabun
transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alcohol berfungsi dalam
pembentukan struktur transparan. Sebenarnya, Glyserin kurang menentukan
kejernihan sabun.

Tabel B5.1 Material Safety Data Sheet Gliserin

Rumus Molekul C3H8O3


Bobot molekul 92,09382 g/mol
Viskositas pada suhu 20°C C92,09382 g/mol
Densitas 1,261 g/cm³
Titik leleh 180C
Titik didih 2900
Panas spesifikasi pada suhu 26°C 0,5795 kal/g

6. Gula
Gula pasir berbentuk Kristal putih. Pada proses pembuatan sabun
transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi
pada sabun. Gula dalam pembuatan sabun transparan bersifat humectan,
dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan
semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula,
produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung
kecil – kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang
apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat
mempengaruhi warna sabun transparan akhir.

7
7. Air
Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur
dengan fraksi minyak.

Tabel B7.1 Material Safety Data Sheet Air

SIFAT KETERANGAN
pH 7 (netral)
Bentuk fisik Cair
Warna Bening
Titik beku 00C
Titik didih 1000C

8. Alkohol
Alkohol atau bisa disebut juga Ethanol (ethyl alcohol) merupakan
senyawa organic dengan rumus kimia C2H5OH. Ethanol pada proses
pembuatan sabun berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah
larut dalam air dan lemak. Dan untuk membuat sabun transparan menjadi
bening.

Tabel B8.1 Material Safety Data Sheet Alkohol

Rumus Kimia C2H5OH


Massa Molar 46,07 g/mol
Densitas 0,789-0,806 g/cm3
Titik lebur -114,3
Titik didih 78,40C
Keasaman 15,9
Viskositas 1,200 cP (200)

9. Pewarna
Pewarna ditambahkan dalam pembuatan sabun ini bertujuan untuk
memberikan cita ragam warna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna
yang tidak memberikan efek samping terhadap produk. Pewarna yang baik
digunakan adalah pewarna untuk kosmetik grade.

8
10. Pewangi
Pewangi ditambahkan bertujuan untuk memberikan efek wangi pada
produk sabun yang dihasilkan. Sama dengan pewarna, pewangi yang
dibutuhkan tidak boleh memberikan efek yang berlawanan terhadap
transparansi sabun.

C. Metodologi Percobaan
1. Alat
Tabel C1.1 Alat Sabun Transparan

NO NAMA UKURAN JUMLAH


Beaker glass 250 ml 1 buah
1 Beaker glass 100 ml 2 buah
Beaker glass 50 ml 2 buah
2 Gelas ukur 50 ml 1 buah
3 Termometer 250◦C 2 buah
4 Sendok - 1 buah
5 Spatula / pengaduk - 1 buah
6 Penangas - 1 buah
7 Kaca arloji - 1 buah
8 Neraca - 1 buah
9 Cetakan - 1 buah

Tabel C1.2 Alat Uji Sabun Transparan

NO NAMA UKURAN JUMLAH


1 pH universal - 1 buah
2 Beaker glass 25 ml 1 buah
3 Pengaduk kaca - 1 buah

9
2. Bahan
Tabel C2.1 Bahan Pembuatan Sabun Transparan
NO NAMA JUMLAH
1 VCO 22 ml
2 Asam Stearat 10 gram
3 NaOH 5 gram
4 Gliserin 16 ml
5 Gula 12 gram
12 ml (dalam gula)
6 Aquades
10 ml (dalam NaOH)
10 ml
7 Etanol
5 ml (dalam pewarna = pewangi)
8 Pewangi Secukupnya
9 Pewarna Secukupnya
10 Jeruk Nipis Secukupnya

10
3. Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan

Minyak + Asam NaOH


Stearat +
Panaskan Aquades
550C 10 ml
Minyak + Asam Larutan NaOH
Stearat 550C

Saponifikasi

Aduk rata dan


+ sedikit demi
panaskan
sedikit
gliserin,larutan
gula,dan etanol
Campuran
homogen
+pewarna, pewangi
dalam alcohol 5 ml
Campuran berwarna
dan wangi
Tuang ke dalam
cetakan dan
tunggu hingga
Sabun Transparan mengeras

11
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel D.1 Data pengamatan percobaan pembuatan sabun
transparan
JUMLAH
NO. BAHAN SATUAN
I II III IV
1. NaOH Gram 5 5 5 5
Gliserin mL 16 16 16 16
2. Gula Gram 12 12 12 12
3. Asam Stearat Gram 10 10 10 10
4. Aquades mL 22 22 22 22
5. Etanol mL 10 10 10 10
6. Minyak mL 22 22 22 22
7. Pewarna Tetes 1 1 1 1
8. Pewangi Tetes - 3 - -
9. Jeruk Nipis Tetes - - 3 3

Tabel D.2 Komposisi larutan dan hasil pengamatan


No Komposisi Larutan Hasil Pengamatan
1. Asam stearat + Minyak Larutan bewarna bening (asam
Larutan 1 stearat mencair)
2. NaOH + Air Larutan 2 Larutan bewarna keruh dan panas
3. Larutan 1 + Larutan 2 Menjadi serbuk bewarna putih
Reaksi Saponifikasi
4. Serbuk warna putih + Gliserin Larutan mengental
Larutan 3
5. Larutan 3 + Larutan Gula Larutan sedikit encer
Larutan 4
6. Larutan 4 + Etanol Larutan Larutan menjadi encer
5
7. Larutan 5 + Pewarna + Pewangi + Larutan menjadi bewarna dan pH
Jeruk Nipis Larutan 6 menjadi turun.

12
13

Anda mungkin juga menyukai