Pendahuluan
II.
Sabun adalah
bahan yang digunakan untuk
mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen
utama yaitu asam lemak
dengan rantai karbon C16
dan sodium atau potassium.
Sabun merupakan pembersih
yang dibuat dengan reaksi
kimia antara kalium atau
natrium dengan asam lemak
dari minyak nabati atau
lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal
dengan
sabun
keras,
sedangkan
sabun
yang
dibuat dengan KOH dikenal
dengan sabun lunak. Pada
umumnya
sabun
ditambahkan zat pewangi
atau antiseptik (Zulkifli,M dan
Estiasih T,2014).
III.
Sabun
transparan adalah sabun
dengan transparansi paling
tinggi dan memancarkan
cahaya
yang
menyebar
dalam partikel-partikel kecil,
sehingga obyek yang berada
diluar sabun dapat terlihat
jelas (Paul,2007). Sabun
dibuat dengan dua cara yaitu
proses saponofikasi dan
proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol.
Pembuatan Sabun
percobaan
ini
adalah
didasarkan
pada
reaksi
saponifikasi
yang
terjadi
akibat pencampuran minyak
dengan basa kuat berupa
NaOH
melalui
metode
pemanasan
serta
pengadukan
kontinyu
membentuk senyawa sodium
stearat (sabun) dan gliserol.
Dimana digunakan larutan
glukosa, alkohol dan gliseril
untuk memberikan kondisi
transparan
pada
sabun
tersebut. Reaksi yang terjadi
adalah :
VI.
O
H2C O C R
H2C
OH
O
CH O C R
3 N a -O H
HC OH
3 R C O O -N a
O
H2C O C R
le m a k / m in y a k
VII.
H2C OH
basa
g lis e r o l
sabun
II. METODOLOGI
VIII. Alat
IX.
Alatalat yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang
pengaduk, botol semprot,
cetakan sabun, gelas arloji,
gelas beaker, labu ukur,
magnetic strirrer, pipet tetes,
pipet volume, termometer,
timbangan dan waterbath.
X.
XI.
Bahan
XII.
Bahan-bahan
yang
digunakan
pada
percobaan
ini
adalah
akuades (H2O), asam stearat
Pembuatan Sabun
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.
XXII.
XXXI. m
asam
stearat=
8,75 gr
XXXII. T=
600C
XXXIII.
XXXVI.V
minyak=
Pembuatan Sabun
magnetic
stirrer
dan
minyak.
XXXVIII.
XXXIX.Dima
3
sukkan
NaOH,
gliserin dan
glukosa,
diaduk
hingga
homogen.
50mL
XXXVII.
magnetic
stirrer
mengaduk
secara
konstan
XL.
m
NaOH= 8gr
XLI.
m
glukosa=
25gr
XLII. V
gliserin=
6mL
XLIII. V
H2O untuk
melarutkan
sukrosa dan
NaOH
masingmasing=
25mL
XLIV. V
etanol=
30mL
XLVII. Warn
a
kuning
bening
L.
LIII.
Diha
silkan
2
cetak sabun
padat yang
transparan
dengan pH
12
LIV.
LV.
LVI.
Pembahasan
LVII.
Saponifikasi
adalah reaksi yang terjadi
ketika minyak atau lemak
dicampur dengan larutan
alkali. Dengan kata lain
saponifikasi adalah proses
pembuatan
sabun
yang
berlangsung
dengan
mereaksikan asam lemak
dengan
alakali
yang
menghasilkan sintesa dan air
serta garam karbonil (sejenis
sabun) (Ketaren,1986).
LVIII.
Sabun
transparan adalah sabun
dengan transparansi paling
tinggi dan memancarkan
cahaya
yang
menyebar
dalam partikel-partikel kecil,
sehingga obyek yang berada
diluar sabun dapat terlihat
jelas (Paul,2007). Sabun
dibuat dengan dua cara yaitu
proses saponofikasi dan
proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol.
Proses saponifikasi terjadi
karena
reaksi
antara
trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi
terjadi reaksi asam lemak
bebas
dengan
alkali
(Ophardt,C.E,2003).
LIX.
Perlakuan
pertama pada percobaan ini
ditimbang
asam
stearat
Pembuatan Sabun
LXI.
LXII. Gambar 3.1 pencampuran
minyak kedalam lelehan asam
stearat
LXIII. Selanjutnya,
dimasukkan larutan NaOH
sedikit demi sedikit, gliserin,
dan larutan glukosa sambil
terus
diaduk
sampai
campuran homogen dan
pada suhu yang sama.
NaOH
merupakan
merupakan basa kuat yang
mudah larut dalam air
memiliki titik didih 1290oC
(Daintith,1994).
Suhu
merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi. Jika suhu dinaikkan
maka suhu semakin besar
karena kalor yang diberikan
akan
menambah
energi
kinetik
partikel
pereaksi,
akibatnya energi tumbukan
bertambah besar (Naomi,P,
dkk,2013).
Fungsi
penambahan NaOH yaitu
sebagai penyumbang Ion Na+
yang bereaksi dengan asam
lemak membentuk sabun.
Pembuatan Sabun
LXIV.
LXV.
Gambar
Penambahan NaOH
3.2
LXVI. Lalu
ditambahkan gliserin, larutan
gula dan etanol sedikit demi
sedikit dengan pengadukan
terus menerus. Penambahan
gliserin
selain
sebagai
pelembut
juga
berfungsi
untuk
meningkatkan
transparansi. Dan fungsi
etanol
meningkatkan
transparansi
sabun
transparan yang dihasilkan.
Sukrosa berfungsi untuk
mencegah kristalisasi dan
meningkatkan
kekerasan
sabun
transparan
yang
dihasilkan. Pengadukan terus
dilakukan sampai stok sabun
homogen. Pada tahap ini
suhu dan pengadukan dijaga
tetap konstan. Karena suhu
yang terlalu rendah dan
pengadukan yang terlalu
lambat akan mengakibatkan
penggumpalan, selain itu
suhu yang terlalu tinggi dan
pengadukan yang terlalu
cepat akan menghasilkan
busa
yang
berlebihan
(Hambali,dkk, 2005).
LXVII. Selanjutnya,
setelah homogen, dimatikan
pengontrol
suhu
lalu
ditambahkan pewangi agar
sabun memiliki aroma yang
segar.
Selanjutnya,
campuran yang telah jadi
dituangkan ke dalam cetakan
untuk mendapatkan bentuk
sabun yang menarik dan
didiamkan selama 24 jam
untuk memberikan waktu
sabun
memadat
atau
mengeras. Didapatkan sabun
berwarna kuning bening.
LXVIII.
LXIX. Gambar
3.3
dituangkan
cetakan
sabun
dalam
Pembuatan Sabun
LXXII.
Gambar
pengukuran pH
3.4
LXXIII. Adapun
mekanisme
reaksi
yang
terjadi
pada
proses
saponifikasi ini adalah:
LXXI.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
H2C
HC
H2C
H2C
HC
H2C
H2C
HC
H2C
O
C
CH3
O
Na
CH3
O
Na
CH3
O
O
CH3
O
C
O
CH3
CH3
Pembuatan Sabun
Daftar Pustaka
LXXXIV.
Daintith, J., 1994,
Kamus Lengkap Kimia, Erlangga,
Jakarta
LXXXV.
Fessenden, R.J., dan
Fessenden, J.S., 1992, Kimia
Organik, Erlangga, Jakarta
LXXXVI.
Hambali, E., Suryani,
A., dan Rivai, M., 2005, Membuat
Sabun Transparan untuk Gift dan
Kecantikan, Penebas Swadaya,
Jakarta
LXXXVII.
Irmayanti,
P.Y.,
Wijayanti, N.P.A.D., dan Arisanti,
C.I.S., 2014, Optimasi Formula
Sediaan Sabun Mandi Cair dari
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana Linn.), Jurnal Kimia,
Vol.8 (2) : 241
LXXXVIII.
Kataren, S., 1986,
Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan, UI Press, Jakarta
LXXXIX.
Mulyanti, L.N., 2005,
Pembuatan Fruit Lealher dari
Pembuatan Sabun