Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

Pembuatan Sabun Transparan


Utin Widiatannur*, Devi Novita Sari, Devi Wulandari, Enny
Hariyani,Fandila Tanvin Bella, Juniati Citra, Reni Alpionita, Septiansyah,
Yatim Mustakim, Zulenda, Sulistiana Ulfah
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura
JL. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat
Email : widiauting@gmail.com.com
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pembuatan sabun trasnparan yang bertujuan untuk
memahami reaksi penyabunan menggunakan metode saponifikasi. Reaksi
saponifikasi mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa
dan air serta garam karbonil. Pembuatan sabun transparan dilakukan dengan
melelehkan asam stearat pada suhu 60oC, ditambahkan minyak secara
perlahan. Lalu ditambahkan larutan NaOH sedit demi sedikit, gliserin, larutan
gula dan sukrosa dengan proses pengadukan campuran hingga homogen,
ditambahkan pewangi. Hasil yang didapatkan yaitu sabun berwarna kuning
bening dan kadar pH yang dihasilkan yaitu 12. Berdasarkan hasil tersebut
pembuatan sabun dapat dilakukan dengan mereaksikan trigliserida atau minyak
dengan alkali basa dengan pemanasan dan pengadukan kontinyu.
Kata Kunci : sabun, sabun transparan, saponifikasi, dan minyak .
I.

Pendahuluan
II.
Sabun adalah
bahan yang digunakan untuk
mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen
utama yaitu asam lemak
dengan rantai karbon C16
dan sodium atau potassium.
Sabun merupakan pembersih
yang dibuat dengan reaksi
kimia antara kalium atau
natrium dengan asam lemak
dari minyak nabati atau
lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal
dengan
sabun
keras,
sedangkan
sabun
yang
dibuat dengan KOH dikenal
dengan sabun lunak. Pada

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

umumnya
sabun
ditambahkan zat pewangi
atau antiseptik (Zulkifli,M dan
Estiasih T,2014).
III.
Sabun
transparan adalah sabun
dengan transparansi paling
tinggi dan memancarkan
cahaya
yang
menyebar
dalam partikel-partikel kecil,
sehingga obyek yang berada
diluar sabun dapat terlihat
jelas (Paul,2007). Sabun
dibuat dengan dua cara yaitu
proses saponofikasi dan
proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol.

Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

Proses saponifikasi terjadi


karena
reaksi
antara
trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi
terjadi reaksi asam lemak
bebas
dengan
alkali
(Ophardt,C.E,2003).
IV.
Aplikasi dari
sabun yaitu dapat digunakan
sebagai
pembersih
dan
penghilang kotoran baik itu
pakaian,
tubuh
dan
sebagainya yang sangat
penting bagi kehidupan untuk
menjaga kebersihan. Kotoran
yang
menempel
dikulit
umunya
adalah
minyak,
lemak dan keringat. Zat-zat
ini tidak dapat larut dalam air
karena sifatnya yang non
polar.
Sabun
digunakan
untuk melarutkan kotorankotoran pada kulit tersebut.
Sabun memiliki gugus polar
yang suka air (hidrofilik) dan
gugus non polar yang suka
minyak
(lipofilik).
Gugus
nonpolar sabun yaitu gugus
R yang akan mengikat
kotoran, dan gugus COONa
yang akan mengikat air
karena sama-sama gugus
polar. Kotoran tidak dapat
lepas karena terikat pada
sabun dan terikat pada air
(Qisti,2009).
V.
Tujuan
dilakukan
percobaan
ini
adalah
agar
dapat
memahami
reaksi
penyabunan
dan
dapat
mengetahui nilai pH dari
sabun
transparan
yang
dihasilkan.
Prinsip
dari

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

percobaan
ini
adalah
didasarkan
pada
reaksi
saponifikasi
yang
terjadi
akibat pencampuran minyak
dengan basa kuat berupa
NaOH
melalui
metode
pemanasan
serta
pengadukan
kontinyu
membentuk senyawa sodium
stearat (sabun) dan gliserol.
Dimana digunakan larutan
glukosa, alkohol dan gliseril
untuk memberikan kondisi
transparan
pada
sabun
tersebut. Reaksi yang terjadi
adalah :
VI.
O
H2C O C R

H2C

OH

O
CH O C R

3 N a -O H

HC OH

3 R C O O -N a

O
H2C O C R
le m a k / m in y a k

VII.

H2C OH
basa

g lis e r o l

sabun

II. METODOLOGI
VIII. Alat
IX.
Alatalat yang digunakan pada
percobaan ini adalah batang
pengaduk, botol semprot,
cetakan sabun, gelas arloji,
gelas beaker, labu ukur,
magnetic strirrer, pipet tetes,
pipet volume, termometer,
timbangan dan waterbath.
X.
XI.
Bahan
XII.
Bahan-bahan
yang
digunakan
pada
percobaan
ini
adalah
akuades (H2O), asam stearat

Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

(C18H36O2), etanol (C2H5OH),


gliserol, minyak kelapa dan
sukrosa (C12H22O11).
XIII.
XIV. Prosedur Kerja
XV.
Langkah kerja yang
dilakukan
pada
percobaan ini dilelehkan
asam stearat pada suhu
600C
di
dalam
beakerglass
di
atas
hotplate (suhu dijaga
konstan).
Kemudian
dimasukkan
magnetic
stirrer
(atau
putaran
sedang lebih dahulu) dan
ditambahkan minyak ke
dalam
lelehan
asam
stearat. Lalu dimasukkan
NaOH sedikit demi sedikit
(wadah
dijaga,
jika
campuran
meluap,
dikeluarkan wadah dari
hotplate), gliserin dan
larutan sukrosa sambil
terus
diaduk
sampai
campuran
menjadi
homogen. Setelah itu,
pengontrol
suhu
dimatikan,
lalu
ditambahkan
pewarna
dan
pewangi
yang
dilakukan pada suhu
400C.
Selanjutnya
Campuran dituangkan ke
dalam cetakan (ambil
bagian yang transparan
saja)
dan
didiamkan
selama 24 jam hingga
sabun mengeras. Sabun
yang sudah mengeras
dikeluarkan dari cetakan.
Terkahir, diukur nilai pH
dari sabun transparan
yang dihasilkan.
XVI.
XVII. Rangkaian Alat

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

XVIII.
XIX.

XX.

Gambar 2.1 Proses


pemanasan

XXI.
XXII.

XXIII. Gambar 2.2 Proses


Pencetakan
XXIV.
III. HASIL DAN PEMBAHSAN
XXV. Data Pengamatan
XXVI.
XXVII. Perla XXVIII. Peng
N kuan
amatan
XXIX.XXX. Dilele
1
hkan asam
stearat pada
T=600C
di
dalam
beakerglass
di atas hot
plate.
XXXIV.
XXXV. Dima
2
sukkan

XXXI. m
asam
stearat=
8,75 gr
XXXII. T=
600C
XXXIII.
XXXVI.V
minyak=
Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

magnetic
stirrer
dan
minyak.

XXXVIII.
XXXIX.Dima
3
sukkan
NaOH,
gliserin dan
glukosa,
diaduk
hingga
homogen.

XLV. XLVI. Dimat


4
ikan
pengontrol
suhu,
ditambahkan
pewarna dan
pewangi
pada
T=400C.
XLVIII.XLIX. Ditua
5
ng campuran
dalam
cetakan,
didiamkan
selama
24
jam.
LI. LII.
Dikelu
6
arkan
dari
cetakan.

50mL
XXXVII.
magnetic
stirrer
mengaduk
secara
konstan
XL.
m
NaOH= 8gr
XLI.
m
glukosa=
25gr
XLII. V
gliserin=
6mL
XLIII. V
H2O untuk
melarutkan
sukrosa dan
NaOH
masingmasing=
25mL
XLIV. V
etanol=
30mL
XLVII. Warn
a
kuning
bening

L.

LIII.
Diha
silkan
2
cetak sabun

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

padat yang
transparan
dengan pH
12
LIV.
LV.
LVI.

Pembahasan
LVII.
Saponifikasi
adalah reaksi yang terjadi
ketika minyak atau lemak
dicampur dengan larutan
alkali. Dengan kata lain
saponifikasi adalah proses
pembuatan
sabun
yang
berlangsung
dengan
mereaksikan asam lemak
dengan
alakali
yang
menghasilkan sintesa dan air
serta garam karbonil (sejenis
sabun) (Ketaren,1986).
LVIII.
Sabun
transparan adalah sabun
dengan transparansi paling
tinggi dan memancarkan
cahaya
yang
menyebar
dalam partikel-partikel kecil,
sehingga obyek yang berada
diluar sabun dapat terlihat
jelas (Paul,2007). Sabun
dibuat dengan dua cara yaitu
proses saponofikasi dan
proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh produk
sampingan yaitu gliserol.
Proses saponifikasi terjadi
karena
reaksi
antara
trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi
terjadi reaksi asam lemak
bebas
dengan
alkali
(Ophardt,C.E,2003).
LIX.
Perlakuan
pertama pada percobaan ini
ditimbang
asam
stearat
Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

sebanyak 8,75 gram lalu


dilelehkan diatas hot plate
pada suhu 60oC. Fungsi dari
asam
strearat
untuk
mengeraskan sabun dan
menstabilkan
busa
(Hambali,dkk,2005).
Dilelehkan pada suhu 60oC
karena
asam
stearat
merupakan
padatan
temperatur
ruang
dan
mempunyai titik leleh 55,1oC
(Daintith,1994). Selanjutnya
dimasukkan magnetic stirer
kedalam
lelehan
asam
stearat untuk mengaduk
larutan.
LX.
Kemudian
dimasukkan minyak goreng
secara
perlahan
sambil
dilakukan
pengadukan
kedalam
larutan
asam
stearat. Minyak merupakan
trigliserida yang tersususun
atas tiga unit asam lemak
berwujud cair pada suhu
kamar 25oC (Mulyanti,2005).
Fungsi minyak yaitu untuk
mempengaruhi warna dan
busa sabun transparan yang
dihasilkan
dan
menghaluskan
dan
melembabkan kulit (Hambali,
dkk, 2005). Magnetic stirrer
digunakan
dalam
pengadukan
untuk
mempercepat
reaksi
pembuatan
sabun
serta
menghomogenkan
komponen yang bereaksi.

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

LXI.
LXII. Gambar 3.1 pencampuran
minyak kedalam lelehan asam
stearat
LXIII. Selanjutnya,
dimasukkan larutan NaOH
sedikit demi sedikit, gliserin,
dan larutan glukosa sambil
terus
diaduk
sampai
campuran homogen dan
pada suhu yang sama.
NaOH
merupakan
merupakan basa kuat yang
mudah larut dalam air
memiliki titik didih 1290oC
(Daintith,1994).
Suhu
merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi. Jika suhu dinaikkan
maka suhu semakin besar
karena kalor yang diberikan
akan
menambah
energi
kinetik
partikel
pereaksi,
akibatnya energi tumbukan
bertambah besar (Naomi,P,
dkk,2013).
Fungsi
penambahan NaOH yaitu
sebagai penyumbang Ion Na+
yang bereaksi dengan asam
lemak membentuk sabun.

Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

LXIV.
LXV.

Gambar
Penambahan NaOH

3.2

LXVI. Lalu
ditambahkan gliserin, larutan
gula dan etanol sedikit demi
sedikit dengan pengadukan
terus menerus. Penambahan
gliserin
selain
sebagai
pelembut
juga
berfungsi
untuk
meningkatkan
transparansi. Dan fungsi
etanol
meningkatkan
transparansi
sabun
transparan yang dihasilkan.
Sukrosa berfungsi untuk
mencegah kristalisasi dan
meningkatkan
kekerasan
sabun
transparan
yang
dihasilkan. Pengadukan terus
dilakukan sampai stok sabun
homogen. Pada tahap ini
suhu dan pengadukan dijaga
tetap konstan. Karena suhu
yang terlalu rendah dan
pengadukan yang terlalu
lambat akan mengakibatkan
penggumpalan, selain itu
suhu yang terlalu tinggi dan
pengadukan yang terlalu
cepat akan menghasilkan
busa
yang
berlebihan
(Hambali,dkk, 2005).
LXVII. Selanjutnya,
setelah homogen, dimatikan

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

pengontrol
suhu
lalu
ditambahkan pewangi agar
sabun memiliki aroma yang
segar.
Selanjutnya,
campuran yang telah jadi
dituangkan ke dalam cetakan
untuk mendapatkan bentuk
sabun yang menarik dan
didiamkan selama 24 jam
untuk memberikan waktu
sabun
memadat
atau
mengeras. Didapatkan sabun
berwarna kuning bening.

LXVIII.
LXIX. Gambar
3.3
dituangkan
cetakan

sabun
dalam

LXX. Setelah sabun


mengeras, dikeluarkan sabun
dari cetakan dan diukur pH
sabun dengan menggunakan
pH
universal.
Fungsi
pengukuran pH yaitu untuk
melihat sabun yang diperoleh
memiliki Ph standar atau
tidak sebagai sabun. Dari
proses
pengukuran
pH
diperoleh pH sabun yakni
sebesar 12. Umumnya pH
standar
yang
dapat
digunakan sebagai sabun
mandi yaitu berkisar antar 811
(Irmayanti,dkk,2014).
Berdasarkan pH standar
dapat
dikatakan
bahwa
sabun yang diperoleh tidak

Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

dapat digunakan sebagai


sabun
mandi,
hal
ini
dikarenakan
sifat
sabun
terlalu basa sehingga dapat
merusak kulit (Putri,2016).

LXXII.
Gambar
pengukuran pH

3.4

LXXIII. Adapun
mekanisme
reaksi
yang
terjadi
pada
proses
saponifikasi ini adalah:

LXXI.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.

H2C
HC
H2C

H2C
HC
H2C

H2C
HC
H2C

perpindahan elektron dari


salah satu atom O yang
terikat pada CH2 dimana
mengakibatkan senyawa
H2C memiliki muatan
parsial positif.
O
O
+
+
LXXVII.
Selanjutnya,
atom O
C CH3
O
C CH3
CH2 O
+ Na + HO
H2C
OH
+
O
O
dari anion Oester Na
yang
O
O
C
CH3
HC
O
C
CH
H
C
3
O
C
CH
bermuatan parsial
O
3 negatif
O
O
O
C
CH3
tersebut
menyerang
Na
O
C
CH3
H2C
O
C
CH3
H2C
Tahap 1
pada senyawa NaOH,
sedangkan OH yang
OH
H2C
OH
terlepasH2CdariOHNaOH akan
O
O
+
menyerang
atom C yang
+
O
O
C
CH3
CH
C
CH3 +
Na
+
HO
HC
OH
O
O
+
bermuatan parsialO positif.
O
C
CH3
O
C
CH3
H2C
O
C
CH3
H2C
LXXVIII. Reaksi
tersebut
akan
Tahap 2
terus terjadi pada gugus
kedua dan ketiga pada
Na
H2C
OH
OH
senyawa
trigliserida
HC
OH
OH
H2C
O
(Fessenden
dan
Na
OH
O
+
+
H
C
OH
Fessenden,1992)
:
+
CH
C
Na
O
H
O
3
+
+
CH2
Na
O
C
CH3
LXXIX.
H2C
OH
Tahap 3
U t i n W i d ia t a n n u r
LXXX.
H 1031141035
LXXXI.
Berdasarkan mekanisme IV. Simpulan
tersebut dapat dilihat
LXXXII. Kesimpulan
dari
bahwa pada senyawa
percobaan ini adalah :
trigliserida,
terjadi
1. Pembuatan
sabun
pembentukan anion ester
transparan
dilakukan
dengan
akibat
adanya

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

O
C

CH3

O
Na

CH3

O
Na

CH3

O
O

CH3

O
C
O

CH3

CH3

Pembuatan Sabun

Praktikum Reaksi Senyawa Organik

metode saponifikasi yakni


hidrolisis
basa
terhadap
lemak dan minyak yang
berasal dari minyak kelapa.
2. pH dari sabun transparan
yang dihasilkan yakni 12.
LXXXIII.

Daftar Pustaka

LXXXIV.
Daintith, J., 1994,
Kamus Lengkap Kimia, Erlangga,
Jakarta
LXXXV.
Fessenden, R.J., dan
Fessenden, J.S., 1992, Kimia
Organik, Erlangga, Jakarta
LXXXVI.
Hambali, E., Suryani,
A., dan Rivai, M., 2005, Membuat
Sabun Transparan untuk Gift dan
Kecantikan, Penebas Swadaya,
Jakarta
LXXXVII.
Irmayanti,
P.Y.,
Wijayanti, N.P.A.D., dan Arisanti,
C.I.S., 2014, Optimasi Formula
Sediaan Sabun Mandi Cair dari
Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana Linn.), Jurnal Kimia,
Vol.8 (2) : 241
LXXXVIII.
Kataren, S., 1986,
Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan, UI Press, Jakarta
LXXXIX.
Mulyanti, L.N., 2005,
Pembuatan Fruit Lealher dari

Nanas, UNS, Equilibrium, vol 4,


Hal 8-12
XC.
Naomi, P.,
Anna, M.,
Lumban, G. M., Yusuf, T., 2013,
Pembuatan Sabun Lunak Dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau
Dari Kinetika Reaksi Kimia, Jurnal
Teknik Kimia. 19(2)
XCI. Ophardt, C.E. 2003. Process
for the Production of Tocotrienol,
US Patent, 146-151
XCII. Paul, S., 2007, Fatty Acid
and Soap making, www.soapmakingresoure.com
XCIII. Putri,
W.E.S.,
2016,
Pengaruh Penambahan Ekstrak
Daun Kelor Terhadap Kualitas
Sabun Transparan, e-Journal,
Vol. 5 (1) : 96
XCIV. Qisti, R., 2009, Sifat Kimia
Sabun
Transparan
dengan
Penambahan
Madu
pada
Konsentrasi
yang
Berbeda,
Skripsi, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian, Bogor, Bogor
XCV. Zulkifli, M dan Estiasih, T.,
2014, Sabun Dari Distilat Asam
Lemak Minyak Sawit : Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2(4)
XCVI.

Utin Widiatannur H1031131035


Transparan

Pembuatan Sabun

Anda mungkin juga menyukai