Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGOLAHAN MINYAK ATSIRI KAYU MANIS

OLEH :

ALDA
NIM. 54.451.19.010

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL BUMI


POLITEKNIK PALU
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI…………...………………………………………………………..…I
KATA PENGANTAR…………..…………………………………………….….II

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2. Tujuan………………..……...…………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Minyak Atsiri…………………….…………………………………….…3
2.2. Tanaman Kayu Manis…………….……………...…………………….....4
2.3. Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis…………………………10

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan….…..……………………………………………….….…...14

DAFTAR PUSTAKA……………..……………………………………………..15

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah
yang berjudul ‘Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis‘ dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan


Minyak Atsiri. Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan segala
kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai pengolahan


minyak atsiri kayu manis dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini penulis ucapkan
terima kasih.

Palu, Desember 2021

ALDA

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara
dan daratan Cina dimana Indonesia sendiri berada di dalamnya. Tumbuhan ini
termasuk dalam family Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan
tanaman tahunan dengan selang waktu yang cukup lama untuk di panen. Hasil
utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedangkan hasil lainnya adalah
ranting dan daun dimana komoditas ini selain di gunakan sebagai rempah,
adapula hasil olahan seperti minyak atsiri dan oleoresin yang banyak di
manfaatkan dalam dunia industry farmasi, kosmetik, makanan, minuman rokok
dsb. Tanaman ini memiliki 54 jumlah spesies yang 12 di antaranya berada di
Indonesia sendiri dan 3 spesies yang paling menonjol di pasar dunia yakni
cinnamomum burnanni di Indonesia dengan nama cassiavera, cinnamomum
zeylanicum di Sri Langka dan Seycelles dan cinnamomum cassia di cina dengan
nama produk cassia cina.
Kayu manis pernah menjadi komoditi andalan di Sumatra barat dengan nilai
jual mencapai Rp. 6000/kg, sehingga para petani kayu manis dapat hidup makmur
hanya dengan mengandalkan kayu manis saja, Namun kayu manis tidak lagi
menjanjikan kemakmuran disaat nilai jual kulit kayu manis gulungan terus
menurun bahkan mencapai nilai Rp. 2500/kg data statistik tahun 2004. Tahun
1993 volume ekspor kulit kayu manis mencapai 21.952 ton dengan nilai US
$ 38.646, sedangkan tahun 2005 volume ekspor 23.216 ton dengan nilai US
$ 12.822. Nilai ini lebih rendah dari nilai pada tahun 2002-2004. Usaha untuk
meningkatkan nilai tambah dari kulit kayu manis juga telah dilakukan melalui
pemasaran kulit kayu manis dalam bentuk bubuk, namun belum dapat
meningkatkan nilai jual. Sementara itu di beberapa negara maju, pemakaian
kayumanis tidak lagi berbentuk gulungan atau bubuk, tetapi dalam bentuk minyak
atsiri atau oleoresin. Saat ini produsen kedua produk tersebut didominasi oleh
negara India dan Srilanka. sebagian besar petani belum mengetahui teknologi
yang tepat untuk pengambilan minyak atsiri dan oleoresin dan belum terbukanya

1
pasar terhadap kedua produk tersebut di indonesia. Nah, teknologi pengambilan
minyak atsiri inilah yang akan di bahas dalam makalah ini.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui tentang Minyak Atsiri
2. Mempelajari tentang segala aspek tanaman Kayu Manis
3. Memahami proses pengolahan Minyak Atsiri dari bahan Kayu Manis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara
umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang.
Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti
eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena
bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Definisi ini dimaksudkan untuk
membedakan minyak lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman
penghasilnya.
minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan yang bersifat mudah
menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang
diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang,
kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh
tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat
secara sintetis.
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri
potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa.
Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri
dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama
didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri food flavouring, industri
komestik dan wewangian.

A. Sifat-Sifat minyak atsiri sendiri antara lain :

1. Dapat didestilasi.
2. Tidak meninggalkan noda.
3. Tidak tersabunkan.
4. Tidak tengik.
5. Tidak mengandung asam.
6. Pada umumnya tidak dapat larut alam air.
7. Mudah menguap / bersifat eteris.
8. Mengandung senyawa terpen.

3
9. Dapat larut dalam senyawa organik alcohol (etanol) pada umumnya
berwujud cair.

B. Bagian tanaman sumber Minyak Atsiri di Indonesia


1. Akar Seperti Akar wangi, Kemuning
2. DaunSeperti Nilam, Cengkeh, Sereh Lemon, Sereh Wangi, Sirih,
Mentha, Kayu Putih, Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem, Krangean,
Kemuning, Kenikir, Kunyit, Kunci, Selasih, Kemangi.
3. Biji Seperti Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi,
Kosambi.
4. Buah Seperti Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
5. Bunga Seperti Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam,
Cemopaka kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana,
Srigading.
6. Kulit kayu Seperti kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi,
Selasihan, Sintok.
7. Ranting Seperti Cemara gimbul, Cemara kipas.
8. Rimpang Seperti Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur,
Lengkuas, Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.
9. Seluruh bagian seperti Akar kucing, Bandotan, inggu, Selasih,
Sudamala, Trawas.

2.2. Tanaman Kayu Manis


A. Pengenalan Terhadap Kayu Manis
Kayu Manis atau Cinnamomun atau Cassiavera merupakan Jenis tanaman
yang dimanfaatkan bagian kulitnya. Cassiavera mengandung minyak atsiri
yang terdapat pada kulit bagian dalam (phloem). Kayu manis banyak
digunakan dalam rumah tangga ataupun berbagai macam industri seperti
kosmetika, produk kesehatan ataupun sebagai bahan baku penghasil minyak
atsiri.
Di indonesia, Cassiavera ini pada umumnya dihasilkan dari C. Burmani
Sumatera Barat yang merupakan penghasil utama cassiavera di Dunia. Dalam
perdagangan internasional, cassiavera dikenal sebagai Padang kancci atau

4
Cassiavera eks Padang. Pengolahan cassiavera kering secara tradisional
tidaklah sulit,dengan menggunakan metode dan alat-alat sederhana.

B. Syarat tumbuh dan Budidaya tanaman Kayu Manis


Pohon kayu manis menghendaki iklim yang basah dan banyak hujan,
kurang baik pada daerah dengan musim kemarau panjang. Pohon kayu manis
dapat tumbuh sampai 2000 meter diatas permukaan laut, akan tetapi dapat
tumbuh baik pada ketinggian 500 sampai 1500 meter dipermukaan laut.
Tanah yang dikehendaki pohon kayu manis adalah tanah berpasir yang
mudah melepaskan air, dan banyak mengandung zat hara dan humus. Di
dataran rendah, pohon kayu manis dapat tumbuh lebih cepat daripada dataran
tinggi, akan tetapi kulitnya lebih tipis dan baunya kurang harum. Di atas
ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, pertumbuhannya labih labat,
tetapi mutunya lebih baik.
Pembiakan pohon kayu manis dapa dilakukan dengan cara stek, tetapi
yang terbaik adalah bijinya. Untuk mendapatkan bibit kayu manis dilakukan
persemaian dan untuk itu dipilih tanah yang subur dan terletak dengan air.
Tanahnya harus dicangkul dalam serta batu dan sisa akar harus dibuang.
Kemudian dibuat tempat persemaian dengan lebar 100 – 150 cm, yang
ditimbun tanah yang berasal dari parit yang dibuat diantara tempat
persemaian.
Biji yang telah cukup masak dapat diseberkan dan sesudah 5 – 15 hari,
biasanya biji tersebut bertunas. Biji-biji yang dipergunakan utntuk bibit
adalah biji yang berasal dari pohon yang tumbuh baik, tidak terlalu muda,
kulit batangnya cukup tebal dan mempunyai aroma kayu yang manis keras;
biji yang jatuh dari pohon tidak dapat digunakan sebagai bibit. Sesudah bibit
tumbuh dan mempunyai dua lembar daun, lalu dipindahkan ketempat
persemaian dengan jarak tanam 20 cm. Bibit tersebut dibiarkan tumbuh
selama 8 – 12 bulan, sebelum dipindahkan ke kebun. Pemindahan dapat
dilakukan jika tinggi tanaman sudah mencapai 60 – 80 cm. Tanaman muda
dipangkas sampai tinggal 60 – 70 cm, dan juga karanya sedikit dipotong.
Jarak tanam yang baik sekitar 4 x 4 meter.

5
C. Pemungutan hasil tanaman Kayu Manis
Waktu panen yang pertama dimulai setelah pohon tanaman tumbuh lebat
dan pertumbuhan selanjutnya tidak menguntungkan. Penjarangan dilakukan
pada saat berumur 3 tahun, sedangkan panen tahap kedua pada 4 – 5 tahun,
menghasilkan kulit yang memenuhi persyaratan ekspor. Pemungutan hasil
dapat dilakukan dengan 4 sistim, yaitu sistim ditebang sekaligus, sistim
ditumbuk, sistim dipukul-pukul sebelum ditebang dan sistim Vietnam.
Musim panen yang baik adalah pada awal musim hujan atau pada waktu
daun tanaman seluruhnya berwarna hijau tua. Sesudah ditentukan pohon
yang akan dikuliti, kulit pohon dibersihkan dari lapisan gabus dan lumut serta
kotoran lain yang menempel pada kulit pohon. Selanjutnya dibuat dua irisan
horizontal melingkar batang dengan jarak tertentu. Irisan bagian paling
bawah kira-kira 10 cm di atas permukaan tanah. Kemudian diantara irisan
horizotal yang melingkar batang dibuat dua irisan tegak lurus dengan jarak
tertentu, dan kemudian kulit dikupas dari batang.
Pengikisan kulit dilakukan dengan pisau, sampai terbuang lapisan kulit
ari dan lapisan gabus atau kulit sampai berwarna kuning kehijauan.
Pengikisan sebaiknya dengan menggunakan pisau “stainless steel” untuk
mecegah “browning”. Pengikisan dilakukan dalam bangsal dilapangan
terbuka, dan bangsal tersebut sekaligus untuk menyimpan kulit kayu manis
jika hari hujan. Pengeringan kulit kayu dilakukan dengan cara penjemuran.
Kriteria kekeringan dapat dilihat dari kesempurnaan penggulungan kulit dan
kulit yang telah kering biasanya mempunyai kadar air sekitar 14%. Untuk
mengatasi resiko pada cara penjemuran dapat ditempuh dengan cara
pengeringan buatan. Dengan menggunakan alat pengeringan buatan, maka
pengeringan dapat dilakukan dengan cara kontinu tanpa tegantung pada iklim,
menghemat tenaga dan waktu serta kulit yang dihasilkan mempunyai tingkat
kekeringan yang lebih seragam dan mutu yang lebih baik. Kulit kayu manis
yang telah kering dapat dijadikan bahan baku penyulingan minyak kayu
manis.

6
D. Penyulingan tanaman Kayu Manis
Bahan yang disuling biasanya berupa campuran daun, ranting dan sisa
potongan kulit. Pada penyulingan Skala Rakyat, unit penyulingan biasanya
berlokasi pada tanah dan dekat sungai atau air mengalir. Hal ini bertujuan
agar supaya air sungai tersebut dapat digunakan sebagai air pendingin.
Condenser biasanya terbuat dari bambu. Ketel biasnya buatan local, dan
konstruksinya hamper sama dengan ketel yang digunakan untuk penyulingan
minyak anis bintang. Bahan yang disuling biasanya terdiri dari 70% daun dan
30% cabang dan dahan. Setiap 133,3 lb (1 pikul) bahan yang dimasukkan
kedalam ketel, jumlah air yang ditambahkan sekitar 2.5 pikul. Ketel dipanasi
dengan api yang agak lemah, untuk menghindari kehilangan minyak akibat
kondensasi yang tidak sempurna.
Sebagai pengganti proses kohobasi, para pengusaha penyulingan
menggunakan sederetan labu florentine. Pada labu pertama minyak kayu
manis akan terpisah dan berada dibawah lapisan air, sedangakan bagian air
masih berwarna keruh karena masih mengandung sejumlah minyak kayu
manis. Minyak yang tersuspensi dalam air ini, secara bertahap akan memisah
pada labu yang kedua, air suling menjadi jernih karena minyak telah terpisah
secara sempurna. Apabila air tersebut telah jernih, maka dapat dialirkan
kembali dalam ketel suling.
Lama penyulingan biasanya 3 jam, namun dapat lebih lama jika
intensitas nyala api lebih kecil. Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,3
– 0,7%. Khususnya penyulingan dari bahan daun saja menghasilkan
rendemen minyak sekitar 0,45% sedangkan dari ranting menghasilkan
rendemen sekitar 0,2 %. Mutu minyak yang dihasilkan tergantung dari bahan
(daun) yang disuling dan musim panen. Pada musim hujan dan musim semi,
rendemen minyak dari daun dan ranting lebih tinggi dibandingkan dengan
daun pada musim panas dan musim gugur. Kadar aldhida (terutama smamat
aldehida) dalam minyak kayu manis Tiongkok berkisar antara 70 – 95%.

7
E. Karakteristik kulit tanaman Kayu Manis
No Karakteristik C. Zeylanicum C. Cassia C. Burmani
1 Berat Jenis 250C 1,01-1,02 1,03-1,05 1,03
2 Indeks Bias 250 1,57-1,59 1,59-1,61 1,58
3 Putaran Optik (00)-(20) - -30
Kelarutan Dalam Larut Jernih
4 Alkohol 70% Larut 1:3 Larut 1:3 1:1
Kadar
5 Sinnamaldehida 55%-78% 75%-90% 74,0%

F. Kandungan minyak tanaman Kayu Manis


Minyak kayu manis selain mengandung sinnamaldehida juga
mengandung senyawa-senyawa lain seperti benzaldehida, limonen, 1,8
caryofilen, 1,4 cadinena, trans-cinnamaldehida, trans-cinnamil asetat,
miristisin, coumarin, asam tetradecanoat (Lawless, 2002). Hasil penyulingan
kulit C. burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia yang ditanam di Kebun
Percobaan Cimanggu Bogor menghasilkan minyak berturut-turut 1,75; 2,0;
dan 1,50%. Selain dari kulitnya, daun kayu manis juga biasa disuling menjadi
minyak daun kayu manis (cinnamon leaf oil).
Namun demikian minyak daun C. Zeylanicum mengandung eugenol
sebagai komponen utamanya (80 – 90%), sedangkan kandungan utama
minyak daun C. burmanii dan C. cassia sama dengan minyak kulitnya, yaitu
sinnamaldehida (Leung, 1980).

G. Manfaat tanaman kayu manis


Minyak cassia bersifat anti bakteri, biasa digunakan dalam pasta gigi,
obat pencuci mulut dan dalam pembuatan obat tonic. Selain itu banyak
digunakan dalam flavor makanan dan minuman termasuk minuman
beralkohol dan minuman ringan. Dalam jumlah kecil digunakan dalam
parfum dan kosmetik. Minyak cinnamon mempunyai sifat aniseptik, anti
mikroba dan sebagai parasitisida. Minyak kulit dan daun cinnamon banyak
digunakan sebagai pewangi sekaligus pengobatan dalam pasta gigi, pencuci
mulut, obat batuk dan perawatan gigi, juga sebagai flavor dalam makanan

8
dan minuman seperti dalam coca cola. Minyak daun cinnamon digunakan
dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan parfum.

Adapun manfaat kayu manis bagi kesehatan tubuh antara lain:

1. Mencegah kerontokan rambut


2. Mengobati infeksi kandung kemih
3. Mengatasi sariawan dan sakit gigi
4. Menurunkan kadar kolesterol
5. Mencegah kemandulan.
6. Mencegah kemandulan.
7. Mengobati sakit perut.
8. Mengobati kembung.
9. Mencegah bau napas
10. Mencegah sakit kepala sinus
11. Mencegah kelelahan
12. Mencegah kanker
13. Kelebihan berat badan
14. Influenza
15. Menyembuhkan jerawat
16. Infeksi kulit
17. Mencegah penuaan
18. Arthritis (radang sendi)
19. Mencegah penyakit jantung
20. Mengontrol kadar gula pada penderita diabetes
21. Menyembuhkan diare, dengan membuat rebusan kayu manis dan
daun jambu biji
22. Mengatasi susah buang air besar
23. Mengatasi hernia
24. Menyembuhkan sakit kuning (jaundice).
25. Aroma kayu manis dapat meningkatkan fungsi otak.
26. Sebagai antiseptik dan penyembuh luka.
27. Memperlama efek “kenyang” pada perut
28. Sebagai obat masuk angin dan perut kembung, karena bisa memberi
efek hanga.

9
2.3. Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis
A. Pengolahan Minyak atsiri secara umum
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan 4 cara:
1. Penyulingan (distillation)
Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam
pengolahan minyak atsiri. Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang
tidak mudah rusak oleh panas, misalnya minyak cengkeh, nilam,
sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe. Penyulingan merupakan suatu
proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk
yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara mendidihkan
terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah
terpisah dari campuran (Kister, 1990). Untuk mempermudah proses
penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan perlakuan pendahluan
(penanganan bahan baku) dengan beberapa cara seperti pengeringan,
pencucian dan perajangan.
Pengeringan dapat mempercepat proses ekstraksi dan
memperbaiki mutu minyak, namun selama pengeringan
kemungkingan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan
oksidasi oleh udara (Ketaren, 1985). Beberapa jenis bahan baku tidak
perlu dikeringkan, seperti jahe, lajagoan, dan bahan lain yang disuling
dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan aroma yang
diinginkan.
Pencucian biasanya dilakukan untuk bahan-bahan yang berasal
dari tanah seperti akar wangi, dan rimpang. Tujuannya adalah untuk
membersihkan bahan dari kotoran yang menempel, mencegah hasil
minyak agar tidak kotor, dan efisiensi pemuatan bahan dalam ketel
suling.
Perajangan bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak
atsiri dari bahan, memperluas permukaan suling dari bahan dan
mengurangi sifat kamba. Pada umumnya perajangan dilakukan pada
ukuran 20 – 30 cm. Dalam industri minyak atisiri dikenal 3 macam
metode penyulingan yaitu penyulingan dengan air (water

10
distillation), penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation)
dan penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
2. Pressing (expression)
Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan
menggunakan suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller
pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat dipisahkan dengan cara
pengepresan adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis
minyak atsiri lainnya.
3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)

Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk


mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh
panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak
atsiri antara lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak.
Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk memisahkan minyak
bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak
yang tinggi.

Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk


mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh
panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak
atsiri antara lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak.
Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk memisahkan minyak
bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak
yang tinggi.
4. Adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi).

B. Pengolahan Kayu Manis menjadi Minyak Atsiri

Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling


atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia komersil,
sebagaimana di ketahui metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu: Penyulingan dengan sistem rebus (Water
Distillation), Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation),
dan Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation). Penerapan
penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti

11
jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan
air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan
alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
1. Penyulingan dengan system rebus (water Distilation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan
bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah
ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan.
Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan
dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan
minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam
wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja.
Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi
seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati
dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan
destilasi. ang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti
karat seperti stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem
kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja
bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi
dengan saringan diatas air. Cara ini adalah yang paling banyak
dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit
air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus
ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar
dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimana pun cost produksi juga
diperhitungkan dalam aspek komersial.
Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh
karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak
atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu
dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan
dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode

12
penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan
panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air
maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan
untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat
uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut
dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap
yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan
kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan
separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan
metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan
tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman,
misalnya gaharu, cendana, dll.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa
getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat
juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara
sintetis.
Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness
disebut minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia
disebut minyak Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring
agent dalam pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun. Tentunya di peroleh
dengan berbagai proses yakni: penyulingan (distillation), pressing
(expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan
adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut yang
banyak digunakan oleh industri minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu
Manis Halmahera (Components of Essential Oil From Kayu Manis
Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4, No. 1,
http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].

Anonimous, 2008. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume


14 No. 2, Agustus 2008. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id [19 September
2010].

Delvian, 2005. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Naungan Terhadap


Pertumbuhan Bibit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii Bl.) (The Effect of
Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade yo Growth of Cinnamon
(Cinnamomum Burmanii BL.). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol. Vol.
4 No. 1 Juni 2005, http://prepository.usu.ac.id [19 September 2010].

Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii). Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ma’mun dan S. Suhirman, 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial.


http://balittro.litbang.deptan.go.id [23 September 2010].

15

Anda mungkin juga menyukai