OLEH :
ALDA
NIM. 54.451.19.010
HALAMAN
DAFTAR ISI…………...………………………………………………………..…I
KATA PENGANTAR…………..…………………………………………….….II
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2. Tujuan………………..……...…………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Minyak Atsiri…………………….…………………………………….…3
2.2. Tanaman Kayu Manis…………….……………...…………………….....4
2.3. Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis…………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………..……………………………………………..15
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah
yang berjudul ‘Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis‘ dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
ALDA
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
pasar terhadap kedua produk tersebut di indonesia. Nah, teknologi pengambilan
minyak atsiri inilah yang akan di bahas dalam makalah ini.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui tentang Minyak Atsiri
2. Mempelajari tentang segala aspek tanaman Kayu Manis
3. Memahami proses pengolahan Minyak Atsiri dari bahan Kayu Manis
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dapat didestilasi.
2. Tidak meninggalkan noda.
3. Tidak tersabunkan.
4. Tidak tengik.
5. Tidak mengandung asam.
6. Pada umumnya tidak dapat larut alam air.
7. Mudah menguap / bersifat eteris.
8. Mengandung senyawa terpen.
3
9. Dapat larut dalam senyawa organik alcohol (etanol) pada umumnya
berwujud cair.
4
Cassiavera eks Padang. Pengolahan cassiavera kering secara tradisional
tidaklah sulit,dengan menggunakan metode dan alat-alat sederhana.
5
C. Pemungutan hasil tanaman Kayu Manis
Waktu panen yang pertama dimulai setelah pohon tanaman tumbuh lebat
dan pertumbuhan selanjutnya tidak menguntungkan. Penjarangan dilakukan
pada saat berumur 3 tahun, sedangkan panen tahap kedua pada 4 – 5 tahun,
menghasilkan kulit yang memenuhi persyaratan ekspor. Pemungutan hasil
dapat dilakukan dengan 4 sistim, yaitu sistim ditebang sekaligus, sistim
ditumbuk, sistim dipukul-pukul sebelum ditebang dan sistim Vietnam.
Musim panen yang baik adalah pada awal musim hujan atau pada waktu
daun tanaman seluruhnya berwarna hijau tua. Sesudah ditentukan pohon
yang akan dikuliti, kulit pohon dibersihkan dari lapisan gabus dan lumut serta
kotoran lain yang menempel pada kulit pohon. Selanjutnya dibuat dua irisan
horizontal melingkar batang dengan jarak tertentu. Irisan bagian paling
bawah kira-kira 10 cm di atas permukaan tanah. Kemudian diantara irisan
horizotal yang melingkar batang dibuat dua irisan tegak lurus dengan jarak
tertentu, dan kemudian kulit dikupas dari batang.
Pengikisan kulit dilakukan dengan pisau, sampai terbuang lapisan kulit
ari dan lapisan gabus atau kulit sampai berwarna kuning kehijauan.
Pengikisan sebaiknya dengan menggunakan pisau “stainless steel” untuk
mecegah “browning”. Pengikisan dilakukan dalam bangsal dilapangan
terbuka, dan bangsal tersebut sekaligus untuk menyimpan kulit kayu manis
jika hari hujan. Pengeringan kulit kayu dilakukan dengan cara penjemuran.
Kriteria kekeringan dapat dilihat dari kesempurnaan penggulungan kulit dan
kulit yang telah kering biasanya mempunyai kadar air sekitar 14%. Untuk
mengatasi resiko pada cara penjemuran dapat ditempuh dengan cara
pengeringan buatan. Dengan menggunakan alat pengeringan buatan, maka
pengeringan dapat dilakukan dengan cara kontinu tanpa tegantung pada iklim,
menghemat tenaga dan waktu serta kulit yang dihasilkan mempunyai tingkat
kekeringan yang lebih seragam dan mutu yang lebih baik. Kulit kayu manis
yang telah kering dapat dijadikan bahan baku penyulingan minyak kayu
manis.
6
D. Penyulingan tanaman Kayu Manis
Bahan yang disuling biasanya berupa campuran daun, ranting dan sisa
potongan kulit. Pada penyulingan Skala Rakyat, unit penyulingan biasanya
berlokasi pada tanah dan dekat sungai atau air mengalir. Hal ini bertujuan
agar supaya air sungai tersebut dapat digunakan sebagai air pendingin.
Condenser biasanya terbuat dari bambu. Ketel biasnya buatan local, dan
konstruksinya hamper sama dengan ketel yang digunakan untuk penyulingan
minyak anis bintang. Bahan yang disuling biasanya terdiri dari 70% daun dan
30% cabang dan dahan. Setiap 133,3 lb (1 pikul) bahan yang dimasukkan
kedalam ketel, jumlah air yang ditambahkan sekitar 2.5 pikul. Ketel dipanasi
dengan api yang agak lemah, untuk menghindari kehilangan minyak akibat
kondensasi yang tidak sempurna.
Sebagai pengganti proses kohobasi, para pengusaha penyulingan
menggunakan sederetan labu florentine. Pada labu pertama minyak kayu
manis akan terpisah dan berada dibawah lapisan air, sedangakan bagian air
masih berwarna keruh karena masih mengandung sejumlah minyak kayu
manis. Minyak yang tersuspensi dalam air ini, secara bertahap akan memisah
pada labu yang kedua, air suling menjadi jernih karena minyak telah terpisah
secara sempurna. Apabila air tersebut telah jernih, maka dapat dialirkan
kembali dalam ketel suling.
Lama penyulingan biasanya 3 jam, namun dapat lebih lama jika
intensitas nyala api lebih kecil. Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,3
– 0,7%. Khususnya penyulingan dari bahan daun saja menghasilkan
rendemen minyak sekitar 0,45% sedangkan dari ranting menghasilkan
rendemen sekitar 0,2 %. Mutu minyak yang dihasilkan tergantung dari bahan
(daun) yang disuling dan musim panen. Pada musim hujan dan musim semi,
rendemen minyak dari daun dan ranting lebih tinggi dibandingkan dengan
daun pada musim panas dan musim gugur. Kadar aldhida (terutama smamat
aldehida) dalam minyak kayu manis Tiongkok berkisar antara 70 – 95%.
7
E. Karakteristik kulit tanaman Kayu Manis
No Karakteristik C. Zeylanicum C. Cassia C. Burmani
1 Berat Jenis 250C 1,01-1,02 1,03-1,05 1,03
2 Indeks Bias 250 1,57-1,59 1,59-1,61 1,58
3 Putaran Optik (00)-(20) - -30
Kelarutan Dalam Larut Jernih
4 Alkohol 70% Larut 1:3 Larut 1:3 1:1
Kadar
5 Sinnamaldehida 55%-78% 75%-90% 74,0%
8
dan minuman seperti dalam coca cola. Minyak daun cinnamon digunakan
dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan parfum.
9
2.3. Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis
A. Pengolahan Minyak atsiri secara umum
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan 4 cara:
1. Penyulingan (distillation)
Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam
pengolahan minyak atsiri. Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang
tidak mudah rusak oleh panas, misalnya minyak cengkeh, nilam,
sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe. Penyulingan merupakan suatu
proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk
yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara mendidihkan
terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah
terpisah dari campuran (Kister, 1990). Untuk mempermudah proses
penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan perlakuan pendahluan
(penanganan bahan baku) dengan beberapa cara seperti pengeringan,
pencucian dan perajangan.
Pengeringan dapat mempercepat proses ekstraksi dan
memperbaiki mutu minyak, namun selama pengeringan
kemungkingan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan
oksidasi oleh udara (Ketaren, 1985). Beberapa jenis bahan baku tidak
perlu dikeringkan, seperti jahe, lajagoan, dan bahan lain yang disuling
dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan aroma yang
diinginkan.
Pencucian biasanya dilakukan untuk bahan-bahan yang berasal
dari tanah seperti akar wangi, dan rimpang. Tujuannya adalah untuk
membersihkan bahan dari kotoran yang menempel, mencegah hasil
minyak agar tidak kotor, dan efisiensi pemuatan bahan dalam ketel
suling.
Perajangan bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak
atsiri dari bahan, memperluas permukaan suling dari bahan dan
mengurangi sifat kamba. Pada umumnya perajangan dilakukan pada
ukuran 20 – 30 cm. Dalam industri minyak atisiri dikenal 3 macam
metode penyulingan yaitu penyulingan dengan air (water
10
distillation), penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation)
dan penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
2. Pressing (expression)
Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan
menggunakan suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller
pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat dipisahkan dengan cara
pengepresan adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis
minyak atsiri lainnya.
3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
11
jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan
air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan
alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
1. Penyulingan dengan system rebus (water Distilation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan
bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah
ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan.
Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan
dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan
minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam
wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja.
Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi
seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati
dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan
destilasi. ang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti
karat seperti stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem
kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja
bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi
dengan saringan diatas air. Cara ini adalah yang paling banyak
dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit
air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus
ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar
dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimana pun cost produksi juga
diperhitungkan dalam aspek komersial.
Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh
karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak
atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu
dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan
dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode
12
penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan
panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air
maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan
untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat
uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut
dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap
yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan
kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan
separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan
metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan
tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman,
misalnya gaharu, cendana, dll.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa
getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan
seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat
juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara
sintetis.
Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness
disebut minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia
disebut minyak Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring
agent dalam pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun. Tentunya di peroleh
dengan berbagai proses yakni: penyulingan (distillation), pressing
(expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan
adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut yang
banyak digunakan oleh industri minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.
14
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu
Manis Halmahera (Components of Essential Oil From Kayu Manis
Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4, No. 1,
http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].
Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii). Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
15