Anda di halaman 1dari 3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Air
Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan bermacam-macam sehingga dengan
mudah dapat tercemar. Menurut tujuan penggunaanya, air diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yang berbeda-beda. Pencemaran air merupakan masalah regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau
daratan (Darmono, 2001 dalam Aini, 2013).

2.2 Laundry

2.3 Limbah laundry


Karakteristik limbah cair laundryadalah kandungan yang melebihi baku mutu pada
parameter: deterjen, pH, temperatur, konduktivitas, BOD, COD, TSS, dan TDS (Baku Mutu
Kegiatan Industri Laundry) serta fosfat (Baku Mutu Kegiatan Industri Lainnya) menurut
Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010.

2.4 Limbah detergen laundry


Detergen merupakan salah satu produk komersial yang digunakan untuk menghilangkan
kotoran pada pencucian pakaian di industri laundry maupun rumah tangga. Umumnya detergen
tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar detergen) sebesar 20-30%,
builders (senyawa fosfat) sebesar 70-80 %, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relative
sedikit yaitu 2-8%. Surface Active Agent (surfaktan) pada detergen digunakan untuk proses
pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga sifat dari detergen dapat berbeda tergantung jenis
surfaktannya (Kirk dan Othmer, 1982).
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahanbahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun,detergent mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergent merupakan garam natrium dari asam sulfonat.
(Fadin dalam Zahri, 2008).
Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan
nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan
sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan
Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori
keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999).
Surfaktan anionik adalah zat yang menghasilkan ion muatan negatif dalam larutan, terdiri
dari grup sulfonat, sulfat atau karboksilat (Said dan Marsidi, 2004). Linear Alkylbenzene
Sulfonate (LAS) banyak digunakan menggantikan Alkyl Benzena Sulphonate (ABS) karena
relatif mudah terurai di dalam air. LAS merupakan senyawa surfaktan anionik yang banyak
digunakan dalam deterjen, digunakan di Negara Asia Pasific dan Amerika Latin, (Nasir dan
Budi, 2011).
Surfaktan nonionik mengandung grup hydrophilic (gugus yang mudah terionisasi dalam
air) yang tidak terionisasi dalam larutan. Salah satu contoh surfaktan ini yang paling komersil
adalah yang mengandung grup polyether hydophobe yang merupakan turunan ethylene oxide
(Said dan Marsidi, 2004). Grup hidrophilic merupakan gugus yang mudah larut dalam air.
Surfaktan kationik adalah zat yang menghasilkan ion muatan positif dalam larutan,
menarik perhatian karena sifat bactericidal atau germicidalnya, sehingga digunakan sebagai zat
cuci hama untuk pencuci alat rumah tangga manakala tidak tersedia air panas (Said dan Marsidi,
2004). Akan tetapi sebagai deterjen, zat ini kurang disukai karena harganya yang mahal. Salah
satu contoh surfaktan kationik adalah turunan ammonium quartenary.
Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang di desain dengan variasi yang mempunyai
sifat khusus dan digunakan untuk keperluan khusus, diproduksi dalam jumlah relatif kecil (Said
dan Marsidi, 2004). Sifat khusus surfaktan amfoterik yaitu mengandung muatan positif dan
negatif pada bagian aktif permukaannya misalnya sulfobetain(Tang dan Suendo, 2011).
Surfaktan ini biasanya khusus digunakan untuk kosmetik, shampo bayi dan produk pembersih
lain yang memerlukan kelembutan.
Builder merupakan zat penunjang kinerja deterjen dalam pelunakan air (softnening)
dengan cara membatasi kerja ion-ion kalsium dan magnesium. Builder dapat berupa senyawa
alkali yang mudah mengendap seperti natrium karbonat dan natrium silikat; agen kompleks
seperti Natrium Triphosfat atau asam nitroloacetic dan senyawa bersifat penukar ion seperti asam
polikarboksilat dan zeolit A (Nasir dan Budi, 2011).
Bleaching effect (Efek pemucatan) dari deterjen ditimbulkan melalui cara mekanis, fisika
dan/atau secara kimia khususnya melalui perubahan atau penyisihan zat pewarna terhadap objek
yang mengalami proses pemucatan. Efek pemucatan dapat ditimbulkan secara parallel dalam
proses pencucian (Nasir dan Budi, 2011). Mekanisme mekanis dan fisis utamanya efektif untuk
menghilangkan partikulat atau zat-zat yang mengandung oli. Pemucatan secara kimia dilakukan
untuk menghilangkan warna dan karat yang melekat pada serat (Nasir dan Budi, 2011).
Bleaching agent yang banyak digunakan biasanya adalah senyawa-senyawa peroksida.
Hidrogen Peroksida terkonversi menjadi anion hidroksida intermediate aktif dalam media alkali
menjadi menurut persamaan reaksi (Nasir dan Budi, 2011) :
Anion-anion perhidroksil dapat mengoksidasi pengotor padat dan karat. Senyawa
perhidroksil pada deterjen diantaranya Natrium Perborat (NaBO3.4H2O) dan hipoklorit (klorin).
Keunggulan utama natrium perborat dapat dimasukan langsung sebagai bubuk dengan hasil
cucian yang putih dan relatif aman. Sebaliknya, larutan pemutih klorin dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kerusakan signifikan dan menyebabkan perubahan warna. Klorin cukup
efektif digunakan sebagai pemutih dan disinfektan pada suhu yang rendah (Nasir dan Budi,
2011).
Aditif merupakan bagian terkecil dari deterjen, dapat berupa enzim, senyawa anti
redeposisi seperti Carboxyl Methyl Cellulose (CMC), Carboxyl Methyl Starch (CMS), senyawa
pengatur busa (foam regulator) seperti Fatty Acid Amides, Fatty Acid Alkanolamine. Hasil
cucian yang wangi, dapat ditambahkan fragrance dan zat warna sesuai dengan yang diinginkan
serta bahan pengisi lainnya/filler (Nasir dan Budi, 2011).

2.5 Dampak detergen industri laundry


Buih-buih yang menutupi permukaan air, baik dari jenis linier alkyl benzene sulfonate
(LAS) yang “biodegradable” maupun jenis alkyl benzene sulfonate (ABS) yang
“nonbiodegradable” tersebut dipastikan dapat mengganggu kehidupan organisme yang ada
dibawahnya baik yang hidup didasar air dan dipermukaan air (Garno, 2000 dalam Aini, 2013).
Pengaruh negatif detergen terhadap kondisi fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa pengaruh limbah detergen
terhadap lingkungan antara lain gangguan terhadap estetika oleh adanya busa putih di permukaan
perairan, penurunan kadar oksigen terlarut perairan, perubahan sifat fisik dan kimia air serta
terjadinya eutrofikasi. Kandungan fosfat yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya gulma air
(Bourdeau and Treshow, 1978). Peningkatan gulma air akan menyebabkan peningkatan
penguraian fosfat, dan penghambatan pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen
terlarut dalam air amat rendah (mikroaerofil) (H. Sitorus, 1997).
Dengan meningkatnya penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih dalam masyarakat
berpotensi mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan perairan. Kondisi perairan yang
semakin buruk akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya (Suparjo, 2009 dalam
Aini, 2013).

2.6 Uji toksisitas


Pengaruh detergen terhadap lingkungan juga diketahui dengan melakukan uji biologis,
misalnya terhadap ikan dengan melihat mekanisme fisiologis dari sistem hidup, yang perlu
dipertimbangkan sebagai faktor yang terpengaruhi (Weiss dan Botts, 1957). Rendahnya oksigen
terlarut berpengaruh terhadap fungsi fisioligis ikan salah satunya pada organ metabolisme tubuh.
Menurut Tugiyono (2009) Ikan merupakan salah satu hewan uji yang digunakan sebagai
bioindikator adanya tekanan perubahan lingkungan khususnya di perairan.

2.7 Biota Uji


Biota uji yang di gunakan ddalam penelitian ini adalah ikan patin.pemilihan biota uji ini
berdasarkan dengan kriteria biota uji yang harus di penuhi berdasarkan OECD dan USEPA.
Biota uji yang di gunakan dapat mewakili lingkungan dari perairan tersebut,agar dapat
memperkirakan jumlah polutan yang masuk ke dalam lingkungan tersebut (APHA,2005).
Berdasarkan standart USEPA hewan uji yang di gunakan adalah ikan dengan berat 1 gram yang
ddimana berukuran 4-6cm.

Anda mungkin juga menyukai