Anda di halaman 1dari 31

Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 1
GAYA ANTARMOLEKUL

TUJUAN PRAKTIKUM

Mengetahui hubungkan polaritas molekuler dengan kekuatan


antarmolekul di dalam molekul.

DASAR TEORI

Pada percobaan akan dilakukan pemeriksaan kekuatan tarik-


menarik yang menyatukan molekul dan kekuatan pengganggu yang
memecahnya. Gaya antara molekul yang menyatukan molekul
disebut gaya antarmolekul dan terdiri dari gaya dispersi London, gaya
dipolar, dan ikatan hidrogen (ikatan-H). Kekuatan yang memecah
molekul terkait dengan suhu objek. Anda akan mengeksplorasi efek
polaritas pada kekuatan gaya antarmolekul dan bagaimana gaya
antarmolekul terkait dengan sifat fisik. Semua material disatukan
oleh kekuatan yang menarik tetapi selalu ada kekuatan yang
mengganggu yang dapat memecahnya. Ketika suatu benda adalah
benda padat pada suhu tertentu, itu berarti bahwa gaya tarik harus
lebih besar dari gaya pengganggu. Ketika suatu zat dalam keadaan
gas pada suhu berapa pun, itu berarti bahwa gaya-gaya pengganggu
jauh lebih besar daripada gaya-gaya tarik. Akhirnya ketika kekuatan
gangguan dan daya tarik berada pada tingkat yang hampir sama, zat
itu akan ada sebagai cairan.

Gaya kohesif adalah gaya tarik menarik antar partikel. Mereka adalah
yang menyatukan partikel. Mereka lemah dalam gas dan semakin
kuat saat kita beralih dari cairan menjadi padat. Ingatlah bahwa gaya
tarik berkurang dengan meningkatnya jarak pemisahan atau
penurunan muatan. Ada kekuatan yang dihasilkan dari gerakan
partikel yang bekerja berlawanan dengan kekuatan kohesif. Mereka
dikenal sebagai kekuatan pengganggu (gaya yang cenderung
memisahkan molekul). Dua jenis utama kekuatan pengacau adalah

1
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

gerakan atom atau molekul atau tolakan muatan sejenis. Semua


atom selalu bergerak. Secara eksternal, sebuah atom atau molekul
dapat bergerak dalam garis lurus (disebut gerak translasi) dan dapat
berputar (disebut gerak rotasi). Secara internal ketika atom terikat
bersama mereka juga akan bergerak bolak-balik relatif satu sama lain
(ini disebut gerakan getaran). Ikatan seperti pegas kecil yang bisa
bergerak lambat atau cepat tetapi selalu bergerak. Ada energi yang
terkait dengan masing-masing dari tiga jenis gerakan yang disebut
getaran, energi rotasi dan translasi dan semua ini adalah bentuk
energi kinetik. Suhu suatu benda sebanding dengan rata-rata semua
energi kinetiknya.

Ini berarti bahwa pada suhu yang sama semua benda memiliki energi
kinetik rata-rata yang sama. Pada suhu yang sama, benda yang lebih
kecil harus memiliki kecepatan yang lebih cepat dan benda yang lebih
besar harus memiliki kecepatan yang lebih rendah agar memiliki
energi kinetik rata-rata yang sama. Ingatlah bahwa semakin cepat
suatu benda bergerak semakin mudah melepaskan diri dari gaya
tarik menarik dan semakin lambat benda bergerak semakin mudah
terjebak oleh kekuatan tarik. Padatan, karena mereka tidak bergerak
atau berputar, satu-satunya gerakan yang tersisa adalah getaran.
Seperti yang dinyatakan di atas, gaya-gaya pengganggu berhubungan
dengan energi kinetik, yang merupakan ukuran pergerakan partikel
dan dikaitkan dengan suhu sampel. Kita semua tahu bahwa pada
suhu yang sama, molekul yang lebih berat bergerak lebih lambat.
Ketika kekuatan pengganggu lebih besar dari kekuatan kohesif, kita
dapat memiliki perubahan status (misalkan Cairan → gas).
Dibutuhkan energi untuk melakukan transisi ini, dan karena energi
digunakan untuk menguapkan molekul, cairan yang tersisa menjadi
dingin. Ini disebut pendinginan evaporatif.

2
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

ALAT DAN BAHAN

Alat

Termometer

Beaker glass

Batang pengaduk

Kertas saring

Statip

Karet gelang (masing-masing kelompok membawa 5)

Bahan

Air

Aseton

Heksana

Etanol

CARA KERJA

A. Memprediksi polaritas berdasarkan bentuk struktur molekul


air, heksana, etanol dan aseton.
1. Tentukan bentuk molekul dengan menggambarkan struktur
Lewis untuk senyawa air, heksana, etanol dan aseton.
2. Kemudian Anda akan membuat sketsa bentuk 3-D
menggunakan notasi wedge dan dash, lihat ikatan
intramolekul untuk melihat apakah ada di antara mereka yang
polar dan kemudian lihat bentuk molekul untuk melihat
apakah molekul itu polar.

3
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

3. Anda harus dapat memprediksi jenis gaya antarmolekul dan


bagaimana sifat akan bervariasi antara molekul yang akan
Anda uji.

B. Laju Evaporasi
1. Ambil 4 lembar kertas saring dan lima karet gelang untuk
menempelkan kertas ke termometer Anda.
2. Pasang kertas saring ke ujung termometer dengan karet gelang
dan kemudian celupkan ke tabung reaksi yang berisi senyawa
yang akan diteliti (heksana, air, etanol, atau aseton). Ketika
suhu telah stabil, catat suhu saat kertas pada termometer
masih terendam dalam cairan. Ini adalah pengukuran untuk
waktu = 0,0 mnt.
3. Waktu Anda dimulai ketika Anda mengeluarkannya dari
cairan. Gantungkan termometer pada statip sehingga Anda
dapat membaca termometer. Catatan: Jika ada setetes cairan
yang tergantung dari kertas saat Anda menariknya keluar,
sentuh tetesan itu di sisi tabung reaksi untuk membuangnya.
4. Catat suhu dengan angka signifikan yang benar setiap tiga
puluh detik selama 8 menit.

PENGAMATAN

A. Memprediksi polaritas berdasarkan bentuk struktur molekul


air, heksana, etanol dan aseton.

Molekul Polar atau


Gambarkan Nonpolar
Senyawa
Bentuk Molekul
Polar Nonpolar

Air

Heksana

4
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Etanol

Aseton

B. Laju Evaporasi

Air Heksana Etanol Aseton


T(oC) T(oC) T(oC) T(oC)

0.0 detik

30 detik

60 detik

90 detik

120 detik

150 detik

180 detik

210 detik

240 detik

270 detik

300 detik

330 detik

360 detik

390 detik

420 detik

450 detik

5
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

480 detik

510 detik

PERTANYAAN

1. Apakah suatu zat yang menguap lebih cepat (sehingga


membuat ΔT yang lebih besar) memiliki daya tarik yang lebih
tinggi atau lebih rendah untuk molekul lain dalam cairan
dibandingkan dengan zat yang menguap lebih lambat (ΔT lebih
kecil)? Jelaskan!
2. Bagaimana hubungan kepolaran dengan gaya
antarmolekulnya?

6
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 2
REAKSI-REAKSI KIMIA

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengamati beberapa tipe reaksi kimia, mengidentifikasi


beberapa hasil reaksi dan menyimpulkan perubahan kimia serta
dapat menuliskan persamaan reaksi kimia dengan benar

B. DASAR TEORI

Reaksi kimia merupakan suatu proses melibatkan dua atau lebih


pereaksi yang menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat
fisik/kimia yang berbeda dengan pereaksinya. Secara umum reaksi
kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi asam-basa dan
reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia
yang melibatkan netralisasi ion H+ dan OH- (teori Arrhenius),
akseptor-donor ion proton (H+, teori Bronsted-Lowry), akseptor-donor
pasangan elektron (teori asam-basa Lewis), atau akseptor-donor ion
oksida (O2-). Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi kimia yang
melibatkan transfer elektron antara reduktor dan oksidator, serta
adanya perubahan bilangan oksidasi.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia
antara lain:
a. adanya gas sebagai produk reaksi;
b. adanya endapan;
c. perubahan pH larutan;
d. perubahan warna larutan; atau
e. perubahan suhu larutan.

Berikut contoh beberapa reaksi kimia:

(i) Reaksi oksidasi-reduksi:


Pembentukan gas:
2Al (s) + 6HCl (aq) → 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)

Pemurnian bijih oksida:


Fe2O3 (s) + 3CO (g) → 2Fe (s) + 3CO2 (g)

7
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Analisa kualitaif/kuantitatif etanol:


2K2Cr2O7(aq) + 3C2H5OH (aq) + 8H2SO4(aq) → 2Cr2(SO4)3 (aq) +
3HC2H3O2 (aq) + 2K2SO4 (aq) + 11H2O
(ii) Reaksi asam-basa:
Netralisasi:
NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)

Pembentukan endapan:
AgNO3(aq) + Na2CrO4 (aq) → Ag2CrO4(s) + 2NaNO3(aq)

Dekomposisi termal:
CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g)
(berlangsung pada 90oC, akseptor-donor oksida, ion Ca2+ menerima
ion O2- dari ion CO32-)
C. ALAT DAN BAHAN

Alat

Tabung reaksi

Rak Tabung reaksi

Pipet tetes

Spatula

Bahan

larutan CuSO4 0,1 M, HC2H3O2 0,1 M,

HCl 0,1 M ; 1 M DAN 6 M K2CrO4 0,1 M,

AgNO3 0,1 M, K2Cr2O7 0,1 M,

Pb(NO3)2 0,1 M, NaOH 1 M,

NaC2H3O2 0,1 M, KMnO4 0,05 M,

KI 0,1 M, H2C2O4 0,1 M,

KOH 0,1 M, Fe(II) 0,1 M,

Na2CO3 0,1 M, H2SO4 2 M,

8
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

NH3 0,1 M,

Na2SO3

H2O2 3%,

padatan CuSO4.5H2O dan KI,

logam Mg, Cu, dan Zn.

D. PROSEDUR KERJA

1.Reaksi Oksidasi Logam

a. Larutan CuSO4 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian masukkan sepotong logam Mg ke dalam
larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

b. Larutan HCl sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian masukkan sepotong logam Zn ke dalam
larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

c. Larutan AgNO3 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian masukkan sepotong logam Cu ke dalam
larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

d. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi di atas, apakah


ketiga reaksi tersebut dapat berlangsung secara spontan?, dan
tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk masing-masing
reaksi di atas. Gunakan data potensial reduksi standar, Eo,
untuk masing-masing pereaksi di atas.

2. Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+

a. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam


tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL larutan NaC2H3O2
0,1 M ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi.

9
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam


tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL larutan KI 0,1 M ke
dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi.

c. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi di atas, tuliskan


persamaan reaksi yang setara untuk masing-masing reaksi di
atas.

d. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam


larutan? Bila ya, beri penjelasan mengapa dapat terbentuk
endapan dalam larutan tersebut. Diketahui Ksp PbI2 (25 oC) =
7,9 x 10-9 dan kelarutan Pb(C2H3O2)2 (20oC ) = 44,31 g/100 mL

3. Reaksi Reduksi Ion Cu2+ dalam Fasa Padat & Larutan

a. Siapkan 4 tabung reaksi. Tabung 1 & 2: masing-masing diisi


dengan sedikit padatan CuSO4.5H2O. Kemudian masing-masing
tabung diberi label A dan B. Tabung 3 & 4: masing-masing diisi
dengan sedikit padatan KI. Kemudian masing-masing tabung
diberi label C dan D.

b. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam


tabung C, kemudian diamati perubahan yang terjadi.

c. Kedalam masing-masing tabung B dan D tambahkan 3 mL air


dan kemudian diaduk sampai padatan larut seluruhnya.
Larutan tabung B dituangkan ke dalam larutan tabung D, amati
perubahan yang terjadi.

d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan


reaksi dalam fasa padat (tahap b) dengan larutan (tahap c)?

e. Tuliskan persamaan reaksi untuk masing-masing reaksi


tersebut.

10
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

4. Perubahan Warna Indikator Dalam Reaksi Asam-Basa

a. Larutan Ca(OH)2 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam
larutan tersebut. Ke dalam larutan Ca(OH)2 tersebut tambahkan
2 mL larutan H2C2O4. Amati apakah ada perubahan warna
larutan Ca(OH)2 setelah penambahan larutan indikator dan
larutan H2C2O4. Beri penjelasannya mengapa hasil
pengamatannya demikian.

b. Larutan NH3 0,1 M (catatan: larutan NH3 bukan larutan NH4OH)


sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut.
Ke dalam larutan NH3 tersebut tambahkan 2 mL larutan
CH3COOH 0,1 M (asam asetat). Amati apakah ada perubahan
warna larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan
larutan CH3COOH. Beri penjelasannya mengapa hasil
pengamatannya demikian.

c. Tuliskan persamaan reaksi untuk kedua reaksi di atas.

d. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan


antara reaksi (a) dan reaksi (b).

5. Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) & Dikromat (Cr2O72-)

K2CrO4 dan K2Cr2O7 merupakan garam oksi senyawa Cr(VI), yang


larut baik dalam air. Keberadaan masing-masing ion oksi Cr2O72- dan
CrO42- dalam larutan sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan
yang mengandung ion Cr2O72- berwarna jingga, sementara Larutan
yang mengandung ion CrO42- berwarna kuning. Catatan: senyawa
Cr(VI bersifat toksik, hati-hati jangan sampai terkena kulit. Bila
terkena larutan Cr2O72-atau CrO42- , harus segera dibilas.

a. Siapkan 2 tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan


1 mL larutan K2CrO4. Ke dalam tabung 1, tambahkan 5 tetes
larutan HCl dan kemudian campuran tersebut di kocok
perlahan-lahan. Amati apakah warna larutan berubah atau

11
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

tidak. Untuk tabung 2, tambahkan 5 tetes larutan NaOH 1 M


dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan.
Amati apakah warna larutan berubah atau tidak. Kedua reaksi
ini disimpan.

b. Lakukan hal yang sama seperti di atas, larutan K2CrO4 diganti


dengan larutan K2Cr2O7.

c. Bandingkan hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b).


Tentukan pH larutan asam ataukah basa untuk masing-masing
ion oksi Cr(VI) tersebut.

d. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr 2O72- dan ion


CrO42- dalam suasana asam dan basa.

6. Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida

Diketahui reaksi larutan H2O2 dengan KI berlangsung dalam 2 tahap,


yaitu:

H2O2 (aq) + I- (aq) → 2H2O (l) + IO- (aq) (i)

H2O2 (aq) + IO- (aq) → H2O (l) + O2 (g) + I- (aq) (ii)

Berdasarkan tahap reaksi di atas, I- ada pada awal dan akhir reaksi.
Hal ini menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi
reduksi H2O2.

Lakukan percobaan di bawah ini di lemari asam.

Larutan H2O2 3% sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi,


kemudian tambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke
dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi. Apakah ada
perubahan suhu dan warna larutan?

7. Reaksi Reduksi Kalium Permanganat

Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat


yang banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur
Mn dapat membentuk senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat

12
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

bervariasi, yaitu +2,+3, +4, +5, +6, dan +7. Dalam suasana asam, ion
MnO4-dapat direduksi menjadi ion MnO42-(larutan berwarna hijau),
MnO2 (padatan berwarna coklat kehitaman), atau Mn2+ (larutan
berwarna merah muda) sangat tergantung pada jenis reduktor yang
digunakan dalam reaksi.

Reduktor yang dapat mereduksi ion MnO4- antara lain Zn, H2C2O4,
dan Fe. Hal ini berkaitan dengan nilai potensial reduksi E O antara
KMnO4 dengan reduktor.

a. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL


H2SO4 2 M. Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan
larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati adanya
perubahan warna dan sambil dikocok. Perhatikan waktu yang
diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta
jumlah KMnO4 yang diperlukan.

b. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL


H2SO4 2 M. Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan
larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati adanya
perubahan warna dan sambil dikocok. Perhatikan waktu yang
diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta
jumlah KMnO4 yang diperlukan.

c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna


KMnO4, pada reaksi (a) ataukah (b)? Beri penjelasannya
mengapa demikian hasilnya.

d. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk kedua reaksi di atas.

e. Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL,


maka hitung jumlah mol KMnO4 yang diperlukan pada masing-
masing reaksi di atas. Apakah jumlah mol KMnO4 yang
diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda? Beri
penjelasannya mengapa demikian hasilnya.

13
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

8. Reaksi Metatesis

a. Ambil 0,5gram Sodium karbonat, Na2CO3 masukkan ke dalam


tabung reaksi dan tambahkan beberapa tetes HCl 6 M. Catat bau
dan warna dari gas yang terbentuk, gas apakah itu? Tuliskan
persamaan reaksi berikut secara lengkap: HCl(aq) + Na2CO3(s)

b. Pada fume hood, ulangi lagi tes yang sama dengan sodium sulfit,
Na2SO3. Catat hasil pengamatan saudara, amati gas apa yang
terbentuk dan lengkapi persamaan reaksi ini: HCl (aq) +
Na2SO3(s)

14
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 3
EFEK ION SENAMA

A. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam kalium oksalat


dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan
garam kalsium oksalat.

B. DASAR TEORI

Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut terjadi


keseimbangan antara garam yang tidak larut dengan ion – ionnya,
misalnya garam AB merupakan garam sukar larut dalam larutan
jenuh akan terjadi kesetimbangan:

AB(s) A+(l) + B-(l)

Oleh karena garam AB merupakan padatan maka koefisien


aktivitasnya sama dengan 1 dan [AB] adalah konstan sehingga dapat
disederhanakan menjadi:
KspAB = [A+] [B-]
Harga tetapan Ksp dikenal dengan harga tetapan hasil kali
kelarutan. Jadi satu garam sukar larut dalam air jika di larutkan
dalam air sebagian kecil akan terurai menjadi ion – ionnya. Proses
peruraian itu akan berhenti setelah hasil kaliu kelarutan garam itu
sama dengan harga Ksp dari garam tersebut. Dalam percobaan ini
akan ditinjau garam kalsium oksalat CaC2O4 yang di larutkan dalam
air. Konsentrasi ion oksalat akan dapat ditentukan dengan cara
menitrasi larutan jenuh menggunakan larutan kalium permanganate.
Hasil Kali Kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion
dalam larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air. Nilai Ksp
untuk elektrolit sejenis semakin besar menunjukkan semakin mudah
larut. Sebuah atom atau molekul disebut ion, apabila dari kondisi
yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau menangkap
sebuah elektron. Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan
Jerman, Julius Elster dan Hans Friedrich Geitel pada tahun 1899.

15
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Ion dikatakan sebagai ion positif atau negatif tergantung dari jumlah
elektron dan proton yang dimilikinya. Ion negatif adalah ion yang
memiliki jumlah elektron lebih banyak dari jumlah proton, sedangkan
ion positif adalah sebaliknya.
Kelarutan(s) merupakan konsentrasi maksimum zat terlarut.
Ketentuan yang perlu diperhatikan :
1. Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak
terjadi pengendapan)
2. Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y< Ksp AxBy, larutan belum jenuh (tidak
terjadi pengendapan)
3. Jika Harga [Ay+] [Bx-]y > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi
pengendapan)
Adapun penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan
memperkecil kelarutan. Penambahan tersebut menggeser
kesetimbangan kekiri (sesuai prinsip Le Chatelier) Kelarutan suatu
elektrolit juga mempengaruhi oleh pH larutan. Keberadaan ion H +
akan mengikat anion sehingga anion dalam larutan berkurang.
Berkurangnya anion mengakibatkan lebih banyak garam yang larut
(sesuai asas Le Chatelier).

C. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Gelas beker 250 ml 1 buah
2. Pengaduk dari sendok 1 buah
3. Corong gelas 1 buah
4. Pipet ukur 10 ml 1 buah
5. Pipet gondok 10 ml 1 buah
6. Buret 50 ml 1 buah
7. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
B. Bahan
1. Kalsium oksalat padat
2. Larutan natrium oksalat 0,05 M
3. Larutan kalium permanganat 0,02 M
4. Larutan standard KMnO4

16
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

D. PROSEDUR KERJA

a. Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4


1. Timbang 0,63 g Asam Oksalat, H2C2O4.2H2O, dan larutkan
dalam labu ukur 100 ml, dan encerkan dengan aquades
sampai tanda batas
2. Ambil 5 ml larutan asam oksalat itu, tempatkan dalam
Erlenmeyer 100 ml. Tambahkan 20 ml 2,5 M H 2SO4, dan
titrasi dengan larutan standar KMnO4 yang akan di
standarisasi dari buret
3. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali dan hitung molaritas rata-
rata larutan standar KMnO4

b. Penentuan Konstanta hasil kali kelarutan CaC2O4


1. Buatlah larutan jenuh CaC2O4 sebanyak 100 ml dengan cara
menambah sedikit demi sedikit CaC2O4 padat dalam 100 ml
aquades sampai ada sedikit padatan tidak larut.
2. Siapkan buret dengan larutan standar KMNO4 0,02 M.
Kemudian ambil larutan jenuh kalsium oksalat yang telah
dibuat pada langkah 1 sebanyak 10 ml dengan pipet gondok.
Tuangkan ke dalam Erlenmeyer dan titrasi dengan larutan
standar KMNO4sampai titik ekivalen
3. Dari data titrasi, tentukan konstanta hasil kelarutan
kalsium oksalat menurut rumus:
Ksp CaC2O4 = [C2O4-]2

c. Pengaruh [C2O4-]2 terhadap kelarutan CaC2O4


1. Siapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering.
masing-masing diisi dengan 10 ml larutan jenuh sisa
ditambah dengan 2,4,6,8 dan 10 ml Na2C2O4 dan diaduk
sampai terjadi pengendapan sempurna
2. Ambil hati-hati (padatan jangan sampai terambil) 5 ml
supernatant dari masing-masing larutan tersebut untuk
dititrasi dengan larutan standar KMnO4 setelah diencerkan
dengan aquades menjadi 10 ml

17
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

3. Hitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing


eksperimen dan selanjutnya buat kurva hubungan antara
kelarutan dan konsentrasi ion oksalat

E. EVALUASI

1. Sebutkan beberapa factor yang mempengaruhi besarnya


kelarutan suatu garam
2. Terangkan mengapa pengambilan larutan harus bebas dari
padatan

18
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 4
OKSIDASI REDUKSI: PENGARUH ASAM BASA PADA LOGAM

A. Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh asam dan basa terhadap logam

B. Dasar Teori
• Asam
Asam adalah spesi yang dapat mendonorkan proton (donor proton).
Asam kuat mendonorkan semua protonnya. Mineral asam seperti
HCl, HNO3, dan H3PO4 adalah asam-asam kuat. Asam dapat
bertindak sebagai agen pengoksidasi. H+ adalah agen pengoksidasi
(dan tereduksi menjadi H2). Tabel 3.1 menunjukkan pengaruh
beberapa asam terhadap logam-logam.
• Logam
Logam cenderung membentuk kation (ion positif) baik didalam
larutan maupun senyawa. Logam padat bereaksi dengan asam
membentuk kation dan melepas satu atau lebih elektron.
n+
M(s) →M (aq) + ne

elektron yang dilepaskan ditangkap oleh agen pengoksidasi (H+, NO3-
, SO42-) dan melepaskan gas. Deret aktivitas logam terlihat pada Table
4.1 Deret unsur pada atas (kiri) dapat mereduksi unsur-unsur yang
ada dibawahnya (kanan). Jadi, kalium (K) adalah agen pereduksi yang
paling kuat yang dapat mengganti semua logam di bawah (kanan)
dalam deret aktivitas, berdasarkan reaksi:
n+ +
nK(s) + M (aq) → nK (aq) + M(s)

dan sebaliknya, semua logam yang berada di atas (kiri) hidrogen
dapat menggantikan asam (sebagai contoh diganti dengan H+) dan
semua logam di bawah (kanan) hydrogen akan bereaksi dengan asam
pengoksidasi.

• Alkali

Alkali merupakan basa kuat dengan rumus M(OH)n, dimana M

19
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

adalah logam alkali (seperti Na, K) atau logam alkali tanah (seperti
Ca, Mg), dan nilai n adalah 1 (untuk alkali) atau 2 (untuk alkali
tanah). Beberapa logam bereaksi dengan larutan alkali. Reaksi alkali
menunjukkan sifat “semi logam” dari unsur-unsurnya. Sifat semi
logam adalah gabungan antara sifat logam dan non-logam. Dalam
beberapa kasus, ditemukan bahwa oksida logam bereaksi dengan
asam dan basa. Oksida Logam–oksida logam tersebut disebut dengan
oksida amfoter. Unusr yang mempunyai oksida amfoter juga dapat
bereaksi dengan alkali dan asam untuk menghasilkan gas H 2. Zink
juga dapat bereaksi degan asam dan basa dengan cara yang sama,
tetapi lambat dan relative susah untuk melihat keberadaan gas H 2
yang dihasilkan. Untuk membuktikan bahwa zink telah larut,
tambahkan ion sulfida untuk menghasilkan endapan zink sulfida.

Tabel 3.1 Pengaruh Asam terhadap Logam


Loga Penggantian Asam Asam-asam pengoksidasi
m
HCl H2SO4 H2SO4 HNO3 HNO3
encer/ encer pekat (± encer pekat
pekat 18 M) (±15 M)
(sampai
10 M)
K
Na Larut Larut Larut Larut Larut
Ba untuk untuk untuk untuk untuk
Sr menghasil menghasil menghasil menghasil menghasil
Ca kan kan sulfat kan sulfat kan nitrat kan nitrat
Mg1) klorida dengan dengan dengan dengan

Al2) dengan bilangan bilangan bilangan bilangan

Zn bilangan oksidasi oksidasi oksidasi oksidasi

Cd oksidasi lebih lebih lebih lebih

Fe lebih rendah tinggi dan rendah tinggi dan

Co rendah dan belerang dan nitrogen(I

Ni dan hidrogen dioksida nitrogen(II V) oksida

20
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Sn hydrogen (SO2) ) oksida (NO2)


Pb (NO)
H
Cu3) Tidak ada
Hg Tidak ada pengaruh
Ag pengaruh
Pt Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Au pengaruh pengaruh pengaruh
Catatan:
1) Dengan larutan HNO3 encer (konsentrasi < 1M, Mg
menghasilkan H2)

2) HNO3 bereaksi dengan sangat lambat dengan Al dalam
keadaan dingin.
3) Co(II) nitrat terbentuk dengan penambahan HNO3, sedangkan
Co(I) nitrat tidak terbentuk

C. Alat dan Bahan


• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Pipet tetes
• logam Fe, Zn, Cu, Al, Pb
• Paku besi (dipersiapkan oleh masing-masing kelompok)
• NaOH 2 M
• HNO3 5 M
• HCl 5 M
• Na2S

D. Prosedur
1. Siapkan potongan kecil dari logam Zn, Fe, Cu, Al dan Pb.
Bersihkan logam tersebut dengan menggunakan kertas amplas
dan letakkan sampel tersebut kedalam tabung rekasi- tabung
reaksi terpisah.
2. Tambahkan 3 mL larutan HCl 5 M kedalam tabung reaksi dan
catat pengamatan anda pada table pengamatan pada lembar

21
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

kerja. Tulis persamaan reaksinya.


3. Jika reaksi tidak terjadi, panaskan tabung reaksi dengan
perlahan, catat pengamatan anda.
4. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan HNO3 5 M, dan ulangi
langkah 1-4. Catat pengamatan anda pada table pengamatan.
Buat persamaan reaksinya.
5. Tukar larutan HCl 5 M dengan larutan NaOH 5 M, dan ulangi
langkah 1-4. Jika tidak mendapatkan pengamatan setelah
dipanaskan, tunagkan larutan ke dalam tabung reaksi yang lain.
Catat pengamatan anda pada Table pengamatan. Buat
persamaan reaksinya.
6. Tambahkan 2 mL larutan Na2S ke dalam tabung reaksi. Catat

pengamatan anda pada Table pengamatan. Buat persamaan


reaksinya.

Perhatian.
1. Asam dan basa adalah zat yang korosif. Gunakan kaca mata
pengamatan saat praktikum.
2. Jika larutan tertumpah ke kain atau kulit, bersihkan langsung
dengan air.
3. Gas beracun mungin saja dihasilkan pada percobaan ini.
Lakukan praktikum secara terpisah dan gunakan reagen dalam
jumlah sedikit untuk menghindari atau meminimalisir
dihasilkannya gas beracun. Jika reagen berlebih digunakan,
pindahkan tabung dan rak tabung rekasi ke dalam fume hood.
4. Bersihkan sisanya dengan air mengalir. Ambil sisa logam dari bak
cuci dan letakkan di bak sampah.

E. LEMBAR PENGAMATAN
a. PENGARUH ASAM TERHADAP LOGAM
Asam Logam Observasi Persamaan Reaksi
Dingin Panas
HCl Zn
Fe

22
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Cu
Al
Pb
HNO3 Zn
Fe
Cu
Al
Pb

b. PENGARUH BASA TERHADAP LOGAM


Logam Pengamatan dan Reaksi
Pengaruh alkali Pengaruh sulfida
Zn
Pb
Fe
Al
Cu
dst

23
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 5
PREPARASI (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (GARAM MOHR)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Melakukan preparasi kristal besi (II) amonium sulfat


heksahidrat (garam Mohr)
2. Melakukan perhitungan dalam pembuatan garam Mohr

B. DASAR TEORI
Besi adalah logam yang menempati urutan kedua dari logam-
logam yang umum terdapat di kerak bumi. Logam ini cukup reaktif
sehigga lebih cenderung terdapat sebagai senyawa dengan unsur lain
dalam bijihnya. Ada dua macam bijih besi terpenting yang
mengandung oksidanya yaitu hematite, Fe2O3 dan magnetit, Fe3O4.

Dalam bentuk senyawanya besi umumnya terdapat sebagai sebagai


besi (II) dan besi (III). Kedua kation itu banyak terdapat sebagai
garam, dan yang terpenting adalah garam besi (II) sulfat. Garam ini
dapat diperoleh dengan cara melarutkan besi atau besi (II) sulfida
dalam asam sulfat encer, sesuai dengan reaksi

Setelah larutan disaring, kemudian diuapkan, maka terbentuk


kristal FeSO4·7H2O berwarna hijau. Garam ini isomorf dengan garam
Epsom, MgSO4.7H2O. Dalam skala besar, garam ini ini dibuat dengan
cara mengoksidasi FeS2 perlahan-lahan di udara yang mengandung
air.

Garam besi (II) sulfat dapat bereaksi dengan garam sulfat dari
logam alkali membentuk garam rangkap dengan rumus umum :
M2Fe(SO4) · 6H2O dengan M logam alkali tanah K, Rb, Cs, atau NH4.
Jika besi (II) sulfat dan ammonium sulfat dilarutkan dengan jumlah
mol masing-masing sama menghasilkan larutan jenuh maka akan
terbentuk garam (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O. Pada proses ini besi (II) sulfat
dilarutkan dalam air panas dan sedikit asam sulfat untuk mencegah
oksidasi menjadi besi (III), kemudian larutan dicampur dengan

24
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

larutan amonium sulfat dengan perbandingan mol yang sama. Jika


campuran kedua larutan didinginkan akan terbentuk kristal garam
(NH4)2FeSO4.6H2O berwarna hijau kebiru-biruan. Garam ini dikenal
sebagai garam Mohr. Salah satu kelebihan garam Mohr dibndingkan
dengan garam besi (II) sulfat atau besi (II) klorida adalah kestabilan
garam ini terhadap oksidasi. Kristal garam Mohr stabil di udara dan
larutannya tidak mudah dioksidasi oleh oksigen di atmosfir. Garam
Mohr antara lain digunakan dalam analisis volumetric untuk
menstandarisasi kalium permanganat atau kalium bikromat.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat

(1) gelas piala 250 ml


(2) gelas ukur
(3) neraca
(4) Pembakar Bunsen
(5) Kaki tiga + kasa asbes
(6) Corong
(7) Pipet tetes
Bahan

(1) serbuk besi atau paku halus (disediakan oleh kelompok)


(2) H2SO4 10%
(3) Amonia
(4) Kertas saring

D. PROSEDUR KERJA

1. Pada pembuatan (NH4)2FeSO4.6H2O (garam Mohr) ini larutan


besi (II) sulfat (larutan A) dan larutan amonium sulfat (larutan
B) pertama-tama dibuat terpisah.
2. Larutan A dibuat dengan melarutkan 3.5 gram besi dalam 50
ml H2SO4 10 %. Larutan ini dipanaskan hingga semua besi
larut dan kemudian disaring ketika masih panas.

25
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

3. Kedalam filtrat kemudian ditambahkan sedikit asam sulfat


pekat untuk mencegah oksidasi besi (II) menjadi besi (III).
4. Larutan kemudian diuapkan sampai terbentuk kristal hijau di
permukaan larutan menandakan terbentuknya besi (II) sulfat
heptahidrat.
5. Larutan B dibuat secara terpisah dalam gelas piala 250 ml
yang lain. Dalam gelas piala ini 100 ml H2SO4 10 % dinetralkan
dengan amoniak menghasilkan amonium sulfat. Uapkan
larutan amonium sulfat sampai jenuh.
6. Dalam keadaan panas campurkan larutan A dan larutan B dan
kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal warna hijau
muda.
7. Untuk memurnikan garam yang terbentuk dapat dilakukan
melalui rekristalisasi dengan melarutkan kembali garam ini
dalam sedikit mungkin air panas kemudian di dinginkan.
8. Timbang garam Mohr yang diperoleh dan tentukan persen
hasil.

E. PERTANYAAN RESPONSIF
Sebelum memulai percobaan di laboratorium jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut :

(1) Tuliskan dengan persemaan reaksi proses larutnya besi dalam


larutan asam sulfat encer
(2) Tuliskan dengan persamaan reaksi pembentukan amonium
sulfat dengan menetralisir asam sulfat encer dengan amoniak.
(3) Bagaimana menurut anda cara menentukan kemurnian garam
Mohr yang dihasilkan ?
(4) Untuk mencegah oksidasi besi (II) menjadi besi (III) pada
preparasi besi (II) sulfat ditambahkan asam sulfat pekat.
Kenapa ? jelaskan dengan reaksi kimia.

26
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

F. LEMBAR PENGAMATAN

Preparasi (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O (Garam Mohr)

Preparasi FeSO4

Berat serbuk besi _______ gram

Jumlah mol FeSO4 ________mol

Preparasi (NH4)2 SO4

Berat H2SO4 _______ gram

Jumlah mol (NH4)2SO4 ________mol

Preparasi (NH4)2Fe SO4·6H2O


mol FeSO4 ________mol

mol (NH4)2SO4 ________mol

mol (NH4)2FeSO4 ________mol

gram (NH4)2FeSO4 _______ gram

Warna kristal _______

• Hasil teoritis kompelx oksalat yang dihasilkan (tunjukkan


dengan perhitungan) :

• Hasil yang diperoleh secara eksperimen :


______________________

• Persen hasil kompleks oksalat yang dihasilkan (perlihatkan


perhitungan) :

27
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

G. EVALUASI

1. 200 ml H2SO4 10 % dinetralisir dengan amoniak. Berapa mol


amonium sulfat yang terbentuk dalam larutan ?

2. Untuk larutan amonium sulfat pada pertanyaan 1, berapa


gram besi harus dilarutkan dalam asam sulfat 10 % untuk
membuat garam Mohr?
3. Berapa garam Mohr yang terbentuk secara teoritis dari
pertanyaan 1 dan 2 di atas ?

28
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

PERCOBAAN 6

BUFFER ASAM SITRAT-NA2HPO4

A. Tujuan Praktikum
1. Memahami cara pembuatan larutan bufferAsam sitrat-
Na2HPO4
2. Untuk mengetahui kapasitas buffer Asam sitrat-Na2HPO4

B. Dasar Teori

Larutan buffer merupakan system larutan yang dapat


mempertanyakan pH lingkungan dari pengaruh seperti oleh
penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh pengenceran.
Sistem buffer terdiri atas dua komponen, yakni (1)komponen
pelarut (umumnya air), dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen
terakhir ini dapat berupa:
(a) Asam lemah dan garam kuatnya,
(b) Basa lemah dan garam kuatnya,
(c) Sepasang asam-basa konyugat
(d) Sepasang pemberi-penerima proton
Pada system buffer-asetat (CH3COOH-CH3COONa) dalam pelarut
air, reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+ (aq)
(a)
Asam lemah
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+ (aq)
(b)
Spesi kimia pada sistem buffer, seperti pada buffer di atas, maka
yang terlibat dalam kesetimbangan dinamiknya adalah hanya reaksi
(a) atau disebut sebagai reaksi kesetimbangan ionisasi asam asetat.
Berdasarkan teori asam-basa Bronsted-Lowry, persamaan reaksi
kesetimbangan (a) dapat ditulis sebagi berikut:
CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O+(aq)
Penambahan oleh sedikit asam-kuat (H+) menyebabkan
kesetimbangan bergeser kea rah kiri (pembentukan asam lemah)
sedangkan penambahan basa (OH-)menyebabkan kesetimbangan

29
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

bergeser kearah kanan (pengurangan asam lemah). Jadi,


penambahan dalam jumlah kecil ini tidak akan mengakibatkan
perubahanyang berarti terhadap konsentrasi H+ dan Ph dari larutan
bufer asetat.

C. Alat dan Bahan

Alat

Gelas kimia

Corong

Gelas ukur

Labu ukur

Batang pengaduk

pH meter

Bahan

Asam sitrat

Aquades

Na2HPO4. 7H2O

D. Prosedur Kerja

1. Larutan A
Timbang teliti 10,507 g asam sitrat, C6H8O7.H2O; masukkan ke
labu takar 500 ml; tambahkan 100 ml aquades dan kocok hingga
melarut; encerkan dengan aquades sampai tanda batas)
2. Larutan B
Timbang teliti 26,809 g Na2HPO4. 7H2O; masukkan ke labu takar
500 ml; tambahkan 100 ml, aquades dan kocok hingga garam
melarut; tambahkan aquades sampai tanda batas

30
Praktikum Dasar Reaksi Anorganik

Tabel pengamatan

Buffer pH 2,2 -8 (Buffer Sitrat-Na2HPO4)

pH A (ml) B (ml)
2.2
2.6

E. Evaluasi

1. Apa yang di maksud dengan Buffer?

2. Apa yang dimaksud dengan kapasitas dan keefektifan larutan


buffer?

31

Anda mungkin juga menyukai