Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ANALISIS DAN IDENTIFIKASI SENYAWA


ORGANIK

IDENTIFIKASI CAIRAN ORGANIK BERDASARKAN SIFAT


FISIKNYA

OLEH :
KELOMPOK 15 OFFERING H

Annisa Dwi Putri Yuniarti (220332601754)

Tanggal Percobaan : 06 Februari 2023

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2023
1. Judul Percobaan : Identifikasi Cairan Organik Berdasarkan Sifat Fisiknya
2. Tujuan Percobaan :
- Dapat mengidentifikasi senyawa organik dari sekelompok cairan yang dikaji
berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
- Dapat menentukan titik didih suatu cairan senyawa organik pada kondisi
percobaan dan pada kondisi standar.

3. Dasar Teori
Setiap zat memiliki karakter yang khas dari dirinya sendiri yang akan
menentukan jenis senyawa saat dilakukan analisis. Penentuan senyawa kimia dapat
berdasarkan sifat fisika maupun sifat kimianya. Sifat fisika dapat berupa penentuan
massa jenis, titik didih, uji nyala, dan kelarutan. Sementara jika berdasarkan sifat
kimia dilakukan dengan mereaksikan sampel organik dengan pereaksi tertentu dengan
suatu pengkondisian pula. Struktur dari gugus fungsi menyumbang peranan besar
dalam menentukan sifat fisika dan sifat kimia senyawa organik (Vogel, 1985).
Titik didih menunjukkan suhu pada saat tekanan uap zat cair sama dengan
tekanan atmosfer. Dalam proses pendidihan memerlukan energi untuk memutuskan
gaya tarik antar pertikel dalam zat cair. Senyawa-senyawa yang memiliki gaya antar
molekul yang lebih kuat memiliki titik didih lebih tinggi. Dalam senyawa-senyawa
ionik, partikel-partikel yang berupa ion terikat sangat kuat oleh gaya elektrostatik
sehingga mempunyai titik didih yang sangat tinggi. Titik didih senyawa kovalen
tergantung pada gugus fungsinya.
Titik didih juga dipengaruhi oleh luas permukaan bidang sentuh dan
polarizabilitas, karena kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap kekuatan gaya
antar molekul. Kelarutan menyatakan jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Dalam proses pelarutan suatu senyawa diperlukan
energi untuk memutuskan ikatan/interaksi diantara molekul-molekul atau ion-ion
dalam zat terlarut yang berasal dari terbentuknya interaksi baru antara partikrl-partikel
zat terlarut dan pelarut.
Titik didih suatu zat adalah suhu dimana tekanan uap jenuh zat cair sama
dengan tekanan udara luar atau tekanan atmosfer (tekanan yang diberikan pada
permukaan cair) (Bitar, 2020). Jika tekanan udara kurang dari 1 atm, maka titik didih
air akan kurang dari 1000C (Tety, 1996). Tinggi rendahnya titik didih ditentukan oleh
kuat tidaknya ikatan yang ada dalam molekul tersebut. Proses pendidihan dari suatu
senyawa memerlukan energi yang tinggi untuk memutuskan gaya tarik antar molekul
dalam zat cair, sehingga semakin panjang rantai struktur molekul organik maka akan
semakin tinggi titik didih. Kesimetrisan molekul juga berpengaruh dalam penentuan
titik didih. Semakin simetris molekul tersebut, maka akan semakin teratur struktur
antar molekul dan titik didih akan semakin meningkat.
Berat jenis suatu zat ialah perbandingan relatif dari pengukuran massa
terhadap volume dari suatu zat, yang dapat dituliskan secara sistematis ρ = m / v.
Sehingga massa akan berbanding terbalik dengan volume. Jika volume semakin besar,
maka berat jenis suatu senyawa akan semakin kecil. USP menetapkan 1 ml dapat
dianggap ekuivalen dengan 1 cc, dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 mL (Purba,
2004).
Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang dapat terlarut dalam suatu pelarut.
Kelarutan sendiri dibedakan menjadi tiga jenis, yakni mudah larut, sukar larut, dan
tidak larut. Kelarutan ditentukan oleh beberapa hal. Pertama ialah semakin banyak
gugus hidroksi (-OH) maka akan semakin mudah larut karena gugus tersebut bersifat
polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Kedua ialah semakin
bertambah rantai hidrokarbon dalam strukturnya maka akan semakin sukar larut
karena akan semakin bersifat nonpolar. Molekul memiliki sifat “like dissolves like”,
akan larut jika memiliki kesamaan dalam struktur dan sifat kelistrikan dengan
molekul pelarut (Sastrohamidjojo, 2018).

4. Alat dan Bahan


Alat Bahan
● Gelas ukur 10 mL ● Sampel cairan organik
● Timbangan ● Larutan NaOH 5%
● Beaker glass 250 mL ● Larutan HCl 5%
● Tabung reaksi ● Larutan
● Rak tabung reaksi ● Larutan
● Korek api dari kayu ● Kertas lakmus universal
● Termometer ● Aquades
● Sumbat
● Gelas arloji

5. Langkah Kerja
Penentuan Titik Didih
Sampel Senyawa Organik
● Dipasang 2 manice pada statif.
● Dipasang 1 klemp pada salah satu manice dan 1 ring/klemp pada manice yang lain.
● Diambil kaki tiga.
● Diletakkan segitiga keramik di atas kaki tiga.
● Diambil cawan penguapan dan diisi pasir.
● Diletakkan cawan pada segitiga keramik.
● Ditempatkan kaki tiga, segitiga keramik, dan cawan penguapan tersebut di dekat statif.
● Diambil satu tabung reaksi yang bersih dan kering.
● Dimasukkan bagian bawah tabun reaksi dalam pasir di cawan penguapan.
● Dijepit tabung dengan klemp pada statif.
● Diatur kelmp sehingga tabung tegak lurus dan dijepit di bagian 3⁄4 tabung.
● Dimasukkan batu didih ke dalam tabung reaksi.
● Dimasukkan perkolator ke tabung reaksi (batu didih di tengah perkolator).
● Digantung termometer pada klemp di atas tabung reaksi dengan benang.
● Dimasukkan ujung termometer ke dalam perkolator.
● Diamati rangkaian yang disusun (harus tegak lurus).
● Dimasukkan 1 mL sampel B ke dalam tabung reaksi.
● Dipanaskan sampel B dengan api kecil hingga mendidih.
● Dicatat temperatur saat mendidih (temperatur percobaan).
● Dicatat tekanan udara saat percobaan dari barometer.
● Diukur titik didih sampel D, G, dan H.
● Dibuat kurva kalibrasi dari titik didih keempat sampel.
● Ditarik garis datar ke kanan dari nilai titik didih terkoreksi sampel B.
● Ditarik garis vertikal ke atas dari nilai titik didih pada 760°C sampel B.
● Diperoleh titik pertemuan garis datar dan garis vertikal.
● Digambar titik pertemuan untuk ketiga sampel yang lain.
● Ditarik garis regresi dan tiga titik pertemuan.
● Dimasukkan nilai titik didih terkoreksi ketiga sampel ke sumbu Y.
● Ditarik garis datar sampai garis regresi.
● Ditarik garis tegak sampai sumbu X dari titik pertemuan garis datar ketiga sampel dan garis regresi.

Hasil
6. Pembahasan
Sampel Titik Didih Faktor Koreksi Titik Didih Kesimpulan
Pengamatan Terkoreksi
A 63 0,41 63,738 Metanol
G 60 0,41 60,738 Aseton

- Sampel A : Percobaan identifikasi sampel A berdasarkan titik didih, sampel A


memiliki massa jenis 0,791 g/cm3 dan titik didih 63°C. Jika dibandingkan dengan
data sesungguhnya maka dapat disimpulkan sampel A merupakan cairan metanol.
- Sampel G : Percobaan identifikasi sampel G berdasarkan titik didih, sampel G
memiliki massa jenis 0,65 g/cm3 dan titik didih 60°C. Jika dibandingkan dengan data
sesungguhnya maka dapat disimpulkan sampel G merupakan cairan aseton

Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa titik didih sampel A


(metanol) > sampel G (aseton). Hal ini sesuai dengan teori bahwa titik didih suatu
senyawa organik bergantung pada gaya antar molekul, luas permukaan struktur
senyawa, dan polarisabilitas (Sodenberg, 2022). Aseton termasuk dalam senyawa
keton dan merupakan senyawa polar karena terdapat gugus karboksil (-C=O) yang
memiliki interaksi antar partikel berupa dipol-dipol. Sedangkan metanol (CH3OH)
termasuk ke dalam senyawa alkohol dan merupakan senyawa polar karena memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang memiliki ikatan hidrogen, sehingga dapat disimpulkan
bahwa metanol memiliki titik yang lebih tinggi daripada aseton.
Metanol merupakan senyawa polar sehingga interaksi yang terjadi antar
partikelnya yaitu dipol-dipol sedangkan pada heksana antar partikelnya hanya
berinteraksi dengan gaya london karena merupakan senyawa nonpolar, sehingga
metanol memiliki titik didih lebih besar dari heksana.
Sampel Massa sampel + Massa sampel Massa Jenis
piknometer
A 23,89 7,91 0,791
G 22,48 6,5 0,65
Pengujian berikutnya dilakukan untuk menentukan berat jenis dari sampel
organik. Perhitungan berat jenis dengan membagi berat sampel dengan 10 mL volume
sampel. Setelah dilakukan dua kali penimbangan, didapatkan data bahwa berat jenis
sampel A sebesar 0,791 g/mL dan sampel G sebesar 0,65 g/mL. Disimpulkan bahwa
berat jenis metanol (CH3OH) > aseton (CH3COCH3).
Sesuai teori yang sudah ada bahwa senyawa-senyawa dapat larut dalam
pelarut-pelarut yang memiliki gaya antar molekul yang sejenis “like disolves like”.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan yaitu air. Air merupakan senyawa polar
sehingga metanol dan aseton yang juga polar dapat larut dengan sempurna dalam air.
Senyawa polar akan cenderung larut dalam senyawa yang sejenis, sehingga metanol
dan aseton larut dalam air. Hal ini disebabkan ketika rantai karbonnya semakin
panjang, maka kepolarannya semakin berkurang sehingga mengurangi kemampuan
larutanya dalam air (Chemistry Libretext, 2019).
Pada percobaan, sampel A yakni metanol akan memiliki kemampuan menyala
dengan durasi yang lebih lama daripada senyawa pada sampel yang lain. Hal ini dapat
dikaitkan dengan teori yang ada yakni kemudahan terbakar suatu cairan organik
menurun dengan meningkatnya ukuran molekul. Semakin panjang rantai karbon,
semakin tidak mudah terbakar hidrokarbon tersebut. Hidrokarbon rantai panjang lebih
sulit untuk terbakar dibandingkan dengan rantai hidrokarbon yang lebih pendek.
Terbukti metanol yang memiliki rumus molekul CH3OH lebih mudah terbakar dari
lainnya karena memiliki rantai hidrokarbon yang pendek. (Nichols, Lisa,2020).

7. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel A
adalah senyawa metanol dan sampel G adalah senyawa aseton. Titik didih terkoreksi
untuk masing-masing sampel yang telah diuji adalah sampel A (metanol) 63,738°C
dan sampel G (aseton) 60,738°C.

DAFTAR PUSTAKA

Nichols, Lisa. (2020). Methods and Flammability. Butte College.


https://bit.ly/3Ysi1c6. Diakses pada 13 Februari 2023
Sodenberg, Tim. (2022). Physical properties of organic compounds. University of
Minnesota Morris. https://bit.ly/40x2MAo. Diakses pada tanggal 13 Februari
2023.
Chemistry libretext. 2019. Solubility. https://bit.ly/3llN6zB. diakses pada tanggal 13
Februari 2023.
Vogel, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi kelima,
bagian II, Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka, 1990.
Tety Elida S., dkk., Pengantar Kimia, Diktat Kuliah, Gunadarma, Jakarta, 1996
Antilan, Purba. 2004. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press.
Hardjono, Sastrohamidjojo (2018) Kimia dasar. Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan
Sampel senyawa organik yang
digunakan

Tekanan barometer pada saat


percobaan

Penentuan titik didih senyawa

Hasil penentuan titik didih


senyawa pada sampel A dan G

Penimbangan piknometer
kosong untuk mengetahuin
massa piknometer
Penimbangan piknometer +
sampel A dan G

Anda mungkin juga menyukai