Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

DISUSUN OLEH:
Ni Kadek Novita Indriyani (2213081005)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

I. JUDUL PERCOBAAN………………………………………………………….

II. TUJUAN PERCOBAAN………………………………………………………

III. DASAR TEORI……………………………………………………………….

IV. ALAT DAN BAHAN…………………………………………………………...

V. CARA KERJA………………………………………………………………….

VI. DATA PENGAMATAN………………………………………………………

VII. PENGOLAHAN DATA……………………………………………………...

VIII. PEMBAHASAN…………………………………………………………….

IX. KESIMPULAN……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
I. Judul

Penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas

II. Tujuan

1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan senyawa unknown berdasarkan


pengukuran massa jenis gas secara eksperimen.
2. Menggunakan persamaan gas ideal dalam menentukan berat molekul senyawa CHCl 3
dan zat X secara eksperimen.
3. Menentukan zat X berdasarkan berat molekul hasil eksperimen.

III. Dasar Teori

Gas adalah zat yang selalu dapat bercampur sempurna satu sama lain membentuk satu
fase yang homogen. Jika dicampurkan gas-gas, dan di dalam ruang tertutup, maka akan
diperoleh suatu campuran yang homogen karena tidak terdapat perbedaan secara fisik gas
satu dengan yang lain.
Secara umum gas dapat dikelompokkan menjadi dua macam golongan, yaitu gas
ideal atau gas sempurna dan gas nyata atau sejati. Gas ideal adalah gas yang mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut.
● Molekul-molekul gas merupakan materi bermassa yang dianggap tidak
mempunyai volum.
● Gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antar molekul dianggap nol.

● Tumbukan antar molekul dan antar molekul dengan dinding bejana adalah lenting
sempurna.
● Memenuhi hukum-hukum gas
Sifat gas nyata menyimpang dari sifat gas ideal. Gas nyata berprilaku seperti gas ideal
jika dikondisikan pada tekanan yang relatif rendah serta suhu yang tinggi, sehingga
hukum-hukum gas dapat dipakai untuk semua macam gas pada kondisi tersebut (Brady,
2012). Semua gas yang dikenal sehari-hari adalah termasuk gas sejati, sedangkan gas
ideal pada kenyataannya tidak pernah ada, namun sifat-sifatnya didekati oleh gas sejati
pada tekanan yang sangat rendah
Massa molekul relatif merupakan angka banding massa suatu molekul zat terhadap
massa karbon-12. Atom-atom dapat bergabung membentuk molekul dan massa atom
relatifnya tidak berubah sehingga massa molekul relatif merupakan jumlah massa atom
relatif dari atom-atom di dalam rumusnya.
Massa atom relatif dapat ditentukan dengan berbagai cara berdasarkan pada jenis zat,
apakah zat itu berupa gas, cairan, padatan yang menguap, atau bisa juga untuk suatu zat
terlarut yang tidak menguap dan larut dalam suatu pelarut.
Menentukan berat molekul suatu senyawa dapat dilakukan dengan mengaplikasikan
persamaan gas ideal. Berat molekul senyawa ini yang dipakai adalah senyawa volatil atau
senyawa yang mudah sekali menguap. Senyawa volatil inilah yang akan membuktikan
bahwa gas memiliki berat molekul. Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa
jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Persamaan
yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan
dari hukum gas ideal, jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi
massanya dalam gram dengan massa molekulnya.
Berikut persamaan gas ideal untuk menentukan berat molekul senyawa volatil:
PV=nRT
PV=RT
Berikut persamaan yang diperoleh dari persamaan gas ideal:
P (BM) = R T (m/v x RT )
P(BM) = p R T
Keterangan :
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
T = suhu mutlak (K)
R = konstanta gas (0,08206 liter/mol/K)
m = massa gas (g)
= massa jenis gas (kg/)
Bentuk persamaan tersebut memungkinkan kita untuk menemukan berat molekul gas
dengan mengukur volume yang ditempati oleh massa atau berat molekul. Persamaan gas
ideal adalah salah satu cara yang mudah untuk menentukan berat molekul dimana, BM
adalah berat molekul, P adalah tekanan gas, V adalah volume gas, T adalah suhu mutlak,
dan R adalah konstanta gas. Agar satuan yang dipergunakan pada persamaaan 3 sesuai,
maka dipergunakan patokan bahwa volume dinyatakan dalam liter, suhu dalam kelvin,
tekanan dalam atmosfer, dinyatakan dalam gram per liter dan konstanta gas (R) adalah
0,08206 liter atm . Bila suatu zat cair yang bersifat volatile dengan titik didih lebih kecil
dari ditempatkan dalam labu Erlenmeyer bertutup dengan yang mempunyai lubang kecil
pada bagian tutupnya, dan kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai suhu ,
maka cairan tersebut akan menguap. Uap yang akan dihasilkan mendorong udara yang
terdapat pada labu Erlenmeyer dan keluar melalui lubang-lubang kecil. Setelah semua
udara yang keluar, pada akhirnya uap ini berhenti keluar, pada akhirnya uap ini berhenti
keluar. Hal ini terjadi apabila keadaan kesetimbangan dicapai, yaitu tekanan uap cairan
dalam labu Erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar. Pada keadaan kesetimbangan
ini, labu Erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan tekanan
atmosfer, volume sama dengan volume labu Erlenmeyer, dan suhu sama dengan titik
didih air dalam penangas air (kira-kira ). Labu Erlenmeyer itu kemudian diambil dari
penangas air, didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya
dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan 3, maka berat molekul
senyawa tersebut dapat diketahui.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana. Kloroform dikenal karena
sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai
pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan,
namun mudah menguap.Pada suhu dan tekanan normal, kloroform adalah cairan yang
sangat mudah menguap, jernih, tidak berwarna, tidak mudah terbakar. Massa molar
secara teoritis sebesar 119,38 g/mol. Densitas kloroform sebesar dengan titim lebur
sebesar, dan titik didih sebesar.

IV. Alat dan Bahan

Tabel Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


.

1 Labu erlenmeyer 100 mL 2 buah

2 Gelas kimia 500 mL 1 buah

3 Pipet tetes - 2 buah

4 Karet gelang - 4 buah


5 Jarum - 1 buah

6 Neraca analitik - 1 buah

7 Desikator - 1 buah

8 Aluminium foil 10 cm x 10 cm 2 lembar

9 Statis & klem - 1 buah

10 Termometer - 1 buah

Tabel Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah


.

1 Cairan volatile yaitu - 5 mL


kloroform (CHCl3)

2 Sampel unknown - 5 mL

V. Prosedur Kerja
1. Ambil labu Erlenmeyer, lalu tutup dengan aluminium foil dikencangkan dengan karet
gelang.
2. Timbang labu Erlenmeyer yang suda ditutup aluminium foil dengan neraca analitik.
3. Masukkan ± 5 mL larutan CHCl3 kedalam labu Erlenmeyer, lalu tutup kembali labu
erlenmeyer dengan kencangkan menggunakan aluminium foil agar kedap gas, lubangi
sedikit dengan jarum agar uap dapat keluar.
4. Rendam air erlenmeyer dalam pemanas air bersuhu ± 100° C dengan ketinggian air ±
1 cm dibawah aluminium foil. Biarkan labu Erlenmeyer terendam sampai semua
larutan kloroform (CHCl3 ) menguap.
5. Catat suhu penangas air tersebut.
6. Angkat labu erlenmeyer bila larutan kloroform (CHCl 3 ) telah menguap, keringkan
bagian luar dengan lap, lalu dinginkan labu dalam desikator.
7. Jika sudah dingin, labu Erlenmeyer ditimbang beserta dengan tutup aluminium foil
dan karetnya.
8. Ukur volume labu Erlenmeyer dengan mengisi labu air sampai penuh dan mengukur
massa air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer.
9. Ukur suhu air dalam labuu Erlenmeyer. Volume air dapat diketahui apabila massa
jenis air pada suhu diketahui dengan rumus P = m/v
10. Ukur tekanan atmosfer menggunakan barometer
11. Ulangi Langkah satu (1) sampai dengan langkah delapan (8) menggunakan zat x.

VI. Data Pengamatan


No Data Pengamatan gram
.

1 Massa Erlenmeyer, aluminium foil, karet dan cairan 68,1409 gram / (X)
volatif. 77,1768

2 Massa Erlenmeyer, aluminium foil, karet 60,4132 gram

3 Massa cairan x 5 mL / (X) 7, 45 gram

4 Massa labu, Erlenmeyer dan air (CHCl3) 191,1 gram / (X)


211,5

5 Massa labu Erlenmeyer (CHCl3) 59,2104 / (X)


68,9775

6 Massa air (CHCl3) 131,8896 / (X)


142,5225

7. Suhu yang terdapat dalam labu erlenmeyer (CHCl3) 87 C / (X) 88 C

8 Suhu penangas air 90 C

9 Tekanan atmosfer 1,006 atm

10 Massa Erlenmeyer setelah dingin (CHCl3) 61,5265 / (X)


70,2864

VII. Pengolahan Data


VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan

1. Berat molekul dengan titik didih suatu senyawa volatil berengaruh terhadap gaya
tarik menarik antar molekul. Semakin besar berat molekul dan semakin tinggi titik
didih suatu senyawa maka gaya tarik antar molekulnya semakin kuat
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan berat molekul terbesar diantara ketiga
senyawa adalah etanol, karena etanol memiliki titik didih paling besar diantara yang
lain
3. senyawa tersebut, paling efisien adalah pada senyawa etanol. Berarti senyawa paling
volatil adalah etanol

X. Pertanyaan

1. Jelaskan penyebab dari kesalahan pada percobaan ini!


Jawaban :
Kesalahan pada percobaan ini disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah
pengukuran dilakukan di lingkungan yang tidak dapat dikontrol. Efek suhu, tekanan
atmosfer.

2. Dari hasil analisis penentuan berat molekul suatu cairan X yang bersifat volatil
diperoleh nilai BM = 120 gram/mol. Hasil analisis menujukkan bahwa unsur tersebut
mengandung: 10% karbon, 89% klor, dan 1% hidrogen. Tentukan rumus molekul
cairan X tersebut!
Jawaban :
Rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4° C. Etanol
memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat bercampur dengan air.

XI. Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/393829774/ARTIKEL-PENENTUAN-MASSA-ATOM-
RELATIF-Mg-docx

https://id.scribd.com/document/393829774/ARTIKEL-PENENTUAN-MASSA-ATOM-
RELATIF-Mg-docx

https://www.academia.edu/11216155/Jurnal_praktikum

Anda mungkin juga menyukai