Anda di halaman 1dari 31

Praktikum I

Persamaan Gas Ideal

1.1 Tujuan Percobaan:

1. Menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas
2. Melatih menggunakan persamaan gas ideal.

1.2 Teori Dasar Percobaan:

Pada percobaan ini penentuan massa jenis gas bisa ditentukan dengan menggunakan
persamaan gas ideal yaitu suatu alternative lain dari metoda dengan alat victor Mayer.
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatile. Dari persamaan gas ideal didapat :

PV = n R T ………………………………………… (1)

Atau

PV = (m/BM) R T ……………………………….. (2)

Atau

P(BM) = (m/V) R T ………………………………. (3)

P(BM) = ρ R T ………………………………………. (4)

Dengan : BM : Berat molekul.

P : Tekanan gas (atm)

V : Volume gas (liter)

T : Suhu (K)

R : Konstanta gas : 0,08206 atm liter/mol K

ρ : Massa jenis gas (gram/liter)

1
Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari pada 100oC ditempatkan
dalam labu Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya, dan
kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 100oC, maka cairan akan menguap
dan uap itu akan mendorong uadara yang terdapat dalam labu Erlenmeyer keluar melalui
lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, pada akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila
keadaan keseimbangan tercapai yaitu tekanan uap cairan dalam labu Erlenmeyer sama
dengan tekanan atmosfir, volume sama dengan volume Erlenmeyer, dan suhu sama dengan
titik didih air dalam penangas air (kira-kira 100oC). Labu Erlenmeyer ini kemudian diambil
dari penangas air, didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya
dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan 3, berat molekul senyawa dapat
ditentukan.

1.2 Alat dan Bahan:

Erlenmeyer Jarum

Neraca massa Alumunium foil

Desikator Karet Gelang

Cairan Volatile

1.3 Prosedur

1. Ambil labu erlenmeyer 150 mL timbang , kemudian tutup dengan menggunakan


alumunium foil, lalu kencangkan tutup tadi dengan menggunakan karet gelang seperti
pada gambar

2
alumunium foil

karet gelang

1 cm

air mendidih

labu Erlenmeyer

(150 ml) Gelas piala

“ ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ”” cairan Volatile

Uap cairan

Pemanas

2. Timbang labu erlenmeyer tadi beserta alumunium foil dan karet gelang
3. Masukkan kurang lebih 5 mL cairan volatile ke dalam labu Erlenmeyer kemudian
tutup kembali dengan menggunakan alumunium foil dan kencangkan kembali dengan
karet gelang. Lalu dengan menggunakan sebuah jarum, buatlah sebuah lubang kecil
pada alumunium foil agar uap dapat keluar. Catat suhunya.
4. Rendam labu Erlenmeyer dalam penangas air bersuhu 100oC sedemikian rupa
sehingga air 1 cm di bawah alumunium foil.
5. Biarkan labu Erlenmeyer tersebut terendam dalam air sampai semua cairan volatile
menguap. Catat suhu penangas air tersebut.
6. Keringkan labu erlenmeyer ke dalam desikator.
7. Timbang labu erlenmeyer tanpa melepas alumunium foil dan karet.

3
8. Tentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi labu Erlenmeyer dengan air
sampai penuh , ukur suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer, volume air bisa
diketahui bila massa jenis air pada suhu air dalam erlenmyer diketahui dengan
menggunakan rumus ρ = m/V
9. Ukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.

1.4 Perhitungan:
1. Hitung volume labu Erlenmeyer dengan menggunakan massa jenis air dari table di
bawah ini :

2. Dengan menggunakan massa cairan x dan volume labu Erlenmeyer, hitung massa
jenis gas (pada suhu penangas air dan tekanan atmosfir)
3. Nyatakan tekanan atmosfir dalam satuan atm (760 mmHg = 1 atm)
4. Nyatakan suhu penangas air dalam skala Kelvin
5. Dengan menggunakan persamaan gas ideal dengan R = 0,08206 liter atm/molk-1,
hitung berat molekul cairan x

1.5 Faktor Koreksi:


Nilai BM hasil perhitungan mendekati nilai sebenarnya, tetapi sebenarnya
mengandung kesalahan, ketika labu Erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan

4
udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cair kembali
membentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke
dalam labu Erlenmeyer. Oleh karena itu massa cairan x sebenarnya harus ditambah dengan
massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu Erlenmeyer karena uap cairan
yang mengembun.
Massa udara tersebut di atas dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan
parsial udara yang tidak dapat masuk tadi sama dengan tekanan uap cairan x pada suhu
kamar. Nilai dapat diketahui dari tabel, sebagai contoh untuk menghitung tekanan uap
CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan rumus :

Log P = 6,90328 – 1163,030 / (227,4 + T)


Dengan :T = suhu senyawa dalam 0C
P = Tekanan uap dalam mmHg

Jadi dengan menggunakan rumus di atas, tekanan uap pada berbagai suhu dapat
diketahui. Dengan meggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar, bersama-sama dengan
data mengenai volume labu Erlenmeyer dan berat molekul udara (28,8 gram/mol), dapat
dihitung factor koreksi yang harus ditambahkan pada massa cairan x.
Dengan memasukkan factor koreksi, akan diperoleh nilai BM yang lebih tepat.
Hitung factor koreksi dari data yang diperoleh dan hitung nilai BM
Pertanyaan

1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini?


2. Dari hasil analisa penentuan berat molekul suatu cairan x yang bersifat volatile
diperoleh nilai 120 gram/mol. Hasil analisa menunjukkan bahwa senyawa tersebut
mengandung unsure :

Karbon : 10 %
Klor : 89,9 %
Hidrogen : 0,1 %
Tentukan rumus molekul senyawa tersebut.!

5
Praktikum II
Penetapan Kalorimeter dan Hukum Hess

2.1 Tujuan Percobaan:


1. Untuk menentukan tetapan calorimeter sebagai dasar percobaan yang lain
2. Mengetahui sifat-sifat calorimeter

2.2 Teori Dasar:


Setiap calorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas.Ini dapat terjadi
dalam calorimeter, karena alat inibisa menyerap panas, sehingga tidak semua panas terukur.
Untuk itu kita perlu menentukan berapa banyak panas yang diserap calorimeter beserta
pengaduknya.Dalam percobaan ini kita menguji calorimeter untuk mendapatkan tetapan
calorimeter untuk suatu calorimeter yang mengandung 100 mL air.
Suatu reaksi kadang berlangsung melalui satu jalur yang lain tetapi hasilnya sama. Ini dapat
dijelaskan pada gambar berikut ini :

Arah 1

Reaktan Produk C+D


A+B

Arah 2

6
Tetapi mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya satu atau dua arah, tetapi bisa lebih.
Pada percobaan ini akan dilihat apakah sama energy satu dengan yang lain, misalnya pada
reaksi Natrium hidroksida padat dengan Asam klorida 2 M, dengan reaksi sebagai berikut :

Arah 1 NaOH(s) + Aq NaOH(aq) H1


NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2 H2

Arah 2 HCl(aq) + Aq HCl(aq) H3


HCl(aq) + NaOH(s) NaCl(aq) + H2O H4

Dimana, s : solid
Aq : aqua
L : liquid

2.3Alat dan Bahan

Alat :
1. Kalorimeter
2. Gelas ukur
3. Pengaduk
4. Thermometer
5. Pemanas listrik
6. Botol timbang

Bahan :
1. NaOH padat
2. HCl 2M
3. Aquadest

7
2.4 Prosedur Percobaan:
1. Ukur 50 mL air dengan gelas ukur, dan masukkan dalam calorimeter. Catat suhu
dalam calorimeter setiap 30 detik hingga menit ke-4
2. Tepat menit ke-4 masukkan air panas
3. Cata suhu air dalam calorimeter setiap 30 detikdengan tidak lupa mengaduknya
4. Buat kurva hubungan tersebut antara waktu dengan suhu untuk mendapatkan suhu
maksimum yang tepat.
5. Timbang 2 gram NaOH padat dalam botol timbang yang dapat ditutup rapat. Hal ini
perlu untuk mendapatkan NaOH yang bersifat hydroskopis.
6. Ukur 25mL air suling dengan gelas ukur, masukkan dalam calorimeter, catat suhunya
sambil diaduk.
7. Masukkan NaOH padat tadi ke dalam calorimeter sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai larut, catat suhu maksimum.
8. Ukur 25 mL HCl, catat suhu dan masukkan ke dalam calorimeter
9. Ukur 25 mL air suling dengan gelas ukur, masukkan ke dalam calorimeter dan catat
suhunya
10.
11. Siapkan 25 mL HCl ukur suhunya dan masukkan ke dalam calorimeter, catat suhu
maksimum.
12. Masukkan 2 gram NaOH dalam calorimeter sedikit demi sedikit sampai larut dan
catat suhu maksimumnya.

2.5Pertanyaan dan Tugas:


1. Mengapa energy yang diserap oleh air dingin tidak sama dengan energy yang diserap
air panas?
2. Bagaimanakah anda dapat menghitung kapasitas air panas pada calorimeter?
3. Apakah hukum Hess itu?
4. Bagaimana aplikasi Hukum Hess pada percobaan ini?
5. Hitung energy yang diserap air dingin
6. Hitung energy yang diserap air panas
7. Hitung energy panas yang diserap calorimeter

8
8. Hitung berapa energy yang diserap calorimeter untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10C
9. Hitung energy yang diserap oleh 100 gram air untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10C
10. Hitung perubahan entalpi H1 dan H2 untuk 1 mol pereaksi.
11. Hitung perubahan entalpi dan perbandingan arah 1 dan arah 2 dalam percobaan ini.

Praktikum III

9
Keseimbangan Kimia

3.1 Tujuan percobaan:


1. Mengukur konstanta keseimbangan
2. Memperlihatkan bahwa konstanta keseimbangan tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaktan.

3.2 Pendahuluan:
Dalam pengukuran konstanta keseimbangan, pada prakteknya akan ditemui beberapa
kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi harus ditunggu sampai mencapai
keseimbangan.Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur dan baru nilai Kc dapat
ditentukan.Tetapi, dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali sejumlah
larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetimbangan. Salah satu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam
menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metoda calorimeter.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi keseimbangan :
CH3COOH + C2H5 CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalis ion H+.Walaupun telah dikatalis,
untuk mencapai keseimbangan masih dibutuhkan beberapa hari.Karena reaksi berlangsung
sanagat lambat, konsentrasi reaktan maupun produk dapat ditentukan dengan titrasi yang
dilakukan dengan cepat.Titrasi yang dilakukan dengan cepat diharapkan tidak mengganggu
keseimbangan secara nyata. Konstanta keseimbangan dapat dicari dengan menggunakan
persamaan :

Kc =(CH3COOC2H5)(H2O)
(CH3COOH)(C2H5OH)

10
3.3 Alat dan Bahan:
Alat :
1. Buret 4 buah
2. Erlenmeyer 100 mL yang bertutup 4 buah
3. Neraca
4. Pipet ukur 5 mL
5. Erlenmeyer 250 mL (2 buah)

Bahan :
1. Etanol
2. Asam asetat glacial
3. HCl 2M
4. NaOH
5. Indikator fenolptalein

3.4 Prosedur Percobaan:


Karena keadaan keseimbangan baru dicapai satu minggu kemudian, maka larutan
dibuat sekarang, sedangkan titrasi satu minggu kemudian. Isi buret-buret berikut dengan
larutan :
 HCl
 Etanol
 Asam asetat glacial

Kemudian kedalam 4 buah Erlenmeyer bertutup, dibuat larutan dengan komposisi seperti
tabel di bawah ini :

No Percobaan HCl (mL) Etanol (mL) Asam asetat glacial

11
(mL)
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1

Segeralah setelah larutan dibuat, tutup labu Erlenmeyer dengan penutupnya untuk mencegah
penguapan.Jangan lupa member tanda pada tiap labu Erlenmeyer.Letakkan larutan yang telah
dibuat tadi pada penangas bertermostat pada suhu ruang selama satu minggu (dapat juga
ditempatkan pada tempat yang variasi suhu udaranya kecil).
Setelah satu minggu (minimum tiga hari)
1. Titrasi tiap larutan secara cepat dengan 1,0 M NaOH. Gunakan indicator fenolptalein
dan catat hasilnya
2. Titrasi 5 mL HCl 2M dengan 1,0M NaOH. Gunakan indicator fenolptalein dan catat
hasilnya.
3. Pipet 5 mL HCl dengan 2M etanol, Asam asetat, lalu timbang. Waktu memipet
gunakan karet penghisap.
4. Catat suhu ruang atau penangas.

3.5 Hasil Percobaan:


No Percobaan Titer Jumlah mL 1,0M NaOH yang
diperlukan untuk mentitrasi
1
2
3
Blangko 5 mL
HCl 2 M

Suhu selama 1 minggu percobaan =


Konsentrasi NaOH 0,1M yang sebenarnya =
Berat labu erlenmeyer + 5mL Asam asetat =
Berat 5 mL asam asetat glacial =
Berat labu Erlenmeyer + 5 mL etanol =
Berat labu Erlenmeyer kosong =

12
Berat 5 mL etanol =
Berat labu Erlenmeyer + 5 mL HCl 2M =
Berat 5 mL HCl 2M =

Perhitungan:
1. Hitung massa jenis Asam asetat, etanol dan HCl 2M
2. Hitung jumlah mol air pada awal pencampuran (air berasal dari larutan HCl 2M).
Untuk menghitung jumlah mol air, pertama-tama hitung berapa mol HCl yang
terdapat dalam 5 mL HCl 2M dan dari berat larutan hitung berapa mol HCl yang
terdapat 5 mL HCl 2M. Dari berat larutan 5 mL HCl, berat air akan dapat dihitung,
jadi jumlah mol air juga dapat ditentukan.
3. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal pencampuran (gunakan massa jenis dan
volume asam asetat pada awal pencampuran)
4. Hitung jumlah etanol (mol) pada awal pencampuran.
5. Hitung jumlah mol asam asetat pada saat kesetimbangan. Untuk menghitungnya
kurangi volume 1,0 M NaoH yang diperlukan untuk mentitrasi campuran dengan
volume 1,0 M NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi 5 mL HCl 2M.
6. Hitung jumlah mol Etanol pada saat keseimbangan. Ingat untuk setiap satu mol asam
asetat yang bereaksi akan membutuhkan etanol sebanyak satu mol.
7. Hitung konsentrasi Etil asetat pada saat keseimbangan.
8. Hitung jumlah mol air pada saat keseimbangan.
9. Hitung konsentrasi asam asetat, Etanol, Etil asetat dan air pada saat keseimbangan
(ingat volume total 10 mL)
10. Hitung konstanta keseimbangan, Kc

Pertanyaan:
Apakah konstanta keseimbangan, Kc, bergantung pada konsentrasi awal reaktan
Praktikum IV
Elektrokimia

4.1 Tujuan percobaan:

13
1. Mengukur dan menyusun GGL sel elektrik
2. Menguji persamaan Nerst

4.2 Dasar Teori:


Reaksi kimia dapat menghasilkan energy atau menyerap energy yang terjadi ,
biasanya dalam bentuk panas, tetapi kadang-kadang dengan mengadakan suatu modifikasi
tertentu, energy yang dipertukarkan tersebut dapat diubah dalam bentuk energy listrik.
Sebuah sel listrik yang sederhana yang menghasilakan energy listrik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

V
- +

Jembatan garam

Cu2+
Anoda Seng Katoda tembaga

Zn2+

Pada sel elektrik seperti pada gambar di atas electron akan mengalir dari katoda ke
anoda. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial potensial antara kedua elektroda.
Perbedaan potensial akan mencapai maksimum ketika tidak ada arus listrikyang mengalir.
Perbedaan maksimum ini dinamakan sel GGLsel atau Esel.Nilai Esel bergantung pada
berbagai factor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1,0 M dan suhu system
2980K, Esel berada dalam keadaan standard an diberi symbol Esel.

14
4.3 Alat dan bahan:
Alat
1. Alat pengukur potensial
2. Gelas kimia, 2 buah
3. Kabel penjepit
4. Gelas ukur
5. Termometer
6. Pipet
7. Labu takar 100 mL

Bahan
1. Lembaran tembaga
2. Lembaaran seng
3. Larutan CuSO4. 5H2O 1,0 M
4. Larutan ZnSO4.7H2O
5. NH4NO3/KNO3
6. Kertas amplas
7. Kertas saring

4.4 Prosedur percobaan:


1. Siapkan potongan lembaran tembaga dan seng dengan ukuran kurang lebih 6 x 2 cm.
bersihkan permukaan lembaran logam tersebut dengan menggunakan amplas.
2. Siapkan larutan jenuh Amonium nitrat atau kalium nitrat (kurang lebih 10 – 20 mL).
Sebagai jembatan garam, ambil selembar kertas saring, gulung dan rekatkan dengan
menggunakan selotip pada bagian tengahnyauntuk mencegah gulungan terbuka
3. Siapkan dua buah gelas piala 100 mL, yang satu diisi dengan 1,0M tembaga sulfat
dan sebuah lagi dengan 1,0M seng sulfat. Celupkan elektroda-elektroda logam dan
hubungkan dengan kabel seperti terlihat pada gambar.
4. Celupkan kertas saring yang telah dibentuk menjadi gulungan tadi ke dalam larutan
Amonium nitrat, hilangkan kelebihan ammonium nitrat dengan menggunakan kertas
saring lain, kemudian tempatkan sede3mikian rupa sehingga kedua ujung gulungan

15
tercelup ke dalam larutan yang berada pada kedua gelas piala. Amati nilai GGL
dengan menggunakan pH meter yang distel pada posisi mV. Catat polaritas kedua
elektroda pada pengukuran tersebut, juga catat suhu larutan.
5. Siapakan 100 mL larutan 0,1 M CuSO4 5.H2O dengan jalan mengencerkan larutan
CuSO4 . 5H2O 1,0M
6. Ganti larutan 1,0M CuSO4 . 5H2O dengan larutan 0,1M CuSO4. 5H2O
7. Cuci dan bersihkan kembali kedua elektroda dengan kertas amplas. Ganti jembatan
garam dengan dengan yang baru dan ukur kembali serta catat nilai GGL dengan
menggunakan pH meter.
8. Ulangi langkah 6, tetapi menggunakan larutan tembaga sulfat yang lebih encer.

4.5 Hasil Percobaan:


Larutan pada bagian Larutan pada bagian Esel
anoda katoda
Zn/Zn2+ (M) Cu/Cu2+ (M)
1,0 1,0
1,0 0,1
1,0 0,01
1,0 0,001

4.6 Perhitungan:
1. Isi tabel hasil percobaan
2. Tulis reaksi sel dan bentuk umum persamaan nerst untuk sel tersebut
3. Buat kurva Esel sebagai fungsi ion Zn/Cu2+
4. Hitung gradient dan perpotongan kurva dengan sumbu y
5. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradient teoritis dihitung dengan
menggunakan persamaan Nerst, juga bandingkan Esel pada literature
6. Apakah yang mungkin menjadi sumber kesalahan dalam percobaan ini.

16
Praktikum V
PANAS PELARUTAN

5.1 Tujuan Percobaan :


1. Menentukan panas pelarutan
2. Menggunakan hukum hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.

5.2 Teori Dasar percobaan :

17
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga .tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas , yaitu sampai tidak
lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih pelarut . panas pelarutan
suatu padatan dapat dituliskan sebagai berikut :

X (s) + aq X (aq) + ∆ H

Dalam percobaan ini dapat dicari panas pelarutan senyawa , yaitu


CuSO4.5H2O dan CuSO4 (anhidrat). Lalu dengan menggunakan hukum Hess ,
akan dihitung panas reaksi :

CuSO4(s) + aq CuSO4 .5 H2O(s)

biasanya panas reaksi diatassangat sulit untuk ditentukan akan tetapi dengan
menggunakan hukum Hess , panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak
langsung.

5.3 Pereaksi dan Alat-alat Percobaan :


 Kalorimeter
 Mortal dan Pestel
 Thermometer
 Gelas ukur 100 ml
 Cawan porselen
 CuSO4 . 5 H2O (kristal)
 Desikator

18
5.4 Prosedur Percobaan :
1. Tentukan Q kalorimeter dengan menggunakan suhu air dingin dan air panas
dalam kalorimeter.
2. Timbang secara kasar kira-kira 8 gram Kristal CuSO4 . 5 H2O.
3. Tempatkan Kristal tersebut pada mortal dan pestel , lalu dihancurkan sampai
diperoleh serbuk halus,
4. Timbang 4 gram serbuk Kristal tersebut , catat.
5. Siapkan kalorimeter berikut pengaduk dan thermometer , kemudian masukan
kedalam kalorimeter tersebut 100 ml air.
6. Catat suhu setiap 30 detik.
7. Setelah suhu air pada kalorimeter tidak berubah lagi , tambahkan 4 gram
serbuk Kristal tadi aduk kuat-kuat . catat ketika bubuk Kristal ditambahkan,
lalu lanjutkan pembacaan suhu setiap 30 detik sampai 5 menit dihitung dari
waktu penambahan bubuk Kristal .
8. Panaskan 4 gram bubuk Kristal lain dalam cawan porselein .aduk perlahan-
lahan sampai semua hidrat hilang (warna menjadi putih) . simpan serbuk an
hidrat dalam desicator , tunggu serbuk itu sampai menjadi dingin .
9. Dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat ulangi langkah 3 sampai 6 .
10.
5.5 Hasil percobaan :
Waktu Penambahan CuSO4. 5 H2O Penambahan CuSO4
(Menit ) (C) (C)
0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0 ……..Penambahan…………… ……penambahan……..
4.5
5.0

Tetapan Kalorimeter = J ℃-1

19
Berat CuSO4 . 5 H2O = gram
Berat CuSO4 anhidrat = gram

5.6 Perhitungan:
1. Hitung perubahan panas per mol CuSO4 . 5 H2O yang dilarutkan . Nilai ini
merupakan panas pelarutan .
Diketahui :

Cp CuSO4 . 5 H2O = 24,435 J/mol ° K (table)


Berat = 5 gram
BM =249,6 gram/mol
Mol (n) = 5/ 249,6 = 0.02 mol
2. Hitung perubahan panas per mol CUSO4 anhidrat yang dilarutkan nilai ini
merupakan panas pelarutan.
3. Dengan menggunakan hukum Hess hitung panas reaksi untuk reaksi :

CuSO4(s) + aq CuSO4 . 5 H2O

PRAKTIKUM VI
ISOTERM ADSORBSI

6.1 .TUJUAN
Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi proses adsorbsi asam asetat arang.

6.2 .LATAR BELAKANG TEORI


Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Adsorbsi
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
a.       Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar

20
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
b.      Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun
adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang
diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya
bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan
dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-
lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan
istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion
dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung
bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan
ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang
rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga
diklasifikasikan ion lemah (Puspitasari,2006).
Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas
anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari
kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan
elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar,
muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan
anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990).

Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Proses
adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur

21
6.3. ALAT DAN BAHAN
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Cawan porselin 1 buah
2.Labu erlenmeyer 150 ml 4buah
3. Pipet 10 ml 2 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Corong 2 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Spatula 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Kertas saring 4 buah
10. Statif 1 buah
11. Stopwatch 1 buah
12. Pembakar spirtus 1 buah
13. Kasa asbes 1 buah
14. Kaki tiga 1 buah

b. Bahan-bahan yang digunakan:


1. Asam asetat (CH3COOH) 0,5 N
2. Adsorben arang atau karbon
3. Lar. Standar Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)

6.4. SKEMA KERJA


1.
  Tempatkan kedalam 6
Panaskan arang , dinginkan erlenmeyer , masing-masing 1
gram.

22
2.

Menyiapkan masing-masing 100 Menempatkan 100 ml lar.


ml larutan CH3COOH 0,5 N , CH3COOH ke dalam 4 tabung
0,25N , 0,125N, dan 0,0625N, yang berisi arang , kemudian
biarkan 30 menit kocok
(1menit/30 detik).

0,5 N diambil 10 ml , 0,25 N dengan


diambil 20 ml , 0,125N diambil Saring masing-masing larutan
30 ml dan 0,0625N, diambil40 kemudian tetesi dengan indicator PP
ml. lalu dititrasi dengan NaOH

3.
Catat volume NaOH yang
diperlukan untuk titrasi.

PRAKTIKUM VII
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

I. Tujuan Percobaan
a. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius

II. Dasar Teori


Energi aktivasi merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia
agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi
dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa
suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.

23
Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan
sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi,
ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luarbuntuk mengaktifkan reaksi tersebut.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda
( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan
adalah :
Ea
K= A e RT
K = konstanta laju reaksi
A = faktor freakuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
Ea
ln K =ln A−( )
RT
−Ea 1
ln K = x + ln A
R T
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan
dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat
dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A. (Tim
Dosen Kimia Fisik : 2012)
Jika suatu reaksi orde 1 memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan
konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan :
a
kt=ln( )
a−x
Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n dan
1 1
k= ln ( )
t 1/n 1−1/n
(Atkins : 1999)
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :

24
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu
sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat
bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. (Castellan : 1982)

III. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
b. Tabung reaksi 4 buah
c. Gelas piala 600 ml 1 buah
d. Pipet ukur 10 ml
e. Stopwatch
2. Bahan
a. Na2S2O8 atau H2O2 0,06 M
b. KI 0,1 M
c. Na2S2O3 0,003 M
d. Larutan amilum 1%
e. Es batu

IV. Cara Kerja


a. Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini :
- Tabung 1 berisi 5 ml H2O2 dan 5 ml air
- Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3 dan 1 ml amilum
b. Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai
dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya

25
sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-20oC
dilakukan dengan bantuan es.

PRAKTIKUM VIII
IKATAN HIDROGEN

1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Mengetahui besar ikatan hidrogen antara aseton dan kloroform
b. Mengetahui suhu maksimum pada reaksi antara aseton dan kloroform
c. Menentukan tetapan kalorimeter
2. DASAR TEORI
Dalam kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul yang terjadi antara
dua muatan listrik parsial dengan pularitas yang berlawanan walaupun lebih kuat dari
kebanyakan gaya antar molekul. Ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen dan
ikatan ion. Dalam makro molekul seperti prptein dan asam nukleat. Ikatan ini dapat terjadi

26
antara dua bagian dari molekul yang sama dan berperan sebagai penentu bentuk molekul
keseluruhan.
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O atau F yang
mempunyai pasangan elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari molekul lain akan
berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan
besar ikatan berpariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan
keelektronegativitas antara atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar
perbedaannya, semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen
mempengaruhi titik didih suatu senyawa.
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik menarik antara atom hidrogen yang terikat pada suatu
atom berkeelektronegatifan besar dari molekul lain disekitarnya. Suatu gaya antar molekul
yang relatif kuat terdapat dalam senyawa hidrogen dengan unsur-unsur yang mempunyai
keelektronegatifan besar, yaitu flourin (F), oksigen (O), dan Nitrogen (N). Misalnya
dalam HF, H2O, dan NH3. Hal ini tercermin dari titik didih yang menyolok tinggi dari
senyawa-senyawa tersebut dibandingkan dengan senyawa lain yang sejenis. Titik didih
meningkat seiring pertambahan massa molekul relatif karena akan memperbesar gaya
antar molekul. Ikatan hidrogen jauh lebih kuat daripada gaya-gaya Van der Waals, itu
sebabnya zat yang mempunyai ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang
relatif tinggi. (Purba, 2007)
Ikatan ini terbentuk antara dua atom yang sangat elektronegatif. X dan Y dapat
digambarkan sebagai:
X – H ————Y
Pendek           panjang
Hidrogen merupakan unsur yang monokovalen, hanya membentuk satu ikatan, tetapi
pembentukkan ini dapat setara empat jenis. Yaitu:
a)     Ion H+ terbentuk dari atom H yang melepaskan elektron. Ion H+ dalam air selalu ada
dalam bentuk terhidrat. Sebagai ion hidronium atau oksonium atau hidroksonium KI3O+ .
b)     Pembentukkan ion H-

27
Dengan mengikat satu elektron, hidrogen dapat membentuk anion H-, hal ini terjadi pada
senyawa-senyawa hidrida, logam alkali dan alkali tanah.
c)     Pembentukkan ikatan suatu elektron
Dalam banyak senyawa, hidrogen membentuk ikatan kovalen tunggal dengan atom-atom
lain.
d)     Pembentukkan ikatan suatu elektron (H)
Hal ini sangatlah jarang terjadi, kecuali apabila di dalam ion molekul H+. Adanya ion ini
dapat deketahui dalam tabung pelucutan, ikatan hidrogen merupakan ikatan-ikatan yang
lemah dengan adanya energi sekitar 16 hingga 40 kJ/mol. Ikatan yang disebutkan tadi
terbentuk antara dua atom yang sangat elektonegatif.
Jenis antara dipol-dipol yang teristimewa kuat terjadi antara molekul yang mengandung
atom hidrogen yang terikat pada nitrogen, oksigen, atau flor.
Tarikan antara molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekul-molekul,
jika suatu molekul memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada sebuah atom
berelektronegativitas  besar dan molekul tetangganya mempunyai elektron menyendiri.
Inti hidrogen, yakni proton, ditarik oleh pasangan elektron yang bedekatan dan berayun-
ayun

3. ALAT DAN BAHAN


 Alat
a. Kalorimeter
b. Gelas ukur
c. Pipet volum
d. Pipet tetes
e. Termometer
f. Stopwatch
g. Pengaduk
 Bahan

28
a. Aseton ((CH2)2CO)
b. Kloroform (CHCl3)
4. CARA KERJA
Pasang termometer dan pengaduk pada kalorimeter

Masukkan 21,8 ml kloroform ke dalam kalorimeter

Ukur suhu aseton kemudian tepat pada menit ke 4 masukkan 20 ml kloroform ke dalam
kalorimeter

Ukur suhu setiap 30 detik selama 4 menit dan selalu diaduk setiap pengukuran

Buat kurva antara waktu dengan suhu

Amati suhu maksimum dan catat suhu setiap 30 detik sampai 8 menit.

PRAKTIKUM IX
KENAIKAN TITIK DIDIH

I. Tujuan
Menyelidiki titik didih larutan serta faktor yang mempengaruhinya.

II.    Landasan Teori


Titik didih adalah suhu pada saat tekana uap cairan sama dengan tekanan di permukaan. Oleh
karena itu, didih bergantung pada tekanan di permukaan. Di permukaan air laut (tekanan =
760mmHg), air mendidih pada suhu 100oC karena pada suhu 100oC tekanan uap air sama
dengan 760 mmHg.

29
III.   Alat dan Bahan
–         Termometer

–         Tabung reaksi dan rak

–         Gelas kimia plastic

–         Pengaduk kaca

–         Penjepit tabung reaksi

–         NaCl 2 molal dan 3 molal

–         Urea 2 molal dan 3 molal

–         Aquades

–         Bunsen

V. Cara Kerja

1. Menyalakan Bunsen
2. Menjepit tabung reaksi, setelah tabung reaksi yang berisi larutan sesudah
praktikum sebelumnya mencair kemudian dipanaskansatu per satu.
3. Setelah mendidih dimasukkan thermometer dan membaca suhu yang dicapai.
4. Dilakukan sampe 5 kali dan mencatat hasil pengamatan.

V.  Hasil Pengamatan

Waktu Suhu air murni Suhu Larutan NaCl Larutan gula/ urea
1,5 gr 2 gr 1,5 gr 2 gr
(menit (oC)
)

30
Buatlah grafik antara t dan T air, T& t Larutan.
Analisis !
1. Menggunakan rumus Tb = Tb-Tbo dan Tb = Kb x m diperoleh hasil Tb larutan
NaCl.
No Konsentrasi Tb pelarut Tb Larutan Tb = Tb-Tbo Tb = Kb x m
larutan (m) murni

31

Anda mungkin juga menyukai