1. Menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas
2. Melatih menggunakan persamaan gas ideal.
Pada percobaan ini penentuan massa jenis gas bisa ditentukan dengan menggunakan
persamaan gas ideal yaitu suatu alternative lain dari metoda dengan alat victor Mayer.
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatile. Dari persamaan gas ideal didapat :
PV = n R T ………………………………………… (1)
Atau
Atau
T : Suhu (K)
1
Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari pada 100oC ditempatkan
dalam labu Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya, dan
kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 100oC, maka cairan akan menguap
dan uap itu akan mendorong uadara yang terdapat dalam labu Erlenmeyer keluar melalui
lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, pada akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila
keadaan keseimbangan tercapai yaitu tekanan uap cairan dalam labu Erlenmeyer sama
dengan tekanan atmosfir, volume sama dengan volume Erlenmeyer, dan suhu sama dengan
titik didih air dalam penangas air (kira-kira 100oC). Labu Erlenmeyer ini kemudian diambil
dari penangas air, didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya
dapat diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan 3, berat molekul senyawa dapat
ditentukan.
Erlenmeyer Jarum
Cairan Volatile
1.3 Prosedur
2
alumunium foil
karet gelang
1 cm
air mendidih
labu Erlenmeyer
“ ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ” ”” cairan Volatile
Uap cairan
Pemanas
2. Timbang labu erlenmeyer tadi beserta alumunium foil dan karet gelang
3. Masukkan kurang lebih 5 mL cairan volatile ke dalam labu Erlenmeyer kemudian
tutup kembali dengan menggunakan alumunium foil dan kencangkan kembali dengan
karet gelang. Lalu dengan menggunakan sebuah jarum, buatlah sebuah lubang kecil
pada alumunium foil agar uap dapat keluar. Catat suhunya.
4. Rendam labu Erlenmeyer dalam penangas air bersuhu 100oC sedemikian rupa
sehingga air 1 cm di bawah alumunium foil.
5. Biarkan labu Erlenmeyer tersebut terendam dalam air sampai semua cairan volatile
menguap. Catat suhu penangas air tersebut.
6. Keringkan labu erlenmeyer ke dalam desikator.
7. Timbang labu erlenmeyer tanpa melepas alumunium foil dan karet.
3
8. Tentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi labu Erlenmeyer dengan air
sampai penuh , ukur suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer, volume air bisa
diketahui bila massa jenis air pada suhu air dalam erlenmyer diketahui dengan
menggunakan rumus ρ = m/V
9. Ukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
1.4 Perhitungan:
1. Hitung volume labu Erlenmeyer dengan menggunakan massa jenis air dari table di
bawah ini :
2. Dengan menggunakan massa cairan x dan volume labu Erlenmeyer, hitung massa
jenis gas (pada suhu penangas air dan tekanan atmosfir)
3. Nyatakan tekanan atmosfir dalam satuan atm (760 mmHg = 1 atm)
4. Nyatakan suhu penangas air dalam skala Kelvin
5. Dengan menggunakan persamaan gas ideal dengan R = 0,08206 liter atm/molk-1,
hitung berat molekul cairan x
4
udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cair kembali
membentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke
dalam labu Erlenmeyer. Oleh karena itu massa cairan x sebenarnya harus ditambah dengan
massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu Erlenmeyer karena uap cairan
yang mengembun.
Massa udara tersebut di atas dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan
parsial udara yang tidak dapat masuk tadi sama dengan tekanan uap cairan x pada suhu
kamar. Nilai dapat diketahui dari tabel, sebagai contoh untuk menghitung tekanan uap
CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan rumus :
Jadi dengan menggunakan rumus di atas, tekanan uap pada berbagai suhu dapat
diketahui. Dengan meggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar, bersama-sama dengan
data mengenai volume labu Erlenmeyer dan berat molekul udara (28,8 gram/mol), dapat
dihitung factor koreksi yang harus ditambahkan pada massa cairan x.
Dengan memasukkan factor koreksi, akan diperoleh nilai BM yang lebih tepat.
Hitung factor koreksi dari data yang diperoleh dan hitung nilai BM
Pertanyaan
Karbon : 10 %
Klor : 89,9 %
Hidrogen : 0,1 %
Tentukan rumus molekul senyawa tersebut.!
5
Praktikum II
Penetapan Kalorimeter dan Hukum Hess
Arah 1
Arah 2
6
Tetapi mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya satu atau dua arah, tetapi bisa lebih.
Pada percobaan ini akan dilihat apakah sama energy satu dengan yang lain, misalnya pada
reaksi Natrium hidroksida padat dengan Asam klorida 2 M, dengan reaksi sebagai berikut :
Dimana, s : solid
Aq : aqua
L : liquid
Alat :
1. Kalorimeter
2. Gelas ukur
3. Pengaduk
4. Thermometer
5. Pemanas listrik
6. Botol timbang
Bahan :
1. NaOH padat
2. HCl 2M
3. Aquadest
7
2.4 Prosedur Percobaan:
1. Ukur 50 mL air dengan gelas ukur, dan masukkan dalam calorimeter. Catat suhu
dalam calorimeter setiap 30 detik hingga menit ke-4
2. Tepat menit ke-4 masukkan air panas
3. Cata suhu air dalam calorimeter setiap 30 detikdengan tidak lupa mengaduknya
4. Buat kurva hubungan tersebut antara waktu dengan suhu untuk mendapatkan suhu
maksimum yang tepat.
5. Timbang 2 gram NaOH padat dalam botol timbang yang dapat ditutup rapat. Hal ini
perlu untuk mendapatkan NaOH yang bersifat hydroskopis.
6. Ukur 25mL air suling dengan gelas ukur, masukkan dalam calorimeter, catat suhunya
sambil diaduk.
7. Masukkan NaOH padat tadi ke dalam calorimeter sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai larut, catat suhu maksimum.
8. Ukur 25 mL HCl, catat suhu dan masukkan ke dalam calorimeter
9. Ukur 25 mL air suling dengan gelas ukur, masukkan ke dalam calorimeter dan catat
suhunya
10.
11. Siapkan 25 mL HCl ukur suhunya dan masukkan ke dalam calorimeter, catat suhu
maksimum.
12. Masukkan 2 gram NaOH dalam calorimeter sedikit demi sedikit sampai larut dan
catat suhu maksimumnya.
8
8. Hitung berapa energy yang diserap calorimeter untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10C
9. Hitung energy yang diserap oleh 100 gram air untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10C
10. Hitung perubahan entalpi H1 dan H2 untuk 1 mol pereaksi.
11. Hitung perubahan entalpi dan perbandingan arah 1 dan arah 2 dalam percobaan ini.
Praktikum III
9
Keseimbangan Kimia
3.2 Pendahuluan:
Dalam pengukuran konstanta keseimbangan, pada prakteknya akan ditemui beberapa
kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi harus ditunggu sampai mencapai
keseimbangan.Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur dan baru nilai Kc dapat
ditentukan.Tetapi, dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali sejumlah
larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetimbangan. Salah satu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam
menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metoda calorimeter.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi keseimbangan :
CH3COOH + C2H5 CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalis ion H+.Walaupun telah dikatalis,
untuk mencapai keseimbangan masih dibutuhkan beberapa hari.Karena reaksi berlangsung
sanagat lambat, konsentrasi reaktan maupun produk dapat ditentukan dengan titrasi yang
dilakukan dengan cepat.Titrasi yang dilakukan dengan cepat diharapkan tidak mengganggu
keseimbangan secara nyata. Konstanta keseimbangan dapat dicari dengan menggunakan
persamaan :
Kc =(CH3COOC2H5)(H2O)
(CH3COOH)(C2H5OH)
10
3.3 Alat dan Bahan:
Alat :
1. Buret 4 buah
2. Erlenmeyer 100 mL yang bertutup 4 buah
3. Neraca
4. Pipet ukur 5 mL
5. Erlenmeyer 250 mL (2 buah)
Bahan :
1. Etanol
2. Asam asetat glacial
3. HCl 2M
4. NaOH
5. Indikator fenolptalein
Kemudian kedalam 4 buah Erlenmeyer bertutup, dibuat larutan dengan komposisi seperti
tabel di bawah ini :
11
(mL)
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1
Segeralah setelah larutan dibuat, tutup labu Erlenmeyer dengan penutupnya untuk mencegah
penguapan.Jangan lupa member tanda pada tiap labu Erlenmeyer.Letakkan larutan yang telah
dibuat tadi pada penangas bertermostat pada suhu ruang selama satu minggu (dapat juga
ditempatkan pada tempat yang variasi suhu udaranya kecil).
Setelah satu minggu (minimum tiga hari)
1. Titrasi tiap larutan secara cepat dengan 1,0 M NaOH. Gunakan indicator fenolptalein
dan catat hasilnya
2. Titrasi 5 mL HCl 2M dengan 1,0M NaOH. Gunakan indicator fenolptalein dan catat
hasilnya.
3. Pipet 5 mL HCl dengan 2M etanol, Asam asetat, lalu timbang. Waktu memipet
gunakan karet penghisap.
4. Catat suhu ruang atau penangas.
12
Berat 5 mL etanol =
Berat labu Erlenmeyer + 5 mL HCl 2M =
Berat 5 mL HCl 2M =
Perhitungan:
1. Hitung massa jenis Asam asetat, etanol dan HCl 2M
2. Hitung jumlah mol air pada awal pencampuran (air berasal dari larutan HCl 2M).
Untuk menghitung jumlah mol air, pertama-tama hitung berapa mol HCl yang
terdapat dalam 5 mL HCl 2M dan dari berat larutan hitung berapa mol HCl yang
terdapat 5 mL HCl 2M. Dari berat larutan 5 mL HCl, berat air akan dapat dihitung,
jadi jumlah mol air juga dapat ditentukan.
3. Hitung jumlah mol asam asetat pada awal pencampuran (gunakan massa jenis dan
volume asam asetat pada awal pencampuran)
4. Hitung jumlah etanol (mol) pada awal pencampuran.
5. Hitung jumlah mol asam asetat pada saat kesetimbangan. Untuk menghitungnya
kurangi volume 1,0 M NaoH yang diperlukan untuk mentitrasi campuran dengan
volume 1,0 M NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi 5 mL HCl 2M.
6. Hitung jumlah mol Etanol pada saat keseimbangan. Ingat untuk setiap satu mol asam
asetat yang bereaksi akan membutuhkan etanol sebanyak satu mol.
7. Hitung konsentrasi Etil asetat pada saat keseimbangan.
8. Hitung jumlah mol air pada saat keseimbangan.
9. Hitung konsentrasi asam asetat, Etanol, Etil asetat dan air pada saat keseimbangan
(ingat volume total 10 mL)
10. Hitung konstanta keseimbangan, Kc
Pertanyaan:
Apakah konstanta keseimbangan, Kc, bergantung pada konsentrasi awal reaktan
Praktikum IV
Elektrokimia
13
1. Mengukur dan menyusun GGL sel elektrik
2. Menguji persamaan Nerst
V
- +
Jembatan garam
Cu2+
Anoda Seng Katoda tembaga
Zn2+
Pada sel elektrik seperti pada gambar di atas electron akan mengalir dari katoda ke
anoda. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial potensial antara kedua elektroda.
Perbedaan potensial akan mencapai maksimum ketika tidak ada arus listrikyang mengalir.
Perbedaan maksimum ini dinamakan sel GGLsel atau Esel.Nilai Esel bergantung pada
berbagai factor. Bila konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1,0 M dan suhu system
2980K, Esel berada dalam keadaan standard an diberi symbol Esel.
14
4.3 Alat dan bahan:
Alat
1. Alat pengukur potensial
2. Gelas kimia, 2 buah
3. Kabel penjepit
4. Gelas ukur
5. Termometer
6. Pipet
7. Labu takar 100 mL
Bahan
1. Lembaran tembaga
2. Lembaaran seng
3. Larutan CuSO4. 5H2O 1,0 M
4. Larutan ZnSO4.7H2O
5. NH4NO3/KNO3
6. Kertas amplas
7. Kertas saring
15
tercelup ke dalam larutan yang berada pada kedua gelas piala. Amati nilai GGL
dengan menggunakan pH meter yang distel pada posisi mV. Catat polaritas kedua
elektroda pada pengukuran tersebut, juga catat suhu larutan.
5. Siapakan 100 mL larutan 0,1 M CuSO4 5.H2O dengan jalan mengencerkan larutan
CuSO4 . 5H2O 1,0M
6. Ganti larutan 1,0M CuSO4 . 5H2O dengan larutan 0,1M CuSO4. 5H2O
7. Cuci dan bersihkan kembali kedua elektroda dengan kertas amplas. Ganti jembatan
garam dengan dengan yang baru dan ukur kembali serta catat nilai GGL dengan
menggunakan pH meter.
8. Ulangi langkah 6, tetapi menggunakan larutan tembaga sulfat yang lebih encer.
4.6 Perhitungan:
1. Isi tabel hasil percobaan
2. Tulis reaksi sel dan bentuk umum persamaan nerst untuk sel tersebut
3. Buat kurva Esel sebagai fungsi ion Zn/Cu2+
4. Hitung gradient dan perpotongan kurva dengan sumbu y
5. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradient teoritis dihitung dengan
menggunakan persamaan Nerst, juga bandingkan Esel pada literature
6. Apakah yang mungkin menjadi sumber kesalahan dalam percobaan ini.
16
Praktikum V
PANAS PELARUTAN
17
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga .tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas , yaitu sampai tidak
lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih pelarut . panas pelarutan
suatu padatan dapat dituliskan sebagai berikut :
X (s) + aq X (aq) + ∆ H
biasanya panas reaksi diatassangat sulit untuk ditentukan akan tetapi dengan
menggunakan hukum Hess , panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak
langsung.
18
5.4 Prosedur Percobaan :
1. Tentukan Q kalorimeter dengan menggunakan suhu air dingin dan air panas
dalam kalorimeter.
2. Timbang secara kasar kira-kira 8 gram Kristal CuSO4 . 5 H2O.
3. Tempatkan Kristal tersebut pada mortal dan pestel , lalu dihancurkan sampai
diperoleh serbuk halus,
4. Timbang 4 gram serbuk Kristal tersebut , catat.
5. Siapkan kalorimeter berikut pengaduk dan thermometer , kemudian masukan
kedalam kalorimeter tersebut 100 ml air.
6. Catat suhu setiap 30 detik.
7. Setelah suhu air pada kalorimeter tidak berubah lagi , tambahkan 4 gram
serbuk Kristal tadi aduk kuat-kuat . catat ketika bubuk Kristal ditambahkan,
lalu lanjutkan pembacaan suhu setiap 30 detik sampai 5 menit dihitung dari
waktu penambahan bubuk Kristal .
8. Panaskan 4 gram bubuk Kristal lain dalam cawan porselein .aduk perlahan-
lahan sampai semua hidrat hilang (warna menjadi putih) . simpan serbuk an
hidrat dalam desicator , tunggu serbuk itu sampai menjadi dingin .
9. Dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat ulangi langkah 3 sampai 6 .
10.
5.5 Hasil percobaan :
Waktu Penambahan CuSO4. 5 H2O Penambahan CuSO4
(Menit ) (C) (C)
0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0 ……..Penambahan…………… ……penambahan……..
4.5
5.0
19
Berat CuSO4 . 5 H2O = gram
Berat CuSO4 anhidrat = gram
5.6 Perhitungan:
1. Hitung perubahan panas per mol CuSO4 . 5 H2O yang dilarutkan . Nilai ini
merupakan panas pelarutan .
Diketahui :
PRAKTIKUM VI
ISOTERM ADSORBSI
6.1 .TUJUAN
Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlinch bagi proses adsorbsi asam asetat arang.
20
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
b. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi.
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun
adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang
diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya
bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan
dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-
lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan
istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion
dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung
bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan
ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat polarizing power cation yang
rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga
diklasifikasikan ion lemah (Puspitasari,2006).
Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas
anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari
kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan
elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar,
muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan
anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990).
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Proses
adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
21
6.3. ALAT DAN BAHAN
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Cawan porselin 1 buah
2.Labu erlenmeyer 150 ml 4buah
3. Pipet 10 ml 2 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Corong 2 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Spatula 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Kertas saring 4 buah
10. Statif 1 buah
11. Stopwatch 1 buah
12. Pembakar spirtus 1 buah
13. Kasa asbes 1 buah
14. Kaki tiga 1 buah
22
2.
3.
Catat volume NaOH yang
diperlukan untuk titrasi.
PRAKTIKUM VII
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
I. Tujuan Percobaan
a. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius
23
Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan
sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi,
ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luarbuntuk mengaktifkan reaksi tersebut.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda
( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan
adalah :
Ea
K= A e RT
K = konstanta laju reaksi
A = faktor freakuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :
Ea
ln K =ln A−( )
RT
−Ea 1
ln K = x + ln A
R T
Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan
dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat
dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien –(Ea/RT) dan intersep ln A. (Tim
Dosen Kimia Fisik : 2012)
Jika suatu reaksi orde 1 memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan
konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan :
a
kt=ln( )
a−x
Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n dan
1 1
k= ln ( )
t 1/n 1−1/n
(Atkins : 1999)
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
24
1. Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu
sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
2. Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat
bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi
3. Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. (Castellan : 1982)
25
sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-20oC
dilakukan dengan bantuan es.
PRAKTIKUM VIII
IKATAN HIDROGEN
1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Mengetahui besar ikatan hidrogen antara aseton dan kloroform
b. Mengetahui suhu maksimum pada reaksi antara aseton dan kloroform
c. Menentukan tetapan kalorimeter
2. DASAR TEORI
Dalam kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul yang terjadi antara
dua muatan listrik parsial dengan pularitas yang berlawanan walaupun lebih kuat dari
kebanyakan gaya antar molekul. Ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen dan
ikatan ion. Dalam makro molekul seperti prptein dan asam nukleat. Ikatan ini dapat terjadi
26
antara dua bagian dari molekul yang sama dan berperan sebagai penentu bentuk molekul
keseluruhan.
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O atau F yang
mempunyai pasangan elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari molekul lain akan
berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan
besar ikatan berpariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan
keelektronegativitas antara atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar
perbedaannya, semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen
mempengaruhi titik didih suatu senyawa.
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik menarik antara atom hidrogen yang terikat pada suatu
atom berkeelektronegatifan besar dari molekul lain disekitarnya. Suatu gaya antar molekul
yang relatif kuat terdapat dalam senyawa hidrogen dengan unsur-unsur yang mempunyai
keelektronegatifan besar, yaitu flourin (F), oksigen (O), dan Nitrogen (N). Misalnya
dalam HF, H2O, dan NH3. Hal ini tercermin dari titik didih yang menyolok tinggi dari
senyawa-senyawa tersebut dibandingkan dengan senyawa lain yang sejenis. Titik didih
meningkat seiring pertambahan massa molekul relatif karena akan memperbesar gaya
antar molekul. Ikatan hidrogen jauh lebih kuat daripada gaya-gaya Van der Waals, itu
sebabnya zat yang mempunyai ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang
relatif tinggi. (Purba, 2007)
Ikatan ini terbentuk antara dua atom yang sangat elektronegatif. X dan Y dapat
digambarkan sebagai:
X – H ————Y
Pendek panjang
Hidrogen merupakan unsur yang monokovalen, hanya membentuk satu ikatan, tetapi
pembentukkan ini dapat setara empat jenis. Yaitu:
a) Ion H+ terbentuk dari atom H yang melepaskan elektron. Ion H+ dalam air selalu ada
dalam bentuk terhidrat. Sebagai ion hidronium atau oksonium atau hidroksonium KI3O+ .
b) Pembentukkan ion H-
27
Dengan mengikat satu elektron, hidrogen dapat membentuk anion H-, hal ini terjadi pada
senyawa-senyawa hidrida, logam alkali dan alkali tanah.
c) Pembentukkan ikatan suatu elektron
Dalam banyak senyawa, hidrogen membentuk ikatan kovalen tunggal dengan atom-atom
lain.
d) Pembentukkan ikatan suatu elektron (H)
Hal ini sangatlah jarang terjadi, kecuali apabila di dalam ion molekul H+. Adanya ion ini
dapat deketahui dalam tabung pelucutan, ikatan hidrogen merupakan ikatan-ikatan yang
lemah dengan adanya energi sekitar 16 hingga 40 kJ/mol. Ikatan yang disebutkan tadi
terbentuk antara dua atom yang sangat elektonegatif.
Jenis antara dipol-dipol yang teristimewa kuat terjadi antara molekul yang mengandung
atom hidrogen yang terikat pada nitrogen, oksigen, atau flor.
Tarikan antara molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekul-molekul,
jika suatu molekul memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada sebuah atom
berelektronegativitas besar dan molekul tetangganya mempunyai elektron menyendiri.
Inti hidrogen, yakni proton, ditarik oleh pasangan elektron yang bedekatan dan berayun-
ayun
28
a. Aseton ((CH2)2CO)
b. Kloroform (CHCl3)
4. CARA KERJA
Pasang termometer dan pengaduk pada kalorimeter
Ukur suhu aseton kemudian tepat pada menit ke 4 masukkan 20 ml kloroform ke dalam
kalorimeter
Ukur suhu setiap 30 detik selama 4 menit dan selalu diaduk setiap pengukuran
Amati suhu maksimum dan catat suhu setiap 30 detik sampai 8 menit.
PRAKTIKUM IX
KENAIKAN TITIK DIDIH
I. Tujuan
Menyelidiki titik didih larutan serta faktor yang mempengaruhinya.
29
III. Alat dan Bahan
– Termometer
– Aquades
– Bunsen
V. Cara Kerja
1. Menyalakan Bunsen
2. Menjepit tabung reaksi, setelah tabung reaksi yang berisi larutan sesudah
praktikum sebelumnya mencair kemudian dipanaskansatu per satu.
3. Setelah mendidih dimasukkan thermometer dan membaca suhu yang dicapai.
4. Dilakukan sampe 5 kali dan mencatat hasil pengamatan.
Waktu Suhu air murni Suhu Larutan NaCl Larutan gula/ urea
1,5 gr 2 gr 1,5 gr 2 gr
(menit (oC)
)
30
Buatlah grafik antara t dan T air, T& t Larutan.
Analisis !
1. Menggunakan rumus Tb = Tb-Tbo dan Tb = Kb x m diperoleh hasil Tb larutan
NaCl.
No Konsentrasi Tb pelarut Tb Larutan Tb = Tb-Tbo Tb = Kb x m
larutan (m) murni
31