Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

(TPK18225)

PERCOBAAN II
PENENTUAN SIFAT FISIK DARI SENYAWA ORGANIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik


(TPK18225)

Dosen Pengampu:
Ratna Kartika Irawati, S.Pd., M.Pd.
Asisten Dosen:
Rahmiati
Raudatul Janah

Disusun Oleh:
Yulia Sari
180101090172

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ANTASARI BANJARMASIN
FEBRUARI 2020
PERCOBAAN II

Judul : Penentuan Sifat Fisik dari Senyawa Organik

Tujuan : Mahasiswa dapat menentukan sifat fisik senyawa organik melalui


percobaan dengan tepat

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020

Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN


Antasari Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Ilmu kimia merupakan ilmu yang secara luas mempelajari suatu bahan
dan senyawa. Diantara banyaknya hal yang dipelajari dalam ilmu kimia
tersebut tentu kita mengenal bagiannya yang disebut kimia organik dimana
cabang ini mempelajari senyawa organik yaitu suatu senyawa yang
mengandung unsur karbon dan hidrogen, oksigen, dan nitrogen, senyawa
organik adalah senyawa- senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang khas.
Senyawa organik begitu penting untuk dilakukan proses identifikasi,
karena dengan mengidentifikasi maka aka dapat mengetahui sifat-sifat dari
senyawa organik. Senyawa organik memiliki sifat fisika seperti titik leleh,
titik didih, nyala api, kelarutan, gugus fungsi, dan berat molekul. Sifat fisika
(physical property) dapat diukur dan diamati tanpa mengubah susunan atau
identitas suatu zat.
Aseton merupakan senyawa keton paling sederhana. Aseton berwujud
cair pada suhu kamar dengan bau yang harum. Keton merupakan turunan
alkana sehingga dikenal pula dengan nama alkanon. Penamaannya dengan
dengan mengganti akhiran a pada alkana menjadi on. Sifat fisik keton relatif
sama dengan aldehid, seperti larut dalam air (untuk keton dengan dengan
berat molekul rendah). Akan tetapi, karena aldehid dan keton tidak dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan yang lainnya, titik didih nya menjadi
lebih rendah daripada alkohol (Sutresna, 2007).
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan
itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang digunakan pada permukaan
cairan). Apabila tekanan sama dengan tekanan luar, maka gelombang uap
dapat terbentuk dalam cairan dapat mendorong air kepermukaan menuju
fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan tergantung pada tekanan
luarnya. Dan sebagaimana telah kita ketahui bahwa air murni pada tekanan
1 atm mempunyai titik didih 100°C, akan tetapi apabila kita melarutkan
suatu zat ke dalam air, maka titik didih larutan akan semakin tinggi dari
100°C (Yuniarti B, 2011)
Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan persatuan volume
bahan tersebut. Bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡)
Berat jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Satuan berat jenis adalah kg/dm3 atau g/mL, dan g/liter. Berat jenis
mempunyai harga konstan pada suatu temperatur tertentu dan tidak
tergantung pada jumlah bahan sampel. Dikenal beberapa alat yang dapat
menentukan berat jenis, yaitu aerometer, piknometer, dan neraca
whestphaal.
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut
dalam pelarut pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan
yang sejenis” membantu memprediksikan kelarutan zat dalam pelarut.
Ungkapan ini menyatakan bahwa dua zat dengan jenis dan besar gaya
antarmolekul yang sama akan cenderung saling melarutkan. Alkohol,
seperti methanol, ethanol, dan etilena glikol mampu bercampur dengan air
karena kemampuannya membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
(Chang, 2005)
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan selain kepolaran yaitu:
1. Dapat tidaknya membentuk ikatan hirogen. Adanya ikatan hidrogen,
membuat kelarutan zat semakin besar
2. Panjang rantai karbonnya. Semakin panjang rantai karbonnya maka
akan semakin kecil kelarutannya
3. Kemiripan struktur, zat akan mudah larut jika meiliki struktur yang
mirip
4. Suhu. Kelarutan akan semakin besar pada suhu tinggi. Oleh karena itu
kelarutan diukur pada keadaan tertentu
Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam
dalam jumlah yang relative kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion
logam menghasilkan warna nyala. Uji nyala merupakan cara yang paling
mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat dalam senyawa.
Keton dengan jumlah atom C rendah (C1 sampai C3) berwujud cair
pada suhu kamar. Keton memiliki gugus karbonil yang polar maka
senyawa keton larut dalam pelarut air maupun alkohol. Kelarutan senyawa
keton berkurang dengan bertambahnya rantai alkil. Adanya kepolaran
menimbulkan antaraksi keton sehingga senyawa keton umumnya memiliki
titik didih relative tinggi dibandingkan dengan senyawa nonpolar yang
massa molekulnya relatif sama.
Etanol (CH3-CH2-CH3) termasuk dalam senyawa hidrokarbon
golongan alkohol, yang memiliki 2 jumlah C, dengan titik didih 78,3°C
serta dapat larut sempurna dalam air. Alkohol merupakan zat yang
memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan hidrokarbon yang jujmlah
atom karbonnya sama. Hal ini disebabkan adanya gaya antarmolekul dan
adanya gaya ikatan hidrogen antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil
yang polar. Etanol termasuk senyawa hidrokarbon alkohol yang memiliki
atom C kurang dari lima maka akan larut dalam air. Kelarutan ini
disebabkan oleh adanya kemiripan struktur antara alkohol dan air. Oleh
karena itu, makin panjang rantai karbon dalam alkohol kelarutan dalam air
makin berkurang (Sunarya Y&Setiabudi A, 2007)

II. HIPOTESIS
Etanol, kloroform, aseton, dan formalin memiliki sifat fisik yang
berbeda.
Titik Berat Jenis Kelarutan Nyala api
didih
Etanol 78,4°C 46,06844 Dapat larut Biru
g/mol dalam air
Aseton 56,53°C 58,08 Larut dalam Biru
g/mol berbagai
perbandingan
Kloroform 61,2°C 119,37 Kelarutan Tidak
g/mol dalam air 0,8 Terbakar
g/100mL
pada 20°C
Formalin 96°C 1,081 Larut dalam Biru
g/mol air

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat :
1. Termometer 1 buah
2. Gelas Kimia 1000 mL 1 buah
3. Gelas Arloji 2 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Tabung reaksi 5 buah
6. Penjepit 1 buah
7. Neraca digital 1 buah
8. Gelas uku 10 mL 5 buah
9. Kaki tiga 1 buah
10. Kawat kassa 1 buah
11. Korek api 1 kotak
12. Pemanas spiritus 1buah
13. Pipet tetes 5 buah
14. Klem 1 buah
15. Botol semprot 1 buah
3.2 Bahan :
1. Etanol
2. Air
3. Kloroform
4. Aseton
5. Formalin

IV. PROSEDUR KERJA


4.1 Penentuan Titik Didih
1. Memasukkan etanol dalam tabung reaksi sebanyak 10 mm dari
dasarnya.
2. Ikatkan tabung reaksi yang berisi etanol dengan termometer
3. Ujung tabung reaksi sejajar dengan ujung bawah termometer
4. Isi gelas kimia dengan aquades secukupnya kemudian
meletakkan diatas pemanas
5. Memasang termometer pada standar dengan bantuan klem,
kemudian celupkan termometer pada pemanas air
6. Memanaskan pemanas dan aduk cairan selama pemanasan
7. Amati perubahan temperatur yang terjadi dalam tabung reaksi
sehingga membentuk gelembung kontinu
8. Mengulangi percobaan dengan mengganti etanol dengan
aseton, kloroform, dan formalin
4.2 Penentuan Berat Jenis
1. Menimbang gelas ukur 10 mL yang kering dan bersih
2. Mengisi gelas ukur dengan 10 mL sampel (kloroform, etanol,
aseton, dan formalin)
3. Menghitung berat 10 mL cairan tersebut, kemudian
menghitung berat jenisnya
4. Mencatat beratnya
4.3 Uji Kelarutan
1. Memasukkan 2 mL dalam tabung reaksi pada masing-masing 4
tabung reaksi
2. Menetesi tabung reaksi berisi air dengan etanol, kloroform,
formalin, dan aseton pada masing-masing tabung reaksi
3. Mengocok tabung reaksi yang telah ditetesi sampel
4. Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat pada lembar
pengamatan
4.4 Uji Nyala
1. Meneteskan sampel (etanol, kloroform, aseton, dan formalin)
sebanyak 5 tetes kedalam sebuah gelas arloji
2. Membakar sampel dengan menggunakan korek api
3. Mencatat pengamatan kalian.

V. HASIL PENGAMATAN
4.1 Penentuan Titik Didih
Perlakuan Hasil Pengamatan
Memasukkan etanol dalam tabung Etanol tidak berwarna sebanyak
reaksi sebanyak 10 mm dari 10 mm dalam tabung reaksi
dasarnya.
Mengikat tabung reaksi yang Mengikat hingga ujung tabung
berisi etanol dengan thermometer sejajar dengan ujung bawah
termometer
Mengisi gelas kimia dengan Gelas kimia yang berisi aquades
aquades secukupnya, kemudian diatas pemanas spiritus
meletakkan diatas pemanas
spiritus
Memasang termometer pada Termometer berada dalam gelas
standar dengan bantuan klem, kimia yang ada diatas pemanas
kemudian mencelupkan spiritus
termometer pada pemanas air
Memanaskan gelas kimia yang Titik Didih Etanol : 78°C
berisi aquades dan tabung reaksi
yang sudah terpasang termometer,
kemudian mengamati perubahan
temperatur yang terjadi dalam
tabung reaksi hingga membentuk
gelembung kontinu
Mengulangi perlakuan dengan Titik Didih Kloroform : 65°C
mengganti etanol dengan Titik Didih Formalin : 77°C
kloroform, formalin, dan aseton Tituik Didih Aseton : 62°C

4.2 Penentuan Berat Jenis


Perlakuan Hasil Pengamatan
Berat gelas ukur kosong etanol =
Menimbang gelas ukur 10 mL 29,63 g
yang kering dan bersih Berat gelas ukur kosong aseton
=29,67 g
Berat gelas ukur kosong kloroform =
29,63 g
Berat gelas ukur kosong formalin =
29,00 g/
Mengisi gelas ukur dengan 10 Berat gelas ukur+sampel Etanol =
mL sampel (kloroform, etanol, 39,48 g
aseton, dan formalin) Berat gelas ukur+sampel Kloroform
= 43,75 g
Berat gelas ukur+sampel Aseton =
37,7 g
Berat gelas ukur+sampel Formalin =
38,65 g
Menghitung berat 10 mL Berat 10 mL sampel etanol = 9,85
cairan g/mL
Berat 10 mL Kloroform = 14,12
g/mL
Berat 10 mL aseton = 8,03 g/mL
Berat 10 mL Formalin =9,65 g/mL
Kemudian menghitung berat Berat Jenis etanol = 0,985 g/mL
jenisnya lalu mencatat Berat jenis kloroform = 1,412 g/Ml
beratnya Berat jenis aseton = 0,803 g/mL
Berat jenis formalin = 0,965 g/mL

4.3 Uji Kelarutan


Perlakuan Hasil Pengamatan
Memasukkan 2 mL air dalam 2mL air tidak berwarna dalam tabung
tabung reaksi pada masing- reaksi
masing 4 tabung reaksi
Menetesi tabung reaksi berisi Air dan sampel (aseton, kloroform,
air dengan etanol, kloroform, etanol, formalin) berada dalam tiap
formalin, dan aseton pada tabung reaksi
masing-masing tabung reaksi,
kemudian Mengocok tabung
reaksi yang sudah berisi
sampel
Etanol dalam pelarut air dapat larut
Mengamati perubahan yang Kloroform dalam pelarut air tidak
terjadi dan mencatat pada dapat larut
lembar pengamatan Aseton dalam pelarut air dapat larut
Formalin dalam pelarut air dapat larut

4.4 Uji Nyala


Perlakuan Hasil Pengamatan
Meneteskan sampel (etanol, 5 tetes tiap masing-masing
formalin, aseton, kloroform) sampel (Etanol, kloroform,
sebanyak 5 tetes kedalam sebuah aseton, dan formalin) tidak
gelas arloji berwarna dalam setiap gelas
arloji
Membakar sampel dangan Etanol warna nyala api biru
menggunakan api, dan mencatat Kloroform tidak menyala
pengamatan Aseton berwarna biru agak
oranye
Formalin tidak menyala

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


6.1 Penentuan Titik Didih
Titik didih dapat diartikan sebagai temperatur dimana tekanan uap
yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan udara diluar.Pada
penentuan titik didih menggunakan bahan etanol, kloroform, aseton dan
formalin. Dengan media air pada saat pemanasan. Berdasarkan
praktikum, titik didih etanol adalah 78°C titik didih kloroform adalah
65°C, titik didih formalin 77°C, dan titik didih aseton adalah 62°C.
TermBerdasarkan hasil praktikum, penentuan titik didih mendekati
dengan hipotesis yang dibuat sebelum praktikum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi titik didih antara lain:
a. Pemanasan harus dilakukan secara bertahap
b.Tekanan udara mempengaruhi titik didih suatu zat
c. Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat,
dimana semakin banyak zat yang digunakan semakin lambat
proses pendidihan sehingga titik didihnya meningkat.
Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa
relatif lebih tinggi dibndingkan dengan senyawa lain yang memiliki
berat molekul sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol
contohnya etanol lebih tinggi dari senyawa golongan alkana. Sehingga
dari aseton,kloroform, alkohol, dan formalin, alkohol lah yang memiliki
titik didih lebih besar. Cairan yang memiliki gaya tarik antarmolekul
kuat, akan memiliki titik didih yang tinggi.
Terdapat kesalahan pada praktikum ini karena tidak ada
memperhatikan thermometer saat zat cair dalam tabung reaksi
membentuk gelembung-gelembung kontinu. Ketika muncul gelembung
awal, praktikan membaca thermometer dan menghentikan proses
pendidihan. Sehingga tidak dapat menghitung range ketika mulai timbul
gelembung, dan terbentuknya gelembung kontinu.
6.2 Penentuan Berat Jenis
Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan persatuan
volume bahan tersebut. Berdasarkan hasil praktikum, berat jenis yang
didapatkan adalah Berat Jenis etanol sebesar 0,985 g/m, Berat jenis
kloroform sebesar 1,412 g/mL , berat jenis aseton = 0,803 g/mL, dan
berat jenis formalin = 0,965 g/mL
 Etanol
((berat gelas ukur + sampel) – (berat gelas ukur kosong)) ÷
10
= (39,48 – 29,63) ÷ 10
= 9,85 ÷ 10
= 0,985 g/mL
 Kloroform
((berat gelas ukur + sampel) – (berat gelas ukur kosong)) ÷
10
= (43,75 – 29,63) ÷10
= 14,12 ÷ 10
= 1, 412 g/mL
 Aseton
((berat gelas ukur + sampel) – (berat gelas ukur kosong)) ÷
10
= (37,7 – 29,67) ÷ 10
= 8,03 ÷ 10
= 0,803 g/mL
 Formalin
((berat gelas ukur + sampel) – (berat gelas ukur kosong)) ÷
10
= (38,65 – 29,00) ÷10
= 9,65 ÷ 10
= 0,965 g/mL
Terdapat perbedaan antara berat jenis sesuai teori dengann hasil
praktikum praktikum. karena saat menimbang gelas ukur kosong,
terdapat kesalahan dari praktikan karena gelas ukur kosong yang diukur
tidak benar-benar kering setelah dicuci. Sehingga mempengaruhi berat
jenis sampel. Selain itu, sampel yang mudah menguap juga
mempengaruhi ke berat jenis. Saat menimbang 10 mL sampel, ketika
sedikit ada jeda waktu, maka hasil timbangan pun akan berkurang.
Sehingga harus benar-benar memperhatikan ketelitian.
Berat jenis berhubungan dengan suhu, karena pada suhu yang
tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap. Demikian
pula halnya dengan suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan
senyawanya akan membeku sehingga sulit untuk menghitung berat
jenisnya.
6.3 Uji Kelarutan
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan
melarut dalam pelarut pada suhu tertentu. Berdasarkan teori like dissolve
like, maka senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar, begitupula
senyawa non polar akan larutvdengan senyawa non polar. Senyawa polar
akan larut dalam air, karena air bersifat polar. Kepolaran suatu senyawa
dipengaruhi oleh selisih keelektronegatifan antar atom penyusun
senyawa tersebut.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan selain kepolaran yaitu:
1. Dapat tidaknya membentuk ikatan hirogen. Adanya ikatan hidrogen,
membuat kelarutan zat semakin besar
2. Panjang rantai karbonnya. Semakin panjang rantai karbonnya maka
akan semakin kecil kelarutannya.
3. Kemiripan struktur, zat akan mudah larut jika meiliki struktur yang
mirip
4. Suhu. Kelarutan akan semakin besar pada suhu tinggi. Oleh karena
itu kelarutan diukur pada keadaan tertentu
Zat terlarut yang digunakan yaitu etanol, kloroform, aseton, dan
formalin. Pelarut yang digunakan adalah air. Hasil praktikum etanol
dalam pelarut air adalah larut, kloroform dengan pelarut air tidak larut,
aseton dalam pelarut air dapat larut, formalin dalam pelarut air dapat
larut.
Etanol dapat larut dalam air sesuai dengan teori karena kelarutan
suatu benda cair ke benda cair lainnya umumnya tergantung pada
polaritas benda cair tersebut. Etanol bersifat polar, karena ada gugus –
OH diujung, air pun tersusun atas H-OH. Karena sama-sama polar, maka
air dan etanol dapat larut. Hanya saja, jika dibiarkan lama akan terpisah.
Hal ini karena perbedaan berat jenis kedua benda cair ini.
Kloroform dalam pelarut air sesuai dengan teori tidak dapat larut
dalam air. Dikarenakan memiliki kepolaran yang berbeda. Kloroform
adalah zat yang bersifat non polar. Sedangkan air pelarut yang bersifat
polar sehingga tidak dapat larut ketika dicampurkan.
Aseton dalam pelarut air sesuai dengan teori dapat larut dalam air,
dikarenakan aseton bersifat semipolar. Dilihat dari molekul aseton,
terdapat ikatan C=O yang memiliki selisih keelektronegatifan sebesar 1
yang menandakan bahwa senyawa tersebut bersifat polar. Akan tetapi,
dalam struktur molekul aseton terdapat juga ikatan C-H yang memiliki
selisih keelektronegatifan sebesar 0,4 (lebihkecil darpada 1) maka aseton
juga bersifat nonpolar. Sifat kepolaran aseton menyebabkan aseton dapat
digunakan sebagai pelarut senyawa polar dan non polar.
Formalin atau formaldehid dalam pelarut air sesuai dengan teori
dapat larut dalam air. Karena formalin merupakan senyawa organik yang
memiliki gugus fungsi –CHO termasuk golongan aldehid. Suatu aldehid
seperti formalin ini mudah larut dalam air karena bersifat polar, sama hal
nya dengan air. Kepolaran ditunjukkan dengan adanya ikatan atom O
dangan atom H.
6.4 Uji Nyala
Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion
logam dalam jumlah yang relative kecil pada sebuah senyawa.
Etanol yang diteteskan sebanyak 5 tetes ke dalam kaca arloji,
kemudian dibakar dengan menggunakan api menghasilkan nyala api
yang berwarna biru
Kloroform yang dite teskan sebanyak 5 tetes ke dalam kaca
arloji, kemudian dibakar dengan menggunakan api tidak menghasilkan
nyala api.
Aseton yang diteteskan sebanyak 5 tetes ke dalam kaca arloji,
kemudian dibakar dengan menggunakan api menghasilkan nyala api
yang berwarna biru agak oranye.
Formalin yang diteteskan sebanyak 5 tetes ke dalam kaca arloji,
kemudian dibakar dengan menggunakan api tidak menghasilkan nyala
api.
Pada etanol dan aseton, nyala api lebih biru karena jumlah atom
C nya hanya 2 atau 3, seingga enegi yang dipelukan untuk memutuskana
ikatan makin kecil, dan enegi yang dibebaskan saat pembentukan ikatan
baru makin besar. Pembakaran etanol aseton melepas banyak kalor
sehingga panas api lebih besar. Karena pembakaran etanol dan aseton
adalah pembakaran sempurna. Jadi warna nyala api biru, dan aseton bir
agak oranye. Warna biru yang dihasilkan dari etanol dan aseton
disebabkan karena dibawah 2000oC.
Pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O, sedangkan
pada pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O atau jelaga
(partikel karbon)
Kloroform dan formalin tidak terbakar karena tidak mengalami
pembakaran sempurna.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji coba, maka dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat
senyawa organik dari etanol, kloroform, formalin, dan aseton yaitu:
Uji kelarutan etanol dalam pelarut air dapat larut, kloroform dalam
pelarut air tidak dapat larut, aseton dalam pelarut air dapat larut, serta
formalin dalam pelarut air dapat larut.
Penentuan berat jenis etanol sebesar 0,985 g/mL, berat jenis
kloroform sebesar 1,412 g/mL, ber at jenis aseton sebesar 0,803 g/mL, dan
berat jenis formalin sebesar 0,965 g/mL.
Titik didih etanol sebesar 78oC, titik didih kloroform sebesar 65oC,
titik didih formalin sebesar 77oC, dan titik didih aseton sebesar 62oC
Uji nyala etanol menghasilkan nyala api bewarna biru, nyala api
kloroform tidak ada dikarenakan ketika ingin dibakar dengan api, api nya
menjadi padam. Nyala api formalin tidak ada dikarnaka ketika ingin
dibakar dengan ap, api nya menjadi padam, dan pada nyala api aseton,
nyala api bewarna biru agak oranye.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymound. (2005). Kimia Dasar:Konsep-konsep Inti Jilid . Jakarta: Erlangga.


Sunarya, Yayan; Setiabudi, Agus;. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung:
Setia Purna Inves.

Sutresna, N. (2007). Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Yuniarti, B (2011).Laporan kimia praktikum farmasi dasar.Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam:Universitas Haluoleo.
LAMPIRAN
a. Penentuan Titik Didih

1. Memasukkan etanol dalam tabung 2. Mengikat tabung reaksi yang berisi


reaksi sebanyak 10 mm dari etanol dengan termometer. Ujung
dasarnya. tabung reaksi sejajar dengan ujung
bawah termometer

3. Mengisi gelas kimia dengan aquades 4. Memasang termometer pada


secukupnya, kemudian meletakkan standar dengan bantuan klem,
diatas pemanas spiritus kemudian mencelupkan
termometer pada pemanas air

5. Memanaskan gelas kimia yang berisi 6. Timbul gelembung pada titik didik
aquades dan tabung reaksi yang dalamsampel-sampel yang berada di
sudah terpasang termometer, tabung reaksi
kemudian mengamati perubahan
temperatur yang terjadi dalam
tabung reaksi hingga membentuk
gelembung kontinu

b. Penentuan Berat Jenis

1. Mengukur gelas ukur kosong


2. Memasukkan 10 mL sampel ke
pada timbangan
dalam gelas ukur yang kosong

3. Menghitung berat sampel yang 4. Mencatat berat sampel


terdapat di dalam gelas ukur
c. Uji kelarutan

1. Menambahkan etanol dengan 2 2. Menambahkan kloroform


ml air, lalu mengkocok tabung dengan 2 ml air, lalu mengkocok
reaksi tabung reaksi

3. Menambahkan aseton dengan 2


4. Menambahkan etanol dengan 2
ml air, lalu mengkocok tabung
ml air, lalu mengkocok tabung
reaksi
reaksi

d. Uji nyala
1. Uji nyala etanol menghasilkan 2. Uji nyala kloroform tidak
api biru nyala

3. Uji nyala aseton menghasilkan


4. Uji nyala formalin tidak nyala
api biru-keorangean

Anda mungkin juga menyukai