I. Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan
pengamatan percobaan.
2. Mengembangan keterampilan dalam menangani alat kaca dan
mengalihkan bahan kimia padat maupun campuran.
3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laboratorium.
4. Menentukan koefisien reaksi penguraian KClO3.
5. Menghitung volume molar gas oksigen dalam keadaan STP.
6. Menghitung persentase O2 dalam KClO3.
1
1. Pelaksanaan percobaan dan mengumpulkan data
2. Mengajukan hipotesis untuk menghubungkan dan menjelaskan data
yang ada.
3. Mengajukan teori.
(Purnomo, 2011 : 8)
Stoikiometri adalah bidang yang mempelajari aspek kuantatif.
Stoikiometri berasal dari bahasa yunani stoichelon berarti unsur dan metrain
berarti mengukur.
Hukum – hukum pokok reaksi kimia :
1. Hukum kekekalan massa (Lavoiser)
“ Pada setiap reaksi kimia, massa zat yang bereaksi adalah sama
dengan massa zat hasil reaksi.”
2. Hukum perbandingan tetap ( Prosvt)
“ Suatu senyawa murni yang selalu terjadi dari unsur – unsur yang
sama yang tergabung dalam perbandingan tertentu.”
3. Hukum kelipatan perbandingan (Dalton)
“ Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari suatu senyawa,
perbandingan massa dari unsur senyawa bersama dengan jumlah unsur
tertentu unsur lain , ialah merupakan bilangan bulat. “
4. Hukum perbandingan Setara
“ Menunjukan bahwa setiap garam hidrogen bereaksi dengan 8 gram
oksigen”
(Sujarwo, 2002:16)
KONSEP MOL
Sifat - sifat fisis seperti volume gas, tekanan osmotik larutan bergantung
pada jumlah partikel seperti molekul, atom, ion, yang terdapat dalam sistem. suatu
senyawa kimia memiliki rumus empiris, rumus molekul dan rumus struktur.
Rumus empiris yaitu: senyawa yang menyentukan perbandingan yang sederhana
dari atom unsur senyawa itu.
2
Banyak cara menggolongkan macam reaksi kimia ,yaitu :
1. Reaksi sintesis, yaitu pembentukan senyawa dari dari unsur – unsurnya.
Fe(s) + Cl2(q) → FeCl2(S)
2. Reaksi metatis, yaitu reaksi dimana terjadi pertukaran antara senyawa.
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → NaCl (aq) + H2O
3. Reaksi penetralan atau asam basa
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O
4. Reaksi oksidasi – reduksi
K2SO3(aq) + ½ O (a) → K2SO4 (aq)
3
Jika jumlah zat yang ditambahkan lebih banyak dari pada jumlah zat yang
bereaksi, reaktan tersisa. Jika salah satu reaktan habis bereaksi dan zat yang
lainnya tersisa setelah bereaksi jumlah zat yang bereaksi menjadi acuan untuk
menghitung jumlah zat yang bereaksi. Reaktan yang habis bereaksi disebut
sebagai pereaksi pembatas. Artinya apabila dalam suatu reaksi salah satu zat
diketahui jumlah molnya maka zat-zat yang lain bisa dicari jumlah molnya dengan
menggunakan rumus perbandingan koefisien zat-zat dalam reaksi
(Sugeng, 2007 : 88)
4
3. Hukum Boyle – Gay lussac
“Volume sejumlah berat gas berbanding langsung dengan suhu mutlaknya dan
berbanding terbalik dengan tekanannya.”
4. Hukum Dalton
“Tekanan total suatu gas-gas sama dengan jumlah tekanan parsial masing-masing
gas dalam campuran tersebut.”
Tekanan parsial = Tekanan total x % gas dalam campuran tersebut.
5. Hukum Avogadro
“Pada suhu dan tekanan yang sama, volume yang sama dari setiap gas
mengandung jumlah mol yang sama.”
(Maulana, 2009)
5
III. Prosedur Percobaan
b. Bahan
- Zat KCl
- Zat O2
- Katalis MnO2
- Air
- Larutan biru ( 3 gram glukosa dalam 100 ml KOH 0,5 ml dan 10
ml larutan biru metal 0,1 g)
- Gula pasir 150 ml
- 15 ml asam sulfat pekat
- 40 ml etanol
- Alkohol
- 3 gram amnium nitrat
- Serbuk zink
6
III.2 Skema Kerja
a. Percobaan
KclO3
→ Ditimbang 0,2 g
0,03 g MnO2
→ Ditambahkan ketabung reaksi
KclO3 + MnO2
→ Dihomogenkan
→ Dilanjutkan pemanasan hingga air tidak mengalir
→ Dipadamkan api setelah 30 menit pemanasan
→ Diukur volume ari dari gelas kimia dengan gelas ukur
→ Dicatat suhu air
→ Didinginkan tabung reaksi
→ Ditimbang dengan ketelitian 0,01 g
→ Dicatat hasil
Hasil
7
IV. Data dan Pembahasan
4.1 Data
Percobaan Hasil Pengamatan
Panas dingin Amonium Klorida (NH4Cl)
Pada saat NH4Cl dicampurkan dengan H2O pada tabung reaksi
campuran tersebut seketika menghasilkan panas.
8
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini yang berjudul pengamatan ilmiah dan stoikiometri
pengukuran KClO3 melakukan 9 percobaan. 5 percobaan demonstrasi oleh asisten
laboratorium dan 4 percobaan oleh praktikan.
Panas Dingin
Larutan NaCl yang ditambahkan H2O kedalam tabung reaksi, tabung
reaksi ini terasa dingin dan larutan tersebut berwarna putih. Reaksi ini merupakan
reaksi endoterm, karena reaksi tersebut melepaskan panas. Dan pada larutan
kedua yaitu CaCl2 ditambahkan dengan H2O kedalam tabung reaksi, tabung reaksi
ini terasa panas dan larutan tersebut berwarna keruh dan reaksi ini menghasilkan
panas. Hal ini terjadi karena adanya reaksi endoterm dan eksoterm.
Paku Tembaga
Pada percobaan ini dimasukkan paku besi kedalam larutan Tembaga (II)
sulfat (CuSO4). Setelah didiamkan beberapa menit, paku tersebut mengalami
korosi dan paku tersebut mengalami oksidasi.
9
Demonstrasi oleh Asisten
Asbut tembaga
Pada percobaan ini, pertama kita masukkan CuSO₄ hingga ⅓ dari bagian
tabung reaksi. Lalu paku dimasukkan ke tabung reaksi tsb. Setelah didiamkan
beberapa menit warna paku berubah menjadi kemerah-merahan / berkarat. Hal ini
terjadi karena paku mengalami oksidasi logam dan apabila terkena asam paku
akan berkarat.
Busa hitam
Pada percobaan ini, satu sudip glukosa yang dicampur dengan asam sulfat hingga
semua gula terendam. Setelah didiamkan beberapa menit pada larutan tidak timbul
busa hitam, namun larutan berubah warna menjadi kekuningan. Hal ini
disebabkan oleh glukosa yang terlarut. Busa hitam tidak timbul diakibatkan
karena kesalah dari praktikan yang kurang teliti dalam melakukan percapuran
larutan.
Kalor
Pada percobaan ini kita membuat larutan 10 ml etanol dicampur dengan 15 ml air.
Setelah itu tissue dimasukkan kedalam larutan tsb. Lalu tissue dikeluarkan dan
dibakar. Pada tissue tsb timbul api, yang terbakar adalah larutan etanol pada
tissue.
10
Bahaya air
Pertama, kita siapkan ammonium nitrat yang telah digerus, lalu ditaburi
dengan serbuk zink dan ditetesi dengan air. Setelah semua bahan dicampurkan
menimbulkan gelembung-gelembung gas.
Penukuran KClO₃
Perhitungan ini merupakan dasar dari konsep mol dan digunakan untuk
mengembangkan persamaan kimia. Zat yang dihasilkan dari penguraian KClO₃
adalah zat padat KCl dan gas O₂, dengan menggunakan katalis MnO₂.
2 KClO₃(s) → 2KCl(s) + 3O₂(g)
11
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pengamatan ilmiah dan stoikiometri pengukuran KClO3
yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Praktikan dapat memperoleh pengalaman dalam mencatat dan
menjelaskan pengamatan percobaan.
2. Bisa mengembangkan keterampilan dalam mencatat dan menjelaskan
pengamatan percobaan.
3. Praktikan telah membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja
dilaboratorium.
4. Menentukan koefisien reaksi KClO3 dengan cara menyetarakan reaksi
dan perbandingan nol.
5. Volume molar gas oksigen pada keadaan stp dapat dihitung dengan
rumus Vo2 : No2
6. Persentase O2 dalam KClO3 dapat dihitung dengan rumus massa O2 x
100 % massa KClO3
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum dilaksanakan, praktikan harus menguasai
materi untuk praktikum terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan selama
praktikum berlangsung.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapraktek
1. Dengan kata – kata Anda sendiri, definisikan istilah berikut : kimia,
percobaan, hipotesis, ilmu, hukum ilmiah, metode ilmiah, teori.
2. Mana dari bahan kimia berikut yang perlu ditangani dengan hati – hati dan
sebutkan bahayanya : asam pekat, alkohol, amonium nitrat, kalsium klorida,
bahan kimia organik, air suling.
3. Apa yang Anda lakukan bila bahan kimia terpecik ke mata Anda?
4. Tuliskan persamaan reaksi kimia untuk reaksi yang terjadi bila sampel KClO3
dipanaskan.
5. Apa gunanya MnO2 yang ditambahkan pada KClO3 sebelum dipanaskan?
6. Tuliskan kegunaan KClO3 dalam industri.
Penyelesaian
14
3. Jangan digosok, cucilah mata anda hingga tidak terasa perih lagi, jika
masih terasa perih laporkan kepada asisten laboratorium dan mintalah
dibawa ke klinik terdekat
4. 2KClO → 2KClO + O3
15
Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Gas oksigen sedikit larut dalam air. Apakah keadaan ini akan mempengaruhi
jumlah KClO3 yang terurai dalam campuran yang sudah Anda laporkan?
Jelaskan.
2. A. Bila ketinggian air di lur tabung reaksi pengumpul gas lebih tinggiyang
diluar, apakah ini isebabkan oleh tekanan gas O2 lebihtinggi atau lebihrendah
daripada tekanan udara? Jelaskan.
B. Bila Anda menyertakan tekanan gas pada pertanyaan 2a, apakah volume
gas O2 bertambah atau berkurang? Jelaskan.
C. Andaikan Anda tidak menyertakan tekanan, tetapi mengambil tekanan O2
sama dengan tekanan udara luar, apakah jumlah mol O2 yang timbul lebih
besar atau lebih kecil daripada yang sebenarnya? Jelaskan.
3. Bila udara memasuki tabung reksi pengumpul gas, bagaimana hal ini dapat
mempengaruhi jumlah mol KClO3 yang terurai? Jelaskan.
Penyelesaian
1. Iya, karena bila sedikit gas O2 yang larut kedalam air maka O2 akan lebih
banyak bercampur dalam KCl dimana KClO3 mempengaruhi nilai Mr O2.
2. A. tekanan O2 lebih kecil dari tekanan udara karena tekanan O2 ditabung
reaksi pengumpul gas dipengaruhi oleh suhu dan volume air, sehingga
semakin tinggi volume semakin kecil tekanan O2 dari pada tekanan udara.
B. berkurang karena semakin tinggi tekanan O2 maka volume gas O2
semakin berkurang dengan persamaan gas ideal PV = N.R.T
C. lebih besar karena tekanan udara lebih besar sehingga mol O 2
bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi nilai molnya.
3. Udara yang memasuki tabung reaksi mengumpul reaksi gas itu adalah
bagian dari KClO3 yang terurai.
16
PERCOBAAN KE – II
GOLONGAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR
I. Tujuan
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur–unsur dalam tabel berkala.
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah.
3. Mengenali reaksi air klorin dan halida.
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali
tanah dan halida.
17
2. Sifat kimia
Logam alkali merupakan logam yang paling kreatif. Semakin kreatif
logam maka semakin mudah logam itu melepaskan elektron sehingga energi
terionisasi. Alkali cendrung rendah , logam alkali memiliki energi ionisasi yang
semakin rendah dari atas kebawah hampir semua senyawa logam alkali bersifat
ionik dan mudah larut dalam air.
(Pratinjau, 2005 : 43)
Ciri yang paling mencolok dari logam alkali dan alkali tanah adalah
kereaktifannya yang luar biasa besar. Karena logam ini begitu aktif sehingga
mereka tidak dapat sebagai unsur. Bila bersentuhan dengan udara atau air tak
satupun dari unsur – unsur 1A IIA terdapat didalam keadaan unsurnya semua
unsur alkali terdapat dalam senyawa alam berbagai ion unipositif (positif satu)
semua unsur alkali tanah terdapat sebagai ion positif (positif dua).
(Suyatno. 2010 : 57).
18
tetapi berilium menunjukkan penyimpangan karena potensial elektrodenya relatif
kecil. Titik leleh dan titik didih cendrung menurun kebawah.
2. Sifat kimia
Kereaktifan logam alkali tanah mengikat dari berilium ke barium. Karena
berilium ke barium jari – jari atom bertambah besar energi ionisasi serta
keelektronegatifannya berkurang. Akibatnya kecendrungan untuk melepas
elektron dan membentuk senyawa ion lebih besar. Alkali tanah kurang keaktifan
bila dibandingkan dengan alkali.
(ZulAlfian, 2010: 69)
Unsur-unsur dalam satu golongan mempunyai banyak persamaan sifat
kimianya, sifat-sifat kimia ditentukan oleh elektron valensinya, yaitu elektron
yang terdapat pada kulit lintasan yang terluar. Karena elektron valensi unsur yang
segolongan sama, dengan sendirinya sifat kimianya juga sama.
(Sukardjo, 1985:373)
Unsur golongan alkali sangat elekropositif dan reaktif. Unsur ini karena
reaktifnya tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam. Fransium merupakan
unsur yang radioaktif. Semua unsur golongan ini merupakan penghantar panas
dan listrik yang baik. Karena lunaknya logam golongan ini dapat dipotong dengan
pisau, semuanya merupakan reduktor yang kuat dan mempunyai panas jenis yang
rendah.
Logam alkali dalam keluarga IA dari table berkala dan logam alkali tanah
dalam keluarga IIA dinamakan demikian karena kebanyakan oksida dan
hidroksidanya termasuk di antara basa (alkali) yang paling kuat yang dikenal
(Keenan, 1980:151)
Ciri khas yang paling menyolok dari logam alkali dan alkali tanah adalah
keaktifannya yang luar biasa besar. Karena logam-logam ini begitu aktif sehingga
mereka tak terdapat sebagai unsur,bila bersentuhan dengan udara atau air. Tak
satupun dari unsur-unsur IA dan IIA terdapat di alam dalam keadaan
unsurnya.Semua unsur alkali terdapat dalam senyawaan alam sebagai ion
19
unipositif (positif-satu), semua unsur alkali tanah terdapat sebagai ion dipositif
(positif-dua).
Logam alkali dan alkali tanah adalah zat pereduksi yang sangat
kuat,karena begitu mudah kehilangan elektron.Mereka mudah bergabung dengan
kebanyakan unsur nonlogam,membentuk senyawaan ion seperti
halida,hidrida,oksida dan sulfida.
Halida anhidrat dapat dibuat dengan dehidrasi dari garam hidrat.Halida-
halida magnesium dan kalsium mudah menyerap air.Kemampuan untuk
membentuk hidrat seperti juga kelarutannya dalam air menurun dengan naiknya
ukuran dan halida - halida Sr, Bad an Ra biasanya anhidrat. Hal ini melengkapi
kenyataan bahwa energi menurun secara lebih cepat daripada energi kisi dengan
bertambahnya ukuran M.
(Cotton, 1989:265)
20
III. Prosedur Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Kawat nikrom
- Bunsen
- Penjepit
b. Bahan
- BaCl2
- CaCl2
- LiClO
- KCl
- NaCl
- SrCl
- HCl
- NaBr
- Amonium karbonat
- Amonium fosfat
- Amonium sulfat
- Air klorin
- Larutan Anu (x)
- Karbonan tetaklorida
21
III.2 Skema Kerja
a. Alat uji nyala untuk unsur alkali dan alkali tanah
2 ml larutan BaCl2 0,5 M. CaCl2 0,5 M. LiClO
0,5 M, KCl 0,5 M, NaCl 0,5 M, SrCl 0,5 M
→ Dimasukkan masing – masing kedalam 6 tabung
→ Dipanaskan kawat nikrom pada bagian biru nyala bunsen
→ Dicelupkan kedalam satu persatu larutan
→ Dicelupkan HCl pekat
→ Dicatat hasil pengamatan
Hasil
22
c. Reaksi halida
1 ml NaCl 0,5 M, NaBr 0,5 M, NaI 0,5 M
→ Dimasukkan kedalam tabung reaksi
1 ml tetraklorida, 1 ml Air klorin, 5 Tetes asam nitrat encer 6M
→ Ditambahkan setiap tabung
→ Dikocok setiap tabung
→ Diamati
→ Dicatat hasil
Hasil
23
IV. Data dan Pembahasan
IV.1 Data
A. Uji nyala unsur alkali dan alkali tanah
No. Zat Warna nyala Keterangan
1. CaCl2 Merah -
2. BaCl2 Kuning -
3. SrCl2 Merah -
4. KCl Pink -
5. NaCl Kuning -
6. LiCl Ungu -
24
IV.2 Pembahasan
Uji nyala untuk unsur alkali dan alkali tanah
Untuk melihat warna nyala larutan CaCl2, BaCl2, KCl dapat digunakan
dengan kawat nikrom dengan cara dipanaskan terlebih dahulu hingga panas lalu
dimasukkan atau dicelupkan kedalam zat yang berada didalam tabung reaksi
setelah itu kawat nikrom dipanaskan lagi dan akan terjadi atau terbentuk warna
dari zat tersebut. Pada larutan CaCl2 warna merah.
Hasil percobaan pada larutan BaCl2 diperoleh warna kekuningan, ini
berarti percobaan berhasil karena sesuai dengan warna yang diharapkan. Pada
larutan SrCl2 diperoleh warna merah dan ini juga berarti bahwa percobaan ini
berhasil karena sesuai dengan warna yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena
elektron – elektron yang kembali ke keadaan dasar membebaskan beberapa
energi.
Hasil percobaan ujinyala terhadap larutan KCl diperoleh warna nyala
merah muda, ini menandakan bahwa percobaan kali ini tidak begitu berhasil
karena dalam percobaan ini warna yang diperoleh adalah merah muda bukan
warna biru atau ungu. Hal ini disebabkan oleh udara disekitar yang mempengaruhi
atau kesalaham terjadi pada saat penentuan warna saat kawat nikrom dipanaskan.
Hasil percobaan ujinyala pada larutan NaCl warna yang diperoleh adalah
kuning. Hal ini berarti percobaan yang dilakukan terhadap larutan NaCl berhasil
karena warna yang diperoleh sesuai dengan warna yang diharapkan.
Hasil percobaan pada larutan LiCl warna yang diperoleh adalah ungu
sedangkan warna yang diharapkan adalah merah tua. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pemanasan pada kawat nikrom.
25
Jika BaCl direaksikan dengan (NH4)2CO3 dari hasil pengamatan diperoleh
endapan. Hal ini dikarenakan BaCl2 dapat bereaksi dengan larutan (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 + BaCl2 → BaCO3 + 2NH4Cl
Jika SrCl2 direaksikan dengan (NH4)2CO3 dari hasil pengamatan diperoleh
terdapat endapan hal ini juga disebabkan SrCl2 bereaksi dengan larutan
(NH4)2CO3.
(NH4)2CO3 + SrCl2 → SrCO+ 2NH4Cl
Jika KCl direaksikan dengan (NH4)2CO3 dari hasil pengamatan tidak
terdapat endapan hal ini juga disebabkan KCl tidak bereaksi dengan larutan
(NH4)2CO3.
(NH4)2CO3 + KCl → tidak terjadi reaksi
Reaksi Halida
Pada reaksi antara larutan NaCl, NaBr, NaI dengan Cl2 diperoleh hasil
yaitu NaCl + Cl2 terbentuk air yang keruh. NaBr + Cl 2 terbentuk larutan yang
bening. NaI + Cl2 terbentuk larutan keruh.
26
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
1. Garam – garam alkali tanah pada uji nyala dapat menghasilkan warna
yaitu CaCl2 merah, BaCl2 Kuning, SrCl2 Merah, KCl merah muda, NaCl
Kuning dan LiCl ungu.
2. Garam garam alkali dan alkali tanah pada reaksi unsur alkali dan alkali
tanah ada yang dapat bereaksi (terdapat endapan) dan ada larutan yang
tidak bereaksi bila dicampurkan dengan zat (NH4)2CO3.
3. Pada reaksi air klorin dan halida bergantung pada senyawa halida yang
digunakan
4. Pada percobaan golongan IA tidak terjadi pengendapan karena golongan
IA larutan dalam pelarut terbentuk basa – basa kuat sedangkan golongan
IIA terjadi endapan dikarenakan golongan IIA tidak larut dalam larutan
membentuk basa yang sangat lemah.
V.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Keenan.1980.Kimia.Semarang : EGC.
Pratinjau.2005.KIMIA.Jakarta : Erlangga
28
LAMPIRAN
1. Tuliskan unsur–unsur yang termasuk golongan IA (alkali) dan Gol IIA (alkali
tanah).
Golongan Alkali
- Litium
- Natrium
- Kalium
- Fransium
- Rubidium
- Sesium
- Radium
- Stronsium
- Barium
- Kalsium
- Berilium
- Magnesium
29
Untuk mendigentifikasi unsur – unsur yang ada dalam larutan dengan cara
melihat ada tidaknya endapan pada larutan.
30
Pertanyaan pasca praktikum
2. Mengapa reaksi air klorin dengan NaCl, NaBr, dan NaI memberikan hasil
yang berbeda?
Dikarenakan zat atau senyawa tersebut memiliki unsur halogan yang berbeda
dan memiliki kereaktifan yang berbeda serta pada suhu biasa memiliki bentuk
dan warna khas yang berbeda
31
PERCOBAAN KE – III
RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
I. Tujuan
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus
molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data
untuk menghitung rumus empiris.
3. Mempelajari sifat–sifat senyawa berhidrat.
4. Mempelajari reaksi bolak–balik hidrasi.
5. Menentukan persentase air di dalam suatu berhidrat.
32
Banyak garam dari senyawa – senyawa dengan jumlah mol air tertentu
dikombinasikan dengan masing – masing mol garam dan senyawa hidrat
dihubungkan sebagai air kristalisasi atau hidrat. Senyawa seperti itu disebut
senyawa hidrat. Garam hidrat bisa diubah pada an hidrat dani pemanasan garam
hidrad menjadi garam hidrat + air, karena itu kemungkinan untuk menentukan
persentase air sebagai sebagian dari struktur kristal air yang ada seperti pada suatu
garam hidrat dengan menentukan massa yang hilang ketika massa hidrat yang
diketahui dipanaskan persentase zat : hidrat yang hilang.
(Ritchey, 1981 : 39)
Beberapa senyawa ketika kristal dari larutan air dari padatan yang
dimasukkan molekul air sebagai bagian dari struktur kristal. Air dihubungkan
sebagai kristalisasi atau air hidrasi senyawa diakatakan berhidrasi itu disebut
hidrat. Hidrasi – hidrasi biasanya didapatkan dari memanaskan senyawa dan
meninggalkan senyawa hidrat, jumlah air ini digabung bersamaan dengan satu
unit formulanya .
(Peters, 1978 : 111)
Sifat polar molekul air penting bila air digunakan sebagai suatu pelarut.
Air mudah melarutkan banyak senyawa ion karena hidrasi ion – ion. Sebuah ion
terhidrasi adalah suatu penggugusan ion itu dengan satu molekul air atau lebih.
Dalam larutan banyaknya molekul air yang menggerumuni ion – ion nampaknya
tak tentu, namun seringkali bila suatu larutan air dari suatu garam yang larut di
uapkan, garam itu mengkristal dengan banyaknya molekul air tetap tertentu yang
disebut dengan air kristalisasi.
Misalanya suatu larutan tembaga sulfat dapat dinyatakan dalam rumus
CuSO4 dalam persamaan padahal dalam kenyataan baik itu ion Cu + CuSO 4
terhidrasi dalam larutan tersebut untuk menekankan ada atau tidaknya air yang
terhidrasi digunakan istilah anhidrat dan hidrat dalam nama itu untuk
membedakan keduanya.
(Ideinfelter, 1980: 99)
33
Untuk menentukan rumus suatu senyawa molekul percobaan yang harus
diketahui adalah unsur yang menyusun senyawa itu, perbandingan massa unsur –
unsur tersebut dalam sentawa serta rumus empiris dan massa molekul relatifnya
dan rumus suatu senyawa tersebut tidak dapat diketahui melalui percobaan bahkan
untuk suatu senyawa sederhana sekalipun. Contoh seperti karbondioksida atau air.
(Raymond, 2003:80)
Ingat, bahwa rumus empiris bukan menyatakan sebuah senyawa atau zat.
Rumus empiris hanya memberikan informasi rasio paling sederhana dari sebuah
molekul.
Kasus menarik untuk Vanili C8H8O3, komposisi atom penyusunnya adalah C, H
dan O, dengan rasio 8 : 8 : 3, rasio ini tidak dapat kita sederhanakan lagi sehingga
untuk kasus vanili rumus molekulnya sama dengan rumus empirisnya. Kasus ini
juga terjadi pada senyawa air H2O, dimana perbandingan antara atom H dan O nya
sudah merupakan rasio terkecil. Demikian pula dengan karbon dioksida CO 2, juga
sudah memiliki rasio rasio terkecil. Untuk kedua zat ini rumus molekul sama
dengan rumus empirisnya.
34
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-
perubahan kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara kimia dengan cepat, tepat
dan langsung, kita menggunakan lambang-lambang kimia dan rumus-rumus
kimia. Secara umum dikenal rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah
atom yang terdapat pada senyawa tersebut, sedangkan rumus molekul merupakan
rumus untuk semua unsur dalam senyawa. Sebagai contoh karbon hidroksida
terdiri dari satu atom C dan dua atom O memiliki rumus empiris . Hidrogen
peroksida yang mempunyai dua atom H dan dua atom O memiliki rumus molekul
dan rumus empirisnya HO.
Untuk penulisan rumus empiris walau tak ada aturan yang ketat tetapi
umumnya untuk zat anorganik, unsur logam atau hidrogen ditulis terlebih dahulu,
diikuti dengan non logam atau metalloid dan akhirnya oksigen, sedangkan untuk
zat-zat organik aturan yang umumnya berlaku adalah C, H, O, N, S, P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini merupakan langkah yang
penting untuk memperlihatkan sifat berkala dan unsur-unsur. Secara sederhana
penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dengan cara eksperimen.
Dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang terdapat dalam zat
tersebut, memakai metoda analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan
pula massa molekul relative senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus empiris
dilakukan dengan perhitungan senyawa.
(Herman, 2011 : 63)
35
III. Prosedur Percobaan
b. Bahan
- Pita Mg
- Cu
- 10 ml asam nitrat 4 M
- Detergen
- Air suling
- Larutan HNO3 6 M
- Tembaga (II)
- Sulfat pentahidrat (CuSO45H2O)
36
3.2 Skema Kerja
a. Rumus empiris senyawa
Pita Mg
→ Dibersihkan
→ Digulung
→ Dimasukkan kedalam cawan krus
→ Dipanaskan 15 menit
→ Didiamkan 5 menit
→ Diteteskan air 40 tetes
→ Dipanaskan 5 menit
→ Didinginkan 15 menit
→ Ditimbang dengan ketelitian 0,01 gram
→ Dicatat hasil
Hasil
37
b. Hidrasi air
Penentuan kuantitatif persentase air dalam senyawa hidrat
1 gram sampel
→ Dimasukkan ke cawan porselin yang telah dicuci
→ Dipanaskan
→ Ditimbang
→ Dipanaskan 1 menit
→ Dinaikkan panasnya 10 menit
→ Diulangi pemanasan sampai bobot tetap
Hasil
→ Dipanaskan
→ Diamati peristiwanya
→ Didinginkan
Hasil
38
IV. Data dan Pembahasan
4.1 Data
1. Senyawa Magnesium
Bagaimana Ulangan I Ulangan II
mendapatkannya
1. Bobot cawan krus + tutup Menimbang 60, 3562 g 60,3569 g
Menimbang 38,8620 g 38,8621 g
2. Bobot cawan krus +
magnesium
(2) - (1)
3. Bobot magnesium Menimbang 60,5673 g 60,5675 g
4. Bobot cawan krus + tutup 60,5387 g 60,5400 g
(4) - (1)
+ magnesium oksida (4) - (2)
5. Bobot magnesium oksida Tabel berkala 24,3 24,3
Tabel berkala 16,0 16,0
6. Bobot oksida
7. Bobot atom magnesium
8. Bobot atom oksida
9. Jumlah mol atom oksida
10. Jumlah mol atom
magnesium
11. Rumus empiris
magnesium oksida
Senyawa tembaga
A. Hidrat
1. Massa cawan kosong + tutup = 98,4360 g
2. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 99,4769 g
3. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 99,4617 g
39
Pemanasan 1
4. Massa cawan kosong + tutup + contoh =109,13 g
Pemanasan 2
5. Massa cawan kosong + tutup + contoh =110,33 g
Pemanasan 3
6. Massa contoh setelah pemanasan (bobot tetap) = 0,404 g
7. Massa contoh setelah pemanasan = 0,404 g
8. Massa air yang hilang dari contoh = 0,596 g
9. Persentase air yang hilang dari contoh = 59,6 g
10. Massa molar senyawa anhidrat = g
11. Rumus hidrat
12. Jumlah zat anu
B. Reaksi bolak – balik hidrasi
a. Warna CuSO4.5H2O = biru
b. Pada pemanasan CuSO4.5H2O terdapat/tidak terdapat air pada kaca arloji?
iya
c. Warna contoh setelah pemanasan adalah = abu – abu
d. Setelah pemanasan dan penambahan H2O terjadi warna = biru
e. Persamaan reaksi :
CuSO4.5H2O CuSO4 + 5H2O
CuSO4+5H2O CuSO4 + 5H2O
40
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini yang akan dibahas adalah rumus empiris, rumus
senyawa, rumus hidrat dan hasil praktikum. Langkah – langkah untuk menentukan
rumus empiris adalah mengukur massa tiap unsur, membaginya dengan Mr / Ar
nya, lalu dibandingkan mol tiap unsur, dan didapatkanlah rumus empiris.
Data yang kami peroleh dari percobaan ini yaitu bobot cawan krus dan tutupnya
35,6 gr cawan krus dan magnesium35,8 gr bobot MgO dan cawan krus + tutupnya
36 gr.
Mol Mg : mol O
0,0083 0,00125
0,0083 0,00125
2 3
Jadi rumus empiris dari percobaan yang kami lakukan yaitu: Mg2O3
41
Pada percobaan ini yang dipakai bukan pita Mg melainkan senyawa
tembaga, langkah yang pertama adalah mendapatkan data bobot cawan penguap
ditambuh Cu dan CuO lalu mendapatkan bobot CuO. Namun dalam percobaan ini
terdapat kesalahan data yang dilakukan oleh praktikan kesalahan tersebut
disebabkan ketidaktelitian dan ketidaktahuan praktikan dalam menggunakan alat.
Seharusnya rumus molekul CuO yang diperoleh bisa dicari dengan membagi
massa dengan Mr lalu dibandingkan dengan masing – masing Ar dari Cu dan O.
Lalu mol CuSO4 dapat dicari dengan rumus seperti persamaan (I) yaitu
sebagai berikut :
42
Pada percobaan reaksi bolak – balik hidrat sampel hidrat dipanaskan, lalu
sampel tersebut menjadi putih karena uap airnya menguap CuSO4 (sampel) jadi
anhidrat lalu ketika uapnya mendingin dan menetes ia kembali lagi menjadi
hidrat, mengikuti persamaan berikut :
43
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Rumus empiris senyawa dapat dicari dengan menentukan perbandingan
jumlah atom dalam molekul
2. Data percobaan didapatkan dengan melakukan pengukuran dan harus
dicatat agar bisa dipakai dalam perhitungan rumus empiris
3. Senyawa berhidrat bersifat terlihat dengan hidrat, mengikat air, dan bentuk
serta strukturnya dipengaruhi oleh air hidrasi
4. Reaksi bolak – balik hidrasi adalah suatu reaksi dan senyawa berhidrat
yang terurai menjadi senyawa dan uap air dan juga berbalik menjadi
senyawa berhidrat
5. Persentase air dalam senyawa berhidrat didapatkan dari perbandingan
kadar air yang hilang dengan Mr senyawa
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum dilaksanakan praktikan harus menguasai materi
untuk praktikum agar tidak terdapat kesalahan dalam pelaksanaan praktikum dan
untuk laboran agar alat dan bahan dilengkapi.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapratek
1. Apakah yang disebut dengan rumus empiris dan rumus molekul?
2. Jika dalam 5 g tembaga klorida terdapat 2,35 g tembaga dan 2, 65 g klorida,
tentukan rumus yang paling sederhana dari tembaga klorida tersebut.
3. Definisikan apa yang dimaksud dengan hidrat.
4. Suatu sampel diketahui berupa hidrat yaitu zink sulfat (ZnSO 4). Bila 300 g
sampel dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah 1,692 g.
bagaimana rumus garam hidrat ini?
Penyelesaian
RE = nCu : nCl
RE = 0,0037 : 0,0074
RE = 1 : 2
RE = CuCl2
3. Hidrat merupakan zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagian
dari struktur kristal
4. ZnSO4 + H2O → ZnSO4 + H2O
3 gr 1,308 gr
Mol = 3/300
= 0,01 mol
Mol =1,308 / 18,68
= 0,07 mol = 1 : 7 . RE garam = ZnSO4 + 7H2O
46
47
Pertanyaan pasca praktek
1. Kenapa dipilih cawan porselin yang masih baik (utuh) untuk percobaan
menentukan rumus hidrat (Percobaan A)?
2. Apa yang dimaksud dengan bobot tetap?
3. Apa tujuan menutup mulut tabung reaksi pada percobaan B? Jelaskan.
4. Mengapa warna CuSO4 yang biru berubah menjadi putih pada pemanasan?
5. Pemanasan harus dihentikan segera bila warna berubah menjadi coklat atau
hitam. Jelaskan maksud dan tujuan kalimat tersebut.
Penyelesaian
48
PERCOBAAN KE – IV
DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN ELEKTROLIT
I. Tujuan
1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis senyawa dan larutan pada
berbagai konsentrasi.
2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan
terhadap daya hantar listrik.
49
C12H22O11 → C12H22O11(aq)
Lain halnya jika suatu mol garam dapur (NaCl) dilarutkan kedalam air,
garam tersebut akan menjadi ion Na+ dan ion Cl-
NaCl → Na+(aq) + Cl-(aq)
50
Aliran listrik adalah aliran elektron dalam keadaan elektronik seperti
logam – logam. Aliran ini di bawa oleh elektron – elektron di dalam logam.
Dalam konduktor elektronik aliran elektrolit tidak dapat menghantarkan arus
listrik.
(Darman, 2004 : 13)
Dalam pelarut air, zat padat dapat berbeda dalam keadaan ion – ion
maupun molekul – molekul secara eksperimen larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit dapat dibedakan berdasarkan daya hantar listriknya. Larutan elektrolit
seperti beberapa jenis larutan garam, asam dan basa kuat dapat menghantarkan
arus listrik. Zat – zat non elektrolit seperti senyawa organik pada umumnya
didalam pelarut air tidak dapat menghantarkan listrik.
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan elektrolit kuat
dan sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion – ionnya
dinamakan elektrolit lemah, dan dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa
kovalen.
(Raymond, 2004:104)
51
positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion. Peristiwa
terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ion nya disebut proses ionisasi. Ion-ion zat
elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya
menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Sedangkan zat non elektrolit ketika
dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk
molekul yang tidak bermuatan listrik. Hal inilah yang menyebabkan larutan non
elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik. Dari penjelasan tersebut, maka
dapat disimpulkan :
52
III. Prosedur Percobaan
b. Bahan
- Aquades
- NaCl
- Air jeruk nipis
- NH4OH
- NaOH
- HCl
- NaBr
- NaI
- NH4Cl
- Minyak Tanah
53
III.2 Skema Kerja
25 ml Minyak Tanah
25 ml H2O
25 ml NaCl
Kristal NaCl
→ Ditambahkan kedalam gelas beker
→ Diukur daya hantar listriknya menggunakan multimeter
→ Ditentukan sifat zat terhadap arus listrik
→ Dicatat hasil
Hasil
54
IV. Data dan Pembahasan
IV.1 Data
a. Menentukan Daya Hantar
Senyawa I (mA) V (Volt) L = I/R (ohm)
Minyak Tanah - - -
H2O - - -
Larutan NaCl 0,04 3 0,01
Kristal NaCl 2 3 0,6
55
Perhitungan
a. Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa
1. Minyak tanah
R = V/I = 3/0 = Tak hingga
L = 1/R = 1/Tak hingga = tak hingga
2. H2O
R = V/I = 3/2 = 1,5 ohm
L = 1/R = 1/1,5 = 0,66 ohm-1
3. Larutan NaCl
R = V/I = 3/0,04 = 75 ohm
L = 1/R = 1/75 = 0,01 ohm-1
4. Kristal NaCl
R = V/I = 3/2 = 1,5 ohm
L = 1/R = 1/1,5 = 0,66 ohm-1
2. NH4OH
M ( 0,05 )
R = V/I = 3/4 = 0,75 ohm
L = 1/R = 1/0,75 = 1,33 ohm-1
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/5 = 0,6 ohm
56
L = 1/R = 1/0,6 = 1,66 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/6 = 0,5 ohm
L = 1/R = 1/0,5 = 2 ohm-1
M ( 1,0 )
R = V/I = 3/14 = 0,21 ohm
L = 1/R = 1/0,21 = 4,76 ohm-1
3. HCl
M ( 0,05 )
R = V/I = 3/80 = 0,037 ohm
L = 1/R = 1/0,037 = 26,6 0hm-1
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/50 = 0,06 ohm
L = 1/R = 1/0,06 = 16,6 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/100 = 0,03 ohm
L = 1/R = 1/0,03 = 33,3 ohm-1
M (1,0 )
R = V/I = 3/100 = 0,03 ohm
L = 1/R = 1/0,03 = 33,3 ohm-1
4. NaOH
M ( 0,05)
R = V/I = 3/22 = 0,136 ohm
L = 1/R = 1/ 0,136 = 7,33 ohm-1
57
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/40 = 0,75 ohm
L = 1/R = 1/0,75 = 13,33 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/100 = 0,03 ohm
L = 1/R = 1/0,03 = 33,3 ohm-1
M ( 1,0 )
R = V/I = 3/100 = 0,03 ohm
L = 1/R = 1/0,03 = 33,3 ohm-1
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/40 = 0,75 ohm
L = 1/R = 1/0,75 = 13,33 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/80 = 0,037 ohm
L = 1/R = 1/0,037 = 13,33 ohm-1
M ( 1,0 )
R = V/I = 3/100 = 0,33 ohm
L = 1/R = 1/0,33 = 33,3 ohm-1
58
2. NaBr
M ( 0,05 )
R = V/I = 3/20 = 0,13 ohm
L = 1/R= 1/0,13 = 6,6 ohm-1
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/50 = 0,06 ohm
L = 1/R = 1/0,06 = 16,6 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/100 = 0,33 ohm
L = 1/R = 1/0,33 = 33,3 ohm-1
M ( 1,0 )
R = V/I = 3/100 = 0,33 ohm
L = 1/R = 1/0,33 = 33,3 ohm-1
3. NaI
M ( 0,05 )
R = V/I = 3/20 = 0,13 ohm
L = 1/R= 1/0,13 = 6,6 ohm-1
M ( 0,1 )
R = V/I = 3/10 = 0,16 ohm
L = 1/R = 1/0,16 = 5,01 ohm-1
M ( 0,5 )
R = V/I = 3/100 = 0,33 ohm
L = 1/R = 1/0,33 = 33,3 ohm-1
59
M ( 1,0 )
60
IV.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat ataupun lebih. Larutan
terbagi menjadi tiga yaitu larutan elektrolit yang dapat menghantarkan listrik,
larutan elektrolit lemah yang dapat menghantarkan listrik dalam jumlah kecil,
larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Muatan listrik
tersebut berasal dari ion-ion yang terurai dari suatu zat. Muatan listrik akan
mengalir melalui penghantar sehingga dapat menghasilkan listrik. Banyaknya
muatan listrik yang mengalir pada suatu penghantar disebut Daya Hantar Listrik.
Dalam percobaan ini larutan akan diuji daya hantar listriknya dengan
menggunakan alat multimeter. Larutan ion ion tersebut adalah NaCl, NH 4OH,
NaOH, HCl, NaBr, NaI, NH4Cl dan minyak tanah.
Yang termasuk larutan elektrolit kuat yaitu : NaCl, NaOH, HCl, NaBr,
NaI, dan air jeruk nipis. Yang termasuk larutan elektrolit lemah adalah NH 4OH,
NH4Cl, serta yang termasuk larutan non-elektrolit adalah minyak tanah dan kristal
NaCl.
Larutan NaCl, NaBr, dan NaI merupakan garam yang terbentuk dan asam
kuat dan basa kuat, sehingga merupakan larutan elektrolit kuat. Larutan jeruk
nipis merupakan asam kuat jadi termasuk kedalam elektrolit kuat. HCl merupakan
asam kuat sehingga termasuk kedalam elektrolit kuat. Larutan NH4Cl, NH4OH,
dan H2O merupakan larutan elektrolit lemah karena terdiri asam kuat dan basa
lemah. (NH4Cl) dan terdiri dari basa kuat dan asam lemah (NH 4OH). Minyak
tanah merupakan larutan non elektrolit karena terdiri dari senyawa organik dan
tidak memiliki ion-ion yang bergerak bebas atau ion-ion yang terurai. Sedangkan
kristal NaCl merupakan larutan non elektrolit. Karena kristal NaCl tidak terbentuk
larutan dan larutan tersebut berbentuk kristal, sehingga ion-ion yang terdapat
didalam NaCl tidak terurai karena tidak terdapat pelarut yang berfungsi untuk
mengurai ion-ion NaCl. Setelah melakukan percobaan dari masing-masing larutan
tersebut, pada larutan minyak tanah, H2O, Air jeruk nipis. Larutan NaCl dan
kristal NaCl untuk menentukan daya hantar listrik, bahwa pada senyawa minyak
tanah dan kristal NaCl tidak dapat menghantarkan listrik sehingga senyawa
tersebut disebut isolator. Pada senyawa H2O dapat menghantarkan listrik dalam
61
muatan kecil, sehingga bersifat konduktor lemah. Pada larutan NaCl dan Air jeruk
nipis dapat menghantarkan listrik dalam jumlah besar sehingga larutan bersifat
konduktor kuat.
Daya hantar listrik larutan bergantung kepada konsentrasi dari larutan
tersebut. Pada larutan NH4OH kuat arus listrik semakin besar namun daya hantar
listriknya semakin lama semakin lemah sehingga senyawa atau larutan disebut
larutan elektrolit lemah. Pada larutan HCl, kuat arus listrik semakin lama semakin
besar dan daya hantar listrik semakin besar sehingga larutan bersifat elektrolit
kuat. Pada larutan NaCl, kuat arus yang kami dapatkan naik turun sehingga daya
hantar yang kami dapat juga naik turun. Seharusnya NaCl semakin besar
konsentrasinya maka daya hantar listriknya semakin lama semakin besar karena
merupakan larutan yang berasal dari basa kuat dan asam kuat sehingga seharusnya
larutan bersifat elektrolit kuat. Pada larutan NaI daya hantar listrik semakin
bertambah sehingga temasuk larutan elektrolit kuat, sedangkan NH4Cl daya hantar
yang didapatkan naik turun berdasarkan konsentrasi sehingga larutan ini disebut
larutan elektrolit lemah, sehingga terdiri dari asam kuat dan basa lemah.
62
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
1. Daya hantar listrik suatu larutan dipengaruhi oleh konsentrasi, volume dan
jenis larutan.
2. Daya hantar listrik setiap senyawa dapat diukur konsentrasinya dengan
menggunakan alat rangkaian multimeter. Setelah diukur kita dapat
menghitung dengan rumus :
L=I/R
3. Jenis senyawa dan konsentrasi sangat berpengaruh pada daya hantar
listrik. Apabila senyawa tersebut bersifat kuat seperti HCl ( asam kuat )
maka semakin besar daya hantar listriknya, seperti itu pula konsentrasinya
apabila konsetrasi senyawa besar, maka semakin besar pula daya
hantarnya.
V.2 Saran
Jalan praktikum cukup baik, akan tetapi lebih baik jika pihak laboran
mempersiapkan dan mengantisipasi kejadian – kejadian yang mungkin saja terjadi
pada saat praktikum.
63
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapraktikum
1. Apa yang dimaksud dengan daya hantar listrik?
Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh sainitas tinggi
rendahnya berkaitan erat dengan sainitas
65
Pertanyaan pasca praktikum
1. Apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit?
Larutan elektrolit adalah larutan yang dibentuk dari zat elektrolit
2. Bagaimana sifat dari larutan yang besifat elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan
non-elektrolit?
Elektrolit kuat = terionisasi sempurna
Elektrolit lemah = terionisasi tidak sempurna
Non elektrolit = tidak terionisasi
66
PERCOBAAN KE –V
PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN
I. Tujuan
1. Memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi, (2) ekstraksi, (3)
dekantasi, (4) kristalisasi, dan (5) kromatografi.
2. Mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari
barium kromat.
3. Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran.
4. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.
5. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan
endapan.
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan yang berfase
padat, terbentuk jika larutan lewat jenuh.
67
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan dari zat
lain dan endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan perhitungan
stoikiometri. Cara ini dikenal dengan nama gravimetri
aA + rR → AaRr
Keterangan :
A : Molekul zat analit
AR : Molekul analit R
AaRr : Zat yang mengendap
Reaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan
keberhasilan analisis gravimetri bergantung pada kesempurnaan proses.
(Zulfikar, 2004 : 106)
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
kesetimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit
tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang
tidak mudah larut antara titran dengan analit. Setelah semua ion klorida dalam
analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indikator.
(Rahmi, 2006 : 47)
68
untuk memahami titrasi argentometri dan gravinmetri. Temperatur kelarutan
semakin meningkat dengan naiknya suhu maka pembentukan endapan akan
berkurang ini disebabkan banyak endapan yang berada pada larutan. Perbedaan
kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipengaruhi untuk memisahkan
dua zat.
(Bibi, 2007 : 81)
69
nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol, aseton, methanol,
petrolium eter, kloroform, dan eter. Dengan melihat kelarutan suatu zat yang
berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat
yang diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
4) Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar
daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran
mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda
dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan
metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran mengandung
lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi.
Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
5) Difusi
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi
(bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat
dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik
besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah
tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan
menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal
juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida
(satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan
suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6) Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara
kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan
metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme
a) Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan
zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar
pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
70
terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel
lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk
larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat
sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas).
Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada
pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan
pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan
membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di
laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring
buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi
dengan alat penghisap.
b) Dekantasi
Dekantasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan
cara dituang secara langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan
campuran zat cair dan zat padat atau zat cair dengan zat cair yang tidak saling
campur (suspensi). Contoh: Pemisahan campuran air dan pasir.
c) Sentrifugasi
Sentrifugasi adalah pemisahan dengan menggunakan gaya putaran atau
gaya sentrifugal. Partikel dipisahkan dari liquid dengan adanya gaya sentrifugal
pada berbagai variasi ukuran dan densitas campuran larutan.
Pada operasi sentrifugasi dengan cara pengendapan, kecepatan
pengendapan dipengaruhi oleh : kecepatan sudut (ω) disamping faktor-faktor lain
seperti pada perhitungan kecepatan sedimentasi. Laju alir volumetrik umpan
dipengaruhi oleh kecepatan sudut (ω), diameter partikel (Dp), densiti partikel dan
cairan, viskositas dan diameter tabung centrifuge.
d) Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat
yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam
suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi
penguapan dan kristalisasi pendinginan.
71
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan
garam dapur dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak,
kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses
penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan
pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses
rekristalisasi (pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu
dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan
penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan
terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh
gula putih atau gula pasir.
e) Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan
yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai
titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan
yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap
pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat.
Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada
suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan
akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang
mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat,
sedangkan sisanya disebut residu.
Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan
minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
f) Ekstraksi
Metoda ekstraksi pelarut didasarkan pada perbedaan kelarutan komponen
campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak saling melarutkan bila,
suatu campuran cair,m komponen A dan B, larut dalam air A tidak larut dalam
kloroform sedangkan B larut baik dalam kloroform. Maka untuk memisahkan
campuran ini digunakan ekstraksi pelarut dengan menggunakan pelarut kedua
kloroform yang tidak saling melarutkan dengan air. Komponen B akan larut
dalam fasa kloroform sedangkan komponen A akan tetap dalam fasa air.
72
Untuk memilih jenis pelarut yang sesuai harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan
konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
Kelarutan pelarut organik rendah dalam air.
Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun.
Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya untuk
keperluan analisa lebih lanjut.
(Hostettmann, 1995 : 77)
73
III. Prosedur Percobaan
b. Bahan
- Air suling
- Barium Klorida
- Kalium Kromat
- NH4Cl
- NaCl
- SIO2
74
3.2 Skema Kerja
a. Pemisahan dengan cara konvensional
NH4Cl, NaCl, SIO2 0,1 gr
→ Ditimbang cawan penguap dengan ketelitian 0,01 g
NH4Cl, NaCl, SIO2 0,1 gr
→ Ditimbang
→ Diletakan cawan pada alat pemanas
→ Dipanaskan dengan hati – hati
→ Didinginkan setelah itu ditimbang
25 ml air
→ Ditambahkan pada padatan yang terbentuk
→ Diaduk 5 menit
→ Didekantasi larutan dengan cermat pada cawan yang telah ditimbang
→ Dicuci dengan air hingga bebas NaCl
→ Diletakkan cawan yang mengandung NaCl diatas pemanas
→ Dipanaskan cawan dan ditutup dengan kaca arloji
→ Ditunggu sampai penguapan
→ Didinginkan sampai mencapai suhu kamar
→ Ditimbang
→ Dicatat hasil
Hasil
75
b. Pemisahan dengan kromatografi
Campuran butanol, asam asetat, air dengan nisbah 1 : 1 : 4 5 ml
→ Disediakan gelas piala 150 ml
→ Diisi dengan campuran
→ Ditutup dengan kaca untuk menjenuhkan
→ Digunting kertas saring 3x10 cm
→ Dibuat noda dengan tinta
→ Disesuaikan ukuran kertas dengan gelas
→ Digantung kertas saring yang telah diberi noda didalam gelas
→ Dibiarkan sampai diperoleh pemisahan yang baik
→ Dibiarkan pelarut bergerak sampai 10 cm
→ Ditentukan harga Rf dari setiap noda yang diperoleh
→ Dicatat hasil
Hasil
76
c. Persentase hasil barium kromat
BaCl2
→ Ditimbang gelas piala 250 ml
→ Dicatat bobotnya
→ Dimasukkan BaCl kedalam gelas
→ Ditimbang
25 ml air suling
→ Ditambahkan
→ Diaduk sampai larutan homogen
K2CrO4 0,2 M
→ Ditambahkan
→ Diuji dengan beberapa tetes apakah endapan masih terbentuk
→ Dipanaskan hingga mendidih
→ Dialihkan dari api
→ Disaring dengan kertas saring
→ Diambil kertas saring beserta endapannya
→ Dikeringkan
→ Ditimbang
→ Dicatat bobotnya
Endapan BaCrO4
→ Dihitung hasil teoritis
→ Dihitung persentase hasil
Hasil
77
IV. Data dan Pembahasan
4.1 Data
A. Pemisahan dengan cara konvensional
1. Bobot cawan penguap dan contoh semula 60,5 g
Bobot cawan penguap 60,2 g
Bobot contoh 0,3 g
Bobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublin 60,4 g
Bobot NH4Cl 0,1 g
Persentase NH4Cl 33,33 %
Perhitungan
% NH4Cl = (gram NH4Cl) / (gram sampel) x 100%
= 0,1 / 0,3 x 100% = 33,33 %
2. Bobot cawan + kaca arloji + NaCl 102,9 g
Bobot cawan + kaca arloji 102,8 g
Bobot NaCl 0,1 g
Persentase NaCl 33,33 %
Perhitungan
%NaCl = (bobot NaCl) / (bobot sample) x 100%
= 0,1/0,3x100%=33,33%
3. Bobot cawan + SiO2 60,3 g
Bobot cawan 60,2 g
Bobot SiO2 0,1 g
Persentase SiO2 33,33 %
Perhitungan
%SiO2 = (bobot SiO2) / (bobot sample) x 100%
= 0,1/0,3 x 100 %=33,33%
78
4. Bobot sampel 0,3 g
Bobot NH4Cl + NaCl + SiO2 0,3 g
Selisih bobot 0 g
Persen bahan yang terpisahkan
(gram zat yang terbentuk)/(gram sample ) x 100%
= 0,3/0,3 100%
= 100%
Pertanyaan
1. Gunakan handbook untuk menjawab pertanyaan ini
Bagaimana cara anda memisahkan NiCO3 dari NO2CO3 ?
Jawab : dengan cara kromatografi
Bagaimana cara memisahkan AgCl dari BaCl2?
Jawab : dengan cara dekantasi
Bagaimana cara memisahkan FeO2 dari SiO2 ?
Jawab : dengan cara konvensional
2. Apakah ada cara pemisahan selain yang di sebutkan dalam percobaan ini?
Jawab : ada, yaitu kristalisasi, filtrasi, destilasi, dan ekstraksi
3. Mengapa contoh NaCl perlu di tutup selama pemanasan ?
Jawab : karena, jika tidak di tutup airnya akan menguap dan akan menyebabkan
ketidaktepatan pengukuran bobot NaCl.
4. Apa kekurangan dan kelebihan cara kromatografi sebagai alat analisis?
Jawab :
79
Kelebihan :
Prosedur sederhana dan cukup tepat.
Tidak perlu zat dan senyawa khusus yang mahal.
Tidak di perlukan kuantitas kecil dari zat itu.
Kekurangan : memakan waktu yang lama dan hasil yang di peroleh kurang akurat.
80
4.2 Pembahasan
A. pemisahan dengan cara konvensional
Dalam percobaan ini kami mencampurkan 3 senyawa yaitu : NH4Cl, NaCl,
dan SiO2 yang masing-masing sebanyak 0,1 gram. Setelah itu, campuran tersebut
dipanas kan dalam cawan penguap sampai asap putih benar-benar hilang. Asap
putih yang timbul adalah NH4Cl yang menyublin.
Massa NH4Cl = bobot cawan penguap dan contoh semula – bobot penguap
sesudah bobot penyublin
= 60,5 gram – 60,4 gram
= 0,1 gram
% NH4Cl = (bobot NH4Cl )/(bobot campuran ) x 100%
=0,1/0,3x100%
=33,33%
Cawan penguap yang berisi sisa campuran tersebut kemudian ditambahkan air
sebanyak 25 mL dan di aduk selama ± 5 menit. Kemudian larutan tersebut di
dekantasi sehingga larutan NaCl dan larutan SiO3 di panaskan.
Pada pemanasan larutan NaCl terbentuk Kristal NaCl sebanyak 0,1 gram sehingga
:
% NaCl = (bobot NaCl )/(bobot sampel) x 100%
= 0,1/0,3 x 100%=33,33%
% SiO3 = (bobot SiO3)/(bobot sample) x 100%
= 0,1/0,3 x 100 % = 33,33 %
81
Pada percobaan ini kami membuat noda pada kertas saring dengan
menggunakan spidol berwarna merah, biru dan hitam, setelah kertas di rendam di
dalam campuran air, warna yang terurai adalah:
Dari tinta berwarna merah menghasilkan warna :
- Putih
- Merah muda
- Kuning
Dari tinta berwarna biru menghasilkan warna :
- Putih
- Ungu
Dari tinta berwarna hitam menhhasilkan warna :
- Putih
- Ungu
- Coklat
Perbandingan gerakan zat terhadap zat aliran pelarut adalah tetap dinyatakan
dengan
Rf = (jarak yang di tempuh zat)/(jarak yang di tempuh pelarut)
82
Secara teoritis :
BaCl2 + K2CrO4BaCrO4 + 2KCl
m BaCrO4 = n . Mr
= 0,005 gram
Konvensional
Dengan menggunakan pemisahan campuran secara konvensional persentase
bahan yang di pisahkan adalah dimana
(gram zat yang terbentuk )/(gram sample ) x 100%
= 0,3/0,3 x 100%
= 100 %
Sehingga data ini di simpulkan bahwa praktek sama dengan teori. Dalam
percobaan ini campuran NH4Cl,NaCl,SiO3 di panaskan lalu di tambahkan air dan
di dekantasi sehingga NaCl dan SiO3 terpisah.
Kromatografi
Menurut teori, pemisahan warna yang menunjukkan pemisahan komponen
di pengaruhi oleh perbedaan fase gerak dari kepolaran senyawa. Apabila zat-zat
tidak terpisah sebagaimana mestinya artinya baik fase gerak maupun
kepolarannya hampir atau sama. Berdasarkan data Rf, rata-rata kecepatan setiap
zat adalah
Rf= (Rf total)/(banyak warna)
= 3/8 = 0,375
Menurut teori perbedaan Rf yang meningkatkan terjadinya pemisahan zat
yang berada di sekitar angka nol. Dalam hal ini perbedaan Rf yang di peroleh.
Menurut teori nilai Rf di tentukan oleh adanya: pelarut, ukuran bejana, sifat
campuran, suhu, kertas.
83
Analisis melalui pengendapan
84
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Disarankan bagi praktikan untuk berhati – hati dan teliti dalam menjalankan
praktikum agar tidak terjadi kesalahan. Dan untuk laboran agar alat dan bahan
praktikum dilengkapi.
85
DAFTAR PUSTAKA
Rahmi.2006.Kimia.Jakarta : Gramedia.
86
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapraktek
1. Berikan definisi untuk : filtrasi, % komposisi, endapan, stoikiometri, hasil
teoritis dan supernatan.
Jawab : - Filtrasi : proses pemisahan antara zat padat dan zat cair.
- % komposisi : persentase dari suatu zat yang terdapat dalam suatu larutan.
- Endapan : zat yang memisahkan diri dari larutan berfase padat yang terbentuk
jika larutan lewat jenuh.
- Stoikiometri : pengukuran dan penentuan unsur-unsur dalam materi kuantitatif.
- Hasil teoritis : hasil dari percobaan yang berdasarkan teori.
- Supernatan : zat yang mengendap sebagai hasil reaksi dari pereaksi.
2. Bagaimana menguji endapan telah sempurna.
Jawab : Apabila endapan itu tidak hilang jika diberi suatu larutan lain. Karena
endapan akan terbentuk jika larutan lewat jenuh dan endapan sempurna jika hasil
kali kelarutan ion-ion lebih besar dari Ksp.
3. Apa yang terjadi jika endapan tidak sempurna.
Jawab : Endapan itu akan hilang jika diberi suatu larutan lain dan endapan itu
akan bercampur secara homogen. Biasanya endapan tidak terbentuk pada larutan
tak jenuh.
4. Apa yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrasi
Jawab :Bila endapan terlihat pada filtrat maka harus mengulangi proses filtrasi
kembali.
87
Pertanyaan pasca praktek
1. Contoh magnesium klorida sebanyak 0,552 gram dilarutkan dalam air dan di
endapkan dengan larutan perak nitrat. Jika endapan perak klorida bobotnya 1,631
gram, berapa persentase hasil ?
Jawab :
MgCl2(aq) + 2AgNO3(aq) 2AgCl(s) + Mg(NO3)2(aq)
n MgCl2= gram/Mr = (0,552 gram )/(95 gram/mol) = 0,006 mol
n AgCl = 2/1 x n MgCl = 2 x 0,006 = 0,012 mol
massa AgCl(teori) = 0,012 x 143,5 = 1,772 gram
persentase hasil : (massa percobaan )/(massa teori) x 100% = (1,631 gram)/(1,772
gram ) x 100% = 94,7%
2. Batu gamping terutama mengandung kalsium karbonat. Contoh batu gamping
diolah dengan asam hidroklorida dan memberikan reaksi
CaCO3(g) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + H2O(g) + CO2
Larutan kalsium klorida di uapkan sampai kering dan ternyata mempunyai bobot
0,789 gram. Hitunglah persentase kalsium kromat jika contoh batu gamping
bobotnya 0,75 gram!
Jawab: secara praktek ,
n CaCO3 = (gram )/Mr= (0,789 gram)/(111 gram/mol)= 0,007 mol
n CaCO3 = 0,007 mol x 100 = 0,7 gram
% CaCO3 = (0,7 gram)/(0,75 gram) x 100%= 93,3 %
88
PERCOBAAN VI
REAKSI – REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS
I. Tujuan
1. Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis.
2. Mengamati tanda–tanda terjadinya reaksi.
3. Menuliskan persamaan reaksi dengan benar.
4. Menyelesaikan persamaan redoks dari setiap percobaan.
89
Reaksi penggantian ganda
Reaksi dimana ion – ion positif dari dua senyawa saling di
pertukarkan.
(Raka, 2006 : 204)
90
Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan
reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai penurunan bilangan bilangan
oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom
jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang
keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang
keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang
keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi negatif
91
Dalam sebuah peristia reaksi kimia ada kalanya keadaan bilangan olsidasi
unsur berubah lalu disertai pertukaran elektron maka suatu reaksi tersebut disebut
reaksi – reaksi oksidasi atau lebih dikenal dengan istilah reaksi redoks. Oksidasi
merupakan proses yang mengakibatkan hilangnya (e) elektron dalam suatu zat dan
reduksi merupakan proses yang mengakibatkan bertambahnya elektron dalam
suatu zat. Oksidator merupakan zat yang mengalami reduksi sedangkan reduktor
adalah suatu zat itu sendiri yang mengalami reduksi. Didalam suatu reaksi redoks
selalu berlangsung reduksi dan oksidasi.
Reaksi kimia merupakan reaksi untuk membentuk suatu senyawa atau
molekul. Reaksi kimia biasanya disertai dengan perubahan kimia. Reaksi pada
kimia beraneka ragam diantaranya reaksi pengenceran reaksi pembakaran dan
sebagainya. Reaksi pembakaran terbagi menjadi dua diantaranya pembakaran
sempurna dan pembakaran tidak sempurna perbedaan ini dapat dilihan daari hasil
perbakarannya. Reaksi redoks (reduksi – oksidasi) merupakan reaksi yang disertai
dengan nilai bilangan oksidasi.
(Micheal, 2012 : 98)
Reaksi redoks yang terjadi pada suatu spesi disebut disproposional atau
autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur dan mempunyai beragam bilangan
oksidasi yang sama atau saling bereaksi. Metode percobaan langsung untuk
menentukan potensial elektroda yaitu berdasarkan penentuan percobaan potensial
antara dua elektroda.
Bila dibuat suatu hubungan listrik antara dua daerah yang mempunyai
rapat muatannya yang berbeda maka rapatan yang lebih tinggi menuju potensial
yang lebih rendah.
92
III. Prosedur Percobaan
b. Bahan
- Mg
- AgNO3
- Serbuk CU
- HCl
- Hg (NO3)2
- Al (NO3)2
- FeCl3
93
III.2 Skema kerja
a. Reaksi penggabungan
Mg
→ Dimasukkan seujung sudip kedalam cawan
→ Dibakar
→ Diamati
→ Dicatat hasil
Hasil
b. Reaksi penguraian
CuSO4 . 5H2O
→ Dimasukkan seujung sudip kedalam tabung reaksi
→ Dipanaskan
→ Diamati
→ Dicatat hasil
Hasil
94
AgNO3 , Hg (NO3)3 dan Al(NO3)3
→ Dimasukkan kemasing – masing tabung reaksi
→ Dicatat hasil
→ Diulangi
→ Dicatat hasil pengamatan
Hasil
e. Reaksi Netralisasi
HNO3, H2SO4 dan H3PO4
→ Dimasukkan kedalam masing – masing tabung reaksi
NaOH
→ Diteteskan kemasing – masing tabung
→ Diamati
→ Dicatat hasil
Hasil
95
Mg
→ Dicampurkan dalam tabung terpisah
→ Ditulis persamaan reaksi
H2O
→ Dimasukkan 1 tetes
→ Dicatat hasil pengamatan
Hasil
96
IV. Data dan Pembahasan
IV.1 Data
Persamaan Reaksi Bukti terjadinya reaksi
A. Reaksi penggabungan Berubah warna dari hitam pekat
Mg+O2 ∆ menjadi abu – abu dan timbul
gelembung
B. Reaksi penguraian Berubah warna biru mengeluarkan asap
∆
CuSO4.5H2O menjadi warna pucat karena dilakukan
pemanasan menjadi putih berembun
C. Reaksi penggantian tunggal 1. Terjadi penggumpalan warna
1. Cu+AgNO3 coklat didasar campuran
2. Terjadi campuran berwarna
2. MgHCl
putih dan terdapat endapan
serbuk hitam
D. Reaksi penggantian rangkap 1. Campuran berwarna keruh
1. AgNO3+KI kehijauan
2. Cairan berwarna orange pekat
2. Hg(NO3)2+KI
3. Cairan berwarna kekuningan
3. Al(NO3)3+KI 4. Cairan berwarna putih keruh
4. AgNO3+Na3PO4 5. Cairan berwarna kuning
6. Cairan berwarna putih dan
5. Hg(NO3)2+Na3PO4
terdapat endapan
6. Al(NO3)3+Na3PO4
F. Reaksi redoks H+
warna berubah dari ungu menjadi
1. Na2C2O4+KMnO4 OH-
coklat
Warna berubah menjadi coklat dan
2. NaHSO4+KMnO4
berbusa
3. HCl+KMnO4
Warna berubah menjadi kuning
IV.2 Pembahasan
97
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan beberapa percobaan,
diantaranya reaksi penggabungan dimana pada percobaan ini kami menggunakan
bahan Mg padat yang dimasukkan seujung sudip kedalam cawan krus lalu
dipanaskan, Mg yang padat saat sebelum dibakar memiliki warna hitam pekat,
berubah warna menjadi hitam pudar atau keabu – abuan. Hasil reaksinya dapat
ditulis :
Mg + O2 → MgO2
98
Pada reaksi penggantian rangkap kami menggunakan bahan yaitu AgNO3,
Ag(NO3)2, Al(NO3)2 yang dicampurkan dengan KI. Reaksi yang terjadi adalah
perubahan warna keruh / susu kuning.
Ketika Ag(NO3)2 dicampur dengan KI, reaksi yang terjadi adalah
perubahan warna menjadi orange. Ketika Al(NO3)2 dicampurkan dengan Na3PO4
reaksi yang terjadi tidak ada (warna tetap bening). Ketika Al(NO3)2 dicampurkan
dengan Na3PO4 terjadi pemisahan campuran serta bentuk endapan dimana terdapat
gumpalan putih pada bagian atas dan warna bening terpisah pada bagian bawah
setelah beberapa menit didiamkan warna kembali menjadi bening.
Reaksi netrlalisasi
Pada reaksi ini terdapat 3 bahan yang digunakan yaitu HNO3, H2SO4,
H3PO4 setelah di teteskan dengan NaOH terjadi perubahan warna menjadi ungu.
Reaksi redoks
1. Na2C2O4 + KmNO4 H+ → warna berubah dari ungu menjadi coklat
2. NaHSO4 + KmNO4 OH- → warna coklat dan berbusa
3. HCl + KmNO4 → warna berubah menjadi kuning
99
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi kimia berlangsung apabila salah satu teramati :
- Reaksi tersebut menghasilkan gas
- Reaksi tersebut berubah warna
- Reaksi tersebut berubah suhu
2. Reaksi kimia adalah proses dimana zat – zat baru yaitu hasil reaksi
terbentuk dari beberapa zat yang asli atau pereaksi
3. Reaksi kimia dibagi beberapa jenis
- Penggabungan
- Penguraian
- Penggantian
- Penetralan
4. Reaksi redoks dapat disetarakan dengan menyerah atau menerima elektron
antara 2 unsur dari reaksi kimia
V.2 Saran
Pada praktikum reaksi kimia dan reaksi redoks diharapkan pihak
laboratorium melengkapi fasilitas praktikum berupa zat – zat kimia khususnya
untuk percobaan ini.
100
DAFTAR PUSTAKA
101
LAMPIRAN
Pertanyaan prapratek
1. Memberikan definisi dari istilah–istilah berikut; katalis, deret elektromotif,
reaksi eksotermik, endapan, produk, dan pereaksi.
2. Terangkan arti lambang–lambang berikut : ∆, WR. (s), (l), (g), dan (aq)?
3. Berapa kira–kira volume dalam tabung reaksi yang berisi sepersepuluh
bagian?
4. Apakah warna indikator pp dalam larutan asam?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor?
Penyelesaian
102
Pertanyaan pasca praktek
3. Lengkapi persamaan reaksi berikut, bila tidak ada reaksi, tulislah RT.
(a) Hg+Fe(NO3)3 Hg(NO3)2 + Fe
(b) Zn+Ni(OH)2 2n(OH)2 + Ni
(c) Pb(NO3)2+K2CrO4 PbCrOu + 2KNO3
∆
(d) Zn(HCO3)2 2n + 2HCO3
103
PERCOBAAN KE – VII
PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK
I. Tujuan
1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionik.
2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi
senyawa secara langsung.
3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer.
4. Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik
Ikatan ion merupakan ikatan antara ion – ion positif dan ion – ion
negatif, yang terjadi karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan
mengakibatkan terjadinya tarik menarik antar ion – ion tersebut. Ion positif
104
dan ion negatif akan terbentuk apabila terjadi serah terima elektron antar
atom.
Dua unsur atau satu cenderung melapas elektron dan yang lain
cenderung menerima bila bersentuhan belum tentu terjadi senyawa ion sebab
bergantung pada tingkat energi sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion
bukanlah sederhana, tetapi merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari
ion positif dan ion negatif yang selang – seling sedemikian rupa hingga
teratur.
(Syarifuddin, 1994:100)
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan
pemakaian bersama – sama Brom, Karbondioksida, heksana dan etil alkohol
merupakan contoh dari senyawa – senyawa kovalen. Titik leleh dan titik didih
senyawa kovalen cenderung lebih rendah dari pada senyawa ion, hai ini
disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelkan dan menguapkan suatu zat padat
maupun cairan molekul hanya membutuhkan energi secukupnya untuk
mengalahkan energi gaya tarik vanderwaals antar molekul.
(Audrey, 1991 : 110)
105
Satu atau lebih pasangan elektron diserap oleh kedua atom. Ketika
elektron – elektron ini mengelilingi atom – atom tersebut elektron
menghabiskan waktu lebih lama diantara kedua atom itu, dibandingkan
dengan tempat lainnya. Sehingga menghasilkan gaya tarik. Contohnya H2,
molekul hidrogen yang elektron – elektronnya dimiliki bersama oleh kedua
proton lebih dari cukup menyetimbangkan repulsi langsung disekitarnya. Jika
proton berdekatan akan tetapi repulsinya menjadi dominan dan molekulnya
tidak stabil. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun
selang – seling membentuk molekul raksasa.
(Audrey, 1991 : 101)
106
III. Prosedur Percobaan
c. Bahan
- Aquades - (CH3)2CHOH
- n – heksan
- Sikloheksan
- n – dekana
- o – diklorobenzen
- p – diklorobenzen
- n – butil alkohol
- t – butil alkohol
- neftalen
- C10H8
- p – diklorobenzen
- C6H4Cl12
- NaCl
- KI
- MgSO4
107
III.2 Skema Kerja
A. Perbandingan titik leleh
a. Senyawa – senyawa kovalen
Neftalen, C10H8, p – klorobenzana, C6H4Cl12
b. Senyawa ionik
NaCl, Kalium Iodida, MgSO4
→ Digunakan handbook
→ Dicatat titik leleh dari senyaw ionik
Hasil
108
B. Perbandingan kelarutan
Isopropil alkohol, (CH3)2CHOH, Neftalen,
C6H4Cl12, C10Hg, p – diklorobenzen
→ Disediakan 6 tabung reaksi
→ Diisi kira kira 0,5 g senyawa
Air
→ Dimasukkan 1 ml
→ Diaduk
→ Diamati
→ Dicatat hasil
Hasil
109
D. Isomer
o – diklorobenzana
p - diklorobenzana
→ Dibandingkan bau dan wujudnya
→ Dicatat hasil
n – butil alkohol
t – butil alkohol
→ Dicatat baunya
→ Ditentukan kelarutan kedua senyawa ini dalam air
Air
→ Diteteskan 15 tetes kedalam masing masing tabung reaksi
1 tetes alkohol
→ Diteteskan kesetiap tabung
→ Digoyangkan setiap tabung hingga larut
→ Dicatat barapa jumlah alkohol yang diteteskan saat berbentuk keruh
Hasil
n – butil alkohol
t – butil alkohol
→ Dibandingkan sifat kimianya
→ Diteteskan ketabung reaksi 1 tetes
Sepotong logam
natrium
→ Dimasukkan ketabung reaksi
→ Dicatat laju pembentukan gelembung hidrogen
→ Diamati dan dicatat
Alkohol, natrium
→ Dituangkan kedalam gelas piala
→ Dicatat bau dietil eter
→ Dibandingkan dengan bau alkohol
Hasil
110
A. Perbandingan titik leleh
Senyawa kovalen
B. Perbandingan kelarutan
Catatan : x = Larut
C. Isomer
Sifat fisis
Sifat kimia
Pada percobaan pertama untuk mengetahui kelarutan titik leleh, sifat fisis
dan sifat kimia dan daya hantar listrik dari berbagai macam bahan yang
111
digunakan. Untuk menentukan suatu senyawa yang bersifat kovalen ataupun
ionik, tidak bisa hanya melihat salah satu sifatnya, tetapi harus melihat
keseluruhan dari sifat – sifatnya, karena ada beberapa sifat senyawa kovalen yang
juga dimiliki oleh beberapa senyawa ionik. Untuk mengetahui perbedaan senyawa
kovalen dan ionik tersebut perlu dilakukan percobaan diantaranya
Dari praktikun yang telah dilakukan, diperoleh hasil kisaran titik leleh
neftalen yaitu 950C jauh berbeda dengan hasil pada literatur yang titik lelehnya
hanya 80,260C. Pada percobaan titik leleh pada larutan p – diklorobenzena tidak
dilakukan karena tidak ada bahan dilaboratorium. Pada literartur titik senyawa p –
diklorobenzen ialah 520C hingga 540C.
Data yang diperoleh dari literatur tentang titik leleh senyawa ionik adalah :
NaCl mencair pada suhu 8000C – 8040C kalium iodide pada suhu 6810C
dan MgSO4 dapat meleleh pada suhu 11240C. Titik leleh senyawa kovalen lebih
rendah dari titik leleh senyawa ionik. Hal ini disebabkan oleh ikatan antara ion –
ion dengan gaya elektrostatis yang sangat kuat dengan susunan partikel / kristal
yang tertentu dan teratur.
Perbandingan kelarutan
Isopropil alkohol dimasukkan kedalam air tidak dapat larut, hal ini
disebabkan oleh air yang merupakan senyawa polar yang hanya dapat melarutkan
senyawa – senyawa ionik. Kalium iodide dan MgSO4 juga larut sedangkan kalium
iodide tidak larut dan C6HCl2 juga tidak larut.
Pada percobaan ini terdapat perbedaan dengan hasil pada literatur bahwa
zat yang berikatan ionik ada yang larut dalam non polar dan senyawa kovalen ada
112
yang larut dalam polar, ini disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan pada saat
melakukan praktikum. CCl4 termasuk kedalam senyawa kovalen, sedangkan
neftalen tidak larut dalam air tetapi larut dalam CCl4. Hal ini menandakan bahwa
senyawa ion akan larut dalam pelarut polar karena dipol – dipolnya sukar larut
dalam senyawa ion yang larut dalam planet non polar.
Senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar dan sedikit
larut dalam air.
Isomer
Isomer adalah beberapa molekul dengan nomor molekul yang sama tetapi
berbeda struktur molekulnya.
Pada sifat kelarutan senyawa yang digunakan pada percobaan ini melihat
kejenuhan n – butil alkohol tidak keruh. n – butil alkohol memiliki kecepatan
terbakar 8,67 s dan t – butil alkohol memiliki kecepatan terbakar 6,01 s.
113
V. Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Perbedaan senyawa ion dan kovalen dapat ditinjau dari titik leleh
kelarutan dan hantaran listrik.
Struktur molekul dan jenis ikatan mempengaruhi sifat senyawa, sifat
fisis dan sifat kimianya.
Isomer adalah molekul dengan rumus molekul yang sama tetapi
strukturnya berbeda
Senyawa ion dapat larut pada senyawa yang bersifat polar dan
senyawa kovalen dapat larut pada senyawa yang bersifat non polar
Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan negatif, karena
partikelnya yang berlawanan dan tarik menarik.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara dua atom yang
memakai bersama seoasang elektron atau lebih.
V.2 Saran
114
DAFTAR PUSTAKA
115
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapaktek
1. Apa sebabnya air disebut molekul polar? Jelaskan dwikutub air
berdasarkan bentuk molekulnya.
2. Tuliskan beberapa perbedaan antara senyawa ionik dan kovalen.
3. Gambarkan struktur isomer dari C3H6Cl12 (gambarkan setiap ikatan dengan
garis). Apakah setiap isomer mempunyai jumlah ikatan yang sama?berapa
jumlahnya?
4. Diantara senyawa – senyawa berikut ini : MgCl 2, C4H10, SO3, Li2O, C3H8,
PCl3, HCl, tentukan mana senyawa ionik dan mana senyawa kovalen.
5. Gambarkan ikatan rantai lurus dan siklik dari C4H8 (setiap ikatan
digambarkan dengan garis).
Penyelesaian
1. Polar artinya kutub dan air memiliki kutub positif dan negatif
2. Senyawa ion
- Ikatan antara logam dan non logam
- Titik didih dan titik leleh tinggi
- Pada suhu kamar berwujud padat
- Dalam keadaan murni bersifat konduktor
- Larut dalam air
Senyawa kovalen’
- Ikatan antara non logam dan non logam
- Titik didih dan titik leleh rendah
- Mempunyai 3 wujud yaitu padat, cair dan gas
3. C3H6Cl12
H HH
| | |
H-C-C-C= Cl
| | |
H H Cl
116
4. Ionik
- MgCl2
- Li2O
Kovalen
- C4H10
- SO3
- C3H2
- PCl3
- HCl
5. H H
| |
H- C–C=C–C–H
| | | |
H H H H
117
Pertanyaan PascaPraktikum:
1. Manakah yang lebih tinggi titik lelehnya, kalsium klorida, CaCl2, atau asetil
klorida, CH3C(O)Cl? Jelaskan alasan ramalan anda
2. Mengapa naftalena tidak larut dalam air?
3. Mengapa senyawa ionik tidak larut dalam heksana?
4. Dietil eter sedikit larut dalam air. Jelaskan peranan air dalam pelarutan eter
5. Gambarkan dua isomer eter dari etil eter.
Penyelesaian
1. Lebih tinggi titik leleh kalsium klorida karena kalsium klorida merupakan
senyawa ionik dimana lebih tingga titik lelehnya dari pada senyawa
kovalen
2. Karena neftalen adalah senyawa kovalen. Jadi, neftalen dan air tidak
memiliki sifat yang sama air bersifat polar.
3. Karena senyawa ionik bersifat polar sedankan heksana bersifat nonpolar
4. Air sukar melarutkan dietil eter karena daya kepolarannya lebih kecil dan
kurang reaktif
5. * CH3 – CH2 – CH2 – CH3 (itoksi etana)
CH3 – O – CH2 – CH2 – CH3 (metoksi propana)
118