Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1

DISUSUN OLEH

NAMA : SITI HEDIYANTI

NIM : G1B014039

PRODI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS MATARAM

2014
ACARA IV

PENENTUAN TETAPAN GAS DAN VOLUME MOLAR OKSIGEN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mempelajari cara penentuan tetapan gas dan volume
molar oksigen.

b. Untuk mempelajari hukum- hukum gas seperti, hukum Boyle,


Charles, Gay – Lussac, Dalton, tentang tekanan parsial dan
hukum Avogadro.

2. Waktu Praktikum : Jumat, 7 November 2014


3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Didalam suatu unsure dapat memiliki lebih dari satu macam atom yang
berbeda nomor massanya. Maksudnya, unsur-unsur dapat memiliki atom-atom yang
nomor atomnya sama, tetapi nomor massanya berbeda. Atom-atom itu disebut isotop.
Pengetahuan mengenai massa atom sangat penting sekali, namun karena atom adalah
partikel yang sangat kecil maka kita tidak dapat menimbang sebuah atom. Untuk itu
kita perlu menentukan harga terhadap sebuah atom dari unsur tertentu yang dipakai
sebagai standar. Melalui konvensi internasional, atom karbon memiliki 6 proton dan 6
neutron ditentukan mempunyai massa tetap 12 satuan massa atom (sma). Atom
karbon-12 dipakai sebagai standar, sehingga 1 sma didefinisikan sebagai massa yang
tetap sama dengan ⁄ massa 1 atom karbon – 12 (Purwoko, 2006 : 6).

Setelah Dalton mengemukakan postulatnya, langkah logis berikutnya adalah


menentukan massa relative atom unsur. Karena pada waktu itu tidak ada cara untuk
menentukan massa atom tunggal, maka massa atom relatif adalah informasi terbaik
saat itu. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa sebuah atom dari satu unsur
mempunyai massa sebesar dua kali massa atom unsur lainnya. Massa relatif dapat
ditentukan dengan mengambil sejumlah besar atom dari dua unsur yang berbeda
dalam jumlah yang sama dan menentukan perbandingan massa kelompok atom ini.
Pada awalnya terdapat banyak kesulitan besar, karena postulat kelima Dalton
memberikan perbandingan jumlah atom yang salah dalam banyak kasus. Banyaknya
hasil yang salah tersebut dengan cepat membuktikan bahwa postulat kelima Dalton
ternyata tidak benar. Hal ini terus berlangsung selama 50 tahun kemudian sampai
ditemukannya metode percobaan untuk menentukan perbandingan atom dalam
senyawa, dan pada saat yang sama juga ditemukan skala massa atom relatif dalam
bentuk yang hamper mirip skala massa atom relatif saat ini. Massa relatif ini disebut
massa atom, atau kadang-kadang berat atom ( Goldberg, 2004 : 11).
Bobot atom sangatlah kecil, sebuah atom hydrogen berbobot sekitar seper 1,7
triliun gram. Menggunakan satuan-satuan sekecil ini untuk membandingkan satu atom
dengan atom lainnya sangat membingungkan. Sebagai gantinya, massa suatu atom
dinyatakan sebagai perbandingan dengan massa atom unsur lainnya. Para kimiawan
melakukan perbandingan ini menggunakan nomor massa atom. Sebagai contoh
hidrogen memiliki massa atom 1, helium 4, sedangkan karbon 12. Ini menunjukkan
bahwa atom karbon berbobok 12 kali lebih berat dari pada atom hidrogen dan 3 kali
lebih berat daripada atom helium (Jackson, 2007 : 32).
Jika suatu unsur terdiri dari n isotop, isotop ke-i mempunyai massa Ai dan
kelimpahan fraksi Pi , maka massa atom relatif rata-rata unsur tersebut di alam ialah

Massa atom relatif tidak memiliki satuan karena angka ini merupakan nisbah dari dua
massa yang diukur, apapun satuan yang kita gunakan. Untuk menentukan massa
aktual dari setiap atom dan setiap molekul, kita perlu menetapkan suatu hubungan
antara skala massa makroskopik yang digunakan di laboratorium dan skala massa
mikroskopik setiap atom dan molekul (Oxtoby, 2001 : 27).
Isotop-isotop suatu unsur selalu bersatu dalam suatu materi dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, bahkan hingga saat ini belum adal instrument yang dapat
memisahkan isotop-isotop dari suatu senyawa. Menurut konvensi IUPAC, massa
atom suatu unsur ditentukan berdasarkan massa isotop dan kelimpahan dari masing-
masing isotop yang terdapat di alam. Penentuan dengan cara ini dinamakan massa
atom relatif, disingkat dengan Ar. Istilah relatif merujuk pada kelimpahan isotop di
alam yang sifatnya relatif satu dan yang lainnya. Massa atom relatif suatu unsur
didefinisikan sebagai jumlah total massa isotop dikalikan kelimpahannya di alam
(Sunarya, 2010 : 71).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat- alat Praktikum
a. Dongkrak
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Gelas arloji
d. Gelas ukur 50 ml
e. Klem
f. Labu alas datar 500 ml
g. Lap
h. Pembakar spiritus
i. Pipa
j. Selang
k. Spatula
l. Statif
m. Tabung reaksi
o
n. Termometer 100 C
o. Timbangan analitik

2. Bahan- bahan Praktikum


a. Aquades (H2O (l))
b. Kalium klorat ( KClO3(s) )
c. Korek api
d. Mangan (II) oksida ( MnO2(s) )
e. Tissu

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ditimbang satu tabung reaksi yang bersih dan kosong.
2. Ditimbang dengan teliti 1,2 gram campuran KClO3 / MnO2.
3. Dimasukkan air setengah penuh ke dalam labu alas datar.
4. Dirangkai alat penentuan tetapan gas, ujung selang di dekat labu alas datar ditiup
untuk menghilangkan gelembung udara di dalam selang.
5. Diputar klem untuk menutup aliran air.
6. Dipasang tabung reaksi KClO3 / MnO2, kemudian dipanaskan sampai uap di dalam
labu alas datar menghilang atau sampai air di dalam selang berhenti mengalir.
7. Dipindahkan pembakar setelah air berhenti menetes.
8. Di ukur suhu gas dalam labu alas datar dengan menggunakan thermometer.
9. Dilepaskan rangkaian alat penentuan tetapan gas.
10. Di ukur volume air dalam Erlenmeyer.
11. Di catat semua hasil pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN

Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1. Ditimbang satu tabung reaksi yang Massa tabung reaksi = 12,45 gr
bersih dan kosong.
2. Ditimbang dengan teliti 1,2 gram Massa campuran KClO3 / MnO2 = 1,2 gr
campuran KClO3 / MnO2.
3. Dimasukkan air setengah penuh ke
dalam labu alas datar.
4. Dirangkai alat penentuan tetapan gas,
ujung selang di dekat labu alas datar
ditiup untuk menghilangkan
gelembung udara di dalam selang.
5. Diputar klem untuk menutup aliran air.
6. Dipasang tabung reaksi KClO3 / MnO2,
kemudian dipanaskan sampai uap di
dalam labu alas datar menghilang atau
sampai air di dalam selang berhenti
mengalir.
7. Dipindahkan pembakar setelah air
berhenti menetes.
8. Di ukur suhu gas dalam labu alas datar Suhu akhir = 33 oC
dengan menggunakan thermometer.
9. Dilepaskan rangkaian alat penentuan
tetapan gas.
10. Di ukur volume air dalam Volume = 67 ml
Erlenmeyer. Massa (padatan sisa reaksi) = 13,43 gr
11. Di catat semua hasil pengamatan.

F. ANALISIS DATA

1. Gambar Alat

Keterangan gambar dan fungsinya:


1. Dongkrak
Berfungsi sebagai penyangga Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
Berfungsi untuk menampung hasil pemanasan.
3. Klem
Berfungsi untuk menjepit labu alas datar dan untuk menutupi aliran air.
4. Labu alas datar
Berfungsi sebagai wadah aquades saat proses pemanasan
5. Pembakar spiritus
Berfungsi sebagai alat pemanas serbuk KClO3 / MnO2.
6. Selang
Berfungsi sebagai tempat mengalirnya air.
7. Pipa
Berfungsi sebagai penghubung
8. Tabung reaksi
Berfungsi untuk menampung campuran KClO3 / MnO2.
9. Statif
Berfungsi sebagai penyokong labu alas datar.

10. Termometer
Berfungsi untuk mengukur suhu.

1. Persamaan reaksi

2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2 (g)

2. Perhitungan
a. Massa tabung reaksi kosong = 12,45 gr
b. Massa (KClO3 + MnO2) = 1,2 gr
c. Massa tabung reaksi + massa (KClO3 + MnO2) = 12,45 + 1,2
= 13,65 gr
d. Massa tabung reaksi + massa (KClO3 + MnO2) setelah pemanasan = 13,65 gr
e. Massa O2 =c–d
= 13,65 – 13,43
= 0.22 gr

f. Mol O2 = Massa O2
Mr O2
= 0,22
32
= 0,0068 mol
-4
= 68 x 10 mol

g. Volume O2 = Volume H2O


= 67 ml
= 0,067 L
-3
= 67 x 10 L

h. Suhu O2 = 33 C
= 33 + 273
= 306 K

i. Penentu tetapan gas

P + (V – nb) = nRT

  –
R =

( )
[ ] ( )
( )
R=

[ ]( )
R=

=
1
= 0,00325 x 10 atm L / mol K
= 0,0325 atm L / mol K
j. Penentuan volume molar oksigen

P x Vm = n R T

Vm =

V=
-4
= 676,26 x 10 L
= 0,067626 L
k. Persentase O2 dalam KClO3

2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2 (g)

a. Mol KClO3 =

-4
= x 68 x 10 mol

-4
= 0,6667 x 68 x 10 mol

-4
= 45,3 x 10 mol

b. Massa KClO3 = mol KClO3 x Mr KClO3


-4
= 45,3 x 10 x 122,55
-4
= 5.551,515 x 10 gram
= 0,5551 gram

l. % O2 = x 100%

= x 100%

= 0,3963 x 100%
= 39,63 %

G. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari penentuan tetapan gas dan
volume molar oksigen, juga untuk mempelajari hokum-hukum tetapan gas lainnya
seperti hokum Boyle, Charles, Gay Lussac, Dalton tentang tekanan parsial dan hokum
Avogadro. Persamaan reaksi pada percobaan ini


Dapat diketahui bahwa oksigen dihasilkan dari persamaan MnO2 dan KClO3. MnO2 pada
percobaan ini bertindak sebagai katalisator, yaitu zat yang berfungsi untuk mempercepat
laju reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Katalis mempercepat laju reaksi dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.
Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat
berlangsung lebih cepat. Prinsi kerja katalis adalah bahwa katalis tersebut tetap ikut dalam
jalannya reaksi tetapi pada kondisi akhir, katalis akan keluar lagi dalam bentuk yang sama.
Sifat-sifat kimia katalis akan sama sebelum dan sesudah mengkatalis suatu reaksi. Setelah
terjadi proses pembakaran antara KClO3 dan MnO2 zat pada tabung reaksi menjadi berwarna
hitam.

Sebelum proses pembakaran campuran KClO3 dan MnO2, selang penghubung yang
digunakan ditiup dahulu agar gelembung-gelembung udara didalam selang tersebut hilang
dan bertujuan agar oksigen yang diperoleh tidak terkontaminasi oleh CO2. Oksigen yang
terbentuk akan mendesak air pada labu alas datar sehingga mengakibatkan air mengalir ke
Erlenmeyer. Volume air yang keluar sama dengan volume O2 yang terbentuk. Oksigen yang
dihasilkan mendorong air yang berada dalam labu alas datar yang tekanan udaranya sudah
disamakan dengan tekanan udara luar. Hal ini disebabkan karena sifat dasar materi yang
selalu menempati ruang, sehingga oksigen yang terurai tadi mencari ruang untuk ditempati.
Dari sifat dasar materi inilah dapat diketahui bahwa volume ruang ditempati oleh air
terdorong keluar sebelumnya adalah sama dengan volume ruang yang ditempati oleh
oksigen atau dengan kata lain volume oksigen yang terurai sama dengan volume air yang
didorong keluar labu alas datar oleh oksigen. Setelah diadakan pengukuran, volume air di
dalam Erlenmeyer yang diperoleh adalah 67 ml.

Ketika KClO3 / MnO2 dipanaskan mengalami pengurangan massa, ini disebabkan


karene kandungan O2 yang didalamnya terurai sehingga dari penimbangan dihasilkan massa
O2 yaitu 0,22 gram. Berdasarkan perhitungan, nilai R yang diperoleh yaitu 0,0325
L.atm/mol.K. berbeda dengan nilai R yang telah ditetapkan yaitu 0,082 L.atm/mol.K.
Perbedaan atau selisih hasil yang didapatkan ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian pada
saat praktikum, kesalahan delam pengukuran atau perhitungan pada saat praktikum.

Volume molar O2 sesuai perhitungan yang diperoleh yaitu 0,067 L, sedangkan apada
standar STP adalah 22,4 L. Perbedaan ini adalah disebabkan oleh adanya kekeliruan pada
saat praktikum ataupun perhitungan yang lainnya sehingga data yang dihasilkan tidak begitu
mendekati nilai standar, disebabkan juga oleh penggunaan waktu karena percobaan sempat
mengalami pengulangan disebabkan karena air lama menetes sehingga waktunya berkurang,

H. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :


a. Penetapan tetapan gas (R) dapat dicari menggunakan rumus

  –
R =

dari hasil percobaan diperoleh nilai R sebesar 0,0325 L.atm/mol.K. Penentuan

volume molar dapat ditentuakn menggunakan rumus , dan pada

percobaan diperoleh volume molar oksigen adalah 0,067 L dan % O2 adalah


39,63 %.
b. Hukum-hukum gas membahas tentang keadaan gas yang dipengaruhi oleh
tekanan, suhu, volume, molaritas, dan massa. Hokum Boyle menyatakan bahwa
pada suhu konstan, volume suatu gas berbanding terbalik dengan tekanannya.
Hukum Charles yaitu pada tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan
suhu absolutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar 1. Jakarta : Erlangga.

Petrucci. 2008. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta : Erlangga.

Purwoko, Agus Abhi. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram : Mataram University Press.

Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung : Yrama Widya.

Yazid, Estein. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai