Anda di halaman 1dari 24

BAB III

STOIKIOMETRI

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani (stoicheion : unsur atau


bagian; metron: ukuran) jadi stoikiometri adalah ilmu kimia yang
mempelajari kuantitatif reaksi kimia atau rumus kimia. Stoikiometri
merupakan bagian dari ilmu kimia yang sangat penting karena
stoikiometri digunakan secara luas untuk mengetahui nilai kualitatif
dari struktur dan komposisi suatu senyawa massa atom/molekul relatif
(Ar/Mr).

Di dunia ini bagian terkecil dari suatu unsur adalah atom, karena
begitu kecilnya atom maka atom tidak dapat ditimbang dan diukur.
Satuan massa yang ada seperti kilogram (kg), gram (g), maupun
milligram (mg) masih terlalu besar untuk menyatakan massa satu atom
suatu unsur. Sedangkan atom-atom yang ada di alam memiliki massa
yang berbeda walaupun unsurnya sama (isotop). Untuk itu diperlukan
massa atom dari suatu unsur dengan membandingkan massa atom yang
akan ditentukan terhadap massa atom suatu unsur yang massanya
ditetapkan (massa atom standar).

A. MASSA ATOM RELATIF DAN MASSA MOLEKUL


RELATIF

1. Massa Atom Relatif


Ahli-ahli kimia membuat kesepakatan menggunakan massa atom
relatif untuk mengetahui massa atom suatu unsur. Definisi massa atom
relatif yaitu perbandingan massa satu atom unsur dengan massa 1
12
atom karbon ( C) yang diberi lambang Ar. Alasan kenapa
menggunakan isotop karbon C-12 karena isotop karbon sangat banyak
dialam (sekitar 99%). Massa atom relatif tidak memiliki satuan.

Stoikiometri 49
Massa atom relatif (Ar) beberapa unsur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.1. Massa Atom Relatif Beberapa Unsur


Unsur Lambang Ar
Hidrogen H 1,008
Karbon C 12,00
Oksigen O 16,00
Magnesium Mg 24,312
Belerang S 32,064
Klorin Cl 35,45
Besi Fe 55,85
Tembaga Cu 63,540

Contoh Soal:
Atom Cl mempunyai massa 35 dan 37, perbandingan jumlah isotop
35Cl masing-masing 55% dan 15%. Berapakah massa atom relatif Cl?
Jawab :
Ar Cl = massa rata-rata sari isotop 35Cl dan 37Cl
= (55% x 35) + (15% x 37)
= (1,25) + (5,5)
Jadi massa atom relataif Cl = 24,75

2. Massa Molekul Relatif (Mr)

Ada unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul.


Molekul sebagai unit terkecil senyawa mempunyai angka
perbandingan berat yang disebut massa molekul relatif (Mr). Massa
molekul relatif adalah bilangan yang menyatakan jumlah massa atom
yang tercantum dalam rumus molekulnya. Massa molekul relatif (Mr)
sebenarnya adalah perbandingan massa 1molekul itu dibagi dengan ½
x massa 1atom isotop karbon 12.

50 Stoikiometri
Molekul yang sudah diketahui sangat banyak sehingga tidak ada
tabel khusus mencantumkan massa molekul relatif. Tetapi massa
molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom
relatif dari atom-atom yang membentuknya (molekul).

Contoh Soal :
Hitung massa molekul relatif (Mr) dari HCO3 jika diketahui Ar H=1,
C=12, dan O=16.
Jawab :
HCO3 terdiri atas 1 atom H, 1 atom C, dan 3 atom O
Mr HCO3 = (1 x Ar H) + (1 x Ar C) + (3 x Ar O)
= (1 x 1) + (1 x 12) + (3 x16)
= (1 + 12 + 48)
= 61
Soal :
Tentukan Mr dari molekul berikut ini :
1. Ca3(PO4)2
2. Al(MnO4)3
3. MgCl2
4. CH3CH2OH

B. KONSEP MOL

Dalam ilmu kimia, kita sering menjumpai partikel-partikel yang


sangat kecil berupa atom dan molekul. Dengan jumlah yang sangat
banyak dari partikel-partikel yang sangat kecil tersebut maka sulit
untuk menghitung jumlahnya. Oleh karena itu para ahli kimia
membuat kesepakatan bahwa mol digunakan untuk satuan dari jumlah
partikel yang sangat kecil.

1. Pengertian Mol
Pengukuran massa atau volume suatu zat umumnya
menggunakan satuan gram atau liter. Untuk mengetahui hubungan
antara massa zat dalam satuan gram dengan Ar atau Mr zat itu maka

Stoikiometri 51
diperlukan besaran lain yang dinamakan mol. Mol adalah banyaknya
zat yang mengandung jumlah partikel atau gabungan dari partikel zat
seperti dinyatakan oleh rumus kimianya.
John Lochsmid pada tahun 1985 melakukan percobaan. Dari
percobaannya ternyata 12 gram C-12 mengandung 6,02 x 1023 butir
atom sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa satu mol zat = 6,02 x
1023 partikel. Jadi satu mol zat adalah jumlah zat yang mengandung
6,02 x 1023 partikel zat itu yang disebut dengan bilangan Avogadro dan
diberi lambang L. Nama Avogadro dipilih sebagai penghormatan
kepada Avogadro, karena beliau orang yang pertama yang
mengusulkan perlunya satuan jumlah partikel. Sedangkan nama
Loschmidt diabadikan sabagai simbol bilangan tersebut, L.
Berdasarkan kesepakatan para ahli kimia yang terhimpun dalam
IUPAC, yang digunakan sebagai standar adalah atom karbon-12 (C-
12), yaitu “Satu mol suatu zat adalah sejumlah partikel yang
terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama dengan banyaknya
atom yang terdapat dalam 12 gram C-12”

2. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel Zat, Massa, dan


Volume
a. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel Zat
Sudah kita ketahui bahwa 1 mol zat mengandung 6,02 x 1023
partikel. Oleh karena itu, hubungan mol dengan partikel zat dapat
dirumuskan :

X= n x L
Keterangan :

X = Jumlah Partikel
n = Jumlah mol zat
L = 6,02 x1023 (bilangan Avogradro)

Contoh Soal :
1. Tentukan molekul yang terkandung dalam 0,7 mol H2O!
2. Tentukan mol dari 12,04x1023 molekul H2O!

52 Stoikiometri
Jawab :
1. 0,7 mol H2O = mol x 6,02 x1023
= 0,7 x 6,02 x1023
= 4,214 x 1023 molekul H2O

2. 12,04x1023 molekul H2O =


= 2 mol

b. Hubungan Mol dengan Massa Zat


Massa satu mol zat disebut juga dengan massa molar dengan
satuan gmol-1. Bilangan massa molar atom unsur sama dengan
bilangan massa atom relatif, yang membedakan hanya satuannya.
Satuan massa atom relatif (Ar) adalah sma. Sedangkan massa molar
satuannya adalah g/mol atau gmol-1. Untuk senyawa, bilangan
massa molarnya identik dengan massa molekul relatif (Mr). Oleh
karena itu, hubungan mol dengan massa zat, jumlah mol zat dan Mr
atau Ar zat dapat dirumuskan :

Keterangan :
Massa molar = Ar atau Mr zat
m = massa zat (g)
n = mol zat
Mr = massa molekul relatif
Ar = massa atom relatif

Contoh Soal :
Berapa jumlah mol yang terdapat dalam 67 gram air ? (Ar H=1;
O=16)?
Jawab :

Stoikiometri 53
= 3,72 mol
Jadi besarnya mol yang terdapat dalam 67 gram air adalah 3,72 mol.

c. Hubungan Mol dengan Volume Zat


Hubungan antara mol dengan volume suatu zat dinyatakan
sebagai volume molar. Volume molar gas menunjukkan volume 1
mol gas pada keadaan tertentu. 1 mol setiap gas akan memiliki
volume yang sama jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama.
Hubungan ini hanya berlaku untuk zat yang berwujud gas. Volume
molar gas dapat dirumuskan sebagai berikut :

volume molar =

Keterangan :
v = volume gas
n = jumlah mol

Volume molar gas bergantung pada suhu dan tekanan sehingga


terdapat 3 keadaan yang harus diperhatikan
 Keadaan standar (STP)
Keadaan standar adalah keadaan dengan suhu 0°C dan tekanan 1
atm, atau biasa disebut STP (Standart Temperature and
Pressure). Pada kondisi STP, volume molar gas adalah 22,4
l/mol. Jadi volume n mol gas STP = (n x22,4)liter

 Keadaan dengan suhu dan tekanan tertentu/Hukum gas


ideal
Keadaan dengan suhu dan tekanan tertentu disebut juga keadaan
ideal sehingga dalam keadaan ini untuk menentukan volume gas
dirumuskan dalam gas ideal berikut :

PV=nRT

54 Stoikiometri
Keterangan :
P = tekanan gas (dalam atm)
V = volume gas (dalam liter)
N = jumlah mol gas (dalam mol)
R = tetapan gas (0,082 liter.atm/mol.K)
T = suhu (dalam Kelvin = K)

Catatan :
1atm = 76 cm Hg = 760mmHg
1 K = 273 + suhu (dalam °C)

 Keadaan didasarkan pada keadaan gas lain


Bunyi hukum Avogadro yaitu “Pada suhu dan tekanan yang
sama semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah
molekul yang sama”, oleh karena itu jumlah mol semua gas pada
suhu dan tekanan yang sama akan sama pula. Jadi dari hukum
avogadro dapat dikatakan bahwa perbandingan volume gas akan
sama dengan perbandingan mol gas, dapat dirumuskan sebagai
berikut :

V1 : V2 = n1 : n2

Atau

Contoh Soal :
Hitunglah volume dari 25 karbondioksida (Ar C=12, O=16) Jika
diukur pada kondisi berikut :
a. Keadaan standar (STP)
b. Suhu 27°C dan tekanan 1 atm
c. Suhu dan tekanan ketika 1 mol O2 = 20liter

Jawab :

Stoikiometri 55
a. Keadaan STP
Volume 0,56 mol CO2 = (n x 22,4) liter
= (0,56 x 22,4) liter
= 12,54 liter

b. Keadaan : T= 27°C = (27 + 273)k = 300K, P=1atm


PV = n RT
V = , R = 0,082 liter.atm/mol.K

( )
Volume 0,5mol CO2 =
= 13,7 liter

c. Keadaan suhu dan tekanan dimana 1mol O2 = 20liter


Volume 0,5 mol CO2 = x Volume Gas O2

= 11,2 liter

C. PERHITUNGAN KIMIA

Perhitungan kimia atau stoikiometri merupakan bagian dari ilmu


kimia yang membahas tentang perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa, termasuk di dalamnya pembahasan tentang massa unsur-
unsur dalam rumus kimia dan reaksi kimia.

1. Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan
terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa,
tetapi tidak selalu harus menunjukkan jumlah atom sebenarnya dalam
suatu molekul. Misalnya rumus molekul hidrogen peroksida, zat
antiseptik dan zat pemutih untuk tekstil dan rambut, adalah H2O2.
Rumus ini menunjukkan bahwa setiap molekul hidrogen peroksida
56 Stoikiometri
terdiri dari dua atom hidrogen dan dua atom oksigen. Perbandingan
atom hidrogen dan atom oksigen adalah 2:2 atau 1:1. Rumus empiris
hidrogen peroksida adalah HO. Rumus kimia senyawa ion merupakan
rumus empiris.
Rumus Molekul (RM) = (R Emipiris)n

Molekul adalah bagian terkecil dari suatu senyawa sehingga sulit


untuk dilihat dan diamati karena bentuknya terlalu kecil. Oleh karena
itu digunakan model molekul untuk memudahkan dalam melihat dan
mengamati molekul. Ada dua cara menggambarkan model molekul
yaitu model bola-dan-tongkat dan model ruang terisi. Dalam
pembuatan model molekul tahap awal yang harus dilakukan adalah
menuliskan struktur yang menunjukkan atom-atom terikat dalam suatu
molekul.

Tabel 3.2. Contoh Model Molekul


Oksigen Air
Rumus O2 H2O
molekul O–O H–O–H

Rumus
Struktur
Model bola-
dan-tongkat

Model ruang
terisi

Stoikiometri 57
Pada suhu 27°C (suhu kamar) ada unsur-unsur yang membentuk
molekul-molekul. Rumus kimia unsur-unsur semacam ini tidak
digambarkan hanya dengan lambang unsurnya, melainkan unsur
beserta jumlah atom yang membentuk molekul unsur tersebut.
Contoh :
1. Rumus kimia hidrogen yaitu H2, artinya rumus kimia gas hidrogen
terdiri atas molekul-molekul hidrogen yang dibangun oleh dua atom
oksigen.
2. Rumus kima fosfor yaitu P4, artinya rumus kimia unsur fosfor
terdiri atas molekul-molekul fosfor yang tiap molekulnya dibentuk
dari empat buah atom fosfor

Contoh Soal :

1. Suatu oksida besi mempunyai massa 4g direduksi (diambil semua


oksigennya) sehingga dihasilkan 2,8g besi. Jika Mr oksida adalah
60 tentukan :
a. Rumus Empiris
b. Rumus Molekul (Ar Fe=56, O=16)

Jawab :
a. Massa Fe dalam oksida besi: 4g – 2,8g = 1,2g

Perbandingan mol Fe : mol O


0,05 : 0,075 x2
2 : 3
Jadi rumus empiris : Fe2O3

b. Rumus molekul
(Fe2O3)n = 160
(56(2) + 16(3))n = 160
160n = 160
n =1
Jadi rumus molekulnya adalah (Fe2O3)n = Fe2O3

58 Stoikiometri
2. Diketahui senyawa hidrokarbon mengandung 60% massa karbon.
Jika ditentukan Ar: H=1, C=12, dan massa molekul relatif senyawa
hidrokarbon 56, tentukan rumus empiris dan rumus molekul
senyawa tersebut!
Jawab :
% massa hidrogen = 100% - %massa karbon
= 100% - 60%
= 40%
Perbandingan jumlah mol C : jumlah mol H
= :

=
= 5 : 40
=1 : 8
Rumus empiris senyawa tersebut = (CH8)n
Massa molekul relatif (CH2)n = 56
(Ar C + (2xAr H))n = 56
(12 + (2x1))n = 56
n =4
Jadi rumus molekul (CH2)n = (CH8)4 atau C4H32

2. Persentase Unsur Dalam Senyawa


Rumus kimia menunjukkan jumlah atom-atom penyusun suatu zat.
Oleh karena massa atom suatu unsur sudah ditentukan, maka dari rumus
kimia tersebut dapat pula ditentukan persentase atau komposisi masing-
masing unsur dalam suatu zat.

Contoh Soal :
Tentukan komposisi masing-masing unsur dalam 1 mol senyawa Al2O3 (Ar
Al=27, O=16)

Jawab :
Mr Al2O3 adalah 102 maka massa Al2O3 = 102 gram
mol
Gram Al = mol x Ar Al = 2 x 27gram
= 54gram

Stoikiometri 59
Persentase massa Al dalam Al2O3 =

= 52,94%

Gram O = mol x Ar O = 3 x16 gram


= 48 gram
Persentase massa O dalam Al2O3 =
= 47,06%

Dari contoh diatas maka secara umum persentase unsur dalam senyawa dapat
dirumuskan :

Kadang-kadang, komposisi suatu unsur dalam suatu zat


dinyatakan dengan senyawa sederhana dari unsur tersebut. Misalnya,
kandungan unsur kalium dalam pupuk danyatakan sebagai 20% K2O.
Artinya jika semua kalium di dalam pupuk diubah (dikonversi)
menjadi K2O, maka dalam 100kg pupuk terdapat 20kg K2O. Jika di
dalam suatu senyawa sudah diketahui kadar masing-masing unsur dan
Mr senyawanya, maka dapat ditentukan rumus molekul senyawa
tersebut.

Contoh soal :
Diketahui 40% unsur karbon dan 10% unsur hidrogen dari suatu
senyawa dengan Mr senyawa tersebut adalah 30. Berapa rumus
molekulnya?
Jawab :
Kadar C =
40% =

60 Stoikiometri
Maka n =
Kadar H = x 100%
10% =
Maka m = =3
Jadi rumus molekul senyawa tersebut adalah CH3

D. KADAR ZAT DALAM CAMPURAN

Reaksi-reaksi kimia yang ada di alam ini umumnya terjadi dalam


bentuk larutan. Di dalam larutan tersebut, zat-zat terlarut bercampur
membentuk campuran homogen sehingga ada interaksi diantaranya
(zat terlarut dan pelarut) yang menimbulkan reaksi. Perbandingan
relatif zat terlarut terhadap pelarut dari suatu larutan disebut
konsentrasi atau kepekatan.

1. Persen (%)

a. Persen massa (%)


Persen massa menyatakan massa suatu zat (dalam gram) yang
terdapat dalam setiap 100 gram campuran.

% massa = x 100%

Contoh Soal :
Berapa gram MnSO4 yang terdapat di dalam 200ml larutan MnSO4
20% jika massa larutan dianggap = 1g/ml?
Jawab :
Massa larutan = 1 g/ml x 200ml
= 200gram
Kadar larutan 20%, maka massa NaOH dalam larutan adalah
=
= 40 gram
Stoikiometri 61
b. Persen volume (%)
Persen volume menyatakan volume zat yang terdapat dalam
setiap 100 bagian volume campuran.

Contoh soal :
Tentukan berapa ml alkohol yang terlarut jika diketahui larutan
alkohol 200 ml berkadar 30%?
Jawab :
% alkohol =

Volume alkohol =
= 60 ml

2. Bagian Per Juta (bpj) atau Part Per Million (ppm)


Pada suatu campuran, kadar zat yang sangat kecil dapat dinyatakan
dengan ukuran bagian perjuta, yaitu kadar zat yang menyatakan
banyaknya bagian zat yang terdapat dalam setiap satu juta bagian
campuran.

Contoh Soal :
1. Di suatu ruangan yang bersih terdapat gas CO2 sebanyak 0,05%
volume, (artinya di dalam setiap 1000 liter udara terdapat 0,03 liter
gas CO2). Nyatakan kadar tersebut dalam bagian perjuta!
Jawab:
Kadar gas CO2 = x 106 ppm
= 500ppm

62 Stoikiometri
2. Di suatu daerah pertambangan terdapat kadar gas metana 0,0005%
volume. Berapa kadar gas metana tersebut jika dinyatakan dalam
satuan bpj?
Jawab :
Misalkan volume udara 100ml maka volume metana adalah 0,0005
ml. Kadar metana dalam bpj adalah
Kadar metana = x 1.000.000
= 5bpj

3. Molaritas (M)
Molaritas atau kemolaran suatu larutan menyatakan banyaknya mol
zat terlarut di dalam satu liter larutan. Arti dari satu liter larutan
adalah volume zat terlarut dan volume pelarutnya. Secara
kuantitatif, molaritas merupakan perbandingan antara mol zat
terlarut per-liter larutan dan dirumuskan :

Keterangan :

M = molaritas (mol/l atau mol dm-3)


n = mol zat terlarut (mol)
V = volume larutan (liter atau dm3)

Contoh Soal :
Di laboratorium terdapat botol berisi H2SO4 dan tertulis label “H2SO4
0,02M”
1. Apa arti dari label tersebut?
2. Jika di dalam botol tersebut terdapat 100ml H2SO4, hitung H2SO4
yang terlarut di dalamnya?

Jawab :
1. Larutan H2SO4 0,02M artinya di dalam satu liter larutan terlarut
H2SO4 0,02mol H2SO4.

Stoikiometri 63
2. Jika volumenya 100ml maka mol H2SO4 adalah
n=MxV
= 0,02 mol/l x 0,1 liter
= 0,003 mol

4. Molalitas (m)
Molalitas atau kemolalan menyatakan banyaknya mol zat terlarut di
dalam setiap 1.000 gram pelarut. Pada larutan dalam air, massa
pelarut dapat dinyatakan dalam volume pelarut, karena massa jenis
air adalah gram ml-1.

Keterangan :

m = molalitas larutan
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Contoh Soal :
Hitunglah molalitas larutan jika 15g CaCO3 dilarutkan dalam 200g air.
(Mr CaCO3 = 100)

Jawab :

P = 200 gram
m =n x
= 0,15 x
= 0,75 molal

Cara pembuatan larutan 1molal yaitu dengan cara mengambil 1


mol zat dan 1.000 gram pelarutnya (misalnya air) dan kemudian

64 Stoikiometri
mencampurkannya hingga homogen. Perbedaan antara molaritas dan
molalitas yaitu pada jumlah pelarutnya. Untuk molalitas, pelarutnya
harus 1.000 gram, sedangkan untuk molaritas, volume pelarut dan zat
terlarut harus 1 liter.

5. Fraksi mol (X)


Fraksi mol suatu zat di dalam suatu larutan menyatakan
perbandingan banyaknya mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol
seluruh komponen dalam larutan. Jika nA mol zat A bercampur
dengan nB mol zat B, maka fraksi mol zat A (XA) dan fraksi mol zat
B (XB) dirumuskan dengan :

dan

dengan

XA + XB = 1

Keterangan :
nA = mol A
nB = mol B
X = Fraksi mol

Contoh Soal :
Hitunglah fraksi mol glukosa di dalam larutan glukosa 23% (Mr
glukosa = 180 dan Mr air = 18)
Jawab :
Misalkan larutan keseluruhan adalah 100 gram, maka :

Stoikiometri 65
Massa glukosa = 23gram
Massa air = 77 gram
nglukosa = mol nair= mol
= 0,12 mol = 4,27 mol

Xglukosa = Xair =

= 0,027 = 0,97

6. Pengenceran Larutan
Pengenceran larutan adalah penambahan zat pelarut kedalam suatu
larutan. Oleh sebab itu pada pengenceran larutan harga molaritas
larutan akan menjadi lebih kecil daripada sebelumnya karena pada
kejadian tersebut jumlah zat terlarutnya tetap (n telarut tetap), tetapi
volume larutan menjadi lebih besar, oleh sebab itu mol zat terlarut
tetap.

V1 x M1 = V2 x M2

Keterangan :

V1 = volume sebelum pengenceran


M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume setelah pengenceran
M2 = molaritas setelah pengenceran

Contoh Soal :
Diketahui larutan NaOH 1M memiliki volume 200ml yang diencerkan
dengan air sampai menjadi 1000ml. Berapa molaritas larutan encer
yang terjadi?
Jawab :
M1 = 1 M V1 = 200ml
M2 = ? V2 = 1000ml

66 Stoikiometri
M1 x V1 = M2 x V2
1 x 200 = M2 x 1000
M2 = = 0,2 M

7. Pencampuran Larutan dengan Konsentrasi Berbeda


Bila dua larutan yang berbeda konsentrasinya dicampurkan
homogen maka konsentrasi larutan yang terjadi akan berubah. Pada
larutan yang baru, jumlah mol zat terlarut merupakan jumlah total
dari mol zat dalam kedua larutan tersebut.

(M1 x V1) + (M2 x V2) = (M x V) campuran

Contoh Soal :
Diketahui larutan HNO3 1M memiliki volume 200ml dicampur dengan
larutan HNO3 0,2M memiliki volume 400ml, berapa molaritas larutan
yang terjadi?
Jawab :
(M1 x V1) + (M2 x V2) = Mc x Vc
(1 x 200) + (0,2 x 400) = Mc x 600
200 + 40 = Mc x 600
Mc = 2,5

E. PERSAMAAN REAKSI

Persamaan reaksi merupakan hubungan yang menunjukkan koefisien


reaksi dari zat-zat yang bereaksi dengan koefisien zat- zat hasil reaksi.
Dalam suatu reaksi kimia, harus dipahami terlebih dahulu tentang zat hasil
reaksi (produk) dan zat yang bereaksi (reaktan) dituliskan di sebelah kiri,
sedangkan zat zat hasil reaksi hasil reaksi (produk) dituliskan disebelah
kanan.
Reaksi kimia dituliskan dengam simbol-simbol yang disebut
dengan persamaan kimia, yang menyatakan semua reaktan yang
terlibat di dalam reaksi dan semua produk yang dihasilkan. Dalam

Stoikiometri 67
reaksi kimia berlaku hukum massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama, maka jumlah atom dari masing-masing unsur harus sama,
sehingga terkadang didalam persamaan kimia harus ditambahkan
angka-angka yang disebut dengan koefisien reaksi, dan juga terkadang
disebutkan keadaan zatnya.. Contoh:

H2(g) + O2(g) → H2O(l)

Pada reaksi tersebut dapat kita bagi 2, sebelah kanan dan sebelah
kiri yang dibatasi oleh tanda panah. Zat yang berada disebelah kiri
tanda panah disebut reaktan atau zat pereaksi sedangkan zat yang
berada di kanan tanda panah disebut zat hasil reaksi atau produk.
Maka berdasarkan reaksi diatas, zat yang bertindak sebagai reaktan
adalah H2 dan O2, sedangkan yang betindak sebagai produk adalah
H2O membentuk suatu persamaan reaksi. Setelah memahami
pengertian persamaan reaksi, perhatikan huruf-huruf kecil yang tertulis
dibelakang zat pereaksi dan zat hasil reaksi. Huruf-huruf itu
menunjukkan wujud zat yang terlibat dalam reaksi. Wujud zat dalam
reaksi ada empat, yaitu:
(s) = solid (padat)
(l) = liquid (cair)
(aq) = aquouse (larutan dengan pelarut air)
(g) = gas (gas)

Untuk membuat persamaan reaksi menjadi setara diperbolehkan


mengubah jumlah rumus kimia (jumlah molekul atau satuan rumus),
tetapi tidak boleh mengubah rumus kimia zat-zat yang terlibat
persamaan reaksi. Jumlah satuan rumus kimia disebut koefisien.

Syarat-syarat persamaan reaksi setara sebagai berikut.


1. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu
sama (memenuhi hukum kekekalan massa).
2. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol
(khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga
menyatakan per-bandingan volume asalkan suhu dan
tekanannya sama).

68 Stoikiometri
Langkah-langkahnya:
1. Menuliskan kembali reaksi diatas.
H2 (g) + O2 (g) → H2O(l)

2. Menuliskan jumlah atom pada masing-masing ruas.\


H2(g) + O2(g) → H2O(l)
Koefisien H dan O = 1 koefisien H2O = 1
Atom H = 2 x 1 = 2 atom H = 2 x 1 = 2
Atom O = 2 x 1=2 atom O = 1 x 1 = 1

3. Menyetarakan jumlah atom O dengan mengalikan koefisien


dengan suatu angka sehingga jumlahnya sama. Angka pengali
tersebut dituliskan ditempat koefisien, bukan di yang lain.
H2(g) + O2(g) → H2O(l)
Koefisien H dan O = 1 Koefisien H2O = 1
Atom H = 2 x 1 = 2 atom H = 2 x 1 x 2 = 4
Atom O = 2 x 1=2 atom O = 1 x 1 x 2 = 2
Reaksinya menjadi:
H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l)

4. Menyetarakan jumlah atom H dengan mengalikan koefisien


dengan suatu angka sehingga jumlahnya sama. Angka pengali
tersebut dituliskan ditempat koefisien, bukan di yang lain.

H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l)

Koefisien H dan O = 1 koefisien H2O = 2


Atom H = 2 x 1 x 2 = 4 atom H = 2 x 2 = 4
Atom O = 2 x 1=2 atom O = 1 x 2 = 2

Reaksinya menjadi:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l)

5. Periksa jumlah atom dimasing-masing ruas. Jika sudah sama


maka reaksi sudah setara.
Atom H = 2 x 2 = 4 atom H = 2 x 2 = 4

Stoikiometri 69
Atom O = 2 x 1 = 2 atom O = 1 x 2 = 2
6. Tulis kembali persamaan reaksi yang sudah setara.
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l)

Reaksi diatas dapat dibaca 2 senyawa hidrogen bereaksi dengan


satu senyawa oksigen menghasilkan 2 senyawa air.

Soal:
Setarakan reaksi kimia dibawah ini!
1. Fe(s) + HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2(g)
2. Fe(s) + H2SO4 (aq) → Fe2(SO4)3(aq) + H2(g)
3. C4H10(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(l)
4. KMnO4(aq) + HCl(g) → KCl(aq) + MnCl2(aq) + Cl2(g) + H2O(l)
5. Ca(OH)2(s) + H3PO4(aq) → Ca3(PO4)2(aq) + H2O(l)

70 Stoikiometri
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU Press.

Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas & Struktur. Edisi ke-5.Jilid
1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti. Edisi Ke-3. Jilid


2. Jakarta : Erlangga.

Keenaan. 1999. Kimia untuk Universitas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Malone, Leo J., 1994. Basic Concepts of Chemistry. Fourth Edition.


John Wiley and Sons. New York.

Petrucci, Ralp H – Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan


Modern. Edisi ke-4. Jilid 2. Jakart: Erlangga.

Respati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Aksara Baru.

Sastromiharjo. H. 1987. Kimia Dasar. Jogjakarta: UGM Press.

Shillady, D. 2015. Dasar-dasar Kimia Fisika. Jakarta : EGC.

Sunarya, Y. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya.

Stoikiometri 71
72 Stoikiometri

Anda mungkin juga menyukai