I.
TUJUAN
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan
percobaan
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan
3.
4.
5.
6.
II.
TEORI
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani. Stoikiometri larutan studi
dengan konsep mol kita dapat mengetahui jumlah partikel yang yang terkandung
dalam massa zat tertentu zat. Misalya jumlah molekul dalam 1 gr air atau jumlah
atom dalam 2 gr besi.
Hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dalam suatu
persamaan
kimia
memberikan
dasar
stoikiometri
yang
mengharuskan
penggunaan bobot atom unsur dan bobot molekul unsur senyawa. Bobot dalam
molekul biasanya dipaparkan dalam satuan massa atom dalam 1 gr senyawa
terdapat 6,022 x 10-23 satuan (atom molekul dst) zat itu disebut 1 mol massa
(bobot). Satu mol zat apa saja disebut bobot molar yang dalam gram sama
banyak dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Stoikiometri
memungkinkan dihitung empiris dari susunan persentase yang ditentukan
dengan eksperimen dua metode klasik. Untuk melakukan percobaan ini ialah
analisis pengendapan dan analisis pembakaran.
(Ralph H Petrucci,1985:58)
Banyak zat kimia yang terdapat di laboratorium atau yang dipasaran dalam
keadaan tidak murni. Tetapi berupa larutan, misalnya larutan HCl, larutan
H2SO4, dan larutan HNO3. Jumlah mol zat dalam larutan tergantung pada
konsentrasi dan volumenya. Satuan konsentrasi yang digunakan pada umumnya
adalah molar (M). Kemolaran zat adalah jumlah mol zat dalam larutan didalam
tiap liter larutan tersebut. Jumlah mol zat dapat dihitung bila kemolaran dan
volume diketahui. Kemudian volume dapat dicari dari kemolaran dan jumlah
zat, karena mol zat = kemolaran x volume larutan.
Berdasarkan hukum yang dibuat oleh Lussac, yaitu volume gas-gas yang
ada didalam satu reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sama berbanding
sebagai bilangan bulat yang sederhana.
(Syukri S,1999:30,32,55)
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
III.1
Alat dan bahan
III.1.1 Alat
Tabung reaksi 200 mL
3
III.1.2
Labu florence
Gelas piala
Gelas ukur
Selang karet
Klem penjepit
Timbangan
Pipa kaca
Pembakar spirtus
Kertas saring
Bahan
0,2 gram KClO3
0,003 gram MNO
NH4Cl
CaCl
Larutan biru metilen
Gula pasir
15 mL H2SO4 pekat
3 gr NH4NO3
10 mL HgNO3
20 mL KI
40 mL etanol
H2O
4
Hasil
Paku tembaga
Larutan Cu2SOdiisikan
4
setengah gelas piala
Hasil
Ada dan hilang
10 mL HgNO3
20 mL KI
dites kebocoran
diisi labu florence dengan air hingga hampir penuh
dibuka klem penjepit
dilepaskan selang karet bagian atas labu florence yang
berhubungan dengan tabung reaksi
ditiup pipa kaca hingga selang karet terisi penuh air
dihubungkan kembali selang karet dengan pipa kaca
pendek pada labu selama air masih mengalir
dijepit selang karet dengan klem
dikosongkan gelas piala
Hasil
5
III.2.3 Percobaan
0,2 gr KClO3 dan 0,03
gr MnO2 kedalam tabung reaksi pyrex 200mm
dimasukkan
ditimbang
dihomogenkan
dipasang tabung reaksi menggantikan tabung reaksi
kosong pada alat
dipanaskan dengan api spirtus sekitar 1 menit dan dibuka
klem penjepit
dilanjutkan pemanasan hingga tidak ada air yang
mengalir dari selang karet kegelas piala
dijepit kembali selang karet
dipadamkan api
diukur volume air pada gelas kimia menggunakan gelas
ukur
dicatat suhu air
dilepaskan tabung reaksi
dibersihkan tabung reaksi dan ditimbang
dicatat tekanan dan suhu dilaboratorium
dilkakukan percobaan sebanyak dua kali
Hasil
Percobaan
Perlakuan
Hasil
300 mL KOH(aq)
(kalium hidroksida) +
10 gr C6H12O6(s)
(glukosa) + larutan
menjadi bening
biru metil
Busa hitam
+ H2SO4(aq) (asam
dan berbusa
sulfat pekat)
Kalor
40 mL larutan etanol
+ H2O(l) (air)
Bahaya air
3 gr NH4NO3(s)
(amonium nitrat) +
serbuk zink
B. Percobaan praktikum
Percobaan
Perlakuan
Hasil
Panas dan
dingin
(air)
menjadi panas
H2O(l) (air)
menjadi dingin
logam kalsium
Paku tembaga
Setelah ditunggu
10 mL Hg(NO3)2(aq) (merkuri II
Mengalami perubahan
iodida)
Ditambahkan 30 mL larutan KI
Ulangan
Massa tabung reaksi pyrex + KClO3
39,7 gram
39,5 gram
0,2 gram
0,23 gram
29
30,04 mmHg
760 mmHg
45 mL
0,045 mL
39.,6 gram
Mol O2
0,0031 mol
Mol KCl
0,0013 mol
B.
Volume molar O2 dan % KClO3
Tekanan dari O2 kering
729,96 mmHg
Volume O2 dalam STP
0,0396 L
23,35 L/mol
50%
IV.1.2 Perhitungan
Massa KClO3=(massa tabung reaksi pyrex + KClO 3) - (massa tabung
reaksi)
= 39,7 39,5 = 0,2 gram
1. Dik : massa KClO3 = 0,2 gr
Mr KClO3 = 1221,5 gr/mol
Dit : mol KClO3 = ?
gr
0,2 gr
Mol KClO3 =
=
Mr
122,5 gr /mol
= 0,0016 mol
100
10
IV.2
Pembahasan
A. Demonstrasi oleh asisten
1. Warna biru yang sirna
300 mL KOH(aq) + 10 gr C6H12O6(s) + larutan biru metil
Ketika larutan tersebut dicampurkan maka akan menghasilkan warna
yang bening. Pada percobaan ini zat tersebut akan menghasilkan warna
biru yang disebabkan adanya larutan biru metil. Sedangkan, glukosa yang
ditambahkan merupakan reduktor dan di dalam larutan basa yang
menyebabkan adanya larutan KOH. Pada tahap ini, KOH akan mereduksi
metilen biru sehingga menjadi tidak berwarna. Ketika saat pengadukan
larutan di Erlenmeyer maka akan menyebabkan oksigen dari udara
bereaksi dengan metilen biru sehingga metilen biru teroksidasi kembali.
Sehingga, yang terjadi adalah perubahan warna pada larutan didalam labu
florence dari bening menjadi biru.
2. Busa hitam
C12H22O11(s) + H2SO4(aq) berwarna hitam
Pada saat gula pasir dituangkan H2SO4 pekat maka yang terjadi ialah
terbentuk busa hitam. Gula merupakan senyawa yang terdiri dari unsur
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada saat ditetesi H2SO4 maka
akan terjadi perubahan warna menjadi kehitaman. Ini disebabkan oleh
karena putusnya rantai karbon pada gula oleh H2SO4 yang bersifat asam
dan membakar. Penambahan H2SO4 pekat menyebabkan gula terurai
11
menjadi atom Hidrogen, Oksigen dari gula tersebut. Reaksi dehidrasi yang
terjadi ini adalah reaksi eliminasi:
C12H22O11(s) + H2SO4(l) 12C(s) + H2O(l) + campuran air dan asam
Dalam reaksi ini H2SO4 bertindak sebagai dehidrator untuk gula,
reaksi ini akan menghasilkan karbon dan air yang terserat dalam H 2SO4
(yang akan mengencerkan asam sulfat). Untuk reaksi ini setelah terjadi
reaksi yang terjadi adalah gula menghitam, mengkristal atau mengkaramel,
tercium bau belerang, ada uap. Adanya karbon yang dihasilkan dari reaksi
ini dapat dilihat dengan terbentuknya warna hitam pada campuran ketika
ditambahkan dengan H2SO4 pekat, gula tersebut akan menjadi karbon
barpori-pori yang mengembang mengeluarkan aroma seperti caramel.
Meskipun gula mengalami dehidrasi air, tidak semua air hilang dalam
reaksi. Beberapa tetap sebagai cairan asam. Karena reaksi yang terjadi
adalah eksoterm atau melepaskan kalor/panas dari sistem ke lingkungan.
H2SO4 banyak digunakan dalam industri. Cairan kental, amat
korosif. Bereaksi dengan jaringan tubuh. Berbahaya bila kontak dengan
kulit dan mata. Bereaksi hebat dengan air dan mengeluarkan panas
(eksotermis). Bereaksi pula dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik.
Uapnya amat iritatif terhadap saluran pernapasan. H 2SO4 tidak terbakar,
tetapi asam pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran
bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat
reaktif dengan bubuk zat organik. Mengalami penguraian bila kena panas,
mengeluarkan gas SO2. Asam encer bereaksi dengan logam menghasilkan
gas hidrogen yang eksplosif bila kena nyala atau panas. H 2SO4 bereaksi
hebat dengan air (Achmad, hiskia.1993).
3. Kalor
40 mL larutan C2H5OH(l) + 60 mL H2O(l)
Pada reaksi ini ketika tisu yang dicelupkan kedalam larutan etanol
yang telah dicampur dengan air, dibakar maka akan timbul api berwarna
biru. Sementara tisu tidak ikut terbakar. Hal itu disebabkan karena pada
saat pembakaran yang terbakar hanya etanolnya saja. Karena tisu telah
terlapisi oleh air maka tisu tidak dapat ikut terbakar oleh api. Jadi yang
terbakar hanyalah etanolnya saja, tidak dengan tisunya.
12
4. Bahaya air
3 gr NH4NO3(s) + Zn(s)
panas
13
saat
paku
larutan
perubahan
warna
dan
peningkatan
volumenya
dapat
14
V.
pengamatan
atau
PERCOBAAN II
GOLONGAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR
15
I.
TUJUAN
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur-unsur dalam tabel berkala
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah
3. Mengenali reaksi klorin dan halida
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali tanah
dan halida
II.
TEORI
Golongan ialah kolom-kolom vertikal pada tabel periodik unsur-unsur.
Jumlah golongan mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia tertentu yang sama.
Dalam beberapa golongan kesamaan sifat-sifat jelas sekali, sedangkan dalam
golongan lain kurang jelas. Unsur-unsur periode 1 dan 3 disebut unsur-unsur
representatif, yaitu sifat-sifat unsur ini khas untuk setiap golongan yang
bersangkutan. Hidrogen dapat digolongkan dalam golongan 1 karena ada sifatsifat dengan golongan alkali, tetapi juga dapat ditempatkan dogolongan VIII
bersama-sama dengan hidrogen karena alasan yang sama.
(Sukarjo,1984:42)
16
(Sukarjo,1984:375)
Dengan mempelajari sifat-sifat unsur dapat dilihat dari kecendrungan sifatsifat ini yang dikelompokkan menurut perioda dan golongan sepanjang perioda
dari kiri ke kanan nomor atom akan bertambah dan muatan bertambah besar.
Menurut (Ahmad, 1994: 337-338) Kemiripan sifat unsur dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Kemiripan Vertikal : dalam suau golongan unsur-unsur mempunyai elektron
yang sama banyak. Terjadi dalam unsur segolongan karena elektron valensinya
sama.
2) Kemiripan Horizontal : dalam satu periode unsur-unsur mempunyai jari-jari
atom yang hampir sama.
3) Kemiripan Diagonal : terbatas pada bagian atas sebelah kiri sistem periodik.
Li
Na
Rb
Cs
Nomor atom
11
19
37
55
Jari-jari atom
155
190
235
246
267
60
95
133
148
181
97,8
63,6
38,9
28,4
1347
774
688
678
Kerapatan
0,53
0,97
0,86
1,59
1,90
0,6
0,4
0,5
0,3
0,3
Merah
Kuning
Ungu
Merah
Ungu
(pm)
Jari-jari ion MT
(pm)
(g/cm3)
Kekerasan
(skala Mohs)
Warna nyala
Be
Mg
Ca
Sr
Ba
Nomor atom
12
20
38
50
Jari-jari atom
90
130
174
192
198
65
94
113
135
1278
649
839
769
725
2970
1090
1484
1384
1640
Kerapatan
1,866
1,72
1,55
2,54
3,59
(pm)
Jari-jari ion MT
(pm)
18
(g/cm3)
Kekerasan
2,0
1,5
1,8
Putih
Putih
Merah
Merah tua
Ungu
(skala Mohs)
Warna nyala
Li
Konfigurasi elektron
Energi ionisasi
Na
Rb
Cs
[Ar] 4S1
[Kr] 2S1
[xe] 6S1
900
739
590
590
502
Keelektronegatifan
9,0
106,1
119,0
118,9
127,2
Potensial elektroda
-1,70
-2,34
-307
-2,89
-2,90
pertama (kJ/mol)
standar
(Gustiana,2003:73-75)
19
20
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
III.1
3.1.1 Alat
Tabung reaksi
Kawat nikrom
Bunsen
Pipet tetes
Penjepit kayu
Korek api
Serbet
Tisu gulung
3.1.2 Bahan
21
Larutan (NH4)2SO4
Larutan CCl4
HNO3 encer 6 M
Air suling
Air klorin
22
Larutan anu x
dimasukkan / diminta sejumlah larutan x kepada asisten
dilakukan uji nyala
dicatat pengamatan
dimasukkan kedalam 3 buah tabung reaksi
1 ml larutan(NH4)2CO3 dan (NH4)PO4
23
1 mL larutan anu y
dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan 1 ml CCl4, 1ml air klorin dan teteskan asam
nitrat
dikocok tabung reaksi
dicatat warna lapisan CCl4
dibandingkan ketiga larutan halida yang
diketahui
(prosedur C)
dinyatakan halida apa yang ada dalam larutan y
Hasil
24
Zat
Pereaksi
Keterangan
CaCl2
Merah
Alkali
BaCl2
Hijau
Alkali tanah
SrCl2
Merah bata
Alkali tanah
KCl
Ungu
Alkali
NaCl
Kuning
Alkali
LiCl
Merah
Alkali
Zat
Pereaksi
EDP
CaCl2
(NH4)2CO3
BaCl2
SrCl2
TR
25
KCl
NaCl
LiCl
No
Zat
Pereaksi
EDP
CaCl2
(NH4)3PO4
BaCl2
SrCl2
KCl
NaCl
LiCl
No
Zat
Pereaksi
CaCl2
(NH4)2SO4
BaCl2
SrCl2
KCl
NaCl
LiCl
EDP
TR
TR
B. Reaksi-reaksi Halida
No
Zat
Warna nyala
Bagian atas
Bagian bawah
NaCl + Cl2
Hijau muda
Hijau
Bening
NaBr + Cl2
Merah
Kuning
Merah jambu
NaI + Cl2
Coklat
Kuning
Ungu
26
4.2 Pembahasan
27
setiap
unsur.
Unsur-unsur
dapat
dieksitasikan
dengan
memanaskan senyawanya pada nyala api. Oleh karena itu, logam alkali dan
alkali tanah bisa diidentifikasi dengan uji nyala.
Secara teori, warna nyala logam alkali:
LiCl
: merah
NaCl
: kuning
KCl
: ungu
RbCl
: merah
CsCl
: biru
Fransium
:Li
: merah
Na
: kuning
K
: ungu
Rb
: merah
Cs
: biru
Be
Mg
Ca
Sr
Ba
28
CaCl2
BaCl2
SrCl2
KCl
: tidak bereaksi
NaCl
: tidak bereaksi
LiCl
: tidak bereaksi
Pada percobaan ini, 3 dari logam alkali tidak bereaksi dan 3 dari logam
alkali tanah bereaksi dan membentuk endapan. Adanya endapan
disebabkan kaena hasil kali kelarutan ion-ion alkali lebih kecil daripada
alkali tanah.
Secara teori:
Unsur golongan alkali
NaCl (NH4)2CO3 tidak bereaksi
LiCl + (NH4)2CO3 tidak bereaksi
Unsur golongan alkali tanah
CaCl2 + (NH4)2CO3 CaCO3 + 2NH4Cl (mengendap)
BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCO3 + 2NH4Cl
(mengendap)
SrCl2 + (NH4)2CO3 SrCO3 + 2NH4Cl (mengendap)
Dari percobaan yang kami lakukan, data yang kami peroleh sesuai
dengan data secara teori.
29
CaCl2: mengendap
BaCl2: mengendap
SrCl2
: mengendap
KCl
: tidak bereaksi
NaCl
: tidak bereaksi
LiCl
: tidak bereaksi
3. Reaksi unsur alkali dan alkali tanah dengan amonium sulfat (NH4)2SO4
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dengan mencampurkan
zat tersebut kedalam amonium sulfat, kami memperoleh data sebagai
berikut:
CaCl2
: tidak bereaksi
BaCl2
: mengendap
SrCl2
: mengendap
KCl
: tidak bereaksi
30
NaCl
: tidak bereaksi
LiCl
: tidak bereaksi
NaCl + Cl2 warna nyala hijau muda dan endapan berwarna putih atau
bening
NaBr + Cl2 warna nyala merah pada bagian atas berwarna kuning dan
bawah berwarna merah jambu
31
NaI + Cl2 warna nyala coklat pada bagian atas berwarna kuning dan
bawah berwarna ungu
Dimana sifat-sifat halogen dari atas kebawah jari-jari atomnya bertambah
besar, titik didih dan titik lelehnya semakin besar pula.Sesuai dengan urutan daya
oksidasinya yang menurun dari atas kebawah, halogen yang bagian atas dapat
mengoksidasi halida yang dibawahnya, tetapi tidak sebaliknya. Oleh karena itu
halogen yang bagian atas dapat mendesak halogen yang bagian bawah dari
senyawanya.
32
4. Reaksi klorin dan halida yang dapat dilihat pada warna lapisan pada
karbon pita klorin.
NaCl + Cl2 kebiruan
NaBr + Cl2 merah bata
NaI putih
5.2 Saran
33
PERCOBAAN III
RUMUS EMPRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
I.
TUJUAN
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus
molekul senyawa tersebut
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data
untuk menghitung rumus empiris
3. Mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat
4. Mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi
5. Menentukan persentase air dalam suatu berhidrat
II.
TEORI
Dalam kimia dikenal dengan tiga macam rumus, yaitu rumus empiris (RE),
RE Glukosa
Rumus molekul menyatakan baik jenis maupun jumlah atom yang terdapat
dalam satu molekul. Kita kembali ke contoh etana dan glukosa diatas. Dari
penyelidikan ternyata etana dan glukosa me,punyai n masing-masing 2 dan 6,
sehingga Rmnya adalah:
C2H6
Etana
C6H12O6
Glukosa
(Syukri S,1999:45-46)
34
(Drs.Hiskin achmad,dkk,1994:66)
Rumus molekul adalah suatu rumus yang menyatakan tidak hanya jumlah
relatif atom-atom dari setiap elemen tetapi juga menunjukkan jumlah aktual
atom-atom setiap unsur penyusun dalam satu molekul senyawa. Misalnya kita
kenal benzena mempunyai rumus molekul C6H6 artinya benzena tersusun dari
enam buah atom C.
(Ir. Tety Elida S,1996:72-74)
Rumus molekul memberikan jumlah mol setiap jenis atom dalam satu mol
molekul senyawa data yang diperlukan untuk memerlukan rumus molekul:
a) Rumus Empiris
b)Massa molekul relatif (kira-kira)
Data yang dibutuhkan untuk menentukan rumus empiris:
a) Macam unsur dalam senyawa (analisis kualitatif)
b)Persen komposisi unsur
c) Massa atom relative unsur-unsur bersangkutan
(Ahmad Hiskia,2001:123)
Air merupakan senyawa serbaguna yang berpartisipasi dalam berbagai
reaksi kimia di bumi. Air hidrasi adalah air yang terkandung dalam kristal yang
terikat pada ion atau molekul yang membentuk kristal. Fakta bahwa kristalisasi
tidak terjadi tanpa air, meskipun air tidak menciptakan ikatan dengan ion kristal
inti. Yang mengejutkan air hidrasi mempengaruhi warna kristal dengan bentuk.
Setelah menyelesaikan kristalisasi, sebagian kecil dari kadar air yang menjadi
bagian dari struktur kristal dan dikenal sebagai kristalisasi air dan hidrasi air.
Hidrasi air yang terkandung dalam struktur dan struktural kristal dari senyawa
organik. Yang diukur dari segi jumlah molekul air yang terkait dalam setiap
molekul senyawa.
(Tim Dosen Kimia UNHAS,2009:102)
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul-molekul air.
Molekul air yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuan molekul hidrat
yang terikat dilakukan dengan cara memanaskan garam terhidrat (mengandung
air) menjadi garam anhidrat (tidak mengandung air).
(Campbell,2002:50-51)
36
III.
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan:
3.1.1 Alat
Cawan krus dan tutupnya
Neraca
Kertas tisu
Kaki tiga
Penjepit krus
Arloji
Pipet tetes
Gelas arloji
Cawan porselin dan tutupnya
Segitiga penyangga
Bunsen
3.1.2 Bahan
Pita Mg (10-15 cm)
Kertas tisu
37
Air
10 mL asam hidrat 4 M
Detergen
Tembaga(II)sulfat pentahidrat
Hasil
3.2.2 Hidrasi Air
Detergen dan air
diperiksa cawan porselin dan tutupnya
dicuci cawan
dibilas
Air suling
dibilas
39
3.2.3
CuSO4.5H2O
40
IV.
41
No
Bagaimana
Ulangan
Ulangan
mendapatkannya I
II
1.
Menimbang
62,34
62,34
2.
Menimbang
38,86
38,86
3.
Bobot magnesium
(2)-(1)
23,53
4.
Menimbang
61,2336
5.
(4)-(1)
-1,1564
6.
Bobot oksida
(4)-(2)
22,3736
7.
Tabel berkala
24,3
24,3
8.
Tabel berkala
16,0
16,0
9.
1,5
10
.
11. Rumus empiris magnesium oksida
Mg2O3
1. Senyawa Magnesium
2. Senyawa tembaga
Bobot cawan penguap = 37,7g
Bobot cawan penguap + tembaga = 38,7 g
Bobot cawan penguap + oksida tembaga = 39,5 g
Bobot oksida tembaga yang diperoleh = 1,8 g
Ditulis reaksi antara logam tembaga dengan asam sulfat
A. Hidrat
1. Massa cawan kosong + tutup = 62,9921 gram
2. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 63,99027 gram
3. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 63,6542 gram
Pemanasan I
4. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 63,628 gram
Pemanasan II
5. Massa cawan kosong + tutup + contoh = 63,428 gram
Pemanasan III
6. Massa contoh setelah pemanasan (bobot tetap) = 0,6621 gram
7. Massa contoh setelah pemanasan = 0,6621 gram
8. Massa air yang hilang dari contoh = 0,3365 gram
9. Persentase air yang hilang dari contoh = 33,70 %
42
B. Reaksi bolak-balik
a. Warna CuSO4.5H2O = biru
b. Pada pemanasan CuSO4.5H2O terdapat air pada kaca arloji
c. Warna contoh setelah pemanasan adalah putih pucat
d. Setelah pemanasan dan penambahan H2O terjadi warna biru
kembali
e. Persamaan reaksi
CuSO4.5H2O CuSO4 + 5H2O
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O
4.1.2 Perhitungan
A. Senyawa magnesium
Bobot magnesium = (bobot cawan krus + Mg) (bobot cawan krus + tutup)
= 23,53 gram
Bobot oksida = (bobot cawan krus+tutup+magnesium oksida) (bobot cawan
krus+Mg) = 61,2336 38,86 = 22,3736 gram
Mol atom oksida =
Bobot oksida
Ar oksida
Bobot Mg
Ar Mg
22,3736
= 1,5 mol
16
=
=
23,53
=0,97 mol=1 mol
24,3
43
0,3365
0,9986
X 100%
X 100%
=33,70%
Mol air=
44
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang berjudul Rumus Empiris Senyawa dan Hidrasi Air
dapat dibahas sebagai berikut:
Percobaan ini bertujuan untuk mencari rumus empiris dari suatu senyawa
dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut, mempelajari cara mendapatkan
data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus empiris,
mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat, mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi,
dan menentukan persentase air dalam suatu berhidrat.
Pada percobaan ini praktikan melakukan 3 macam percobaan yaitu
percobaan untuk menentukan rumus empiris, percobaan tentang hidrasi air dan
percobaan tantang reaksi bolak-balik hidrasi.
A. Rumus Empiris Senyawa
Rumus empiris itu sendiri adalah ekspresi sederhana jumlah relatif setiapsetiap jenis atom. Rumus empiris menyatakan rasio atom terkecil dari
perbandingan pembentuk sebuah senyawa.
Data yang telah diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan bobot
magnesium=25,53 gram. Boobt oksida=22,3736 gram. Mol Mg=1 mol. Mol
oksida=1,5 mol.
Sehingga untuk menentukan rumus empiris magnesium oksidadapat dilakukan
dengan cara membandingkan mol Mg dan mol oksigen sehingga didapat hasil 2:3
dan rumus empirisnya adalah Mg2O3.
45
2mol
1,5mol
Reaksi:
2mol
1mol
2mol
0,5mol
2mol
Sisa:
3mol
Reaksi:
3mol
Sisa:
1mol
x-1mol
3mol
3mol
1mol
Reaksi:
Sisa:
zmol
1mol
z-2mol
2mol
1mol
1mol
2mol
2mol
46
Dari percobaan ini dapat kita lihat bahwa pita Mg bereaksi dengan beberapa
gas diudara membentuk senyawa yang berbeda, kemudian bereaksi dengan air
membentuk senyawa yang berbeda pula. Kita juga dapat melihat rumus empiris
tiap senyawa baru yang terbentuk berdasarkan nisbah terkecil jumlah atom yang
terdapat dalam senyawa tersebut.
B. Hidrasi Air
Data yang diperoleh dari percobaan adalah massa cawan dan tutupnya 62,9921
gram. Massa cawan + tutup setelah pemanasan adalah 63,6542 gram. Massa
contoh setelah pemanasan 0,6621 gram, massa air yang hilang adalah 0,3365
gram. Persentase air yang hilang dari contoh adalah 33,70%. Dari data persentase
air yang hilang dapat dicari rumus hidratnya, yaitu dengan mencari mol CuSO 4
dan mol H2O kemudian dibandingkan.
Mol air =
Mol CuSO4
massaCuSO 4 0,6621
=
=0,00415 mol
Mr CuSO 4
159,5
47
Dari pembahasan diketahui massa sampel yang digunakan 0,9986 gram dan
tidak tepat 1 gram. Hal ini dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam
menimbang massa zat.
C. Reaksi bolak-bali hidrat
Sebelum pemanasan senyawa tembaga(II)sulfat pentahidrat CuSO 45H2O
berwarna biru, setelah pemanasan terjadi perubahan warna terjadi dari biru
menjadi putih, lalu ditambahkan H2O akan menjadi biru kembali. Sebenarnya
warna biru tersebut adalah H2O yang diikat oleh CuSO4 pada saat pemanasan air
akan lepas dan menguap sehingga menjadi putih. Setelah ditambah H2O air diikat
kembali oleh CuSO4 kedalam struktur hidratnya, berikut reaksinya:
CuSO45H2O CuSO4 + 5H2O
Biru
Putih
Biru
senyawa hidrat berubah menjadi senyawa anhidrat karena air yang dikandung
lepas. Setelah ditambah air berubah menjadi senyawa hidrat kembali.
Sifat senyawa hidrat yaitu:
1. Membentuk kristal
2. Mengandung molekul air
3. Mengalami reaksi bolak-balik
Pada praktikum kali ini percobaan rumus empiris senyawa yang
menggunakan bahan tembaga (Cu) tidak dilakukan, hal ini karena keterbatasan
alat yang ada di laboratorium sehingga bahan yang digunakan adalah Mg.
48
V.
unsur
penyusun
senyawa,
diubah
ke
satuan
mol,
senyawa
berhidrat
yaitu:
membentuk
kristal,
49
PERCOBAAN IV
DAYA HANTAR LISTRIK
I.
TUJUAN
1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis senyawa dan larutan pada
berbagai konsentrasi
2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan
terhadap daya hantar listrik.
II.
TEORI
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak disebut pelarut. Zat terlarut awalnya adalah zat cair atau zat padat dan
pelarutnya adalah air.
(Raymond Chang,2004:90-91)
Elektrolit adalah suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan listrik, sedangkan non
elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan didalam air.
Senyawa kovalen polar dan ionic biasanya bersifat elektrolit, contohnya asam,
basa, dan garam. Senyawa kovalen non polar biasanya non elektrolit. Muatan
molekul air bermuatan netral tetapi, mempunyai ujung positif (atom H) dan
ujung negative (atom OH) sehingga sangat efektif melarutkan senyawa ionic
atau senyawa kovalen polar. Molekul-molekul air menstabilkan ion-ion dalam
larutan dengan anion. Proses dimana sebuah ion dikelilingi oleh molekulmolekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu yang disebut hidrasi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan larutan elektrolit
dan non elektrolit, contohnya :
50
51
52
(Achmadi,1996:72)
Arus listrik dalam cairan khususnya larutan elektrolit adalah ion-ion yang
bergerak dari electrode satu ke electrode yang lain,dan didalam larutan tidak
terdapat electrode bebas.Sudah tentu daya hantar yang memberikan ukuran
mudah atau sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik,yakni elektron-elektron
maupun ion-ion yang bergeak didalam medium.
(Soedojo,1999:263)
53
Akuades
NaCl
Air jeruk nipis
NH4OH
NaOH
HCl
NaBr
NaI
NH4Cl
Minyak tanah
Hasil
I (MA)
V (Volt)
L=1/R
55
Minyak tanah
Larutan NaCl
Kristal NaCl
H2O
Jeruk nipis
0
10
0
0
12
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
0
3,33
0
0
4
nipis
NH4OH
HCl
L
1
ohm
MA
volt
-1
0,05
0,1
0,5
1,0
Kelompok 1
Na
NaB
Cl
L
V
1 MA
0,2
0,1
0,6
0,9
oh
vol
MA
0,1
0,5
1,0
ohm- 1
volt 1
4,5 0,04
4,5 0,02
4,5 0,1
4,5 0,2
MA
2
2
1
0,6
ohm-
volt
3
3
3
3
1
0,6
0,6
0,3
0,2
1 MA
0,5
0,6
5
5
NH4
NaI
L
V
NaOH
Cl
oh
oh
vol
vol
-1
3,0
MA
-1
3,0
-1
3,3
volt
-1
3,0
10
3
4,7
3
3,0
12
14
6
4,7
30
14
3
3
10
4,7
15
10
3
3
5
3,3
14
13
3
3
6
4,3
20
19
3
3
6,6
4,3
0,0
oh
56
ohm
volt
3
3
3
3
-1
0,16
2
1,6
1,6
Kelompok 2
4.1.2
Perhitungan
Minyak tanah
I=10 MA
V=3 Volt
R=V/I=3/10=0.3 Ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
Larutan NaCl
I=0 MA
57
V=3 Volt
V=IR
R=V/I =3/0=0 ohm
L=1/R=1/0=0 ohm-1
Larutan NaCl
I=10 MA
V=3 Volt
R=V/I=3/10=0.3 Ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
Kristal NaCl
I=0 MA
V=3 Volt
R=V/I=3/0=0 Ohm
L=1/R=1/0=0 ohm-1
H2O
I=0 MA
V=3 Volt
R=V/I=3/0=0 ohm
L=1/R=1/0=0 ohm-1
Air jeruk nipis
I=12 MA
V=3 Volt
R=V/I=3/12=0.25 ohm
L=1/R=1/0.25=4 ohm-1
NH4OH (0.05 M)
V=4.5 Volt
I=0.2/10 x 100=0.2 MA
R=V/I=4.5/0.2=22.5 ohm
L=1/R=1/22.5=0.04 ohm-1
NH4OH (0.5 M)
V=4.5 Volt
I=0.6/10 x10=0.6 MA
R=V/I=4.5/0.6=9 ohm
L=1/R=1/9=0.1 ohm-1
NH4OH (0.1 M)
V=4.5 Volt
I=0.1/10 x10=0.1 MA
R=V/I=4.5/0.1=45 ohm
L=1/R=1/45=0.022 ohm-1
NH4OH (1 M)
V=4.5 Volt
I=0.9/10 x10=0.9 MA
58
R=V/I=4.5/0.9=5 ohm
L=1/R=1/5=0.22 ohm-1
HCL (0.05 M )
V=3Volt
I=2/10 x 10=2 MA
R=V/I=3/0.2=1.5 ohm
L=1/R=1/1.5=0.66 ohm-1
HCL (0.5 M)
V=3Volt
I=1/10 x10=1MA
R=V/I=3/1= ohm
L=1/R=1/3=0.33 ohm-1
HCL (0.1 M)
V=3Volt
I=2/10 x10=2MA
R=V/I=3/2=1.5 ohm
L=1/R=1/1.5=0.66 ohm-1
HCL (1 M)
V=3Volt
I=0.6/10 x10=0.6 MA
R=V/I=3/0.6=5 ohm
L=1/R=1/5=0.2 ohm-1
NaOH (0.05 M )
V=4.5 Volt
I=2.3/10 x10=2.3 MA
R=V/I=4.5/2.3=1.96 ohm
L=1/R=1/1.96=0.51 ohm-1
NaOH (0.5 M)
V=4.5 Volt
I=2/10 x10=2 MA
R=V/I=4.5/2=2.25 ohm
L=1/R=1/2.25=0.44 ohm-1
NaOH(0.1 M)
V=4.5 Volt
I=0.1/10 x10=0.1 MA
R=V/I=4.5/0.1=45 ohm
L=1/R=1/45=0.022 ohm-1
NaOH (1 M)
V=3 Volt
I=5/10 x10=5 MA
R=V/I=3/5=0.6 ohm
L=1/R=1/0.6=1.66 ohm-1
NaCl (0.05 M )
V=3 Volt
I=9/10 x10=3 MA
R=V/I=3/9=0.3 ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
59
NaCl (0.5 M)
V=3 Volt
I=30/10 x10=30 MA
R=V/I=3/30=0.1 ohm
L=1/R=1/9=10 ohm-1
NaCl (0.1 M)
V=3 Volt
I=6/10 x10=6 MA
R=V/I=3/6= 0.5ohm
L=1/R=1/0.5=2 ohm-1
NaCl (1 M)
V=3 Volt
I=14/10 x10=14 MA
R=V/I=3/14=0.214 ohm
L=1/R=1/0.214=4.76 ohm-1
NaI (0.05 M )
V=3 Volt
I=10/10 x10=10 MA
R=V/I=3/10=0.3 ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
NaI (0.5 M)
V=3 Volt
I=14/10 x10=14 MA
R=V/I=3/14=0.21 ohm
L=1/R=1/0.21=4.76 ohm-1
NaI (0.1 M)
V=3 Volt
I=14/10 x10=14 MA
R=V/I=3/14=0.21 ohm
L=1/R=1/0.21=4.76 ohm-1
NaI (1 M)
V=3 Volt
I=13/10 x10=13 MA
R=V/I=3/13=0.23 ohm
L=1/R=1/0.23=4.34 ohm-1
NH4Cl (0.05 M )
V=3 Volt
I=9/10 x10=9 MA
R=V/I=3/9=0.3 ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
NH4Cl (0.5 M)
V=3 Volt
I=20/10 x10=20 MA
R=V/I=3/20=0.5 ohm
L=1/R=1/0.15=4.76 ohm-1
NH4Cl (0.1 M)
V=3 Volt
60
I=9/10 x10=9 MA
R=V/I=3/9=0.3 ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
NH4Cl (1 M)
V=3 Volt
I=13/10 x10=13 MA
R=V/I=3/13=0.23 ohm
L=1/R=1/0.23=4.34 ohm-1
NaBr (0.05 M )
V=3 Volt
I=9/10 x10=9 MA
R=V/I=3/9=0.3 ohm
L=1/R=1/0.3=3.33 ohm-1
NaBr (0.5 M)
V=3 Volt
I=15/10 x10=15 MA
R=V/I=3/15=0.2 ohm
L=1/R=1/0.2=5 ohm
NaBr (0.1 M)
V=3 Volt
I=12/10 x10=9 MA
R=V/I=3/12=0.21 ohm
L=1/R=1/0.21=4.76 ohm-1
NaBr (1 M)
V=3 Volt
I=13/10 x10=13 MA
R=V/I=3/13=0.23 ohm
L=1/R=1/0.23=4.34 ohm-1
61
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini praktikan melakukan percobaan untuk menentukan
daya hantar listrik berbagai senyawa. Senyawanya adalah minyak tanah, H2O,
larutan NaCl, Kristal NaCl dan air jeruk nipis dengan hasil daya hantar listriknya
adalah minyak tanah 0 ohm-1, H2O 0 ohm-1, larutan NaCl 3,3 ohm-1 kristal NaCl 0
ohm-1, air jeruk nipis 4 ohm-1. Sehingga minyak tanah, air dan Kristal NaCl tidak
dapat menghantarkan listrik sehingga merupakan larutan non elekrolit. Larutan
NaCl dan air jeruk nipis merupakan larutan elekrolit kuat.
Berdasarkan literature larutan NaCl merupakan larutan elektrolit kuat.
Karena pada saat larutan NaCl terurai sempurna atau berionisasi menjadi Na+ dan
Cl- sehingga larutan NaCl akan dapat menghantar kan arus listrik atau mempunyai
daya hantar listrik yang kuat. Hal ini tidak dapat berlaku atau terjadi pada Kristal
NaCl karena wujudnya yang berupa Kristal tidak dapat terionisasi sehingga tidak
dapat menghantarkan arus listrik atau bersifat nonelekrolit minyak tanah juga
memiliki daya hantar listrik yang sama seperti Kristal NaCl yaitu 0 ohm -1 karena
minyak tanah merupakan senyawa hidrokarbon yang tersusun dari 11-12 atom
karbon dan diikat dengan ikatan senyawa kovalen nonpolar, karakter dari ikatan
kovalen nonpolar adalah sulit terionisasi karena didalam larutan tidak terdapat
ion-ion bebas sehingga minyak tanah tidak dapat menghantarkan arus listrik
sedangkan untuk H2O juga dikategorikan sebagai larutan nonelekrolit. Hal ini
dikarnakan air hanya mengandung ion-ion yang akan terionisasi menjadi H + dan
OH- dan terakhir adalah jeruk nipis. Air jeruk nipis menurut literstur tergolong
elektrolit lemah karena air jeruk nipis merupakan asam organic lemah yang
mengalami sebagian ionisasi sehingga tergolong elektrolit lemah yang dapat
menghantarkan listrik tetapi kurang baik.
Selain menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa praktikum kali ini
juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar
listrik larutan elektrolit. Terdapat dua kelompok senyawa pada yang di uji pada
percobaan ini :
62
2
1.6
1.5
1.6
NH4OH
1
0.6
0.5
0.16
00.04
0,05
HCl
NaOH
0.6
0.02
0,1
0.3
0.1
0.2
0,5
1,0
Konsentrasi
Kelompok II
12
10
10
6.6
6
4
3.33
3.03
2
4.76
4
3.03
2
5
4.76
0
0,05
0,1
0,5
NaCl
4.76
4.34
4
3.3
NaBr
NaI
NH4Cl
1,0
Konsentrasi
63
1.
listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air),
seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Dan umumnya elektrolit kuat
adalah larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan
banyak ion maka a=1 (terurai senyawa), pada persamaan reaksi ionisasi
elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.
Proses ionisasi:
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Anion:
64
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
65
yang bernama
multimeter, alat tersebut menunjukkan besar arus listrik dan beda potensial
pada percobaan ini dilakukan pengukuran daya hantar listrik berbagai jenis
senyawa dan larutan yaitu minyak tanah, air, larutan NaCl, Kristal NaCl,
air jeruk nipis, HCl, NaCl, NaOH, NaBr, NaI, NH4Cl, NH4OH
2. Pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik yaitu semakin besar
konsentrasi larutan, maka daya hantarnya akan semakin kecil begitu pula
sebaliknya
5.2 Saran
Diharapkan lebih teliti dalam membaca multimeter agar hasil yang didapat
lebih akurat, sebaiknya jangan terlalu ribut dan sebaiknya alat yang digunakan
dalam keadaan baik agar praktikum berjalan dengan lancar
PERCOBAAN V
PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN
ANALISIS MELALUI PENGENDAPAN
66
I.
TUJUAN
1. Memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi,(2) ekstraksi, (3)
dekantasi , (4) kristalisasi,dan (5) kromatografi
2. Mengendapan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari
barium kromat
3. Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran
4. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia
5. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan
II.
TEORI
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase padat,
terbentuk jika larutan lewat jenuh suatu saat akan zat yang mengendap jika
hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari ksp kelarutan (s) didefinisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adalah
salah satu teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain, dua endapan dengan
cara ditimbang dan dilakukan perhitugan. Stoikiometri cara ini dikenal dengan
nama gravimetri
aA + rR AaRr
Dengan :
A = molekul zat analit A
R = Molekul analit R
AaRr = Zat yang mengendap
Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan.
Keberhasilan analisa gravimetri bergantung pada : Kesempurnaan proses
pemisahan hingga kuantitas yang tidak mengendap tak ditemukan (biasanya
0,1 mg). zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui
murni. Jika suatu larutan telah lewat jenuh, maka akan terbentuk larutan
larutan merupakan zat yang memisahkan diri atau terpisah dari suatu larutan
yang mempunyai fase padat.
Suatu zat yang akan mengendap apabila hasil kali kelarutan ion ionnya
lebih besar dari ksp. Kelarutannya mempunyai lambing s dan didefinisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
(Bakti rivai,2010:13)
67
68
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat :
Cawan penguap
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
Bunsen
Kaca arloji
Bejana kromatografi
Gelas piala 150ml
Kertas Saring
Penotol
Gunting
Sudip
Kaki tiga + kasa
Pipet tetes
69
Pipa kapiler
III.1.2 Bahan
NH4Cl (0,1 gram)
NaCl (0,1 gram)
SiO2 (0,1 gram)
Air
Tinta Hitam
1 gram BaCl2
25 mL air suling
K2CrO4 0,2 M 25 mL
III.2
Skema Kerja
70
kromatografi
71
Hasil
72
Hasil
65.1 gram
63,6 gram
Bobot contoh
1,5 gram
63,2 gram
Bobot NH4Cl
0,5 gram
Persentase NH4Cl
33,3 %
73
35,9 gram
35,4 gram
Bobot NaCl
0,5 gram
Presentase NaCl
33,3 %
63,5%
Bobot cawan
63,0%
Bobot SiO2
0,5%
Presentase SiO2
33,3%
4. Bobot sampel
1,5 gram
1,5 gram
Selisih bobot
0 gram
x 100% = 100%
Noda Merah
Rf
Noda
Rf
Noda Biru
Rf
Hitam
74
Hitam
0,14
Merah
0,14
Biru gelap
0,14
Coklat
0,07
Orange
0,07
Biru
0,07
Biru
0,114
Pink
0,08
Biru gelap
0,114
Biru muda
0,114
Kuning
0,10
Ungu
0,114
dsb
Apakah campuran warna terpisah dengan baik
-YA
Kesimpulan mengenai bahan penyusun tinta :
Bahan penyusun tinta sangat baik karena dia dapat terpisah dengan warna yang
jelas saat terjadi perubahan
Analisis melalui pengendapan
A. Presentase hasil barium kromat
Bobot gelas piala + BaCl2
Bobot gelas piala
Bobot gelas piala + BaCl2
Bobot BaCl
Bobot gelas piala
Bobot kertas saring +endapanBaCrO4
Bobot campuran
Bobot kertas saring
Bobot kertas saring +endapanBaCl2
Hasil nyata endapan BaCrO4
Bobot kertas saring
127,3385 gram
126,2790 gram
1,0595 gram
3,3955
gram
127,3385
gram
126,2790 gram
1,1384
1,0595 gram
gram
2,2571
gram
3,375 gram
2,2571 gram
1,265
1,1182gram
gram
%
1,0595 83
gram
94 %
- Persentase BaCl2
75
4.1.2 Perhitungan
A. Pemisahan dengan cara konvensional
bobot NH 4 Cl
0,5 g
X 100 =
X 100 =33,3
bobot sampel
1,5 g
% NH4Cl
Bobot NaCl = (Bobot cawan + kaca arloji + NaCl) (Bobot cawan + kaca
% NaCl =
% SiO2
bobot SiO 2
0,5 gr
X 100 =
X 100 =33,3
bobot sampel
1,5 gr
77
nBaCl2 =
n BaCrO4 =
1,05
208
= 0,05 mol
Koef BaCrO 4
Koef BaCl 2
. n BaCl2
= 1/1 . 0,05
= 0,05
Persen hasil BaCrO4 =
78
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan praktikum tentang pemisahan
komponen dari dan analisi melalui pengendapan. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk memisahkan campuran yaitu, sublimasi, ekstraksi,
dekantasi, kristalisasi, dan kromatografi.
A. Pemisahan dengan cara konvensional
Pada praktikum ini kami tidak melakukannya karena bahan yang
digunakan tidak tersedia sehingga kami hanya mengambil data dari
literature
79
Adapun senyawa yang dipakai adalah NH4Cl, NaCl dan SiO yang
masing-masing 0,5 gram. Didapat data bobot cawan penguap = 63,6 gr .
ketiga senyawa tersebut dimasukkan kedalam cawan penguap sebanyak
0,1 gr. Setelah itu , campuran tersebut dipanaskan sampai asap putih benar
benar hilang. Asap putih yang timbul adalah NH4Cl yang menyublim.
Cawan penguap yang berisi sisa campuran tersebut kemudian ditambahkan
air sebanyak 25ml dan diaduk-aduk selama lebih kurang lima menit.
Kemudian larutan tersebut didekantasi sehingga larutan NaCl dan larutan
SiO dipanaskan.
menggunakan spidol berwarna merah, hitam dan biru tua, setelah kertas
direndam didalam campuran air, warna yang terurai adalah:
Dari noda merah menghasilkan warna :
-
Hitam
Coklat
Biru
Biru muda
Merah
Orange
Pink
Kuning
Biru gelap
Biru
Biru gelap
Orange
Perbandingan gerakan zat terhadap zat aliran pelarut adalah tetap
dinyatakan dengan:
80
Rf =
seharusnya kurang atau sama dengan 100% (tidak boleh lebih dari 100%).
Kurang keringnya endapan waktu pengeringan maupun penggunaan kertas
saring juga berpengaruh terhadap hasil yang didapat.
82
% hasil =
gram BaCl 2
X 100
gram campuran
5. Dengan adanya
5.2 Saran
Diharapkan lebih teliti dalam melakukan penimbangan pada percobaan
ini agar hasilnya lebih akurat, agar setiap praktikum yang dilakukan dapat
berjalan dengan lancar dan baik, serta dapat menjaga tata tertib didalam
melakukan praktikum.
PERCOBAAN VI
REAKSI-REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS
I.
II.
TUJUAN
1. Mempelajari reaksi kimia secara sistematis
2. Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi
3. Menuliskan persamaan reaksi dengan benar
4. Menyelesaikan persamaan redoks dari setiap percobaan
TEORI
Reaksi-reaksi kimia dapat diamati dari perubahan yang terjadi, misalnya
perubahan warna, perubahan wujud, yang utama adalah perubahan zat yang
disertai perubahan energi dalam bentuk kalor. Dengan mereaksikan suatu zat
berarti kita mengubah zat itu menjadi zat lain, baik sifat maupun wujudnya.
83
Dengan demikian, jika Anda mengharapkan suatu zat yang memiliki ciri-ciri
tertentu, maka harus dicari bahan baku yang jika direaksikan dengan zat tertentu
menghasilkan zat yang diharapkan. Dengan diketahuinya beberapa sifat atau
jenis reaksi, Anda dapat memahami reaksi-reaksi kimia lebih mudah. Umumnya,
reaksi-reaksi kimia digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut :
a. Reaksi Penggabungan
Reaksi penggabungan adalah reaksi dimana dua buah zat bergabung
membentuk zat ketiga. Kasus paling sederhana adalah jika dua unsur bereaksi
membentuk senyawa. Misalnya logam natrium bereaksi dengan gas klorin
membentuk natrium klorida. Persamaan kimianya :
2Na(s) + Cl2(g) 2NaCl(s)
b. Reaksi Penguraian
Reaksi penguraian adalah suatu reaksi senyawa tunggal membentuk dua
atau lebih zat baru. Biasanya reaksi ini berkangsung dalam suhu tinggi agar
terurai. Beberapa senyawa yang dapat terurai dengan menaikkan suhu KClO.
Seyawa ini jika dipanaskan akan terurai menjadi KCl dan gas oksigen.
Persamaan kimianya :
KClO(s) 2KCl(s) + 3O(g)
Penguraian kalium klorat biasa digunakan untuk membangkitkan gas
oksigen secara laboratorium, tetapi sekarang dilarang sebab dapat dijadikan
bahan baku untuk bahan peledak.
c. Reaksi Pendesakan atau Pergantian (Pertukaran Tunggal)
Reaksi pendesakan atau disebut juga reaksi pertukaran tunggal adalah reaksi
dimana suatu unsur bereaksi dengan senyawa menggantikan unsur yang terdapat
dalam senyawa itu. Contoh persamaan reaksi kimia :
2Fe(s) + Cu(NO)(aq) Cu(s) + Fe(NO)(aq)
d. Reaksi Metatesis (Pertukaran Ganda)
Reaksi metatesis atau reaksi pertukaran ganda adalah reaksi yang
melibatkan pertukaran bagian dari pereaksi. Contoh persamaan kimia :
2KI(aq) + Pb(NO)(aq) 2KNO(aq) + PbI(s)
e. Reaksi Pembakaran
Reaksi ini dicirikan bahwa salah satu pereaksinya adalah oksigen, biasanya
bereaksi cepat disertai pelepasan kalor membentuk nyala. Contoh persamaan
reaksi kimia :
CH4(g) + 2O(g) CO(g) + 2HO(g)
84
macam
reaksi
yang
dilakukan
dalam
larutan,
yaitu
reaksi
85
pengoksidasi
adalah
yang
memperoleh
elektron,
atau
lebih
zat
86
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Sudip
Cawan krus
Bunsen
Tabung reaksi
Lemari asam
Pipet tetes
3.1.2
Bahan
Magnesium
Kristal CuSO. 5HO
Larutan AgNO 0,01 M
Serbuk Cu
Larutan HCl 0,1 M dan 6 M
Serbuk Mg
Larutan Hg(NO) 0,1 M
Larutan Al(NO) 0,1 M
Larutan Kalium Iodida 0,1 M
Larutan NaPO 1 M
Larutan HSO 0,1 M dan 1 M
Larutan HPO 0,1 M
Indikator fenolftalein
Larutan NaOH 0,1 M dan 10 M
Larutan KMnO 0,1 M
Larutan NaCO 0,1 M
Larutan NaHSO 0,1 M
Kristal KMnO
CuSO 0,5 M
Logam Zn
Larutan ZnSO 0,5 M
Larutan Pb(NO) 0,5 M
Larutan NaNO 0,5 M
Larutan HO 0,1 M
Larutan kanji
Larutan FeCl
87
Hasil
3.2.2 Reaksi Peguraian
Kristal CuSO.5HO
dimasukkan seujung sudip ke dalam tabung reaksi
dipanaskan dengan bunsen
diamati dan dicatat hasilnya
Hasil
88
91
Hasil
93
94
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan perhitungan
4.1.1 Hasil
Persamaan Reaksi
A. Reaksi Penggabungan
2Mg + O 2MgO
kecokelatan.
B. Reaksi Penguraian
Molekul HO
menguap/terurai sehingga
5HO
95
1. Cu dan larutan
1.
AgNO tidak
Cu + 2AgNO
Cu(NO) + 2Ag
menyatu.
2. Mg + 2HCl MgCl + H
2. Serbuk Mg
mengendap dan
timbul gelembung
D. Reaksi Penggantian
gas.
1. Berubah warna
Rangkap
menjadi keruh
1. AgNO + KI KNO +
pucat.
AgI
2. Terdapat
lempengan
+ AgI
berwarna orange
diantara larutan
+ AlI
Hg(NO).
4. 3AgNO + NaPO
3. Berubah warna
AgPO + 3NaNO
jadi putih/kuning
5. 3Hg(NO) + 2NaPO
transparan.
Hg(PO) + 6NaNO
4. Berubah warna
6. Al(NO) + NaPO
menjadi keruh.
AlPO + 3NaNO
5. Terbentuk
lempengan kuning
diatas dan endapan
keruh.
6. Berubah warna
E. Reaksi Netralisasi
menjadi putih.
1. HNO yang
berwarna bening,
HO
berubah menjadi
2. HSO + 2NaOH
NaSO + 2HO
setelah diberi 22
3. HPO + 2NaOH
tetes NaOH.
NaPO + 3HO
2. HSO
96
berwarna bening,
berubah menjadi
warna ungu muda,
setelah diberi 42
tetes NaOH.
3. HPO
berwarna bening,
berunag menjadi
wanrna ungu muda,
setelah diberi 20
F. Reaksi Redoks
tetes NaOH.
1. HSO +
1. 3NaCO + KMnO
KMnO berwarna
ungu setelah
2HO
ditambahkan
2. NaHSO + KMnO
NaCO 35 tetes
berubah menjadi
HO
warna bening
2. NaHSO+
HMnO
97
menyengat,
mengeluarkan uap
air, dan berubah
menjadi ungu pekat,
dibawah terdapat
endapan cokelat,
volumenya semakin
berkurang.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini akan diamati apa saja reaksi-reaksi kimia dan tandatanda terjadinya reaksi. Reaksi-reaksi kimia terdiri dari reaksi penggabungan,
reaksi penguraian, reaksi penggantian tunggal, reaksi penggantian rangkap,
reaksi netralisasi, dan reaksi redoks.
Untuk reaksi penggabungan pengamatan dilakukan dengan menggunakan
bahan Mg, seujung sudip Mg dimasukkan kedalam krus dan dibakar pada nyala
Bunsen, hasil yang terjadi adalah warna Mg menjadi pudar kecokelatan
seharusnya setelah dibakar di dalam krus pada nyala Bunsen zat tersebut
memancarkan cahaya. Hal ini dinakaman reaksi penggabungan karena pada saat
Mg dibakar pada nyala Bunsen, Mg bereaksi dengan O disekitar. Sehingga, zat
tersebut memancarkan cahaya. Karena reaksi penggabungan 2Mg + O
2MgO maksudnya didalam reaksi penggabungan dua komponen reaktan
98
reaksi
penggantian
tunggal
pengamatan
dilakukan
dengan
99
larutan bening, dan setelah ditetesi dengan NaOH sebanyak 22 tetes, warna
berubah menjadi ungu muda. Dan tabung reaksi II diisi dengan 1 ml HSO 0,01
M dan ditambahkan 1 tetes indikator fenol ftalein. Kemudian ditetesi dengan
larutan NaOH 0,1 M, kemudian setelah HSO direaksikan dengan PP warna
larutan bening dan setelah ditetesi dengan NaOH 42 tetes larutan berubah warna
menjadi ungu muda. Dan tabung reaksi III diisi dengan 1 ml HPO 0,01 M dan
ditambahkan 1 tetes indikator fenol ftalein , kemudian ditetesi dengan larutan
NaOH 0,1 M. Kemudian setelah HPO, direaksikan dengan PP warna larutan
bening dan setelah ditetesi dengan NaOH sebanyak 20 tetes terjadi perubahan
warna menjadi ungu muda. Karena pada saat pencampuran zat, hasil reaksinya
terdapat HO. Hal tersebut dikatakan reaksi netralisasi, karena reaski netralisasi
adalah jenis khusus dari reaksi penggantian rangkap, dengan satu kation
hidrogen dan satu anion hidroksida. Pada percobaan ini reaksi yang terjadi :
1. HNO(aq) + NaOH(aq) NaNO(aq) + HO(aq)
2. HSO(aq) + 2NaOH(aq) NaSO(aq) + 2HO(aq)
3. HPO(aq) + 2NaOH(aq) NaPO(aq) + 3HO(aq)
Untuk reaksi redoks dilakukan 3 kali percobaan. Tabung reaksi I diisi
dengan 0,5 ml larutan HSO 6 M dan 0,5 ml larutan KMnO 0,1 M. Kemudian
larutan tersebut ditetesi dengan larutan NaCO 0,1 M. Setelah larutan ditetesi
NaCO sebanyak 35 tetes larutan menjadi bening. Dan tabung reaksi II diisi
dengan 3 ml larutan NaHSO 0,1 M dan 1 ml larutan NaOH 10 M sambil
dikocok sehingga larutan berwarna ungu, kemudian larutan tersebut ditetesi
dengan larutan KMnO 0,1 M sehingga larutan bening terpisah (menjadi bening
kembali). Dengan meggunakan 20 tetes KMnO dan tabung reaksi III diisi
dengan 1 ml HCl 6 M dan kira-kira 1 gr KMnO larutan menjadi ungu pekat
setelah 20 tetes KMnO, karena pada hasil reaksi dimana atom-atom tertentu
mengalami perubahan bilangan oksidasi, setelah dipanaskan timbul bau
menyengat, mengeluarkan uap air, dibawah terdapat endapan cokelat, dan
volumenya berkurang. Hal ini dikatakan reaksi redoks karena suatu redoks
adalah reaksi dimana atom-atom tertentu mengalami perubahan biloks. Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini adalah :
101
102
5.2 Saran
Sebaiknya kondisi pada saat praktikum lebih kondusif agar praktikum
mendapatkan hasil yang maksimal dan sebaiknya praktikan berhati-hati dalam
menggunakan alat dan bahan saat praktikum.
PERCOBAAN VII
PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK
I.
TUJUAN
1
II.
TEORI
Perbedaan fisik yang paling mencolok antara senyawa kovalen ionik
terdapat pada titik leleh,kelarutan, dan hantaran listriknya. Ketiga perbedaan ini
umumnya disebabkan oleh kekuatan ikatan ionik yang lebih besar daripada
ikatan kovalen.
Senyawa ionik sebagian besar larut dalam air karena molekul air yang
polar membentuk ikatan yang kuat dengan ion-ion. Bagian negatif dari oksigen
pada molekul air berinteraksi dengan kation (M+) dan bagian dari hidrogen
berinteraksi dengan anion(X-).
Sejalan dengan bertambahnya interaksi antara molekul air dengan ion
banyak ikatan antara ion dengan ion tetangganya dalam struktur kristal semakin
lemah, dan akhirnya ion hidrat terlepas kedalam larutannya. Senyawa kovalen
larut dalam pelarut non polar, tetapi tidak dalam air kecuali apabila molekulnya
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Senyawa organik mengandung oksigen
dengan 4 atom karbon atau kurang biasanya larut dalam air karena terbentuk
ikatan hydrogen.
Unsur karbon sangat unik,karena adanya ikatan y berulang dengan
sesamanya membentuk senyawa berantai lurus atau lingkar y stabil. Nheksana,C6H12 dan sikloheksana, C6H12,merupakan contoh-contoh dari molekul
rantai lurus dan lingkar beranggotakan 6 atom C.
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
n-heksana
satu senyawa rantai lurus
Isomer adalah molekul dengan rumus molekul yang sama tetapi berbeda
struktur molekulnya (maksudnya,penataan atom-atom dalam molekulnya
berbeda).
(Tim Kimia Dasar.2010:77-78)
104
Dalam kristal ion,setiap ion menimbulkan gaya tarik dengan beberapa ion
disekelilingnya. Demikian pula ion dengan muatan yang sejenis akan saling
bertolakan. Sulit menentukan kekeuatan bersih gaya-gaya di dalam kristal ion.
Besarnya gaya ini berhubungan energi kisi (catice energi). Energi kisi adalah
besarnya energi yang dilepaskan. Jika ion-ion positif dan negatif yang terpisah di
ionkan untuk berdekatan membentuk kristal ion yang tersusun dari 1 mol unit
rumus suatu senyawa.
Gaya tarik diantara sepasang ion yang bermuatan berlawanan meningkat
dengan semakin meningkatnya muatan ion atau semakin menurunnya ukuran
ion. Energi kisi pada kebanyakan senyawa ion cukup besar sehingga ion-ion
tidak mudah melepaskan diri begitu saja dan berubah kefase gas. Padatan ion
tidak menyublim pada suhu kamar. Semua padatan ion dapat melekat jika diberi
cukup energi panas untuk menghancurkan struktur kristal. Pada umunya semakin
tinggi energi kisi, semakin tinggi titik lelehnya.
(Petruci.1987:27)
Ikatan kovalen dihasilkan oleh sejumlah atom yang berpasangan elektron.
Molekul adalah spesies netral yang terdiri dari dua atau lebih atom yang sama
atau berbeda yang dihubungkan oleh ikatan kovalen.
1
105
Senyawa ion yang padat tidak mudah menguap dan mempunyai titik didih
yang tinggi (600 sampai 200C)
Senyawa ion yang padat tidak menghantar listrik karena ion-ion yang
bermuatan listrik itu telah terpaku kokok dalam posisi tertentu didalam
kisi-kisi
seperti telah diterangkan dalam ikatan ion. Atom satu dengan atom lainnya dapat
pula bergabung melalui kerja sama atau pemakaian elektron valensi bersama
dalam upayanya membentuk konfigurasi gas mulia (kaidah duplet dan oktet).
Contoh:
Cl + Cl
106
Masing-masing atom karbon telah memenuhi kaidah oktet dan masingmasing hidrogen telah memenuhi kaidah duplet.
Senyawa kovalen mengalami pengutipan jika:
a
Terdiri dari tiga atom atau lebih yang memiliki pasangan elektron bebas
dalam struktur yang tak seimbang
Suatu senyawa kovalen tidak mengalami pengutipan jika:
Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu ikatan ion dan
ikatan kovalen. Disebut ikatan ion jika terjadinya perpindahan electron diantara
atom untuk membentuk partikel yang bermuatan Listrik dan mempunyai gaya
tarik menarik. Gaya tarik menarik diantara ionion yang bermuatan berlawanan
merupakan suatu ikatan ion. Sedangkan ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya
(sharing) electron diantara atom-atom. Dengan kata lain gaya tarik menarik inti
atom pada elektron itu merupakan suatu ikatan kovalen.
(Brady,2003:63-64)
Menurut Lewis Langmus, Kosel ,suatu atom berikatan dengan atom-atom
lain dan membentuk senyawa , maka atom-atom tersebut mengalami perubahan
yang sedemikian rupa sehingga menyerupai konfigurasi elektron gas mulia.
(Syariffudin ,1994 :26)
Alat
Tabung reaksi
107
3.1.2
Termometer
Spatula
Pipet tetes
Batang pengaduk
Erlenmeyer 150 ml
Bahan
NaCl
KI
MgSO4
(CH3)2CHOH
C10H8C6
H4Cl2
CaCl4
Naftalen
P-dikloro benzena
n-heksana
Sikloheksana
n-dekana
n-heksana
t-butil alkohol
n-butil alkohol
108
dikloro benzene
109
1.Senyawa-senyawa kovalen
Naftalen, C10H8, p-diklorobenzena,
disiapkan tabung kapiler
dimasukkan serbuk senyawa yang akan diamati
dibalikkan kapiler dan ketuk perlahan-lahan
diikat pipa kapiler pada thermometer dengan karet
gelang
disejajarkan ujung pipa kpiler dengan ujung air raksa
thermometer
dipanaskan penangas air hingga Hg naik sekitar
10C/menit
diaduk airnya selama pemanasan
diamati saat contoh mulai meleleh
dicatat kisaran titik leleh setiap senyawa
dibandingkan dengan handbook
Hasil
2.Senyawa ionik
NaCl, KI, MgSO4
110
C6H4CL
disediakan enam tabung reaksi yang berisi senyawa kirakira 0,5 g
dimasukkan 1 mL air
diaduk dan diamati
CCl4
diulangi percobaan diatas dengan pelarut karbon
tetraklorida
Hasil
111
kekentalannya
dengan
meneteskan
112
Titik leleh C
Titik
60 C
80,26 C
B.Senyawa ionik
Senyawa ionic
801 C 804 C
KI
681 C
C.Perbandingan
kelarutan
MgSO4
1124 C
C.Perbandingan kelarutan
SENYAWA KOVALEN
Kelarutan
Air
Isopropilalkohol (CH3)2COOH
C10H8
Larut
Larut
C6H4CL
Larut
-
Larut
NaCL
Tidak larut
MgSO4
KI
Karbon tetraklorida
Tidak larut
Larut
Larut
D.Senyawa karbon berantai lurus dan
lingkar (cincin)
Naftalen
Tidak larut
Senyawa
Warna
n-heksana
Menyengat
Bening
Sikloheksana
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Bau
Bening
113
Senyawa
Warna
n-heksana
Menyengat
Bening
n-heptana
Bening
Bau
Sangat
D.Isomer
-Sifat fisis
Senyawa
Warna
n-butilalkohol
Menyengat
t-butilalkohol
Bau
Keruh
Bening
Tidak menyengat
-Sifat kelarutan
Senyawa
Kejenuhan larutan
n-butilalkohol
Jenuh
t-butilalkohol
Tidak jenuh
-Sifat kimia
Senyawa
Kecepatan terbakar
Bau
4.2 PEMBAHASAN
114
Didapat hasil untuk titik leleh naftalen sebesar 60 C dan titik leleh daftar
pustakanya 80,26 C , sedangkan menurut literature titik lleleh senyawa p-dikloro
benzene yaitu 52 C dan titik leleh pustakanya . perbedaan titik leleh kedua
senyawa ini disebabkan oleh banyak sedikitnya atom karbon yang dimiliki
senyawa tersebut. Atom karbon dari naftalen lebih banyak daripada atom karbon
pada p-diklorobenzena sehingga semakin banyak rantai atom karbonnya maka
titik lelehnya akan semakin tinggi.
b . Senyawa ionik
Pada percobaan senyawa ionic ini tidak dilakukan oleh pratikan karena
menurut literature titik leleh senyawa ionic terlalu tinggi yaitu:
Titik leleh yang tinggi ini disebabkan oleh ikatan antar ion-ion dengan gaya
elektrolisis sangat kuat dengan susunan kristal yang tertentu dan teratur sehingga
titik leleh senyawa ion lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen.
c
Perbandingan kelarutan
ketiga senyawa ini tidak larut dan ketika isopropil alkohol dan naftalen
ditambahkan karbon tetraklorida senyawa ini larut,hal ini disebabkan karena
karbon tetraklorida bersifat non polar dan akan melaarutkan senyawa yang
bersifat non polar atau kovalen seperti isopropil alkohol dan naftalen.
d
115
berantai merupakan senyawa terbuka yang akan lebih mudah bereaksi dengan
unsur lainnya.
Beberapa perbedaan antara heksana dan sikloheksana :
n-heksana
1
Sikloheksana
1
116
ISOMER
p-
t-butil
Sifat kelarutan
Pada percobaan ini pratikan mengamati senyawa n-butil alcohol dan tbutil alcohol didapat hasil kejenuhan larutan n-butil alcohol bersifat
jenuh dan t-butil alcohol bersifat tak jenuh .
Sifat kimia
Alcohol memiliki ikatan hydrogen yang sangat lemah kira-kira 5 kkal /mol
atau 20 kj/mol sedangkan eter memiliki ikatan yanh mirip dengan air . selain itu
dicoba juga kecepatan terbakar senyawa.untuk dietil eter pratikan mendapatkan
117
Bersifat polar
Bersifat netral
Mudah menguap
Mudah terbakar
118
5.2 Saran
Dalam pratikum ini diharapkan pratikan mempelajari penuntun dengan
baik,pratikan juga diwajibkan menggunakan masker dan sarung tangan ,selain
itu jangan mencium bau senyawa secara langsung melainkan dari jauh dan
dikipaskan oleh tangan hingga bau senyawa tercium karena beberapa senyawa
memiliki bau menyengat dan berbahaya untuk kesehatan apabila dicium secara
langsung.
119