PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip terjadinya koagulasi dan flokulasi.
b. Mahasiswa mampu mengetahui cara menentukan konsentrasi optimum penggunaan
koagulan menggunakan teknik jar test.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penurunan kekeruhan dan atau warna, bakteri, algae dan
plankton, rasa dan bau serta fosfat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.4 Uji pH
Tabel 3.4. Alat dan Bahan beserta Fungsi Proses Uji pH
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. pH meter Untuk mengukur derajat keasaman dari larutan sampel
2. Larutan sampel Sebagai bahan perlakuan untuk diketahui derajat
yang telah keasamannya
dikoagulasi dan
koagulasi-flokulasi
3.2 Gambar Alat
3.2.1 Proses Koagulasi
Tabel 3.5. Gambar Alat dan Bahan Proses Koagulasi
No. Alat dan Bahan Gambar
1. Gelas Ukur
3.2.4 Uji pH
Tabel 3.8. Gambar Alat dan Bahan Proses Uji pH
No. Alat dan Bahan Gambar
1. pH meter
Tawas
Sampel uji
• Sampel didiamkan
selama 10 menit agar
tersedimentasi untuk
nantinya proses
pengecekkan
kekeruhan dan pH
Hasil
3.3.2 Proses Koagulasi-Flokulasi
Tawas
Sampel uji
• Sampel didiamkan
selama 10 menit agar
tersedimentasi untuk
nantinya proses
pengecekkan
kekeruhan dan pH
Hasil
3.3.3 Uji kekeruhan
Turbidimeter
Dinyalakan:
• Ditekan tombol on/off
dan “mode” bersamaan
• Tombol on/off dilepas
lebih dahulu dari tombol
“mode”
Turbidimeter
Dikalibrasi:
• Setting “Call”
• Dimasukkan
larutan standar
dengan
kekeruhan
0,1,20,200, dan
Air sampel 800
• Dimasukkan ke dalam
kuvet dan dimasukkan ke
turbidimeter
Hasil
• Ditunggu 1 menit
• Diulangi 3 kali pada tiap
sampel
3.3.4 Uji pH
pH meter
Dinyalakan
Air sampel
• Diambil sebanyak 50 ml
• pH meter dicelupkan
sampai probe terendam
Hasil • Ditunggu hingga stabil
• Diulangi 3 kali pada tiap
sampel
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Tabel pengamatan warna, pH, dan kekeruhan dengan koagulasi-flokulasi
Tabel 4.4 Data Hasil Praktikum dan Dokumentasi (Koagulan 0 ml, 6 ml, dan 9 ml)
Perlakuan Pengamatan Dokumentasi
(Kondisi Sampel)
Sebelum Sesudah
Tabel 4.5 Data Hasil Praktikum dan Dokumentasi (Koagulan 0 ml, 13 ml, dan 15 ml)
Perlakuan Pengamatan Dokumentasi
(Kondisi Sampel) Sebelum Sesudah
0 ml (tanpa Air sampel keruh
tawas) dan tidak ada
pengendapan
Tabel 4.6 Data Hasil Praktikum dan Dokumentasi (Koagulan 0 ml, 18 ml, dan 21 ml)
Perlakuan Pengamatan Dokumentasi
(Kondisi Sebelum Sesudah
Sampel)
0 ml (tanpa Air keruh dan
tawas) tidak ada
pengendapan
Tabel 4.7 Data Hasil Praktikum dan Dokumentasi (Koagulan 0 ml, 23 ml, dan 26 ml)
Perlakuan Pengamatan Dokumentasi Sebelum Dokumentasi sesudah
(kondisi
sampel)
0 ml Air keruh dan
(tanpa tawas) tidak ada
pengendapan
Praktikum kali ini dilakukan dengan dua buah perlakuan, yaitu perlakuan koagulasi dan
perlakuan koagulasi-flokulasi. Data hasil praktikum yang diperoleh terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama memuat tentang kekeruhan, pH, dan warna yang didasarkan pada perbedaan
volume koagulan yang dipergunakan. Kemudian, bagian kedua memuat tentang hasil
pengamatan kondisi sampel yang didasarkan pula pada perbedaan dosis koagulan. Pada
tabel 4.1, yaitu pada perlakuan koagulasi, dapat kita amati bahwa air sampel yang tidak diberi
koagulan sama sekali memiliki warna yang keruh, pH sebesar 7,66, dan nilai kekeruhan
sebesar 118 NTU. Kemudian, pada sampel yang diberi koagulan sebanyak 1mL terlihat bahwa
sampel memiliki warna bening sedikit keruh dengan pH sebesar 7,33, dan kekeruhan sebesar
23,8 NTU. Selanjutnya, pada sampel dengan koagulan sebanyak 3 mL, dapat kita amati
bahwa sampel terlihat bening, dengan pH sebesar 7,19 dan kekeruhan sebesar 23,76 NTU.
Pada sampel dengan dosis koagulan sebesar 6mL terlihat bahwa sampel nampak bening
dengan sedikit kekeruhan, pH sampel bernilai sebesar 7,06 dan nilai kekeruhan sebesar 21,46
NTU. Kemudian, pada sampel dengan koagulan sebesar 9 mL, dapat kita amati bahwa sampel
tersebut terlihat bening dengan sedikit kekeruhan, dimana pH sampel tersebut adalah sebesar
6,96 dan kekeruhan sebesar 15,5 NTU. Selanjutnya, pada sampel dengan koagulan sebesar
13 mL, terlihat bahwa sampel nampak bening dengan pH sebesar 6,92 dan kekeruhan
sebesar 7,97 NTU. Pada sampel dengan koagulan sebesar 15 mL, terlihat bahwa sampel
bening dengan pH sebesar 6,81 dan kekeruhan sebesar 6,74 NTU. Kemudian, pada sampel
dengan koagulan sebesar 18 mL, sampel terlihat bening dengan nilai pH sebesar 6,76 dan
kekeruhan sebesar 8,15 NTU. Selanjutnya, pada sampel denga koagulan sebesar 21 mL,
sampel terlihat bening dengan pH sebesar 6,73 dan nilai kekeruhan sebesar 7,55 NTU. Pada
sampel dengan koagulan sebesar 23 mL, dapat kita amati bahwa sampel terlihat bening sedikit
putih dengan pH sebesar 6,29 dan kekeruhan sebesar 12,06 NTU. Kemudian, pada sampel
dengan koagulan sebesar 26 mL, sampel terlihat berwarna bening keputihan dengan nilai pH
sebesar 6,28 dan kekeruhan sebesar 11,83 NTU.
Selain data perlakuan koagulasi, pada praktikum ini juga diperoleh data hasil perlakuan
koagulasi flokulasi. Data tersebut dapat kita amati pada tabel 4.2. Pada sampel pertama, yakni
sampel tanpa koagulan, sampel terlihat memiliki warna keruh, pH sebesar 7,66, dan
kekeruhan sebesar 118 NTU. Kemudian, sampel dengan koagulan 1 mL terlihat bening agak
keruh dengan nilai pH sebesar 7,24 dan kekeruhan sebesar 16,3 NTU. Selanjutnya, pada
sampel dengan koagulan sebanyak 3mL, sampel terlihat bening dengan pH sebesar 7,18 dan
kekeruhan sebesar 8,86 NTU. Lalu, pada sampel dengan koagulan sebesar 6 mL, sampel
terlihat bening dengan pH sebesar 7,14 dan kekeruhan sebesar 11,5 NTU. Pada sampel
kelima, yakni dengan koagulan sebesar 9 mL, sampel terlihat bening dengan pH sebesar 7,4
dan kekeruhan sebesar 6,01 NTU. Kemudian, pada sampel dengan koagulan sebesar 13 mL,
sampel nampak bening dengan pH sebesar 6,9 dan kekeruhan sebesar 3,86 NTU.
Selanjutnya, pada sampel dengan koagulan sebesar 15 mL, sampel terlihat bening dengan
nilai pH sebesar 6,8 dan kekeruhan sebesar 3,81 NTU. Lalu, pada sampel dengan koagulan
sebesar 18 mL, sampel terlihat bening dengan pH sebesar 6,7 dan kekeruhan sebesar 4,4
NTU. Pada sampel kesembilan, dengan koagulan sebesar 21 mL, sampel terlihat bening
dengan pH sebesar 6,86 dan kekeruhan sebesar 2,79 NTU. Kemudian, pada sampel dengan
koagulan sebesar 23 mL, sampel terlihat bening dengan pH sebesar 6,33 dan kekeruhan
sebesar 3,283 NTU. Selanjutnya, pada sampel dengan koagulan sebesar 26 mL, terlihat
bahwa sampel nampak bening dengan pH sebesar 6,13 dan kekeruhan sebesar 4,076 NTU.
Data hasil praktikum selanjutnya, yakni bagian kedua, memuat tentang pengamatan
kondisi sampel pada dosis koagulan yang berbeda. Pada tabel 4.3, dapat kita amati bahwa
sampel tanpa koagulan terlihat keruh tanpa adanya endapan dibawahnya. Kemudian, pada
sampel dengan koagulan sebesar 1 mL dan 3 mL, serta perlakuan koagulasi, air sampel masih
terlihat keruh tanpa adanya endapan. Begitu pula pada perlakuan koagulasi-flokulasi, untuk
sampel dengan koagulan sebesar 1 mL dan 3mL, sampel masih terlihat keruh tanpa adanya
endapan. Kemudian kita beralih pada tabel selanjutnya, yaitu pada tabel 4.4 yang memuat
hasil pengamatan sampel dengan koagulan sebesar 6 dan 9 mL. Pada perlakuan koagulasi,
untuk sampel dengan koagulan 6 dan 9 mL, sampel masih terlihat agak keruh, tetapi sudah
terlihat adanya endapan. Kemudian, pada perlakuan koagulasi-flokulasi, untuk sampel dengan
koagulan sebesar 6 dan 9 mL, sampel mulai terlihat agak keruh dengan terlihat adanya sedikit
endapan di bagian bawahnya. Selanjutnya, pada tabel 4.5, kita dapat mengamati data untuk
dosis koagulan sebesar 13 dan 15 mL. Pada perlakuan koagulasi, untuk sampel dengan
koagulan 13 dan 15 mL, sampel masih terlihat agak keruh, tetapi sudah terlihat adanya
endapan. Kemudian, pada perlakuan koagulasi-flokulasi, untuk sampel dengan koagulan
sebesar 6, sampel mulai terlihat agak keruh dengan terlihat adanya sedikit endapan di bagian
bawahnya. Sedangkan, untuk sampel 9mL koagulan, sampel mulai terlihat bening dengan
adanya sedikit endapan di bagian bawahnya.
Kemudian, pada tabel selanjutnya, yaitu tabel 4.6, kita dapat mengamati kondisi sampel
untuk dosis koagulan sebesar 18 dan 21 mL, dengan perlakuan koagulasi dan koagulasi-
flokulasi. Pada perlakuan koagulasi, untuk sampel dengan koagulan 18 dan 21 mL, sampel
mulai terlihat agak bening, dengan adanya endapan pada bagian bawah. Begitu pula pada
perlakuan koagulasi-flokulasi, untuk sampel dengan koagulan sebesar 18 mL dan 21 mL,
sampel mulai terlihat agak bening dengan adanya sedikit endapan di bagian bawahnya.
Kemudian kita beralih pada tabel selanjutnya, yaitu pada tabel 4.7 yang memuat hasil
pengamatan sampel dengan koagulan sebesar 23 dan 26 mL. Pada perlakuan koagulasi,
untuk sampel dengan koagulan 23 dan 26 mL, sampel terlihat bening dan terlihat adanya
banyak endapan pada bagian bawah. Kemudian, pada perlakuan koagulasi-flokulasi, untuk
sampel dengan koagulan sebesar 23 dan 26 mL, sampel mulai terlihat bening dengan adanya
banyak endapan pada bagian dasar wadah sampel tersebut.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Dosis Koagulan dengan Kekeruhan pada Perlakuan Koagulasi
Sumber: Data Diolah, 2022
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Dosis Koagulan dengan Kekeruhan pada Perlakuan Koagulasi-
Flokulasi
Sumber: Data Diolah, 2022
4.3 Titik Optimum Koagulan pada Praktikum (dibandingkan dengan literatur 2sitasi)
4.4 Pengaruh Koagulasi (Pengadukan Cepat) dalam Menurunkan Kekeruhan pada
Praktikum (dibandingkan dengan literatur 2 sitasi)
4.5 Pengaruh Flokulasi (Pengadukan Lambat) dalam Menurunkan Kekeruhan pada
Praktikum (dibandingkan dengan literatur 2 sitasi)
4.6 Pengaruh pH terhadap Prosess Koagulasi-Flokulasi (3 sitasi)
4.7 Faktor Penting dalam Metode Jar Test (2 sitasi)
BAB V
PENUTUP
Abdullah T. 2018. Studi Penurunan Kekeruhan Air Permukaan Dengan Proses Flokulasi
Hydrocyclone Terbuka. Tesis. Program Magister, Departemen Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Anggarani B. 2015. Peningkatan Efektivitas Proses Koagulasi-Flokulasi dengan
Menggunakan Alumunium Sulfat dan Polydadmac. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Hutasoit S., Panggabean I., Turnip NJR., dan Aditian A. 2020. Kajian Literatur Mengenai
Pemanfaatan Bahan Alam Sebagai Flokulan untuk Pemanenan Chlorella vulgaris.
Jurnal Ilmiah Maksitek 5(4): 99-104.
Meliala Y. 2019. Studi Penggunaan Kitosan dari Limbah Kulit Udang (Panaeus monodon)
Sebagai Biokoagulan untuk Penjernih Air Sungai. Tugas Akhir. Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Moelyo M. 2012. Pengkajian Efektivitas Proses Koagulasi dalam Memperbaiki Kualitas Limbah
Industri Penyamakan Kulit- Sukaregang, Garut. Jurnal Teknik Kidraulik 3(2): 169-182.
Nasriyanti D. 2020. Aktivitas Koagulasi Ekstrak NaCl Biji Lamtoro (Leucaena leucocephala)
dan Biji Turi (Sesbanian grandiflora) dalam Pengolahan Air Sungai Selokan Mataram.
Skripsi. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Nuranto S. dan Ali S. 2018. Tinjauan Teknis dan Ekonomi Beberapa Bahan Koagulan untuk
Pengolahan Air Minum dengan Air Kali Progo Sebagai Air Baku pada SPAM Regional
Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Jurnal Nasional Teknologi Terapan 2 (3): 244-254.
Rahardja IB., Siregar AL., dan Sitohang AWLB. 2020. Pengaruh Penggunaan Soda ASH
Terhadap Parameter pH dan Turbidity pada External Water Treatment (Studi Kasus di
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) XYZ, Kalimantan Utara). Jurnal Teknologi 12(1):
9-20.
Rahimah Z., Heldawati H., dan Syauqiah I. 2016. Pengolahan Limbah Deterjen dengan
Metode Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulan Kapur dan PAC. Jurnal Konversi
5(2): 13-19.
Wijaya M. 2016. Uji Model Fisik Water Treatment Sederhana Sistem Koagulasi Menggunakan
Tawas Flokulasi dengan Batuan Sedimentasi Bendung dan Filtrasi Kerikil. Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
Wildanian S. 2017. Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) Sebagai Koagulan
Alternatif pada larutan Pb(NO3)2. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
LAMPIRAN DHP
REVIEW VIDEO
Praktikum Satuan Operasi, materi pertama, dilengkapi dengan video praktikum yang
diberikan oleh para asisten praktikum. Dalam video tersebut termuat beberapa hal yang dapat
dikategorikan sebagai inti dari praktikum materi pertama ini. Adapun judul dari praktikum
satuan operasi materi pertama ini adalah Analisis Koagulasi dan Flokulasi dengan Metode Jar
Test. Dari judul tersebut dapat kita amati bahwa pada praktikum kali ini kita akan menganalisis
salah satu bagian dari sistem pengolahan air, yaitu koagulasi dan flokulasi melalui metode Jar
Test.
Video praktikum tersebut diawali dengan sambutan Mas Taufiq dari TL 07 selaku
asisten praktikum. Kemudian, dijelaskan kembali bahwa pada praktikum kali ini kita akan
membahas dua hal, yaitu mengenai alat dan bahan yang dipergunakan serta metode atau
langkah kerja yang akan kita lakukan. Kemudian, video dilanjutkan oleh mas Renold yang
akan menjelaskan alat bahan pada praktikum kali ini. Alat yang dijelaskan pertama adalah pH
meter. Sesuai dengan namanya, tentu saja alat ini dipergunakan untuk menentukan atau
mengukur derajat keasaman dari suatu objek. Kemudian, alat selanjutnya adalah gelas ukur.
Gelas ukur ini dipergunakan untuk mengukur dan menakar volume sampel dari larutan yang
akan terbentuk. Setelah itu, disebutkan pula bahwa terdapat bahan yang akan dipergunakan
dalam praktikum. Bahan tersebut adalah tawas yang akan dipergunakan sebagai koagulan.
Selain itu, terdapat pula gelas Erlenmeyer yang dipergunakan untuk mencampur larutan.
Dalam gelas Erlenmeyer tersebut terdapat larutan tawas yang terbuat dari 1 gram tawas yang
dilarutkan pada 100 mL aquades. Selanjutnya, alat yang diperkenalkan adalah stop watch
yang dipergunakan untuk mengukur waktu. Lalu, terdapat cawan porcelain yang dipergunakan
sebagai wadah senyawa ketika ditimbang pada timbangan analitik. Kemudian, terdapat
aquades sebagai pelarut. Selanjutnya disebutkan bahwa terdapat turbidimeter yang
dipergunakan untuk mengukur kekeruhan. Kemudian, terdapat pipet ukur 25 mL beserta bulb
yang dipergunakan untuk menyedot larutan. Selain itu, terdapat pula beaker glass yang
dipergunakan sebagai wadah sampel larutan. Kemudian, terdapat sampel air limbah domestic
yang berasal dari air sungai. Alat terakhir yang dijelaskan adalah Jar Test yang dipergunakan
untuk proses koagulasi dan flokulasi.
Kemudian, video berlajut pada penjelasan langkah kerja praktikum. Langkah kerja
yang pertama adalah mengambil sampel air sungai yang sudah disediakan sebanyak 500mL
dan diletakkan pada gelas beker. Meniskus yang dipergunakan adalah meniskus bawah.
Kemudian, langkah dilanjutkan dengan memasukkan larutan tawas sebanyak 0,5 mL kedalam
sampel air sungai pada gelas beker. Ketika sudah diberi tawas, air limbah dalam beker
tersebut ditelakkan pada Jar test. Selain perlakuan dengan pemberian 0,5 mL tawas,
perlakuan lainnya juga dipergukan pada sampel air yang sama, yaitu pemberian 1, 2, 4, 8, 12,
16, 20, 22. Dosis tersebut dimasukkan pada beberapa gelas beker berisi 500mL air limbah.
Hal ini bertujuan untuk menentukan dosis mana yang paling optimal.
Proses pertama yang dilakukan adalah proses koagulasi dengan menggunakan
pengadukan cepat pada kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Setelah proses pengadukan,
larutan dibiarkan dan didiamkan selama 10 menit untuk proses sedimentasi atau
pengendapan. Pemberian koagulan tadi akan menyebabkan terbentuknya flok-flok kecil.
Ketika didiamkan, flok tersebut akan tertarik oleh gaya gravitasi, sehingga flok-flok yang
terbentuk akan berkumpul dan mengendap pada bagian dasar wadah. Ketika air sudah
terpisah dengan padatan, maka akan dilakukan pengujian pada air tersebut, sehingga padatan
atau flok kotoran tersebut tidak ikut dalam pengujian. Setelah 10 menit dan terjadi endapan,
air bersih diatas endapan tersebut diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan kedalam kuvet
sampai menyentuh tanda batas. Setelah dimasukkan kedalam kuvet, kuvet tersebut kemudian
dimasukkan kedalam alat turbidimeter untuk mengukur kekeruhannya. Kemudian, pada
sampel tadi, dilakukan pengukuran derajat keasaman dengan menggunakan alat pH meter.
Setelah dilakukan proses koagulasi, proses selanjutnya adalah proses koagulasi-
flokulasi. Pada proses koagulasi saja, kita hanya mengaduk larutan selama 1 menit dengan
kecepatan 100 rpm, kemudian diendapkan. Namun, pada proses koagulasi-flokulasi ini,
setelah dilakukan pengadukan 100 rpm selama 1 menit, langkah kerja dilanjutkan dengan
mengaduk larutan selama 10 menit dengan kecepatan 50 rpm. Setelah itu, langkah kerjanya
sama dengan proses koagulasi, yaitu diendapkan dan diukur kekeruhan serta derajat
keasamannya.