Anda di halaman 1dari 13

KOAGULASI

FLOKULASI
Kelompok 5
Dita Putri P (H75219022)
Rahma Oktarina R (H05219012)
Alfi Zakiyatul Fiina (H75219018)
Aldi Prasetya Pratama (H95229038)
Taufan Dirgantara (H95219056)
Koagulasi flokulasi merupakan proses untuk
KOAGULASI menghilangkan padatan yang berada di dalam air
terutama yang berbentuk padatan tidak mengendap,
FLOKULASI padatan tersuspensi dan koloid. Koagulasi dan
flokulasi adalah proses fisikakimia dimana
diperlukan energi dan waktu agar proses dapat
berlangsung. Proses koagulasi selalu diikuti oleh
proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok atau
flok kecil menjadi flok yang berukuran besar
(Sarwono, dkk, 2017)

Dalam pengolahan air, kegunaan utama


dari koagulasi flokulasi ialah untuk
menggumpalkan padatan sebelum
proses sedimentasi dan filtrasi.
Dalam proses pengolahan air, terdapat dua tahap
pengadukan yang umum digunakan dalam
menciptakan kondisi turbulen. Unit pengaduk
cepat atau koagulasi merupakan tahap pertama
yang diperlukan secara esensial untuk
● mendispersikan koagulan yang dibubuhkan
pada unit ini secara merata, dan
● memicu tumbukan antara koagulan dengan
partikel penyebab kekeruhan.

Tahap kedua adalah pembentukan flok atau flokulasi yang terjadi di unit
pengaduk lambat segera setelah proses pengadukan cepat terlaksana. Pengadukan
lambat ini akan meningkatkan kesempatan dan jumlah tumbukan antar partikel.
Derajat pengadukan harus cukup besar sehingga flok tetap tersuspensi dan bergerak,
namun daya ini juga tidak terlalu besar yang dapat menyebabkan pecahnya flok
yang telah terbentuk (Winarni dkk, 2011)
Secara garis besar ada 4 tahapan
proses pembentukan flok, yaitu
tahap destabilisasi koloid, tahap
pembentukan mikro flok, tahap
penggabungan mikro flok serta
tahap pembentukan makro flok
(Susanti, 2003).

Koagulasi dan flokulasi disebabkan oleh


beberapa faktor antara lain karakteristik
partikel, kekeruhan, warna, pH, temperatur,
waktu detensi, komposisi zat kimia dalam
air, jenis koagualan dan flokulan, zeta
potensial. Karakteristik partikel dibedakan
menjadi 2 yaitu berdasarkan ukuran dan
water solid interface (Metcalf dan Eddy,
1991).
KOAGULASI
Proses penambahan bahan kimia atau koagulan ke
dalam air baku yang bertujuan untuk mengurangi daya
tolak menolak antar partikel koloid, sehingga partake-
partikel tersebut bergabung menjadi flok-flok kecil
(Susanti, 2003).
penambahan dan pencampuran koagulan
secara cepat, yang mengakibatkan destabilisasi
koloid dan padatan tersuspensi halus, dan
agregasi awal dari partikel yang tidak stabil
(Reynolds, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi
Menurut Rahimah,2016

Suhu Air Jenis Koagulan


Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada
terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu air pertimbangan segi ekonomis dan daya efektivitas
diturunkan , maka besarnya daerah pH yang dari pada koagulan dalam pembentukan flok.
optimum pada proses kagulasi akan berubah dan Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
merubah pembubuhan dosis koagulan. dibanding koagulan dalam bentuk serbuk atau
butiran.
Derajat Keasaman (pH) Alkalinitas
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau
berada pada daerah pH yang optimum. Untuk tiap basa yang terjadi dalam air.Alkalinitas dalam air
jenis koagulan mempunyai pH optimum yang dapat membentuk flok dengan menghasil ion
berbeda satu sama lainnya. hidroksida pada reaksi hidrolisa koagulan.
Kadar Ion Terlarut Dosis koagulan
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari
terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh proses koagulasi dan flokulasi sangat
anion lebih besar daripada kation. Dengan tergantung dari dosis koagulasi yang
demikian ion natrium, kalsium dan magnesium dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai
tidak memberikan pengaruh yang berarti dengan dosis yang dibutuhkan maka proses
terhadap proses koagulasi. pembentukan inti flok akan berjalan dengan
baik.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendah proses Kecepatan pengadukan
destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya pada
tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan
destabilisasi akan berlangsung cepat.Tetapi apabila koagulan ke dalam air. Kecepatan pengadukan sangat
kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang berpengaruh terhadap pembentukan flok bila
rendah maka pembentukan flok kurang efektif . pengadukan terlalu lambat mengakibatkan lambatnya
flok terbantuk dan sebaliknya apabila pengadukan
terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk.
Macam-Macam Koagulan
Aluminium Sulfat
Aluminium Sulfat (tawas) merupakan jenis
koagulan yang sering digunakan. Alkalinitas yang
ditambahkan harus cukup supaya dapat bereaksi dan Aluminium Sulfat
menghasilkan flok hidroksida. Alkalinitas yang Besi Sulfat (FeSO4) membutuhkan alkalinitas dalam
digunakan disesuaikan dengan rentang pH dari bentuk ion hidroksida untuk menghasilkan reaksi yang
aluminium sulfat yaitu sekitar 5-8. Dalam hal ini cepat. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi oksidasi yang
alkalinitas yang biasa digunakan ialah ion membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi
bikarbonat. koagulasi, oksigen berkurang dan ion besi dioksidasi
menjadi bentuk besi, dimana ia mengendap sebagai besi
hidroksida.
FLOKULAS Flokulasi adalah pengadukan
lambat atau agitasi lembut untuk
mengumpulkan partikel yang tidak
I stabil dan membentuk flok yang
mengendap dengan cepat (Reynold,
1995).

proses pengumpulan partikel-partikel


dengan muatan tidak stabil yang kemudian
saling bertubrukan sehingga membentuk
kumpulan partikel-partikel dengan ukuran
yang lebih besar, juga dikenal dengan
istilah partikel flokulan atau flok (Rusydi
dkk, 2016) .
Jenis-Jenis Proses Flokulasi
Flokulasi perikinetik
Flokulasi orthokinetik
Flok perikinetik merupakan flok yang diakibatkan
oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses
sebagai gerak Brown, prosesnya disebut flokulasi terbentuknya flok yang diakibatkan oleh
perikinetik. Gerak acak dari partikel-partikel terbentuknya gerak media (air) misalnya
koloid yang ditimbulkan karena adanya tumbuhan pengadukan (Sank R.K, 1986).
molekul-molekul air, akan mengakibatkan
terjadinya gabungan antar partikel sangat kecil 1 <
100 milimikron (Sank R.K, 1986).
Proses flokulasi ini bergantung pada durasi dan jumlah
agitasi lembut yang diterapkan ke air. Waktu air
meninggalkan cekungan flokulasi, flok telah
diaglomerasi menjadi besar dan padat. Partikel flok
cepat mengendap. Jenis perangkat yang biasanya
digunakan untuk melengkapi agitasi yang diperlukan
baik dalam pencampuran cepat dan flokulasi secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai
● agitator mekanis, seperti dayung,
● agitator pneumatik. dan
● baffle basin (Reynold, 1995).
Daftar Pustaka
Anna Fadliah Rusydi, D. S. (2016). Pengolahan Air Limbah Tekstil Melalui Proses Koagulasi Flokulasi dengan Menggunakan Lempung
Anna Fadliah
Sebagai Rusydi, D. Partikel
Penyumbang S. (2016).Tersuspensi.
PengolahanArena
Air Limbah
Tekstil,Tekstil
31(2), Melalui
105-114.Proses Koagulasi Flokulasi dengan Menggunakan Lempung
Sebagai Penyumbang Partikel Tersuspensi. Arena Tekstil, 31(2), 105-114.
Arum, Tantri Mayang dkk, 2004, Penentuan Kondisi Optimum Pengadukan dalam Proses Koagulasi, Jurnal Purifikasi, Vol. 5, No. 3
Arum, Tantri Mayang dkk, 2004, Penentuan Kondisi Optimum Pengadukan dalam Proses Koagulasi, Jurnal Purifikasi, Vol. 5, No. 3
Dessy Tri Nugraheni, S. S. (2014). Cangkang Udang Sebagai Biokoagulan Untuk Penyisihan Turbidity, Tss, Bod, Dan Cod Pada
Dessy Tri Air
Pengolahan Nugraheni,
Limbah S. S. (2014).
Farmasi PT.Cangkang Udang
Phapros Tbk, Sebagai Jurnal
Semarang. Biokoagulan
TeknikUntuk Penyisihan Turbidity, Tss, Bod, Dan Cod Pada
Lingkungan.
Pengolahan Air Limbah Farmasi PT. Phapros Tbk, Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan.
Kustiono, H. (2002). Studi Literatur Alum dan Pengaruh Koagulasinya Terhadap Partikel Koloid dan Bahan Organik Alam (NOM).
Kustiono,
Tugas Akhir.H. (2002).
Teknik Studi Literatur
Lingkungan Alum dan
FTSP-ITS. Pengaruh Koagulasinya Terhadap Partikel Koloid dan Bahan Organik Alam (NOM).
Surabaya.
Tugas Akhir. Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.
Metcalf dan Eddy. (1991). Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGraw-Hill Book and Co. Singapore.
Metcalf dan Eddy. (1991). Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. McGraw-Hill Book and Co. Singapore.
Reynold, T. D. (1995). Unit Operation and Processe in Enviromental Engineering. Boston : PWS Publishing Company.
Reynold, T. D. (1995). Unit Operation and Processe in Enviromental Engineering. Boston : PWS Publishing Company.
Rizal, Y., J.A. Pinem., dan M.P. Sembiring. (2013). Pengaruh Konsentrasi Koagulan pada Penyisihan BOD, COD dan TSS Air Lindi
Rizal,
TPA Y., J.A.
Sentajo Pinem.,
dengan dan M.P. Sembiring.
Menggunakan Kombinasi(2013). Pengaruh Konsentrasi
Koagulasi-Flokulasi Koagulan Fakultas
dan Ultrafiltrasi. pada Penyisihan BOD, COD Riau.
Teknik, Universitas dan TSS Air Lindi
Pekanbaru.
TPA Sentajo dengan Menggunakan Kombinasi Koagulasi-Flokulasi dan Ultrafiltrasi. Fakultas Teknik, Universitas Riau. Pekanbaru.
Sank, R. L. (1978). Water Treatment Plant Design For The Practising Engineer.
Sank, R. L. (1978). Water Treatment Plant Design For The Practising Engineer.
Winarni, B. I. (2011). PENGARUH PENGADUKAN PADA KOAGULASI MENGGUNAKAN ALUM. Tri Jurnal, 5(6), 201-206.
Winarni, B. I. (2011). PENGARUH PENGADUKAN PADA KOAGULASI MENGGUNAKAN ALUM. Tri Jurnal, 5(6), 201-206.
Zikri Rahimah, H. H. (2016). Pengolahan Limbah Deterjen Dengan Metode Koagulasiflokulasi Menggunakan Koagulan Kapur Dan
Zikri
PAC. Rahimah,
Jurnal H. H.
Konversi, (2016). Pengolahan Limbah Deterjen Dengan Metode Koagulasiflokulasi Menggunakan Koagulan Kapur Dan
5(2).
PAC. Jurnal Konversi, 5(2).
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai