KELOMPOK 8 :
- Yasmin Fadhilah Putri P. (H75219034)
- Rhovenia Shalsa Bamiati (H95219052)
Pengertian Qira’at
Qira’at secara bahasa adalah bentuk jamak dari qira’ah. Qira’ah diambil dari kata
قرأlalu dibentuk mashdarnya menjadi قرأ – يقرأ- وقرآنا – قراءةyang berarti
menghimpun atau membaca.
3. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan i’rab dan bentuk tulisannya.
Contoh :
Dalam surah Al-Baqarah ayat 259
ْف نُ ْن ِش ُزهَا َ واَ ْنظًرْ إلَى ال ِع
َ ظ ِام َكي
Artinya: “Lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagaimana Kami
menyusunnya kembali.”
Dan ُ ن ْن ِش ُرهَاyang artinya : “Menyebarkannya”.
4. Perubahan pada kata dengan perubahan pada bentuk tulisannya, dan perubahan
maknanya. Contoh :
Dalam surah Al-Waqiah ayat 29
ط ْل ٍع َم ْنض ُْو ٍدَ َو
Artinya: “Dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya.”
Dan : ح ٍ ط ْلَ yang artinya: “Pohon pisang.”
5. Perbedaan pada kata dan bentuk tulisan, tetapi tidak menyebabkan perubahan
maknanya. Contoh :
Dalam surah Yasin ayat 28
َاح َدة َ َّت إِال
ِ ص ْي َحةً َّو ْ َإن َكان
ْ
Artinya: “Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja.”
Dan: ً َز ْقيَ ًة َّوا ِح َدةyang artinya: “Satu teriakan saja.”
6. Perbedaan dalam mendahulukan dan mengakhirkannya. Contoh :
Dalam surah Qaf ayat 19
ت َس َك َرةُ ال َم ْو ْ َو َجا َء
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”
ت َس َك َرةُ ال َح ِّق ْال َم ْو ِتْ َو َجا َء
Artinya: “Dana datanglah sekarat kebenaran dengan maut.”
1) Qira’at Mutawatir
Qira’at mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak
mungkin terjadi kesepakatan di antara mereka untuk berbuat kebohongan.
2) Qira’at Mashhur
Qira’at mashhur adalah qira’at yang sanadnya bersambung sampai kepada
Rasulullah SAW diriwayatkan oleh beberapa orang yang adil dan kuat hafalannya
(shahih), tetapi tidak sampai pada kualitas mutawatir, hanya sesuai dengan kaidah
bahasa Arab dan tulisan mushaf Uthmani.
3) Qira’at Ahad
Qira’at ahad adalah qira’at yang sanadnya bersih dari cacat tetapi menyalahi mushaf
Uthmani dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Juga tidak terkenal di
kalangan imam qira’at.
4) Qira’at Shadh
Qira’at shadh adalah qira’at yang cacat sanadnya dan tidak bersambung sampai
kepada Rasulullah SAW.
5) Qira’at Mawdhu
Qira’at mawdhu adalah qira’at yang dibuat-buat dan disandarkan kepada
seseorang tanpa mempunyai dasar periwayatan sama sekali.
6) Qira’at Shabih bi al-Mudraj
Qira’at Shabih bi al-Mudraj adalah qira’at yang menyerupai kelompok mudraj
dalam Hadith, yakni qira’at yang telah memperoleh sisipan atau tambahan
kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut.
c) Qira’at Arba’ Asharah : qira’at asharah yang ditambah dengan empat qira’at.
Maksud “sesuai dengan salah satu kaidah bahasa Arab“ ialah tidak menyalahi salah satu
segi dari segi-segi qawa’id bahasa ‘Arab, baik bahasa Arab yang paling fasih ataupun
sekedar fasih, atau berbeda sedikit tetapi tidak mempengaruhi maknanya. qira’at yang
lebih dijadikan pegangan adalah bacaan yang telah tersebar secara luas dan diterima
para imam dengan sanad yang sahih.
Sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf Uthmani, walaupun hanya tersirat
Yang dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu tulisan pada mushaf Uthmani” adalah
sesuainya qira’at itu dengan tulisan pada salah satu mushaf yang ditulis oleh panitia
yang dibentuk oleh Uthman bin ‘Affan dan dikirimkannya ke kota-kota besar Islam pada
masa itu.
Sahih sanadnya
Mengenai maksud dari “sahih sanadnya” ini ulama berbeda pendapat. Sebagian
menganggap cukup dengan sahih saja, sebagian yang lain mensyaratkan harus
mutawatir. Dengan demikian qira’at sahih adalah qira’at yang sahih sanadnya sampai
kepada Nabi Muhammad saw, ungkapan kalimatnya sempurna menurut kaedah tata
bahasa Arab dan sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf Uthmani.
Manfaat Adanya Qira’at
1. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-Qur’an.
2. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya alQur’a>n dari perubahan
dan penyimpangan.
3. Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin masih global atau samar dalam
qiraat yang lain, baik Qira’at itu mutawatir, mashhur ataupun shadh.
4. Bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan maknanya, karena setiap
qira’at menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa perlu adanya
pengulangan lafaz.
5. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah.
6. Mendukung autentisitas al-Qur'an, karena akan terhindar dari cara baca yang
menyimpang.
7. Sebagai bukti dari kemukjizatan Al Qur’an.