Anda di halaman 1dari 18

QIRA’AT AL-QUR’AN

KELOMPOK 8 :
- Yasmin Fadhilah Putri P. (H75219034)
- Rhovenia Shalsa Bamiati (H95219052)
Pengertian Qira’at
Qira’at secara bahasa adalah bentuk jamak dari qira’ah. Qira’ah diambil dari kata
‫ قرأ‬lalu dibentuk mashdarnya menjadi ‫ قرأ – يقرأ‬- ‫ وقرآنا – قراءة‬yang berarti
menghimpun atau membaca.

Sedangkan secara terminologi pengertian qira’at dipahami oleh ulama’ secara


beragam dan didapakan kesimpulan bahwa :
Qira’at secara terminologi adalah ilmu tentang cara membaca Al-Qur’an yang
dipilih oleh salah seorang ahli atau imam qira’at, berbeda dengan cara ulama lain
berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih sanadnya dan selaras dengan kaidah-
kaidah bahasa Arab serta sesuai dengan bacaan yang terdapat pada salah satu
mushaf Uthmani.
Segi-Segi Perbedaan Qira’at
Menurut Ibn Qitaybah ada 7 bentuk perbedaan cara melafadzkan Al-Qura’an,
diantaranya :
1. Perbedaan dalam i’rab dan harakat kalimat tanpa perubahan makna bentuk
kalimat. Contoh :
Dalam surah Hud ayat 78
ْ َ‫ُؤالَ ِء بَنَاتِ ْي هُ َّن ا‬
َ‫طهَ ُر لَ ُك ْم‬
Artinya: “Inilah putri-putriku mereka lebih suci bagimu.”
Ada yang membaca : ‫ط َه َر‬ ْ dengan nashab.
2. Perbedaan pada i’rab dan harakat (baris) kalimat sehingga mengubah maknanya.
Contoh :
Dalam surah An-Nur ayat 15
‫َوإِ ْذ تَلَقَّ ْونَه‘ بِأ َ ْل ِسنَتِ ُك ْم‬
Artinya: “Di waktu kamu menerima berita itu dari mulut ke mulut.”
Dan ‫ ‘ َ تلِ َق ْونَه‬yang artinya: “Kamu berbohong kepadanya.”

3. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa perubahan i’rab dan bentuk tulisannya.
Contoh :
Dalam surah Al-Baqarah ayat 259
‫ْف نُ ْن ِش ُزهَا‬ َ ‫واَ ْنظًرْ إلَى ال ِع‬
َ ‫ظ ِام َكي‬
Artinya: “Lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagaimana Kami
menyusunnya kembali.”
Dan ‫ ُ ن ْن ِش ُرهَا‬yang artinya : “Menyebarkannya”.
4. Perubahan pada kata dengan perubahan pada bentuk tulisannya, dan perubahan
maknanya. Contoh :
Dalam surah Al-Waqiah ayat 29
‫ط ْل ٍع َم ْنض ُْو ٍد‬َ ‫َو‬
Artinya: “Dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya.”
Dan : ‫ح‬ ٍ ‫ط ْل‬َ yang artinya: “Pohon pisang.”

5. Perbedaan pada kata dan bentuk tulisan, tetapi tidak menyebabkan perubahan
maknanya. Contoh :
Dalam surah Yasin ayat 28
َ‫اح َدة‬ َ َّ‫ت إِال‬
ِ ‫ص ْي َحةً َّو‬ ْ َ‫إن َكان‬
ْ
Artinya: “Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja.”
Dan: ً‫ َز ْقيَ ًة َّوا ِح َدة‬yang artinya: “Satu teriakan saja.”
6. Perbedaan dalam mendahulukan dan mengakhirkannya. Contoh :
Dalam surah Qaf ayat 19
‫ت َس َك َرةُ ال َم ْو‬ ْ ‫َو َجا َء‬
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”
‫ت َس َك َرةُ ال َح ِّق ْال َم ْو ِت‬ْ ‫َو َجا َء‬
Artinya: “Dana datanglah sekarat kebenaran dengan maut.”

7. Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf. Contoh :


Dalam surah Yasin ayat 25
‫ت أَ ْي ِد ْي ِه ْم‬
ْ َ‫َو َما َع ِمل‬
Artinya: “Dan apa yang diusahakan tangan mereka.”
Dan :‫َو َما َع ِملَ ْت ُه َأ ْي ِد ْي ِه ْم‬
Artinya: “Dan apa yang diusahakannya oleh tangan mereka.”
Sejarah Perkembangan Ilmu Qira’at

Qira’at mulai diturunkan di Makkah bersamaan dengan turunnya Al-Qur’an.

Qira’at mulai diturunkan di Madinah sesudah peristiwa hijrah.

Penyalinan mushaf pada masa Uthman bin Affan

Periwayatan dan talaqqi dari orang-orang yang thiqqah.

Munculnya masa pembukuan ilmu qira’at


Tokoh-tokoh ahli qira’at
• Makki bin Abu Talib al-Qaisi • Husayn bin Ahmad bin Khalawayh
Karyanya : al-ibanah an Ma’ani al-Qira’an dan al-Kashf Karyanya : al-Hujjat fi Qira’at as-Sab’i dan
an Wujuh al-Qira’ati as-Sab’i wa Ilaliha Mukhtasar Shawadz al-Qur’an
• Abd ar-Rahman bin Isma’il/Abu Shamah • Ahmad bin Musa bin Mujahid
Karyanya : Kitab as-Sab’ah
Karyanya : Ibraz Ma’ani min Harz al-Amani dan Sharh
• Ash-Shatibi
Kitab ash-Shatibiyah
Karyanya : Harz al-Amani wa Wajh an-Nahani
• Ahmad bin muhammad ad-Dimyati
– Nazam fi Qira’atas-Sab’i
Karyanya : Itthafu Fudala’i al-Bashari fi al-Qira’atal- • Ali an-Nawawi as-Safaqisi
Arba’i Ashar Karyanya : Ghaith an-Nafi fi al-Qira’at as-Sab’i
• Muhammad al-Jazari • Abu Amr ad-Dani
Karyanya : Tahbir at-Taisir dil al-Qira’ati al-Ashar min Karyanya : at-Tasyir fi al-Qira’at as-Sab’i.
Tariq ash-Shatibiyah wa ad-Durrah
• Ibn al-Jazari
Karyanya : Taqrib an-Nashr fi al-Qira’atal Ashar dan An-
Nashr fi al-Qira’atal al-Ashar
Macam-Macam Qira’at
Berdasarkan Kualitas qira’atnya

1) Qira’at Mutawatir
Qira’at mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak
mungkin terjadi kesepakatan di antara mereka untuk berbuat kebohongan.
2) Qira’at Mashhur
Qira’at mashhur adalah qira’at yang sanadnya bersambung sampai kepada
Rasulullah SAW diriwayatkan oleh beberapa orang yang adil dan kuat hafalannya
(shahih), tetapi tidak sampai pada kualitas mutawatir, hanya sesuai dengan kaidah
bahasa Arab dan tulisan mushaf Uthmani.
3) Qira’at Ahad
Qira’at ahad adalah qira’at yang sanadnya bersih dari cacat tetapi menyalahi mushaf
Uthmani dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Juga tidak terkenal di
kalangan imam qira’at.
4) Qira’at Shadh
Qira’at shadh adalah qira’at yang cacat sanadnya dan tidak bersambung sampai
kepada Rasulullah SAW.
5) Qira’at Mawdhu
Qira’at mawdhu adalah qira’at yang dibuat-buat dan disandarkan kepada
seseorang tanpa mempunyai dasar periwayatan sama sekali.
6) Qira’at Shabih bi al-Mudraj
Qira’at Shabih bi al-Mudraj adalah qira’at yang menyerupai kelompok mudraj
dalam Hadith, yakni qira’at yang telah memperoleh sisipan atau tambahan
kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut.

Dari enam macam qira’at tersebut selain al-mutawatir dan al-mashhur,


semuanya (al-ahad, al-shaz, al-mawdu, dan al-mudraj) tidak boleh dipakai
untuk dibaca, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, karena hakikatnya ia
bukan Al-Qur’an.
Berdasarkan kuantitas qira’atnya
a. Qira’at Sab’ah : disandarkan para ima Qurra’ yang tujuh.

No. Imam Qurra’ tempat Perawi


1. Nafi’ bin Abi Nu’aim al-Asfani (w.169H) Madinah Qalun dan Warsy
2. ‘Abdullah Ibn Kasir (w.120H) Makkah Al-Bazz dan Qunbul
3. ‘Abdullah bin ‘Amir al-Basri (w.118H) Damaskus Hisyam dan Zakwan
4. Abu’ Amr al-Basri (w.148H) Basrah Ad-Duri dan as-Susi
5. ‘Asim bin Abi Najud (w.129H) Kufah Syu’bah dan Hafs
6. Hamzah bin Habib az-Zayyat (w.156H) Kufah Khalaf dan Khallad
7. Al-Kissa’i, Ali bin Hamzah Kufah Abu Haris dan ad-Duri al-
Kisa’i
b) Qira’at Asharah : qira’at sab’ah ditambah dengan tiga qira’at.

No. Imam Qurra’ tempat Perawi


1. Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa (w.130H) Madinah Ibn Wardan dan Ibn
Jamaz
2. Abu Ya’qub al-Hadrami (w.205H) Basrah Ruwais dan Rauhi
3. Khalaf bin Hisyam al-Bazzar (w.299H) Kufah Ishaq dan Idris

c) Qira’at Arba’ Asharah : qira’at asharah yang ditambah dengan empat qira’at.

No. Imam Qurra’ tempat Perawi


1. Hasan al-Basri (w.110H) Basrah Al-Balkhi dan ad-Duri
2. Ibn Muhaisin (w.122H) Makkah Al-Bazzi dan Ibn
Syannabuz
3. Yahya al-Yazidi (w.202H) Basrah Sulaim bin al-Hakam dan
Ahmad bin al-Farah
4. Al-A’masy (w.147H) Kufah Al-Mutawi’i dan as-
Syanabuzi
Syarat-Syarat Sahnya Qira’at
Para ulama menetapkan tiga syarat sah dan diterimanya qira’at yaitu:
a. Sesuai dengan salah satu kaidah bahasa ‘Arab
b. Sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf Uthmani, walaupun hanya tersirat
c. Sahih sanadnya
Sesuai dengan salah satu kaidah bahasa ‘Arab

Maksud “sesuai dengan salah satu kaidah bahasa Arab“ ialah tidak menyalahi salah satu
segi dari segi-segi qawa’id bahasa ‘Arab, baik bahasa Arab yang paling fasih ataupun
sekedar fasih, atau berbeda sedikit tetapi tidak mempengaruhi maknanya. qira’at yang
lebih dijadikan pegangan adalah bacaan yang telah tersebar secara luas dan diterima
para imam dengan sanad yang sahih.
Sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf Uthmani, walaupun hanya tersirat

Yang dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu tulisan pada mushaf Uthmani” adalah
sesuainya qira’at itu dengan tulisan pada salah satu mushaf yang ditulis oleh panitia
yang dibentuk oleh Uthman bin ‘Affan dan dikirimkannya ke kota-kota besar Islam pada
masa itu.
Sahih sanadnya

Mengenai maksud dari “sahih sanadnya” ini ulama berbeda pendapat. Sebagian
menganggap cukup dengan sahih saja, sebagian yang lain mensyaratkan harus
mutawatir. Dengan demikian qira’at sahih adalah qira’at yang sahih sanadnya sampai
kepada Nabi Muhammad saw, ungkapan kalimatnya sempurna menurut kaedah tata
bahasa Arab dan sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf Uthmani.
Manfaat Adanya Qira’at
1. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-Qur’an.
2. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya alQur’a>n dari perubahan
dan penyimpangan.
3. Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin masih global atau samar dalam
qiraat yang lain, baik Qira’at itu mutawatir, mashhur ataupun shadh.
4. Bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan maknanya, karena setiap
qira’at menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa perlu adanya
pengulangan lafaz.
5. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah.
6. Mendukung autentisitas al-Qur'an, karena akan terhindar dari cara baca yang
menyimpang.
7. Sebagai bukti dari kemukjizatan Al Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai