A. Qira’at Al-Qur’an
1) Pengertian Qira’at
Al-Qira‟at, jamak dari qiraatan, mashdar dari qara’a, yara’u qira’atan.
Menurut istilah berarti: madzhab pembaca al-Qur‟an dari para imam qura’ yang
masing-masing mempunyai perbedaan dalam pengucapanal-Qur‟an dan
disandarkan pada sanad-sanadnya sampai kepada Rasullah Saw.81
Qira‟ah dari segi bahasa adalah bacaan. Dengan demikian, qira‟ah Al-
Qur‟an berarti bacaan al-Qur‟an. Menurut Istilah, Qira‟at adalah suatu madzhab
yang dianut oleh seorang imam dalam membaca al-Qur‟an yang berbeada satu
dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur‟an serta disepakati riwayat dan
jalurnya , baik perbedaan dalam pengucapan huruf dan lafadznya.82
81
Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’anPraktis, (Jakarta: Pustaka Amani,
2001) hlm, 357.
82
Rusydi Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi,
(Yogyakarta: IRCSoD, 2015) hlm 130 yang dikutip dari Kitab Manahilul ‘Irfan Fi Ulumil Qur’an
karya Az-Zarqani, (Beirut: Darul Fikr, 1988) hlm, 142.
83
Ibid
84
Ibid hlm 143, yang dikutip dari bukunya Abduh Zulfikar Akaha, Al-Qur’an dan Qira’ah
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996), hlm, 194.
54
55
perintis ilmu al-Qur‟an di antaranya adalah Abu Ubaid al-Qassim ibnu salam, Abu
Hatim al-Sajistani, Abu Ja‟far ath-Thabari, dan Ismail al-Qadhi.85
85
Ibid, yang dikutip dari bukunya M. Natsir Arsyid, Seputar al-Qur’an, Hadits, dan Ilmu
(Bandung: Al-Bayan 1995), hlm, 35-37.
86
Wawan Djunaidi, Sejarah Qira’at al-Qur’an di Nusantara, (Jakarta Pusat: Pustaka STAINU,
2010) hlm, 21.
87
Wawan Djunaidi, Sejarah Qira’at al-Qur’an di Nusantara, hlm 22
88
Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’anPraktis.
89
Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’anPraktis.
56
90
Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’anPraktis,hlm, 132.
91
Ibid, yang dikutip dari bukunya Muhammad Thabathaba‟i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an
(Bandung: al-Mizan, 1990) hlm, 138.
92
Ibid, yang dikutip dari bukunya Muhammad Thabathaba‟i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an
(Bandung: al-Mizan, 1990) hlm, 134.
93
Ibid, Rusydi Anwar, hlm, 133.
57
94
Ibid, hlm 134 yang dikutip dari bukunya Sya‟ban Muhammad Ismail, Memgenal Qira’at al-
Qur’an (Semarang: Dimas, 1993) hlm, 124.
95
Rusydi Anwar, 124.
58
96
Rusydi Anwar, 135.
97
Rusydi Anwar, 136.
98
Rusydi Anwar,136-137.
59
7) Masalah Sanad
Qira’at menurut Jalaludin Al-Balqani terbagi kepada mutawatir, masyhur
dan syadz. Qira’at mutawatir ialah qira’at Sab’ah, qira‟at yang masyhur dan
ahad ialah Qira‟at Tsalatsah dan qira‟at Sahabat dan qira‟at Syadz ialah qira‟at
Tabi‟in. Qira‟at Mutawatir itu ialah qiraat yang diriwayatkan oleh golongan
banyak pula dan tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta. Qira‟at yang
Mutawatir ini diriwayatkan oleh Imam tujuh, yaitu: Nafi bin Abdurrahman (di
Madinah), Abdullah bin Katsir (di Makkah), Ali bin Hamzah Al-Kisai (di
Kuffah), Ashim Al Ashadi (di Kuffah), Hamzah bin Habib Az Zayyat (di
99
Wawan Djunaidi, hlm 178.
60
Kuffah), Abu Amr Zabban ibnu Al-A‟la (di Basrah), dan Abdullah bin Amir al
Yahshubi (si Syam).
Qira‟at Masyhur dan Ahad ialah qira‟at yang shahih diriwayatkan oleh
orang yang adil dan kuat hafalannya dan dapat dipercaya sesuai dengan mushaf
Utsmani. Syadz ialah qira‟at yang tidak shahih sanadnya seperti qira‟at Ibnu
Syammayaf, Maudlu ialah qira‟at yang palsu seperti qira‟at yang dikumpulkan
oleh Muhammad bin ja‟far Al-Khoza‟i.100
100
Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkas, 2009),
hlm, 141.
101
Solahudin, Ulama Penjaga Wahyu, (Kediri: Nous Pustaka Utama, 2013), hlm. 68-91
61
Abu Bakr. Bahdalah ayah imam „Ashim memiliki julukan Abi al-
Nujud. Ada dua orang guru yang sangat berpengaruh bagi imam
„Ashim dalam hal qira‟at, yaitu Abu Abd al-Rahman Al-Sulami
dan Zirr bin Hubaiys. Banyak yang belajar kepada imam „Ashim.
Namun yang dikukuhkan menjadi perawi imam „Ashim adalah
Hafsh dan Abu Bakr Syu‟bah bin „Ayyasy.
Thahir bin „Abd al- Mun‟im bin Ghalbun, „Abd al-„Aziz bin Ja‟far
bin Muhammad, Faris bin Ahmad bin Musa dan Muhammad bin
„Abdullah al-Najjad.
Ketika berumur 26 tahun Abu „Amr al-Dani mengadakan
perjalanan ke timur untuk memperdalam ilmunya, seperti ke
Qairawan dan Tunis. Di kota ini Abu „Amr belajar qira‟at ke
beberapa ulama seperti Abu al-Hasan al-Qabisi. Dari kota tersebut
ia kemudian ke Mesir dan belajar kepada sejumlah ulama
berkebangsaan Mesir, Baghdad dan Syam. Di antara gurunya
adalah Faris bin Ahmad bin Thahir bin Ghalbun. Kemudian Abu
„Amr menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan dalam kesempatan
ini ia berguru kepada sejumlah ulama di sana, seperti Abu al-
„Abbas Ahmad bin al-Bukhari. Pulang haji ia kembali ke Mesir
dan menetap selama sebulan kemudian tinggal di Qairawan selama
beberapa bulan sebelum akhirnya kembali ke tanah kelahirannya.
Tokoh ini wafat pada 15 Syawwal 444 H/1053 M di tanah
kelahirannya.
Beberapa ulama yang pernah belajar qira‟at kepeda Abu
„Amr „Utsman al-Dani ialah Sulaiman bin Najah, Khalaf bin
Ibrahim al-Thalithali, Khalaf binMuhammad al-Anshari, dan
Muhammad bin „Isa al-Thalithali. Selama hidupnya ia telah
mengarang beberapa karya. Ada yang berpendapat seluruh
karyanya berjumlah 120 dan yang lain mengatakan 130.
11. Abu Dawud Sulaiman bin Najah al-Andalusi (wafat 496 H/1103
M)
Beliau lahir pada 1413 H/1022 M. Guru beliau adalah Abu
Amr Al-Dani. Murid beliau adalah Abu al-hasan „Ali bin Hudail,
Ibrahim bin Jama‟ah al-bakri al-Dani, Ahmad bin Sahnun al-Mursi.
12. Abu al-Hasan „Ali bin Hudail (W. 564 H/1168 M).
Beliau lahir pada 470 H/1077 M. Guru beliau diantaranya
adalah Abu Dawud Sulaiman bin Najah al-Andalusi. Murid beliau
64
14. Abu al-Hasan „Ali bin Syujai al-Abbas (661 H/1262 M).
16. Muhammad bin Abd Al-rahman bin Ashoigh (w. 776 H/1374 M)
dan Abdurrahman bin Ahmad al-Baghdadi (w. 781 H/1379 M).
22. Saif al-Din bin „Atha Allah al-Fadhali (w. 1020 H/1611 M)
Nama lengkap ahli qira‟at asal Mesir ini adalah „Ali bin
Sulaiman bin Abd Allah al-Manshuri. Guru-guru beliau dalam
qira‟at adalah Sulthan al-Mazzahi, Ali al-Syabramallisi dan
Muhammad al-Baqari. Termasuk murid-muridnya adalah Ah mad
Hijazi dan Yusuf Affandi Zadah (w.1167 H/1754 M). „Ali bin
Sulaiman Al-Manshuri wafat di Iskandariyah pada 113 H/1722 M.
102
Keluarga Muda Bani Muhammad Munawir, Buku Silsilah Dzurriyyah Bani
Muhammad Munawir, Krapyak, 2000, hlm 1.
103
Ibid.
104
Ibid, hlm 2.
69
105
Wawancara dengan adik pengasuh Pondok Pesantren Kempek, K. Achmad Hakim S. Pdi di
kediamannya Jl. Tunggal Pegagan Kempek Rt. 003 Rw. 001 Blok 1 Kempek-Gempol Cirebon.
Tanggal 03 Juli 2016 Pukul 13.50
71
Begitu juga Idaroh, yang menjadi Ujian Ahir bagi para Santri Pondok
Pesantren Kempek yang akan menyandang predikat lulus mengemban Sanad Al-
Qur'an Kempek. Idaroh sendiri biasanya di laksanakan seminggu sebelum Hari
Raya Idul Fitri, sekitar tanggal 23/24/25 Ramadhan, menunggu keputusan Kyai.
Perbeda'an antara Tamrinan dan Idaroh yang sangat signifikan ialah :
a) Santri tidak lagi dibimbing tentang tata cara membaca Khilaf (perbeda'an)
baca'an karna sudah di latih pada sesi Tamrinan.
b) Langsung berhadapan dengan Kyai secara otomatis memberikan efek
nerveus yang sempurna bagi para Khotimin.
c) Waktu pelaksanaan yang lebih extra dari pada Tamrinan, ketika tamrinan
proses penghataman Al-Qur'an dengan dua Imam ( Hafs dan Syu'bah )
mulai dari tanggal 1 sampai tanggal 13/14/15 Ramadhan atau sekitar 2
Minggu,
namun hal itu tak berlaku dalam Idaroh yaitu waktu kurang dari 1 Minggu
mulai dari tanggal 24 sampai 30 Ramadhan.
Secara otomatis pelaksanaannya pun di tambah dari pagi sampai Dzuhur,
Siang ba'da Dzuhur (ketika target khatam masih jauh), Sore ba'da Ashar, dan
Malam Hari ba'da Isya' hingga selesai. Proses pembacaan Idaroh tak jauh beda
dengan Tamrinan karna Tamrinan adalah bentuk latihan dari ujian sesungguhnya.
78
Kini tibalah saatnya hal yang paling mendebarkan yaitu Ijab Qobul Sanad
Al-Qur'an. Satu persatu Khotimin menghadap Kiyai dan bersalaman sebagai
Isyaroh serah terima Ijazah." Qobiltu " di lantunkan ketika Kiyai selesai
membacakan Ijab. Alhamdulliah selesailah semua rangkaian Hataman Al-
Qur'anPondok Pesantren Kempek Cirebon.
Kita ambil contoh lain bacaan seperti imalah, isymam, tafhim, tarqiq, tashil,
waslul jami', qoth'ul jami', atau yang lainnya tanpa adanya pengajaran langsung
dari guru, mungkin kita akan kebingungan tentang cara membacanya.
Oleh karena itu dalam tradisi di Pondok Pesanren Kempek ada yang nama
nya Cocogan. Cocogan adalah suatu sistematis untuk mengecek dan
membenarkan bacaan yang disimak langsung oleh senior sebelum mengaji
langsung di hadapan kyai. Kesimpulanya, dalam proses Tamrinul Idaroh di
Pondok Pesantren Kempek tak terlepas dari metode Talaqqi Syafahi, antara
peserta Idaroh dan Pembimbing secara langsung bertemu dan memperhatikan
baca'an dari pembimbing sebelum membaca ayat-ayat yang terdapat khilaf
(perbedaan) antara dua Imam Qiroat.
107
108
110
106
بإماله الزء وآماالهمشة فىجهان الفتح واإلمالت
107
بإماله الزء وآماالهمشة فىجهان الفتح واإلمالت
108
Q. S al-An‟am ayat 76-78
109
بالرفع
110
َبئ بىسن ضيضم بَب ْي ٍس,ئ
ئ بىسن َبر ٍس
بَب ِئ ٍس: لشعبت وجهان
82
113
111
بإسكان الميم وتخفيف السيه
112
Q. S al-A‟raf ayat 164-178
113
باإلمالت محضه
83
114
115
116
117
114
Dibaca 6 wajah
115
بضم الذال
116
بإمالت الزاء
117
Q. S al-Dahr ayat 26- Q.S al-Mursalat ayat 19.
84
Seperti nasehat Romo KH. Nawawi Umar Sholeh kepada Para Santri,
peserta Idaroh dan Kelompok Jam‟iyah Ngaji Kuping disetiap Hari Jum‟at.
Tapi jangan salah, dibalik waqof dan washol kempek dianggap tidak
sesuai menurut juri terdapat beribu-ribu ilmu yang tersirat. Kita ambil contoh di
dalam surat An-Nass. Kalau kita menggunakan waqof dan washol kempek maka
akan menemukan woshol pada lafadz " ilah, min syar, minal jinnah ".
Kalau di lihat dari ilmu qiroat washol di dalam lafadz tersebut ini tidak di
perbolehkan karna bukan tempatnya
berhenti dan bisa mengakibatkan
perubahan makna. Tapi kita lihat
makna yang tersirat ketika washol pada
lafadz tersebut.
huruf ha yang mati. Ketika di lanjutkan bacaannya maka huruf ha berharohat atau
hidup. Kemudian washol pada lafadz minal jinnah. Dalam lafadz al-Jinnatu disini
terdapat ta marbutoh yang mana hukum ta marbutoh ketika dalam situasi waqof
maka akan berubah menjadi huruf ha dan ketika bacaan di lanjutkan kembali
menjadi ta marbutoh. Keterangan ini ada dalam pembahasan kitab-kitab tajwid
saja.
Contoh lain pada surat Yasiin ayat 79-80. Ketika kita menggunakan waqof
dan washol kempek, maka pada ahir ayat 79 akan di washolkan pada lafadz
Alladzi.
Secara ilmu qiroat hal ini tidak di perbolehkan karena mengambil washol
pada permulaan shilah. akan tetapi ketika kita teliti lebih dalam, contoh washol
86
pada surat Yasiin ayat 79-80 ini mengajarkan kita terhadap hukumnya Hamzah
Washol. Yang dimana hukumnya Hamzah Washol ini di terangkan dalam
pembahasan ilmu shorof.
Tanpa kita sadari dengan mewasolkan bacaan pada surat Yasin ayat 79-80
banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil, mulai dari Tanwin, Hamzah washol,
bahkan Nun Washol yang muncul ketika tanwin berhadapan dengan Al. Banyak
sekali waqof dan washol kempek yang dilihat dari sisi ilmu qiroat tidak sesuai tapi
mengandung banyak pelajaran yang tersimpan.
Maka, waqof dan washol Kempek secara tidak langsung ialah sebagai
Ta'lim (pengajaran) kepada para santri apabila kita mau mengulasnya lebih dalam
lagi. al-Qur'an Kempek ini tak semena-mena diajarkan pada para santri karena
Romo K.H Nawawi Umar Sholeh mendapatkannya dari Ayahandanya yaitu Romo
KH. Umar Sholeh dan beliau mendapatkannya Syekh Muhammad Munawwir Bin
87
tahun. Maka kalau tidak diperiksa dari Fatihah sampai An-Nas lagi, di hawatirkan
bacaan mereka yang sudah 4, 5, 9 tahun mengaji lupa atau salah cara bacanya.
Sehingga dibaca lagi, dicek lagi konsistensi bacaan mereka juga kesesuaian
bacaan mereka dari segi makhorijul huruf, sifat huruf, kefasihan dan ketartilan
dalam mengaji, ketika masih ada beberapa bacaan yang salah dalam membacanya
maka masih bisa diperbaiki.
Seperti apa yang dijelaskan dalam Q.S al-Baqarah ayat 185, yang
menjelaskan “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-
Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta
pembeda (antara yang haq dan yang batil).118 Banyak hikmah bagi orang yang
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
89