Anda di halaman 1dari 8

KOAGULASI-FLOKULASI

NAMA: MERLINTRY B Y TLONAEN


NIM : B120141003
MATA KULAIAH : SATUAN PROSES

TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS KRISTEN SURAKARTA

KOAGULASI
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki
kemampuan untuk menjadikan partikkolid tidak stabil sehingga partikel siap
membentuk flok (gabungan partikel-partikel kecil) (Wagiman, 2014). Koagulasi
merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Reaksi koagulasi dapat
berjalan dengan membutuhkan zat pereaksi (koagulan) sesuai dengan zat yang
terlarut. Koagulan yang banyak digunakan adalah tawas, kapur, dan kaporit. Dari
hasil reaksi koagulan itu selanjutnya endapan dipisahkan melalui filtrasi atau
sedimentasi. Banyaknya koagulan tergantung pada jenis dan konsentrasi ion-ion yang
larut dalam air olahan serta konsentrasi yang diharapkan sesuai dengan standar baku.
Untuk mempercepat proses koagulasi dalam air limbah maka dilakukan pengadukan
dengan static mixer maupun rapid mixer (Kusnaedi, 2010).

Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini dapat
mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan,
partikel-partikel koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan
diikat menjadi partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya
yang besar, flok dapat mengendap karena gaya gravitasi. Dalam pemakaian
bahan kimia koagulan disebut juga flokulan. Beberapa koagulan anorganik
yang banyak digunakan dalam pengolahan air atau limbah cair di antaranya
alumunium sulfat (alum), polialumunium klorida (PAC), besi sulfat (II), besi
klorida (II), dan lain-lain. Selain koagulan anorganik, tersedia pula alternatif
lokal sebagai koagulan organik alami dari tanaman yang mudah diperoleh.
Koagulan alami ini biodegradable dan aman bagi kesehatan manusia. Biji kelor
telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan kekeruhan pada
limbah cair kelapa sawit. Biji kelor juga tidak mengandung senyawa toksik
sehingga aman bagi kesehatan. Pemanfaatan bahan-bahan koagulan alami
seperti biji kelor dimungkinkan dapat menggantikan bahan koagulan sintetis
seperti alum sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan
industri dapat teratasi (Manurung, 2012).

Tujuan koagulasi:
Tujuan dari proses koagulasi adalah mengubah partikel padatan yang tidak bisa
mengendap menjadi mudah mengendap dan dapat menghilangkan Kekeruhan, bahan
organik dan anorganik, Warna, Bakteri, Algae dan organisme lain sebagai plankton, Rasa
dan bahan-bahan penyebab rasa, Fosfat, sebagai sumber makanan bagi algae (Manurung,
2012)
Proses koagulasi yaitu dengan menggunkan prose pengadukan cepat. pengadukan cepat
dilakukan dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, sehingga partikel-partikel koloid
bergabung menjadi suatu gumpalan yang disebut flok.

FLOKULASI
Proses flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel-partikel kecil dalam
sebuah suspensi, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang disebut flok.
Flokulasi disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang
disebut sebagai flokulan. Flokulan dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu flokulan
organik dan flokulan anorganik. Di antara flokulan-flokulan anorganik, garam-garam
dari berbagai logam seperti alumunium dan besi telah banyak digunakan. Flokulan
organik dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu sintetik dan alami. Flokulan sintetik
umumnya merupakan polimer linear yang larut dalam air seperti polyacrylamide,
poly(acrylic acid), poly(diallyl dimethil ammonium chloride), poly(styrenic sulfonic
acid), dan sebagainya.
Tujuan dari flokulasi adalah untuk menciptakan partikel yang lebih besar yang
kompatibel dengan proses selanjutnya seperti menetap atau flotasi. Flokulasi objektif,
sebagai proses unit pengolahan air, adalah untuk menyebabkan tabrakan antara
partikel kecil. Setelah pendinginan, premis adalah bahwa partikel akan menempel satu
sama lain dan dengan demikian menggumpal, tumbuh beberapa ukuran yang
diinginkan dan menjadi flok. Proses aglomerasi disebut flokulasi. (Hendricks, 2006).

Proses flokulasi menggunakan pengaduka lambat kecepatan 20 rpm


selama 15 menit. . Pengadukan lambat ini berujuan untuk menggumpalkan
partikel-partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok
yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi dengan partikelpartikel tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan memperpendek jarak
antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel menjadi lebih besar
dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan
tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah
yang menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran
mikro menjadi partikel flok yang lebih besar. Ketika pertumbuhan flok sudah
cukup maksimal massa dan ukurannya flok-flok ini akan mengendap ke dasar
reservoir sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air jernih pada bagian
atas reservoir dan lapisan endapan flok.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi antara lain sebagai berikut :
1.

Suhu
Suhu berkaitan dengan pH optimal cairan, di mana proses koagulasi dinyatakan dapat berjalan
baik jika pH air baku olahan (ABO) berkisar 8-10. Jika ABO tidak dalam kisaran tersebut maka
penambahan koagulan ke dalam ABO tidak ekonomis karena koagulan tidak bekerja optimal.
2.

Bentuk koagulan
Secara ekonomis, laju pencampuran akan lebih efektif jika koagulan diberikan pada keadaan cair
dibandingkan dalam bentuk padat.
3.

Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan rendah, destabilisasi sulit terjadi. Jadi akan lebih mudah jika koagulasi
dilakukan pada tingkat kekeruhan yang tinggi.
4.

Kecepatan pengadukan
Pengadukan bertujuan untuk mempercepat kontak antara kandungan suspensi (koloid) dalam
ABO dengan koagulan yang ditambahkan. Jika pengadukan lambat, pengikatan akan berlangsung
tepat sasaran sehingga flok yang terbentuk juga sedikit dan akibatnya proses penjernihan tidak
maksimal. Demikian halnya jika pengadukan berlangsung terlalu cepat, maka kemungkinan flok yang
terbentuk
akan terurai kembali.

PROSES KOAGULSI-FLOKULASI

Anda mungkin juga menyukai