Anda di halaman 1dari 14

Tugas

INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH


(SEDIMENTASI)

YUSRIL IRMAWAN
E1F1 18 003

REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................4
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................4
LANDASAN TEORI..................................................................................................4
2.1 Instalasi Pengolahan Air Bersih.....................................................................5
2.2 Unit Sedimentasi Pada Proses Pengolahan Air Minum dan Air Limbah.......6
2.3 Bentuk dan Bagian Bak Sedimentasi.............................................................7
2.4 Tipe Sedimentasi..........................................................................................10
2.5 Parameter Operasi Pada Unit Sedimentasi...................................................11
BAB III......................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia
sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Apabila tidak diperhatikan
maka air dari sumber, seperti air permukaan dan air tanah ataupun air hujan mungkin
dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya gangguan
ataupun penyakit yang disebabkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama
untuk diminum harus mengalami proses penjernihan air agar memenuhi syarat
kesehatan.
Kualitas air baku untuk air minum semakin memburuk dengan masih
kurangnya perhatian yang serius terhadap pengelolaan air limbah. Air limbah dari
rumah tangga dan industri, kawasan perdagangan, dan sebagainya hampir semuanya
dibuang langsung ke badan-badan air tanpa pengolahan. Akibatnya, terjadi
penurunan kualitas air permukaan dan air tanah, yang pada akhirnya menurunkan
kualitas air baku untuk air minum.

Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan


cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi
dengan menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting dalam
berbagai proses industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah, pengolahan air
sungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan kristal
dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada industri minuman, dan lain-
lain. Sedimentasi merupakan salah satu contoh upaya penjernihan air untuk
meningkatkan kualitas dari sumber air tersebut. Sedimentasi ini merupakan suatu
proses pengendapan material yang ditransport oleh mata air, angin, es atau gletser di
suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses
pengendapan material yang diangkut oleh air sungai. Sedangkan bukit pasir (sand
dunes) yang terdapat di gurun atau di pantai adalah pengendapan dari material yang
di angkut oleh angin.

Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air limbah. Bak prasedimentasi merupakan
bagian dari bangunan pengolahan air limbah yang berfungsi untuk mengendapkan lumpur
sebelum air limbah diolah secara biologis. Meskipun belum terjadi proses kimia (misal
koaguasi flokulasi atau presipitasi), namun pengendapan di bak ini mengikuti pengendapan
tipe III dan IV karena lumpur yang terdapat dalam air limbah tidak lagi bersifat diskret
(mengingat kandungan komponen lain dalam air limbah, sehingga telah terjadi proses
presipitasi).

Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air minum adalah pada perancangan
bangunan pra sedimentasi. Bak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan
air minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel diskret yang relatif mudah
mengendap (diperkirakan dalam waktu 1 hingga 3 jam). Teori sedimentasi yang
dipergunakan dalam aplikasi pada bak prasedimentasi adalah teori sedimentasi tipe I karena
teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung secara individu (masing-
masing partikel, diskret) dan tidak terjadi interaksi antar partikel. Oleh karena itu makalah
ini dibuat untuk memberi penjelasan mengenai proses sedimentasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan unit sedimentasi pada proses pengolahan air
minum?
2. Apa tujuan dan fungsi unit sedimentasi?
3. Apa saja macam-macam bentuk dan bagian dari bak sedimentasi?
4. Apa saja macam-macam tipe sedimentasi?
5. Apa saja parameter operasi pada unit sedimentasi?
6. Bagaimana proses operasi unit sedimentasi?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan unit sedimentasi pada proses
pengolahan air minum.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dan fungsi unit sedimentasi.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam bentuk dan bagian dari bak
sedimentasi.
4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam tipe sedimentasi.
5. Untuk mengetahui apa saja parameter operasi pada unit sedimentasi.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana proses operasi unit sedimentasi.

1.4 Batasan Masalah


Makalah ini membahas salah satu tahapan dari proses pengolahan air bersih
yaitu proses sedimentasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Instalasi Pengolahan Air Bersih


Water Treatment System atau proses pengolahan air merupakan serangkaian
proses untuk mengolah air yang tidak layak pakai (air kotor) menjadi air bersih yang
layak, higienis, dan terbebas dari unsur – unsur berlebih dari segi fisika maupun
kimia. Proses pengolahan air bersih ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan
sesuai dengan kebutuhan, berikut tahapan dari proses instalasi pengolahan air bersih
sebagai berikut :
1. Intake
Intake merupakan bangunan atau konstruksi pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada bangunan atau kontruksi Intake ini biasanya terdapat bar screen
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Kemudian air akan di pompa ke bangunan atau konstruksi berikutnya, yaitu Water
Treatment Plant (WTP).

2. Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah
sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitaas air baku
(influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air yang diinginkan
sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment Plant (WTP) atau
Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting di seluruh dunia yang
akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi. Biasanya bangunan atau
konstruksi ini terdiri dari 5 proses, yaitu: koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
dan desinfeksi.
a. Koagulasi
Pada proses koagulasi dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena
pada dasarnya sumber air (air baku) biasanya berbentuk koloid dengan
berbagai koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk
memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya. Proses destabilisasi
ini dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia maupun dilakukan secara
fisik dengan rapid missing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic
jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).

b. Flokulasi
Proses flokulasi pada Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan
Air (IPA) bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang
terendapkan). Disini dilakukan pengadukan lambat (slow mixing), aliran air
disini harus tenang. Untuk meningkatkan efisiensi biasanya ditambah dengan
senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok.
c. Sedimentasi
Proses sedimentasi menggunakan prinsip berat jenis, dan proses sedimentasi
dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA)
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh proses sebelumnya (partikel koloid lebih besar berat
jenisnya daripada air). Pada masa kini proses koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air
(IPA) ada yang dibuat tergabung menjadi sebuah proses yang disebut aselator.

d. Filtrasi
Dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA)
proses filtrasi, sesuai dengan namanya bertujuan untuk penyaringan. Teknologi
membran bisa dilakukan pada proses ini, selain bisa juga menggunakan media
lainnya seperti pasir dan lainnya. Dalam teknologi membran proses filtrasi
membran ada beberapa jenis, yaitu: Multi Media Filter, UF (Ultrafiltration)
System, NF (Nanofiltration) System, MF (Microfiltration) System, RO
(Reverse Osmosis) System.

e. Desinfeksi
Setelah melewati proses filtrasi dan air bersih dari pengotor, ada kemungkinan
masih terdapat kuman dan bakteri yang hidup, sehingga diperlukan
penambahan senyawa kimia dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) yang dapat mematikan kuman, biasanya berupa
penambahan chlor, ozonosasi, UV, pemabasan dll sebelum masuk ke
konstruksi terakhir yaitu reservoir.

3. Reservoir
Konstruksi Reservoir dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan.

2.2 Unit Sedimentasi Pada Proses Pengolahan Air Minum dan Air Limbah
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Sedangkan unit sedimentasi
merupakan suatu unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari
suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih
kental melalui pengendapan secara gravitasi. Pada umumnya, sedimentasi digunakan
pada pengolahan air minum, pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah
tingkat lanjutan. Pada pengolahan air minum, pemakaian terapan sedimentasi
khususnya untuk:
a. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret khususnya pada
pengolahan dengan filter pasir cepat.
b. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring
dengan filter pasir cepat.
c. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan
kesadahan.
d. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi
(Anonim, 2007).

Gambar 2.1 Proses Sedimentasi

Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:


a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit
penyaring selanjutnya.
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.

Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:


1. penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau).
2. penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama.
3. penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier
akhir.
4. penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.

Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk penyisihan
lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip sedimentasi juga
digunakan dalam pengendalian partikel di udara. Prinsip sedimentasi pada pengolahan air
minum dan air limbah adalah sama,demikian juga untuk metoda dan peralatannya.

2.3 Bentuk dan Bagian Bak Sedimentasi


Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bentuk bak sedimentasi:
1. Segi empat (rectangular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan
kapasitas besar. Bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 hingga 6
meter, panjang bak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari 1,8 meter. Pada bak
ini, air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke
bawah (Anonim, 2007). Bentuk kolam memanjang sesuai arah aliran, sehingga dapat
mencegah kemungkinan terjadinya aliran pendek (short-circuiting). Bentuk ini secara
hidraulika lebih baik karena tampang alirannya cukup seragam sepanjang kolam
pengendapan. Dengan demikian kecepatan alirannya relatif konstan, sehingga tidak
akan mengganggu proses pengendapan partikel suspensi. Selain itu pengontrolan
kecepatan aliran juga lebih mudah dilaksanakan. Namun demikian, bentuk ini
mempunyai kelemahan kurangnya panjang peluapan terutama apabila ukurannya
kurang lebar, sehingga laju peluapan nyata menjadi terlalu besar dan menyebabkan
terjadinya gangguan pada bagian akhir kolam pengendapan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka ambang peluapan harus diperpanjang, misalnya dengan
menambahkan kisi-kisi saluran peluapan di depan outlet (Kamulyan, 1997).

Gambar 2.3 Bak sedimentasi bentuk segi empat

2. Lingkaran (circular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan
kapasitas yang lebih kecil. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7
hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter (Anonim, 2007). Aliran air
dapat secara horizontal ke arah radial dan umumnya menuju ke tepi lingkaran atau
dengan aliran arah vertikal. Pada kapasitas yang sama, pada kolam pengendapan
berbentuk lingkaran ini kemungkinan terjadinya aliran pendek (short-circuiting) lebih
besar daripada kolam pengendapan berbentuk segi empat, terutama apabila ambang
peluapan tidak level sehingga aliran air menuju ke satu sisi tertentu saja. Namun
demikian sering dijumpai panjang peluapan agak berlebihan, sehingga aliran
melewati ambang peluapan berupa aliran yang sangat tipis. Untuk mengatasi hal
tersebut maka ambang peluapan harus diperpendek dengan cara memasang ambang
peluapan yang berbentuk seperti huruf V (V-notch) atau seperti huruf U (U-notch).
Keuntungan lain dari kolam pengendapan berbentuk lingkaran adalah mekanisme
pengumpulan lumpur lebih sederhana dengan memasang scrapper yang bergerak
memutar dan pemeliharaan lebih mudah (Kamulyan, 1997).
Gambar 2.3 Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran horizontal

Tangki sedimentasi yang ideal memiliki bagian-bagian sebagai berikut :


a. Zona Inlet atau struktur influen (tempat air masuk ke dalam bak). Zona inlet
mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan
menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai,
karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati kondisi bak ideal
dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona influen didesain secara
berbeda untuk kolam rectangular dan circular. Khusus dalam pengolahan air,
bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi satu dengan bak flokulasi.
Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet
bak sedimentasi. Desain dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan
bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
b. Zona pengendapan (tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan).
Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke arah outlet, dalam zona
ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya
kecepatan pengendapan.
c. Zona lumpur (tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak). Dalam
zona ini, lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini, ia akan tetap
disana. Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scapper.
d. Zona Outlet atau struktur efluen (tempat dimana air akan meninggalkan bak).
Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyai pengaruh besar
dalam mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak
sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan
untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-
notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya, orifice
terendam yang lebih baik karena memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok
lebih kecil selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.
Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi dengan
settler. Settler dipasang pada zona pengendapan dengan tujuan untuk meningkatkan
efisiensi pengendapan (Anonim, 2007).

Gambar 2.4 Settler pada bak sedimentasi

2.4 Tipe Sedimentasi


Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi,
sedimentasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu:
1. Sedimentasi tipe I/ Plain Settling/Discrete particle
Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang
dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi
antar partikel. Sebagai contoh sedimentasi tipe I adalah pengendapan lumpur
kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan
pengendapan pasir pada grit chamber.
2. Sedimentasi tipe II (Flocculant Settling)
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi, di
mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama
operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga
kecepatannya juga meningkat. Sebagai contoh sedimentasi tipe II adalah
pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air
minum maupun air limbah.
3. Sedimentasi tipe III dan IV/Hindered Settling (Zone Settling) Sedimentasi tipe
III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang lebih pekat, di mana
antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan partikel lain
disekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara bersama-sama sebagai
sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian atas zona terdapat
interface yang memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan air
jernih. Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III,
dimana terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh
konsentrasi lumpur yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini
adalah pengendapan lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur
aktif (gambar 9). Tujuan pemampatan pada final clarifier adalah untuk
mendapatkan konsentrasi lumpur biomassa yang tinggi untuk keperluan
resirkulasi lumpur ke dalam reactor lumpur aktif (Anonim, 2007).
Gambar 2.5 Pengendapan pada final clarifier untuk proses lumpur aktif

Aplikasi teori sedimentasi pada pengolahan air minum adalah pada


perancangan bangunan prasedimentasi dan sedimentasi II.
a. Prasedimentasi
Bak prasedimentasi merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum
yang berfungsi untuk mengendapkan partikel diskret yang relatif mudah
mengendap (diperkirakan dalam waktu 1 hingga 3 jam). Teori sedimentasi
yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak prasedimentasi adalah teori
sedimentasi tipe I karena teori ini mengemukakan bahwa pengendapan partikel
berlangsung secara individu (masing-masing partikel, diskret) dan tidak terjadi
interaksi antar partikel.
b. Sedimentasi II
Bak sedimentasi II merupakan bagian dari bangunan pengolahan air minum
yang berfungsi untuk mengendapkan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi
yang relatif mudah mengendap (karena telah menggabung menjadi partikel
berukuran besar). Tetapi partikel ini mudah pecah dan kembali menjadi partikel
koloid. Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe II karena teori ini mengemukakan
bahwa pengendapan partikel berlangsung akibat adanya interaksi antar partikel.

2.5 Parameter Operasi Pada Unit Sedimentasi


Adapun parameter – parameter operasi pada unit sedimentasi adalah
sebagai berikut :
a. Waktu tinggal (detention time) Waktu tinggal adalah waktu yang diperlukan
oleh suatu volume air untuk tinggal di dalam kolam pengendapan selama air
mengalir dari inlet menuju ke outlet. Dalam perancangan kolam pengendapan
yang ideal, lama waktu tinggal nilainya ditetapkan sama dengan lama waktu
pengendapan partikel suspensi.
b. Laju luapan permukaan (overflow rate). Laju luapan permukaan adalah
besarnya luapan per satuan luas permukaan kolam yang memungkinkan
partikel suspensi dengan kecepatan pengendapan yang sesuai akan diendapkan
secara sempurna di dalam kolam pengendapan.
c. Kecepatan aliran Pengendapan partikel suspensi berlangsung dengan baik
apabila aliran air dalam keadaan tenang (aliran suspensi). Kecepatan aliran
harus diatur sedemikian rupa sehingga proses pengendapan dapat berlangsung
dengan baik, dan besarnya hendaknya tidak melebihi kecepatan gerusan agar
partikel yang telah mengendap tidak tergerus dan melayang lagi serta terbawa
keluar dari ruang pengendapan.
d. Laju luapan (weir overflow rate). Pengaliran air dari ruang pengendapan
menuju ke bagian outlet dilakukan dengan menggunakan mekanisme peluapan
dengan laju luapan yang tertentu. Hal ini dimaksudkan agar dipeoleh air yang
relatif sudah terbebas dari partikel suspensi sesuai dengan yang diharapkan.
Laju luapan mengekspresikan volume air yang melewati ambang outlet per
satuan panjang per satuan waktu dan diperlukan untuk menentukan secara tepat
panjang ambang yang diperlukan untuk melewatkan air menuju ke bagian
outlet kolam pengendapan. Ketentuan ini diperlukan mengingat dimensi
ambang peluapan secara tidak langsung akan menentukan efisiensi dari sebuah
kolam pengendapan. Laju luapan yang terlalu besar akan menyebabkan
kecepatan aliran yang melewati ambang outlet akan terlalu besar dan akan
memberikan konsekuensi pada berubahnya pola aliran dan meningkatnya
kecepatan aliran pada bagian akhir kolam pengendapan. Kecepatan aliran yang
terlalu besar dapat menyebabkan tergerusnya partikel suspensi yang telah
mengendap dan terbawa menuju ke outlet kolam pengendapan (Kamulyan,
1997).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Sedangkan unit
sedimentasi merupakan suatu unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan
solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan
konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi.
2. fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah: Mengurangi beban
kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring
selanjutnya. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
3. Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya
berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter. Bak
berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga 70 meter dan
kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segi empat umumnya
mempunyai lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76 meter, dan
kedalaman lebih dari 1,8 meter.
4. Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi,
sedimentasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu: Sedimentasi tipe
I/ Plain Settling/Discrete particle, Sedimentasi tipe II (Flocculant Settling),
Sedimentasi tipe III dan IV/Hindered Settling (Zone Settling).
5. Parameter pada unit sedimentasi waktu tinggal, laju luapan permukaan,
kecepatan aliran Pengendapan partikel suspensi, laju luapan (weir overflow
rate).

3.2 Saran
Dalam Proses Perencanaan Bangunan Sedimentasi harus di perhatikan dengan
baik karena proses sedimentasi merupakan salah satu proses penting dalam bangunan
pengolahan air minum (IPAB).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Bab 5 Unit Sedimentasi. http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1406.

Hanum, Farida. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1845/1/kimia-farida.pdf.

Kamulyan, Budi. 1997. Teknik Penyehatan (Bagian A1:Teknik Pengolahan Air).


Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Rahadi, Aprian Eka. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang.

Anda mungkin juga menyukai