Oleh :
Kelompok : VIII
Kelas : 3C- TK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan makluk hidup yang sifatnya sangat penting.
Saatini, air bersih yang layak digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun
keperluanindustri jumlahnya semakin sedikit. Untuk menghasilkan air bersih yang layak
pakai, airharus diolah terlebih dahulu salah satunya dengan menggunakan teknologi membrane
atau Reverse Osmosis.
Osmosis merupakan proses perpindahan air dari larutan yang konsentrasinya rendah
menuju larutan yang konsentrasinya tinggi dikarenakan adanya tekanan osmosis. Proses
perpindahan ini melalui membran semipermeabel, dimana proses perpindahan air akan
berhenti setelah konsentrasi kedua larutan sama. Sedangkan, RO membutuhkan tekanan
hidrostatik lebih besar daripada perbedaan tekanan osmotiknya sehingga air bisa mengalir dari
larutan yang konsentrasinya lebih tinggi melalui membran semipermeabel.
Reverse osmosis (RO) adalah sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak
jenis molekul dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada
pada salah satu sisi membran selektif (Mulder, 1996 dalam wenten).
Tekanan eksternal diaplikasikan pada larutan untuk melawan tekanan osmotiknya.
Sehingga hasilnya adalah perpindahan air dari larutan hipertonik ke larutan hipotonik.(
Wenten, dkk ,2014).
Debit air baku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu debit air hasil penyerapan dan debit
air buangan. Debit air masuk (Qf) berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut pada aliran
masuk (Cf), dimana bila debit pada aliran masuk besar maka konsentrasi zat terlarut pada aliran
masuk akan besar pula. Debit air pada aliran masuk merupakan penjumlahan dari debit
konsentrasi aliran hasil penyerapan ditambah debit dan konsentrasi aliran pembuangan. Bila
konsentrasi ditetapkan maka debit aliran pembuangan (Qc) lebih besar dibandingkan debit air
hasil penyerapan (Qp) hal ini disebabkan oleh banyaknya padatan tersuspensi yang menempel
pada daya serap atau permukaan membran, (Metcalf and Eddy, 2004 dalam Yusuf, dkk, 2009).
2) Pengaruh Tekanan Operasi terhadap Penyerapan Aliran Jika ditinjau dari tekanan operasi pada
membran, maka berlaku persamaan berikut:
Tekanan operasi pada membran (P) dipengaruhi oleh tekanan penyerapan aliran (P).
Untuk mendapatkan tekanan hidrostatik yang besar maka tekanan aliran masuk (Pf) dan
tekanan aliran pada aliran pada zat terlarut (Pc) harus besar, sedangkan tekanan penyerapan
aliran (Pp) harus kecil karena tekanan operasi ( ) berbanding lurus dengan tekanan pnyerapan
(Pp). Tekanan aliran masuk (Pf) dan tekanan zat terlarut (Pc) berbanding terbalik dengan
tekanan hidrostatik (P ), (Metcalf and Eddy, 2004).
3) Persentase Penyisihan untuk menentukan mutu produk Jika didasarkan pada persentase
penyisihan dapat digunakan dengan persamaan berikut :
Persentase penyisihan berpengaruh terhadap konsentrasi zat terlarut pada aliran masuk.
Persentase penyisihan berbanding terbalik dengan konsentrasi akhir (C akhir), sehingga bila
persentase penyisihan besar maka konsentrasi awal (C awal) akan besar. Begitu juga
sebaliknya bila persentase penyisihan kecil maka konsentrasi awal (C awal) akan kecil
(Hartomo dan Widiatmoko, 1994 dalam Yusuf, dkk, 2009).
1) Skema Peralatan Sistem Reverse Osmosis
6 5
4
1
2
3
1. Sedimen 5 mikron ( Tabung yang berdiri vertikal dan berwarna bening) Menyaring air langsung dari
kran air PAM/sumur terhadap partikelpartikell yang besar atau >5 mikron, seperti pasir, debu, rambut,
lumpur atau endapan-endapan lainnya secara fisika.
2. Granular Actived Carbon (GAC) ( Tabung yang berdiri vertikal berada ditengah dan berwarna putih)
Menyaring air sebagai kelanjuta tahap 1 untuk membuang zat-zat kimia yang ada di dalam air seperti
deterjen kaporit/klorin dsb.
3. Clorine Taste Odor (CTO) Carbon Block ( Tabung yang berdiri vertikal berada kiri dan berwarna putih)
Menyaring air sebagai kelanjutan tahap 1 untuk membuang zat-zat kimia yang ada di dalam air
kaporit/klorin, netralisir rasa, bau, trikolometana dengan tingkat lebih baik. Juga menyaring partikel
>10 mikron
4. Membrane Reverse Osmosis ( Tabung besar berwarna putih melintang secara horisontal ) Penyaringan
pada tahap ini berbeda dari tahap sebelumnya, pada tahap penyaringan ini memiliki dua saluran yaitu
pertama, air minum RO, air yang telah melalui filter 0.0001 mikron dan kedua, air limbah atau air
buangan yang tidak dapat masuk kedalam membran seperti pencemaran kimia dan fisika, bakteri dan
virus.
5. Post Carbon (Tabung kecil berwarna putih melintang secara horisontal diatas membrane) Menyaring
air sebagai kelanjutan tahap 1 untuk membuang zat-zat kimia yang ada di dalam air kaporit/klorin,
netralisir rasa, bau, trikolometana dengan tingkat lebih baik. Juga menyaring partikel >10 mikron.
6. Pompa diafragma adalah jenis Positive displacement pumps menggunakan kombinasi dari perlakuan
reciprocating dari karet , termoplastik atau teflon diafragma dan cocok untuk penggunaan pada katup
searah / check valve untuk memompa fluida . Kadang-kadang pompa jenis ini juga disebut pompa
membrane (Buku Manual Desalite).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
1. Air baku (air kran)
Setelah aliran berjalan normal, memulai pengukuran DHL dan TDS di aliran permeat dan
konsentrat setiap 10 menit selama 40 menit
Hasil pengukuran di aliran permeat ditampung dan dimasukkan ke tempat atau bak
penampungan, sedangkan aliran konsentrat dibuang ke saluran pembuangan
Umpan
- Laju Alir = 50 mL/s
Konsentrasi
- TDS = 215 mg/L
- DHL = 0,334 S/cm
Tabel 4.1. Data Pengamatan pada Tekanan Operasi 105 MPa dan Laju alir 6 mL/s
Konsentrasi di Aliran
Tekanan
Waktu Permeat Konsentrat
Operasi
(menit) TDS DHL TDS DHL
(MPa)
(mg/L) (S/cm) (mg/L) (S/cm)
0 0 0 298 0,448
10 0 0 278 0,447
30 0 0 302 0,452
Tabel 4.2. Data Pengamatan pada Tekanan Operasi 103 MPa dan Laju Alir 5,2 mL/s
Konsentrasi di Aliran
Tekanan
Waktu Permeat Konsentrat
Operasi
(menit) TDS DHL TDS DHL
(MPa)
(mg/L) (S/cm) (mg/L) (mS/cm)
Konsentrasi di Aliran
Tekanan
Waktu Permeat Konsentrat
Operasi
(menit) TDS DHL TDS DHL
(MPa
(mg/L) (S/cm) (mg/L) (mS/cm)
4.2 Hasil
A. Hubungan TDS Permeat terhadap Waktu Proses
1. Run 1
0.8
TDS (mg/L)
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.1. Hubungan antara TDS Permeat dengan Waktu Proses pada Run 1
2. Run 2
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.2. Hubungan antara TDS Permeat dengan Waktu Proses pada Run 2
3. Run 3
0.8
TDS (mg/L)
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.3. Hubungan antara TDS Permeat dengan Waktu Proses pada Run 3
B. Hubungan TDS Konsentrat terhadap Waktu Proses
1. Run 1
Gambar 4.4. Hubungan antara TDS Konsentrat dengan Waktu Proses pada Run 1
2. Run 2
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.5. Hubungan antara TDS Konsentrat dengan Waktu Proses pada Run 2
3. Run 3
TDS (mg/L)
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.6. Hubungan antara TDS Konsentrat dengan Waktu Proses pada Run 3
0.8
DHL (S/cm)
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.7. Hubungan antara DHL Permeat dengan Waktu Proses pada Run 1
2. Run 2
DHL (S/cm)
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.8. Hubungan antara DHL Permeat dengan Waktu Proses pada Run 2
3. Run 3
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.9. Hubungan antara DHL Permeat dengan Waktu Proses pada Run 3
D. Hubungan DHL Konsentrat terhadap Waktu Proses
1. Run 1
Gambar 4.10. Hubungan antara DHL Konsentrat dengan Waktu Proses pada
Run 1
2. Run 2
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.11. Hubungan antara DHL Konsentrat dengan Waktu Proses pada
Run 2
3. Run 3
Gambar 4.12. Hubungan antara DHL Konsentrat dengan Waktu Proses pada
Run 3
BAB V
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan Reverse Osmosis menggunakan air baku
dari kran di Laboratorium Pilot Plant Gedung TKA, Politeknik Negeri Bandung. Reverse
Osmosis adalah salah satu metode pengolahan air dengan memisahkan air dari komponen-
komponen yang tidak diinginkan seperti ion-ion dan zat terlarut dengan menggunakan
membran semi-permeabel sehingga didapatkan air dengan tingkat kemurnian tinggi dengan
menggunakan driving force perbedaan tekanan antara influen dan efluen. Kemurnian dalam air
dapat diketahui dari nilai DHL dan TDS yang terukur dan nantinya akan dapat menghitung
%Reject. Nilai DHL dapat dinyatakan kedalam seberapa banyak garam-garam terlarut yang
dapat terionisasi, semakin besar nilai DHL maka semakin banyak kandungan garam-garam
terlarutnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kemurnian air yang tinggi, maka harus
diperoleh nilai DHL yang rendah yang dapat menyatakan bahwa di dalam air tersebut sudah
tidak ada lagi atau sedikit mengandung garam-garam terlarut.
Biasanya sebelum unit Reverse Osmosis terdapat unit filtrasi yang berguna untuk
membantu kerja unit Reverse Osmosis agar tidak terlalu berat dikarenakan pengotor yang
ukurannya lebih besar akan tersaring oleh unit filtrasi. Hal tersebut dapat memperpanjang waktu
pakai membran semi-permeabel pada unit Reverse Osmosis.
Reverse Osmosis dilakukan dengan variasi laju alir sebanyak 3 variasi yaitu pada laju
alir 6,0 mL/s, 5,2 mL/s dan 5,0 mL/s. Mula-mula, air umpan yang digunakan di-cek terlebih
dahulu nilai DHL dan TDSnya, dan diperoleh sebesar 0,334 S/cm dan 215 mg/L. Kondisi awal
TDS diperlukan untuk menghitung % Rejection. Prinsip yang terjadi ialah adanya tekanan
hidrostatik yang lebih besar dari tekanan osmosis larutan, sehingga pelarut dapat berpindah dari
larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi ke yang lebih rendah. Influen
dipompa oleh pompa diafragma menuju alat Reverse Osmosis dan menunggu kondisi stabil
sehingga run bisa dimulai. Permeat yang dihasilkan ditampung di tempat penyimpanan
aquadest, sedangkan konsentrat langsung menuju saluran pembuangan. Selanjutnya,
pengukuran TDS dan DHL permeat serta konsentrat dilakukan setiap 10 menit selama 40 menit
untuk setiap variasi.
Pada setiap run diperoleh nilai TDS permeat yaitu 0, hal ini menunjukkan bahwa proses
Reverse Osmosis berjalan sempurna, dikarenakan pada permeat yang dihasilkan sudah tidak
terdapat lagi kandungan zat terlarutnya, sedangkan untuk DHL permeat pada run 1 yang berniai
0 diakibatkan oleh alat ukur konduktometer pertama tidak bisa menjangkau nilai yg lebih kecil,
sehingga pada run ke 2 dilakukan penggantian konduktometer.
Persen rejection nilai TDS yang diperoleh 100% yang berarti bahwa proses pemisahan
dengan metode Reverse Osmosis berjalan dengan sempurna, dan membrane semi-permeabel
dapat menahan zat terlarut secara keseluruhan. Dari data yang diperoleh, terjadi hasil yang
fluktuatif pada nilai TDS dan DHL terhadap waktu baik itu pada aliran permeat maupun
konsentrat pada setiap run. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kesalahan seperti waktu
antar run 1 dengan yang lainnya terlalu cepat sehingga perubahan laju alir yang dilakukan
belum terjadi secara sempurna sehingga tekanan yang dihasilkan pun akan berubah-berubah
atau tidak stabil, selain itu keadaan peralatan yang digunakan tidak terlalu bersih pada saat
pencucian dan pembilasan sehingga dapat mempengaruhi nilai DHL dan TDS yang terukur,
alat-alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai TDS dan DHL tidak dilakukan kalibrasi
terlebih dahulu sehingga menjadi kurang tepat dalam memberikan hasil pengukuran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses reverse osmosis adalah laju alir yang
diberikan. Semakin besar laju alir maka akan dihasilkan fouling dan tekanan yang dihasilkan
akan semakin besar, dan semakin banyak ion-ion atau partikel yang tertahan. Selain itu semakin
besar laju alir efluen atau semakin kecil laju alir influen maka semakin baik pula proses
pemisahannya. Sehinga laju alir berbanding lurus dengan TDS konsentrat dan berbanding
terbalik dengan TDS permeat.
Reverse osmosis merupakan proses pemisahan zat-zat terlarut yang terdapat dalam suatu
larutan dengan menggunakan membran semi-permeabel yang memiliki besar pori tertentu
sehingga ion-ion dan zat terlarut lain dalam larutan dapat tertahan dan akan menghasilkan air
yang lebih murni dengan TDS dan DHL yang sangat rendah. Driving force yang bekerja adalah
perbedaan tekanan antara aliran influen dengan efluen. Pada praktikum reverse osmosis larutan
yang digunakan berupa air keran yang ada di gedung Teknik Kimia Atas Politeknik Negeri
Bandung. Dilakukan juga variasi laju alir pada aliran umpan yang berpengaruh terhadap
besarnya tekanan operasi. Variasi laju alir dilakukan dengan cara mengatur bukaan keran
sebagai aliran umpan masuk. Dilakukan pengukuran terhadap 2 parameter pada aliran umpan,
aliran konsentrat dan aliran permeat yaitu pengukuran TDS (Total Dissolved Solid) dan DHL
(Daya Hantar Listrik). Pengukuran TDS dan DHL ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
padatan terlarut di dalam air dan juga daya hantar listrik yang disebabkan oleh ion - ion yang
ada di dalam air.
Alat reverse osmosis yang digunakan terdiri dari 5 tabung filter yang berisi media filter
yang berbeda beda. Kelima media filter yang biasa digunakan adalah SPUN atau filter sedimen
ini berfungsi untuk menyaring partikel debu, lumpur, pasir, karat dan kotoran pada ir yang
memperngaruhi rasa, bau, dan warna dari air. Kemudia ada GAC (Granular Activated Carbon)
untuk menyaring zat zat kimia yang berbahaya seperti kaporit, karsinogen, detergen. Lalu
tabung ketiga ada CTO yang berfungsi untuk menyaring senyawa organik seperti chlorine dan
logam berbahaya. Lalu pada tabung ke 4 barulah masuk ke membran reverse osmosis yang
merupakan membran semipermeabel yang memiliki ukuran pori < 1 nm. Membran reverse
osmosis mampu menyaring polutan berbahaya seperti virus, bakteri, Pb, Hg, Cd, Ar. Lalu yang
terakhir adalah Carbon post filter yang berfungsi untuk menangkap zat kimia dan memurnikan
air.
Sebelum percobaan dilakukan maka perlu di cek terlebih dahulu semua aliran pada alat,
pastikan saluran aliran permeat terhubung ke bak penampungan sedangkan aliran konsentrat
dibuang ke saluran pembuangan. Percobaan dilakukan pada tekanan sekitar 1-3 bar. Sebelum
mengukur DHL dan TDS pada aliran konsentrat dan permeat pastikan terlebih dahulu alirannya
berjalan normal. Dan lakukan pengukuran terhadap TDS dan DHL dari aliran umpan,
didapatkan nilai TDS sebesar 215 mg/L dan nilai DHL sebesar 0,334 s/cm. Dilakukan
pengecekan agar bisa mengetahui nilai TDS dari umpan, TDS air baku tidak boleh lebih dari
35.000 ppm karena nilai TDS yang lebih tinggi akan menurunkan kecepatan produksi. Pada
percobaan dilakukan 3 kali percobaan dengan memvariasikan laju alir. Laju alir yang digunakan
pada saat praktikum yaitu pada laju alir 6 mL/s dengan tekanan 105 MPa, laju alir 5,2 ml/s
dengan tekanan 103 MPa, serta laju alir 5 ml/s dengan tekanan 100 MPa. Terdapat 2 aliran
keluaran pada reverse osmosis yaitu aliran permeat yaitu aliran merupakan hasil dari proses
reverse osmosis, pada aliran permeat hanya terkandung air saja yang sudah terbebas dari kation
yang selanjutnya dipakai sebagai air demineralisasi. Sedangkan aliran konsentrat adalah aliran
buangan yang mengandung kation kation dan padatan terlarut dari hasil proses reverse osmosis.
Untuk variasi laju alir yang pertama yaitu 6 ml/s dengan tekanan 105 MPa didapatkan
nilai TDS pada permeat sebesar 0 mg/L yang berarti tidak ada kandungan padatan terlarut di
dalam air, begitu pun untuk DHL sebesar 0 S/cm. Sedangkan pada aliran konsentrat
didapatkan nilai TDS yang fluktuatif namun tidak bergitu besar, nilai TDS pada konsentrat
hampir sama yaitu berkisar antara 280 - 300 mg/L, sedangkan untuk DHL memiliki nilai yang
hampir sama juga pada setiap 10 menit pengukuran. Variasi laju alir yang kedua yaitu 5,2 ml/s
dengan tekanan 103 MPa memiliki nilai TDS yang menunjukan 0 pada permeat dan nilai DHL
yang sangat kecil yaitu sekitar 20 30 S/cm. Nilai ini sangat kecil dibandingkan nilai TDS
pada aliran konsentrat yaitu sekitar 275 284 mg/L dan nilai DHL pada 0,4 0,44 ms/cm. Pada
laju alir variasi ke 3 dengan laju alir 5 ml/s dan tekanan 100 MPa didapatkan nilai DHL pada
aliran permeat sekitar 22 35 S/cm sementara nilai TDS adalah 0. Nilai TDS pada aliran 200
270 mg/L dan nilai DHL adalah
Nilai TDS dan DHL pada aliran permeat lebih kecil dibandingkan dengan nilai TDS dan
DHL pada aliran umpan dan aliran konsentrat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ion-ion telah
tersaring oleh membran reverse osmosis. Pada perthitungan % rejection didapatkan hasilnya
adalah 100% yang menandakan kinerja alat reverse osmosis yang ada di laboratorium bisa
dikatakan sangat baik karena menghasilkan air aquademin dengan konsentrasi TDS dan DHL
rendah. Pengaruh laju alir terhadap nilai TDS dan DHL adalah semakin besar laju alir umpan
maka nilai TDS dan DHL pada aliran konsentrat akan semakin besar. Sedangkan pada aliran
permeat nilai TDS dan DHL akan semakin kecil.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir umpan maka tekanan
operasinya akan semakin besar. Perbedaan tekanan operasi ini akan mempengaruhi nilai TDS
dan DHL. Pada aliran permeat nilai TDS dan DHL nya lebih kecil dibandingkan dengan aliran
konsentrat, hal ini menunjukkan bahwa ion-ion telah tersaring oleh membran/filter sehingga
kandungan ion-ion di aliran permeat menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan di aliran
konsentrat. Pengaruh laju alir umpan terhadap nilai TDS dan DHL pada praktikum ini adalah
semakin besar laju alir umpan yang diberikan maka pada aliran konsentrat nilai DHL dan TDS
nya akan semakin besar, sedangkan pada aliran permeat semakin besar laju alir umpan nilai
DHL nya akan semakin kecil dan nilai TDS nya tetap yaitu 0.
%Reject yang merupakan hubungan antara kadar zat terlarut di aliran influen dan aliran
permeat, dari percobaan ini diperoleh sebesar 100% dikarenakan TDS permeat yang
seluruhnya 0 mg/L.
Zaviera Meika Chandra (151411096)
A. Pengaruh Laju Alir/ Debit terhadap Nilai DHL dan TDS di Aliran Permeat dan
Konsentrat
Debit air masuk berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut pada aliran masuk.
Bila konsentrasi ditetapkan maka debit aliran konsenstrat lebih besar dibandingkan debit air
hasil permeat, hal ini disebabkan oleh banyaknya padatan tersuspensi yang menempel pada
permukaan membran, (Metcalf and Eddy, 2004 dalam Yusuf, dkk, 2009). Laju alir lebih
berhubungan dengan fouling atau penumpukan padatan yang terakumulasi pada membran
ketika kondisi operasi dibuat konstan. Variasi laju alir yang dilakukan adalah 6 mL/s, 5,2 mL/s,
dan 5 mL/s. Diketahui dengan melakukan pengukuran debit dari aliran permeat dan konsentrat,
dikarenakan saluran selang aliran influent sulit dibuka untuk diukur laju alirnya. Dari variasi
tersebut didapatkan hasil pengukuran DHL dan TDS terhadap waktu hanya dapat ditunjukan
dengan Grafik TDS Konsenstrat terhadap Waktu berikut ini.
Grafik TDS Konsentrat vs Waktu
310
290
270
TDS (mg/L)
250
5,2 mL/s
230
6 mL/s2
210
190 50 mL/s
170
150
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Semakin tinggi TDS pada aliran konsenstrat maka produk semakin baik, karena
semakin banyak TDS yang terbuang. Dari grafik tersebut, TDS lebih banyak terijeksi ketika
laju alir umpan sebesar 6 mL/s. Sedangkan semakin kecil laju alir, TDS cenderung semakin
kecil. Artinya, semakin besar laju alir maka semakin banyak padatan yang tertahan dan terbawa
aliran konsenstrat. Sedangkan untuk TDS pada aliran permeat, didapatkan nilai 0mg/L setiap
waktu pada ketiga variasi laju alir.
B. Pengaruh Waktu terhadap Nilai DHL dan TDS di Aliran Permeat dan Konsentrat
Nilai TDS dan DHL diukur setiap 10 menit pada setiap run, sehingga dapat diketahui
pengaruh waktu atau durasi sebagai berikut.
0.35
0.3
0.25 6 mL/s
0.2
5,2 mL/s
0.15
0.1 5 mL/s
0.05
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Grafik DHL Konsentrat terhadap waktu
Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
DHL. Dari Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 tersebut diperoleh bahwa Nilai DHL aliran konsenstrat
cenderung mengikuti nilai dari TDS aliran konsentrat. Durasi/ waktu operasi berhubungan
dengan kinerja dari membran, pada saat-saat tertentu tentu terjadi akumulasi padatan pada
membran, sehingga tidak hanya membran yang berfungsi sebagai filter, tetapi juga padatan
yang menempel tersebut berfungsi menyaring padatan. Sehingga produk semakin baik atau
banyak padatan yang terbawa ke aliran konsenstrat. Dari grafik tersebut didapatkan produk
aliran konsenstrat dengan padatan terbanyak dari seluruh variasi laju alir adalah pada d
urasi 20 menit.
Fluktuasi nilai DHL dan TDS dapat disebabkan oleh laju alir umpan yang tidak konstan.
Sebab laju alir sebanding dengan konsenstrasi padatan terlarut pada umpan. Maka, lebih baik
jika air umpan ditampung terlebih dahulu sebelum masuk ke alat filtrasi menggunakan
membran RO.
C. Rijeksi (%Riject)
Persen reject Nilai TDS yang diperoleh 100% mengindikasikan bahwa proses
pemisahan dengan reverse osmosis berjalan dengan baik dan menahan partikel terlarut secara
keseluruhan.
KESIMPULAN
Adha, M.H. dan Pinem, J. A. 2014. Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam
Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Arfiantinosa, Nassa., dan Dwirianti, Dewi.. 2004. Pengaruh Trans Membrane Pressure dan
Permeabilitas Pada Rejeksi Membran Ultrafiltrasi: Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Maulana, A.M dan Widodo, A.S. 2009. Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler
Dengan Menggunakan Ion exchange: Makalah Penelitian . Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
Mukhtar, Ghozali. 2008. Revese Osmosis : Jobsheet Praktikum Pengolahan Limbah Industri.
Politeknik Negeri Bandung.
Wenten, I G, Khoiruddin, dan Hakim, A. 2014. Osmosis Balik. Institut Teknologi Bandung.
Widayat, Wahyu dan Yudo, Satmoko. 2002. Pengolahan Air Payau Menggunakan Teknologi Osmosa Balik:
Jurnal Teknik Lingkungan. Kalimantan Timur.
LAMPIRAN
1. Perhitungan % Rejection
CmCp
R = Cm
CmCp
%R = x 100%
Cm
Keterangan :
Cm = konsentrasi zat terlarut di dalam aliran influen
Cp = konsentrasi zat terlarut di aliran permeat
a. Run 1
Menit ke-0 = 100%
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0 Menit ke-30
= x 100%
215 CmCp
%R = x 100%
Cm
= 100%
215 0
Menit ke-10 = x 100%
215
CmCp = 100%
%R = x 100%
Cm
215 0 Menit ke-40
= x 100%
215 CmCp
%R = x 100%
Cm
= 100%
215 0
Menit ke-20 = x 100%
215
CmCp = 100%
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
b. Run 2
Menit ke-0 Menit ke-30
CmCp CmCp
%R = x 100% %R = x 100%
Cm Cm
215 0 215 0
= x 100% = x 100%
215 215
= 100% = 100%
Menit ke-10 Menit ke-40
CmCp CmCp
%R = x 100% %R = x 100%
Cm Cm
215 0 215 0
= x 100% = x 100%
215 215
= 100% = 100%
Menit ke-20
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%
c. Run 3
Menit ke-0
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%
Menit ke-10
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%
Menit ke-20
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%
Menit ke-30
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%
Menit ke-40
CmCp
%R = x 100%
Cm
215 0
= x 100%
215
= 100%